• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Makna Simbolik Jilbab dalam Komunitas Hijabers

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

6. Najwa Amelia Harahap

4.5 Gambaran Makna Simbolik Jilbab dalam Komunitas Hijabers

Di dalam Yusuf (1988: 18-19), Bales mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah individu yang berinteraksi dengan sesamanya secara tatap muka atau serangkaian pertemuan, di mana masing-masing anggota tersebut saling menerima impresi atau persepsi anggota lain dalam suatu waktu tertentu dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kemudian, yang membuat masing-masing anggota bereaksi sebagai reaksi individual (Huraerah, 2006: 3). Komunitas hijabers merupakan wadah bagi para perempuan muslimah dalam memperoleh pengetahuan agama dan fashion.

Di dalam komunitas hijabers menggunakan jilbab bukan hanya aturan bagi perempuan dalam agama melainkan suatu identitas diri seseorang. Makna simbolik dalam komunitas hijabers lebih kepada suatu gaya hidup. Mengutip dalam Ishomuddin (2005: 103) dijelaskan bahwa para ahli dalam bidang persfektif interaksi modern, seperti Erving Goffman (1959) dan Herbert Blumer (1962) menekankan bahwa orang tidak menanggapi orang lain secara langsung; sebaliknya mereka menanggapi orang lain sesuai dengan “bagaimana mereka

membayangkan orang itu. Para hijabers menunjukkan identitas diri dalam hal

Makna diberikan pada suatu fakta dan tindakan manusia oleh manusia. Persfektif simbolis memusatkan perhatiannya pada arti-arti apa yang ditemukan orang pada perilaku orang lain, bagaimana arti ini diturunkan dan bagaimana orang lain menanggapinya (Ishomuddin, 2005: 104). Di dalam hal ini makna jilbab berubah dari kewajiban agama menjadi suatu gaya hidup dalam berpenampilan. Hal ini terjadi disebabkan oleh perubahan sosial yang ada di masyarakat, khususnya kelompok perempuan muda. Mengutip dalam Ishomuddin (2005:150) menjelaskan bahwa pada dasarnya, proses perubahan kebudayaan atau perubahan sosial berlangsung kompleks. Akan sangat sulit mengatakan bahwa salah satu aspek, seperti agama, memiliki peranan dan respon yang paling berpengaruh dalam perubahan itu.

Dalam setiap agama terdapat aspek konservatif yang memberikan rasa kesucian terhadap tradisi dan keberlangsungannya. Karena faktor ini, agama seringkali bersikap menahan diri terhadap unsur perubahan yang mungkin dianggap memprofankan. Sebab lain, ialah karena agama sudah mewujudkan simbol-simbol dan idiom-idiom suci yang disakralkan, yang secara apriori menolak perubahan (Ishomuddin, 2005: 151). Pada komunitas hijabers fashion fashion yang ditampilan menutup aurat masih sesuai dengan syariat agama islam, namun hal yang berlebihan seperti menggunakan aksesoris, pakaian merupakan suatu yang masih ditolak oleh beberapa masyarakat. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kelas yang ditunjukkan oleh komunitas hijabers, di para hijabers

menempatkan diri pada gaya hidup kelas atas.

Menurut Dickson (1968), gaya hidup (life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial lain dalam banyak hal tidak sama, bahkan ada

kecenderungan masing-masing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lain. berbeda dengan kelas sosial rendah yang umumnya bersifat konservatif di bidang agama, moralitas, selera pakaian, selera makanan, gaya hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atraktif dan eksklusif (Narwoko, 2004: 183). Gaya hidup yang ditunjukkan komunitas hijabers dalam hal berpakaian dan juga bersosialisasi di tempat-tempat kelas atas, seperti cafe, hotel atau mall.

Gaya hidup lain yang tak sama antara kelas sosial satu dengan yang lain adalah dalam hal berpakaian. Atribut-atribut yang sifatnya massal dan dianggap berselera rendahan – pakaian kodian, misalnya – biasanya selalu dihindari oleh orang-orang yang secara ekonomi mapan dan berada (Narwoko, 2004: 183). Singkatnya makna simbolik jilbab dalam komunitas hijabers lebih kepada sebuah gaya hidup pada perempuan muslimah. Hal ini diungkapkan oleh informan, Mita (23 tahun) sebagai berikut:

“Rata-rata wanitanya lebih menampakkan harta daripada tujuannya untuk silahturahmi atau berdakwah”

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, Lissya (24 tahun) sebagai berikut:

“Sebenarnya komunitas ini lebih mengarah ke komunitas islam, mungkin cara berpakaian atau berhijabnya aja yang mengarah ke komunitas sosialita dan terlebih lagi di dalamnya terdapat anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas”Lissya 24

Demikian yang diungkapkan oleh informan, Icho (24 tahun) sebagai berikut:

“Ciri khas yang menandakan komunitas ini lebih kreatif dan stylist dalam berbusana”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa komunitas hijabers merupakan kelompok dengan anggota perempuan muslimah. Di dalam komunitas ini perempuan yang menggunakan jilbab pada awalnya dianggap ketinggalan zaman berubah menjadi suatu yang sangat menarik dan modern. Hal ini dibentuk dengan berpakaian mengikuti tren atau perkembangan

fashion yang ada, yang diaplikasikan dalam pakaian muslimah. Selain itu juga,

hijabers telah menjadi sebuah gaya hidup baru bagi para anggota hijabers yang pada umumnya merupakan masyarakat golongan ekonomi kelas menengah atas.

