• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Desa Munte

Desa Munte adalah sebuah Kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Karo. Letaknya cukup strategis untuk dijangkau, transportasi yang dimiliki desa ini juga sudah cukup banyak. Kecamatan Munte merupakan daerah yang mempunyai luas wilayah 125,64 km2

Sesuai dengan uraian di atas, bahwa jumlah desa yang ada di Kecamatan Munte ada 22 desa dan tiap desa dikepalai oleh seorang Kepala Desa. Adapun desa-desa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

, terdiri dari 22 desa dan setiap desa memiliki seorang kepala desa dengan pusat pemerintahan berada di Desa Munte sebagai Ibukota Kecamatan.

Tabel 1

Komposisi Desa di Kecamatan Munte

No Nama Desa No Nama Desa

1 Sarimunte 12 Gunung Manumpak

2

Kutambaru

13 Selakkar

3 Gunung Saribu 14 Sarinembah

4 Kabantua 15 Singgamanik

5 Gurubenua 16 Nageri

6 Barung Kersap 17 Kutasuah

7 Biak Nampe 18 Kineppen

8 Tanjung Beringin 19 Buluh Naman

9 Pertumbungen 20 Bandar Meriah

10 Parimbalang 21 Sukarame

11 Munte 22 Kutagerat

Sumber: Kantor Kepala Desa Munte 2009

Kelebihan Desa Munte dari desa yang lain adalah wilayahnya yang lebih luas, dan karena itu juga jumlah penduduk di Desa Munte lebih banyak dibandingkan dengan desa yang lain. Tidak hanya itu saja, fasilitas yang ada di Desa Munte juga jauh lebih baik dari desa lainnya. Fasilitas tersebut antara lain seperti angkutan yang lebih banyak, Puskesmas, Kantor Pos, dan Sekolah yang lebih banyak.

Meskipun demikian mayoritas penduduk Desa Munte yang bermata pencaharian bertani, baik petani pemilik lahan maupun yang bertani hanya sebagai buruh tani saja. Tanaman yang ditanam petani di desa ini juga ada bermacam-macam. Tanaman yang ditanam oleh petani akan disesuaikan dengan beberapa hal, antara lain disesuaikan dengan harga pasar, musim dan yang lainnya.

Tanaman Padi pernah menjadi tanaman utama petani di Desa Munte, namun kini secara perlahan-lahan hal itu mulai berubah. Memang masih ditemukan tanaman Padi di desa ini tapi tidak sebanyak dulu lagi. Banyak alasan petani merubah pola tanaman mereka ke jenis tanaman yang lain. Bahkan ada juga petani yang sengaja mengeringkan sawah mereka agar bisa menanam jenis tanaman lain.

Masyarakat Desa Munte mayoritas adalah masyarakat yang bersuku Karo, namun ada juga suku lain di desa ini. Perbedaan suku pada masyarakat tidak terlihat dikehidupan sehari-hari mereka. Suku yang lain dapat beradaptasi dengan Suku Karo, artinya mereka dapat bersosialisasi dengan masyarakat Karo. Hal tersebut terbukti dengan bahasa Karo yang dipakai dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Sama halnya dengan Suku Batak yang lain Suku Batak Karo di Desa Munte ini juga mengnut sistem kekerabatan patrilineal. Sistem kekerabatan patrilineal adalah garis keturunan menurut garis keturunan ayah. Oleh karena itu hanya anak laki-laki yang menjadi ahli waris untuk mendapat harta warisan dari orangtuanya. Tidak jarang juga hal ini menjadi konflik dalam masyarakat di desa ini.

2.2. Letak dan Kondisi Geografis

Desa Munte adalah salah satu desa yang tercakup dalam kawasan Kecamatan Munte, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara yang berada pada posisi 20- 40 lintang utara dan 980- 990 bujur timur. Luas wilayah desa ini adalah 10,34 Km2. Desa Munte berjarak kurang lebih 25 Km dari ibukota Kabupaten

Karo yaitu Kabanjahe, dan akan memakan waktu kurang lebih setengah jam untuk menuju Ibukota Kabupaten tersebut.

Adapun batas-batas wilayah Desa Munte adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Singgamanik 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pertumbungen 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gunung Manumpak 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Beringin.