TABEL LATAR BELAKANG INFORMAN MEMUTUSKAN BERHIJAB

N o

Nama Faktor Agama Pengaruh Orang tua

1. Icho Farah

Karena berjilbab merupakan kewajiban, lagipula dengan berjilbab saya merasa lebih aman dan nyaman

2. dr.Liss ya Fitriana

Karena dalam agama islam kaum wanita diwajibkan menutup aurat termasuk berhijab

 

3. Ayu Chairun nisa

Karena sejak SMP saya sudah memakai jilbab, sebab saat itu masuk ke sekolah agama. Dan setelah itu saya tahu bahwa Setiap wanita/muslimah yang sudah baligh memang wajiblah baginya untuk menutup aurat/berhijab sesuai perintah

di Al qur’an 4. Yenni

Syahare ni Siagian

Awalnya sejak SMP sudah memakai jilbab karena disuruh orang tua dan memang saya kepingin. Jadi sehari-harinya juga pakai jilbab. Hingga sampai sekarang tidak melepas jilbab karena agama, semakin yakin akan terus berhijab.

5. Mita Noviant y

Memutuskan berjilbab awalnya karena agama, sering bergabung dengan organisasi keislaman, jadi tahu dan terispirasi untuk berjilbab karena sudah diberi tahu bahwa itu kewajiban dan dosa bila meninggalkannya. 6. Najwa

Amelia Haraha p

Masuk SMP sudah pakai jilbab didukung orang tua. Tetapi hanya di sekolah. Kalau sehari-harinya masih lepas – pakai. Tapi beranjak dewasa, semakin mendalami agama. Sekarang malah ga pernah lepas kemanapun saat keluar rumah. karena sudah tertera di Al qur’an, itu adalah kewajiban mutlak bagi wanita muslim.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai makna simbolik jilbab dalam komunitas hijabers adalah sebagai berikut:

1. Ada 3 faktor yang menjadi latar belakang seorang perempuan dalam menggunakan jilbab, antara lain adalah:

a. Faktor agama, jilbab merupakan kewajiban bagi perempuan muslimah untuk menutup aurat, fungsi lain dari jilbab adalah sebagai menjaga perempuan dari pikiran negatif. Pengetahuan mengenai kewajiban untuk menutup aurat pertama kali diperoleh seseorang dari keluarga. b. Faktor lingkungan, seorang individu akan menyesuaikan diri dengan

anggota lain yang ada di dalam kelompoknya agar individu tersebut dikatakan bagian dari kelompok. Kelompok bermain sangat berpengaruh pada seorang individu, hal ini ditunjukkan pada keputusan seseorang dalam menggunakan jilbab.

c. Faktor gaya hidup, individu akan melakukan imitasi terhadap individu lain, hal ini terjadi pada saat hijaber memilih cara berpenampilan dalam kehidupan sehari-harinya yang mengubah image perempuan berjilbab yang pada awalnya merupakan hal yang ketinggalan menjadi sesuatu yang lebih menarik dan banyak diminati orang lain. Di dalam hal ini para hijaber pada umumnya menjadikan Dian Pelangi sebagai inspirator dalam gaya hidup hijab mereka.

2. Faktor-faktor yang mendorong untuk bergabung ke dalam komunitas

hijabers, adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pergaulan, di mana para hijaber memilih menjadi anggota komunitas untuk memperluas pergaulan dan menambah kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini komunitas hijabers merupakan lingkungan atau tempat bagi perempuan yang memakai jilbab dalam menambah pengetahuan dan pertemanan.

b. Faktor gaya hidup, hijabers merupakan suatu bentuk gaya hidup yang digunakan perempuan muslimah dalam berpenampilan. Komunitas

hijabers juga memiliki kegiatan yang diadakan di rumah dan tempat-tempat umum yang menunjukkan kelas dengan komunitas lain, hal ini juga merupakan salah satu faktor yang menunjang gaya hidup para

hijabers tersebut.

3. Gambaran makna simbolik jilbab dalam komunitas hijabers, Di dalam komunitas ini perempuan yang menggunakan jilbab pada awalnya dianggap ketinggalan zaman berubah menjadi suatu yang sangat menarik dan modern. Hal ini dibentuk dengan berpakaian mengikuti tren atau perkembangan fashion yang ada, yang diaplikasikan dalam pakaian muslimah. Selain itu juga, hijabers telah menjadi sebuah gaya hidup baru bagi para anggota hijabers yang pada umumnya merupakan masyarakat golongan ekonomi kelas menengah atas.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian mengenai makna simbolik jilbab dalam komunitas

1. Ada baiknya penampilan dalam berpakaian tidak berlebihan, cukup berpenampilan sesuai dengan syariat islam. Agar makna agama tetap melekat pada para hijabers.

2. Ada baiknya tidak terlalu menunjukkan kesenjangan sosial dengan masyarakat umum dengan menentukan tempat-tempat berkumpul di tempat kelas atas.

Dokumen terkait