Secara administratif, pemerintahan Desa Munte dibagi kedalam wilayah pemerintahan yang lebih kecil yang disebut dengan dusun atau ”kesain”. Desa Munte memiliki 6 dusun yaitu:

1. Kesain Munte mergana, yang dihuni oleh Marga Ginting Munte dengan anak berunya.

2. Kesain Ginting Babo, yang dihuni oleh Marga Ginting Babo dengan anak berunya.

3. Kesain Depari, yang dihuni oleh Marga Depari dengan anak berunya.

4. Kesain Milala, yang dihuni oleh Milala dengan anak berunya 5. Kesain Tarigan, yang dihuni oleh Tarigan dengan anak berunya.

2.3. Keadaan Alam 2.3.1. Iklim

Sepanjang tahun Desa Munte memiliki dua kali pertukaran musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Menurut perkiraan masyarakat musim hujan berlangsung sepanjang bulan September sampai bulan Maret pada tahun

berikutnya, dan musim kemarau berlangsung dari bulan April hingga bulan Agustus. Rata-rata curah hujan di daerah ini adalah 2500 mm pertahun.

Dengan kondisi alam seperti ini masyarakat Desa Munte sangat cocok dengan mata pencaharian mereka sebagai petani. Para petani banyak yang menanam tanaman palawija, karena menurut mereka tanaman seperti itulah yang cocok dengan kondisi di desa tersebut. Beberapa jenis tanaman yang mereka tanam ialah Padi, Jagung, tanaman sayur-sayuran dan sebagainya. Petani pun mencocokkan tanaman yang akan mereka tanam dengan musim yang sedang berlangsung. Biasanya pada musim kemarau petani menanam tanaman seperti Jagung, dan pada musim hujan merka menanan tanaman seperti Sayur Pahit.

2.3.2. Keadaan Tanah

Desa Munte mempunyai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Permukaan tanah berbentuk seperti kuali yang artinya tanah yang digunakan masyarakat untuk bertani berbukit-bukit sedangkan tanah yang digunakan sebagai pemukiman berdataran rendah. Tanahnya subur sehingga cocok digunakan sebagai lahan pertanian.

Kecamatan Munte memiliki 22 desa dan salah satunya adalah Desa Munte. Desa Munte adalah desa yang paling luas di antara desa-desa yang lainnya. Luasnya adalah 10,34 Km2. Menurut jenis penggunaannya, tanah dibedakan menjadi 4 (empat) seperti dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2

Komposisi Luas Wilayah Desa Munte Berdasarkan Jenis Tanah

No Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanah Sawah 484 46,8

2 Tanah Kering 440 42,5

3 Tanah Pekarangan/Bangunan 35 3,3

4 Lainnya 75 7,2

Jumlah 1034 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Munte, Tahun 2009

Dari data di atas dapat diketahui bahwa tanah terluas adalah tanah sawah, yaitu 484 ha. Oleh karena itu dari tahun 1980-an Desa Munte sudah dikenal sebagai salah satu daerah penghasil padi yang baik. Namun sekarang bukan hanya tanaman padi saja yang ditanam di tanah sawah melainkan juga tanaman lain pun juga. Tanah kering pun diusahakan masyarakat untuk pertanian. Tanaman-tanaman yang sering ditanam dilahan kering tersebut antara lain adalah Jeruk, Cokelat, Cabai dan lain-lain. Tanah pekarangan yang dimaksud di atas adalah areal pemukiman masyarakat. Lainnya pada data di atas adalah tanah lain dari tanah sawah, tanah kering dan pekarangan, seperti lapangan, sekolah dan pekuburan.

2.4. Pola Perkampungan

Pola pemukiman masyarakat di Desa Munte hampir sama dengan pola pemukiman Masyarakat Karo pada umumnya yaitu mengelompok padat, memanjang menghadap ke jalan dan yang lainnya menyebar tidak teratur mengikuti jalan setapak/jalan-jalan kecil.

Bentuk rumah umumnya membentuk empat persegi dengan variasi luas yang beraneka ragam. Setiap rumah ada yang ditempati hanya oleh satu keluarga, namun ada juga yang ditempati lebih dari satu kepala keluarga seperti rumah adat.

Masih ditemui beberapa rumah adat di desa ini. Satu rumah adat ada yang dihuni 8 keluarga (waluh jabu) terdiri dari 2 unit, ada juga yang dihuni 10 keluarga (sepuluh jabu) terdiri dari 1 unit dan ada juga yang dihuni oleh 6 keluarga (enem jabu) terdiri dari 1 unit. Pada zaman dulu setiap keluarga yang menghuni rumah adat tersebut harus memiliki hubungan darah, namun sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi. Bahkan keluarga yang mendiami rumah adat tersebut pada awalnya tidak saling kenal sama sekali.

Tabel 3

Jenis Rumah Adat serta Jumlahnya

No Jenis Rumah Adat Jumlah

1 10 Keluarga 1 unit

2 8 Keluarga 2 unit

3 6 Keluarga 1 unit

Jumlah 4 unit

Sumber Kantor Kepala Desa Munte 2009

Perumahan lain yang dihuni oleh masyarakat yang terdiri dari satu keluarga adalah perumahan yang bangunan fisiknya berbentuk permanen, semi permanen dan rumah yang terbuat dari kayu. Rumah-rumah tersebut beratap seng dan berlantai semen (keramik). Ada beberapa diantara bangunan tersebut yang dibangun bertingkat dan bergaya modern (seperti gaya perumahan di kota). Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain tidak teratur. Ada beberapa rumah yang sudah menggunakan pagar.

Desa Munte memilki 2 unit “Losd”. Losd ini digunakan ketika ada acara adat, seperti acara perkawinan. Losd tersebut diberi nama Losd Silima Merga dan Losd Tiga Munte. Namun losd yang sering digunakan masyarakat adalah Losd Silima Merga, Losd Tiga Munte digunakan apabila ada acara adat yang bentrok harinya. Setiap sore hari Losd Silima Merga digunakan sebagai pajak sore oleh masyarakat kecuali hari Jumat. Hari Jumat masyarakat berjualan/belanja di Losd Tiga Munte, karena Hari Jumat adalah Tiga Munte (pajak Munte). Orang-orang yang berjualan di losd tersebut adalah masyarakat Desa Munte itu sendiri. Mereka menjual hasil dari ladang mereka dan sebagian dibeli ke Kabanjahe untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat.

Selain dari berjualan di pajak sore, banyak juga masyarakat yang membuka usaha sendiri seperti membuka kedai kopi dan warung. Orang-orang yang berkunjung ke kedai kopi biasanya adalah kaum laki-laki, baik yang sudah berumah tangga maupun anak laki-laki lajang (pada umumnya laki-laki yang sudah dewasa). Warung-warung yang ada menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti sabun, minyak goreng dan lain-lain. Selain itu warung juga menyediakan makanan ringan untuk anak-anak. Selain kedai kopi dan warung di Desa Munte juga ditemukan beberapa kios phone dan toko pupuk. Kios phone terdiri dari 4 unit sedangkan toko pupuk/pestisida 3 unit.

Sarana air bersih yang tersedia adalah air PAM. Air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci dan memasak. Hampir semua perumahan penduduk sudah memiliki kamar mandi sendiri (kecuali masyarakat yang tinggal di rumah adat). Masyarakat yang tinggal di rumah adat membuat kamar mandi darurat (satu kamar mandi digunakan oleh semua keluarga

yang ada di rumah adat tersebut). Selain itu pemerintah setempat juga menyediakan pipa umum (digunakan untuk mengambil air bersih), bila terjadi kerusakan tiba-tiba pada PAM masyarakat menggunakan sungai irigasi untuk kebutuhan sehari-hari.

Untuk pembuangan air limbah pada umumnya penduduk membuang ke tempat yang sudah dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah, yang kemudian akan dibakar. Untuk sampah yang tidak bisa dibakar seperti sisa sayur-sayuran penduduk menggunakannya untuk pakan ternak mereka. Tapi ada juga di antara masyarakat yang membuang sampah ke parit yang akibatnya parit menjadi kotor dan bau. Hal ini membukt ikan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya kebersihan.

Hasil pertanian penduduk biasanya dijual pada agen yang tinggal di desa tersebut, akan tetapi ada juga sebagian toke yang berasal dari luar. Sebagian kecil dari hasil pertanian penduduk tersebut akan dijual eceran oleh pemiliknya, karena menurut mereka akan lebih menguntungkan bila dijual eceran. Selain itu penduduk juga terkadang menjual hasil panen mereka ke Kabanjahe (tiga=pajak) yang merupakan Ibukota Kabupaten, apabila hasil panen mereka berjumlah besar sehingga tidak memungkinkan dijual secara eceran.

Tanah perkuburan di Desa Munte ini terdiri dari beberapa tempat. Untuk perkuburan Islam hanya ada satu tempat, yang terletak di belakang Sekolah Negeri 1 Munte. Untuk pekuburan Kristen lumayan banyak, ada sekitar 5 tempat dan tempatnya pun terpisah-pisah. Ini dikarenakan penduduk Desa Munte lebih banyak yang menganut agama Kristen. Namun ada juga penduduk yang memakamkan keluarganya di lahan sendiri.

2.4.1. Keadaan Jalan

Jalan menuju Desa Munte sudah diaspal tapi kini keadaannya sangat memprihatinkan. Banyak lubang-lubang besar yang didapati. Pemerintah setempat sudah mengajukan permohonan ke pemerintah pusat untuk segera memperbaiki jalan tersebut, namun sampai kini belum ada hasilnya. Pemerintah setempat merasa pemerintah pusat penting untuk mengatasi hal tersebut, dikarenakan jalan menuju desa ini juga jalan antar propinsi.

Banyaknya hambatan yang dialami sepanjang perjalanan mengakibatkan memakan waktu yang banyak untuk sampai ketujuan. Seharusnya Desa Munte dapat ditempuh dengan waktu 45 menit, namun sekarang bisa memakan waktu satu jam lebih. Banyak orang yang akan mengeluh apabila melintasi jalan ini. Kata mereka” pinggang pun seras patah”. Masyarakat hanya bisa berharap pemerintah pusat akan segera mengatasi masalah ini, karena hal ini juga berpengaruh terhadap produksi pertanian mereka, termasuk dalam hal pengangkutan hasil-hasil pertanian mereka.

Sarana transportasi yang tersedia adalah Sangap Encari, yaitu angkutan yang jurusannya Desa Munte-Kabanjahe. Angkutan ini ada setiap hari, dari pukul 7 pagi hingga jam 6 sore. Selain itu ada juga angkutan Borneo dan Sutra, yaitu angkutan yang jurusannya Desa Munte-Medan. Angkutan ini juga ada setiap hari. Untuk Borneo hanya tersedia di pagi hari saja sedangkan Sutra menyediakan layanan pada siang dan sore hari.

2.4.2. Media Massa dan Kesehatan Penduduk

Kemajuan teknologi kini juga telah sampai kehadirannya di Desa Munte. Hal ini dibuktikan dengan adanya penduduk yang kini telah memiliki computer/laptop, TV, radio dan lain sebagainya. Ada juga beberapa penduduk yang telah memiliki telepon di rumah mereka dan hampir sebagian besar dari penduduk Desa Munte menggunakan handphone sebagai sarana telekomunikasi. Selain itu, ditemukan juga beberapa rental PS (playstation) di desa ini. Umumnya PS ini digunakan oleh anak-anak hingga remaja. Selain itu dapat ditemukan juga sarana surat kabari. Jika tidak berlangganan pribadi, surat kabar dapat ditemukan pada setiap kedai kopi.

Desa Munte memiliki sebuah Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yang terdiri dari 2 dokter umum, 2 dokter gigi, dan beberapa bidan serta perawat. Pasien yang datang berobat bukan hanya dari Desa Munte saja melainkan juga dari desa lain, alasan mereka ingin diperiksa langsung oleh dokter. Puskesmas tersebut dibuka pukul 07:30 WIB-13:30 WIB setiap harinya. Setiap sore dan malam hari juga ada yang jaga oleh pegawai puskesmas secara bergantian.

Setiap desa yang bernaung di Kecamatan Munte disediakan layanan kesehatan yaitu BKIA (Badan Kesehatan Ibu dan Anak). Setiap desa memiliki satu sampai dua bidan dan setiap bidan harus memberikan laporan setiap bulannya ke Puskesmas Munte sebagai pusatnya. Ada juga beberapa bidan di Desa Munte yang membuka praktek sendiri di rumah mereka masing-masing, dan tentunya mereka harus mendapat surat izin terlebih dahulu.

Di desa ini dukun atau “guru sibaso” pun masih digunakan jasanya, namun tidak semua penyakit dibawa ke orang pintar. Biasanya penyakit-penyakit

aneh yang dibawa berobat ke orang pintar, selebihnya dapat ditangani oleh pihak Puskesmas.

2.5. Penduduk

2.5.1. Gambaran Umum Penduduk Desa Munte luasnya 10,34 Km2

Marga Ginting Munte adalah marga tanah yang artinya ”simanteki kuta”, dan sudah sewajarnya kalau marga inilah yang seharusnya mendominasi Desa Munte. Namun hal tersebut tidak terjadi. Marga Ginting Munte hanya ada sebagian kecil saja sedangkan marga yang mendominasi desa ini adalah marga Tarigan, kemudian diikuti oleh marga Sembiring, Ginting, Karo-karo dan Perangin-angin.

dengan jumlah penduduk 3398 jiwa. Penduduk Desa Munte umumnya memiliki latar belakang kebudayaan yang sama yaitu kebudayaan suku Batak Karo. Suku yang mendiami Desa Munte selain Suku Batak Karo adalah suku Jawa, suku Batak Toba dan suku Batak Simalungun. Mereka perlahan-lahan telah bisa beradaptasi dengan suku Batak Karo. Hal ini terbukti dengan dipakainya marga–marga Karo di belakang nama mereka dan ditentukannya orangtua angkat mereka di desa ini. Mereka juga telah menggunakan Bahasa Karo dengan fasih dalam berkomunikasi serta turut juga menjalankan adat istiadat Karo yang ada di desa ini.

Dari keseluruhan jumlah penduduk Desa Munte, jika dilihat jumlah perbandingan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, ternyata tidak memiliki selisih yang besar. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1688 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1710. Berarti selisih banyaknya penduduk

jenis kelamin laki-laki dengan penduduk jenis kelamin perempuan hanya 22 jiwa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase(%)

1 Laki-laki 1688 49,7

2 Perempuan 1710 50,3

Jumlah 3398 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Munte, Tahun 2009

Tabel 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Persetase(%)

1 0-4 143 4,2 2 5-9 200 5,9 3 10-14 196 5,8 4 15-19 202 5,9 5 20-24 414 12,1 6 25-29 365 10,8 7 30-34 427 12,6 8 35-39 358 10,6 9 40-44 279 8,2 10 45-49 182 5,4 11 50-54 135 3,9 12 55-59 117 3,4 13 60-64 95 2,8 14 65-69 100 2,9 15 70-74 98 2,9 16 75- keatas 87 2,6 Jumlah 3398 100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Munte yang berumur 0 sampai 4 tahun berjumlah 143 orang atau 4,2 %. Penduduk yang berumur 5 sampai 9 tahun berjumlah 200 orang atau 5,9 %. Penduduk yang berumur 10 samoai 14 tahun berjumlah 196 orang atau 5,8 %. Penduduk yang berumur 15 sampai 19 tahun berjumlah 202 orang atau 5,9 %. Penduduk yang berumur 20 sampai 24 tahun berjumlah 414 orang atau 12,1 %. Penduduk yang berumur 25 sampai 29 tahun berjumlah 365 orang atau 10,8 %. Penduduk yang berumur 30 sampai 34 tahun berjumlah 427 orang atau 12,6 %. Penduduk yang berumur 35 sampai 39 tahun berjumlah 358 orang atau 10,6 %. Penduduk yang berumur 40 sampai 44 tahun berjumlah 279 orang atau 8,2 %. Penduduk yang berumur 45 sampai 49 tahun berjumlah182 orang atau 5,4 %. Penduduk yang berumur 50 sampai 54 tahun berjumlah 135 orang atau 3,9 %. Penduduk yang berumur 55 sampai 59 tahun berjumlah 117 orang atau 3,4 %. Penduduk yang berumur 60 sampai 64 tahun berjumlah 95 orang atau 2,8 %. Penduduk yang berumur 65 sampai 69 tahun berjumlah 100 orang atau 2,9 %. Penduduk yang berumur 70 sampai 74 tahun berjumlah 98 orang atau 2,9 %. Penduduk yang berumur 75 tahun ke atas berjumlah 87 orang atau 2,6 %.

2.5.2. Suku Bangsa

Desa Munte mayoritas adalah suku Karo (baik pendatang maupun penduduk asli). Selain itu ditemukan juga penduduk yang bersuku Jawa, Batak dan suku lainnya. Suku Karo terdiri dari 2972 jiwa, sedangkan suku Jawa terdiri dari 276 jiwa. Suku Batak terdiri dari 125 jiwa dan suku yang lainnya terdiri dari

25 jiwa. Perkawinan antar suku juga ada terjadi di Desa Munte, seperti antara Suku Karo dengan Suku Jawa.

Tabel 6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah Persentase(%)

1 Karo 2972 87,5

2 Jawa 276 8,1

3 Batak Toba/Simalungun 125 3,7

4 Dan Lain-lain 25 0,7

Jumlah 3398 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Munte, Tahun 2009

2.5.3. Sistem Mata Pencaharian

Penduduk Desa Munte mayoritas bermata pencaharian bertani. Ada petani pemilik lahan dan ada juga hanya sebagai buruh tani saja atau yang sering disebut sebagai “aron”. Terkadang bila tak ada pekerjaan lagi yang dikerjakan di lahannya ada petani yang bekerja sebagai buruh tani, dan tentunya akan mendapat imbalan yang sepantasnya. Sekarang imbalan yang akan diterima seorang buruh tani adalah sekitar Rp 40.000,-/hari. Penduduk Desa Munte yang bekerja sebagai petani terdiri dari 1487 jiwa.

Selain dari bertani penduduk Desa Munte ada juga yang bekerja sebagai Pegawai, baik pegawai negeri maupun pegawai swasta. Namun di samping bekerja sebagai pegawai mereka bekerja sampingan sebagai petani juga, dan tentunya sebagai petani pemilik lahan. Biasanya tanaman yang mereka tanam pun hanya tanaman yang tidak membutuhkan perhatian lebih, seperti Cabai atau jenis

Sayur-sayuran lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai pegawai adalah sekitar 389 jiwa.

Wiraswasta juga menjadi salah satu mata pencaharian penduduk Desa Munte. Wiraswasta di sini adalah penduduk yang membuka lahan pekerjaan sendiri, seperti membuka warung dan kedai kopi. Penduduk yang berwiraswasta terdiri dari 185 jiwa. Selain itu ada juga penduduk yang berprofesi sebagai peternak, supir angkutan dan lain sebagainya. Penduduk yang tergolong dalam pekerjaan dan lain-lain ini terdiri dari 1337 jiwa.

Tabel 7

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Pekerjaan Jumlah Persentase(%)

1 Petani 1487 43,8

2 Pegawai 389 11,4

3 Wiraswasta 185 5,5

4 Dan Lain-lain 1337 39,3

Jumlah 3398 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Munte, Tahun 2009

2.5.4. Sarana Pendidikan

Dengan majunya teknologi juga memajukan pemikiran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Mereka mengetahui akan arti pentingnya pendidikan melalui media informasi seperti dari TV, Koran dan juga dari rekan-rekan mereka yang anak-anak mereka telah sukses (dari daerah lain). Mereka seolah malu jika tidak menyekolahkan anak-anak mereka.

Desa Munte memiliki 4 unit sekolah dasar, 2 unit sekolah dasar negeri dan 2 unit lagi sekolah dasar inpres. Sampai sekarang ke-4 sekolah dasar tersebut

masih aktif, namun masih kekurangan tenaga pengajar. Guru-guru yang kini masih aktif sudah banyak yang tua dan kemungkinan sebentar lagi akan pensiun. Di samping itu ada juga tenaga pengajar yang masih honor. Ini juga dapat mengakibatkan dampak negatif bagi anak-anak didik mereka. Sering guru-guru mereka tidak masuk sekolah karena sakit, akibatnya sering pula anak-anak didik mereka ketinggalan pelajarannya.

Selain memiliki 4 unit sekolah dasar, Desa Munte juga memiliki 2 unit Sekolah Menengah Pertama yang masing-masing adalah negeri. Namun tidak ke-2 sekolah berada di Desa Munte. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Munte berlokasi di Desa Munte, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Munte berada di Desa Sarinembah (salah satu desa yang berada dalam naungan Kecamatan Munte). Hal ini diakibatkan karena kurangnya lahan untuk membangun sekolah tersebut di Desa Munte juga.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Munte dibangun di Desa Singgamanik, desa yang termasuk cakupan dari Kecamatan Munte. Lokasinya sangat strategis

Dokumen terkait