• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Mengenakan Jilbab

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

6. Najwa Amelia Harahap

4.3 Latar Belakang Mengenakan Jilbab

Jilbab merupakan identitas tentang sebuah kebaikan, kesopanan dan ketaatan. Tetapi tentu saja jika dikaitkan dengan moralitas secara personal, tetap bergantung pada ahlak pemakainya. Pada dasarnya perempuan muslim diwajibkan untuk menggunakan jilbab, namun seiring dengan perubahan zaman dan gaya hidup perempuan muslim telah banyak yang berpenampilan seperti perempuan pada umumnya, yaitu tidak mementingkan kewajiban agama. Saat ini, perempuan yang menggunakan jilbab memiliki latar belakang yang mendorong untuk berbeda dari perempuan dengan gaya hidup dan penampilan mengikuti zaman. Seperti yang diungkapkan oleh, informan.

Selain memang karena kewajiban bagi muslimah sebagai penutup aurat bagi wanita, hiijab membuat wanita lebih aman dan juga menjauhkan dari pandangan- pandangan negatif dari orang lain.

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan tiga faktor yang mendorong perempuan untuk menggunakan jilbab, antara lain:

4.3.1. Faktor Agama

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional – di mana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi.

Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orangtua mempunyai peranan penting terhadap proses sosialisasi anak (Narwoko, 2004 :92).

Individu memperoleh sosialisasi mengenai agama pertama kali dari keluarga. Hal ini juga berkaitan erat terhadap sikap seorang anak terhadap pengatahuan agama yang ia dapat di dalam keluarganya. Salah satunya, nilai jilbab bagi perempuan muslim, yang memiliki nilai berbeda pada setiap individu berdasarkan pengetahuan agamanya. Keluarga yang memiliki pengetahuan agama yang tinggi akan menjalankan setiap kewajiban yang ada di dalam agama tersebut, seperti menggunakan jilbab untuk menutup aurat. Hal ini akan dijadikan budaya atau kebiasaan bagi anggota keluarga, sehingga seorang perempuan muslim akan merasa memiliki kewajiban dalam menggunakan jilbab. Hal ini diungkapkan oleh informan Najwa (22 tahun) sebagai berikut:

“Memang mama pake jilbab, jadi anak-anak perempuannya disuruh pake jilbab juga. Inspirasi saya juga dari mama, she’s all the precious”

Hal ini juga diungkapkan oleh informan, Yenni (24 tahun) sebagai berikut:

“Di keluarga yang perempuannya rata-rata pake jilbab, tapi kalau aku pake waktu SMP”

Faktor agama mempengaruhi seseorang dalam memutuskan sesuatu, hal ini dilihat pada saat perempuan untuk menutup aurat sebagai kewajiban beragama. Menutup aurat juga dapat menjaga diri seorang perempuan pikiran negatif orang lain. Hal ini diungkapkan oleh informan, Mita (23 tahun) sebagai berikut:

“Jilbab juga berfungsi sebagai pelindung”

Hal yang sama diungkapkan oleh informan, Icho (24 tahun) sebagai berikut:

“Selain memang karena kewajiban, menurut saya jilbab atau hijab sebagai penutup aurat membuat wanita lebih aman dan menjauhkan dari pandangan-pandangan negatif dari orang lain”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa jilbab merupakan kewajiban bagi perempuan muslimah untuk menutup aurat, fungsi lain dari jilbab adalah sebagai menjaga perempuan dari pikiran negatif.

Pengetahuan mengenai kewajiban untuk menutup aurat pertama kali diperoleh seseorang dari keluarga.

4.3.2 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan wadah yang memeberi pengaruh besar terhadap individu, lingkungan dapat membentuk keperibadian seorang individu. Di dalam hal ini keperibadian seorang individu akan terbentuk berdasarkan lingkungan yang ia tempati. Semakin sering individu tersebut melakukan interaksi dengan individu lain di dalam sebuah lingkungan maka akan semakin terlihat kesamaan sikap dan perilaku individu tersebut seperti lingkungan sekitarnya.

Individu akan menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial dalam lingkungan pergaulannya. Mengutip dalam Syarbaini (2009: 39) menjelaskan bahwa kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku. Salah satu kelompok yang sangat mempengaruhi sikap seorang individu adalah kelompok bermain.

Di dalam kelompok bermain individu mempelajari norma nilai, kultural, peran dan semua persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan partisipasinya yang efektif di dalam kelompok permainannya. Singkatnya, kelompok bermain ikut menentukan dalam pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya (Narwoko, 2004: 94). Seorang perempuan menggunakan jilbab dapat disebabkan oleh karena ia berada pada lingkungan yang di dalamnya

terdapat perempuan-perempuan menggunakan jilbab. Hal ini diungkapkan oleh informan, Ayu (22 tahun) sebagai berikut:

“Sejak SMP udah pake jilbab karena masuk sekolah agama”

Hal ini juga diungkapkan oleh informan, Najwa (22 tahun) sebagai berikut:

“Udah dari SMP karena kawan-kawan banyak yang pake jilbab sih”

Demikian yang diungkapkan oleh informan, Yenni (24 tahun) sebagai berikut:

“Dari SMP udah pake jilbab, sehari-harinya juga udah pake jilbab”

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, Mita (23 tahun) sebagai berikut:

“ Dari tahun 2010 an gitu, pas udah setahun kuliah kawan-kawan banyak yang berjilbab”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang individu akan menyesuaikan diri dengan anggota lain yang ada di dalam kelompoknya agar individu tersebut dikatakan bagian dari kelompok. Kelompok bermain sangat berpengaruh pada seorang individu, hal ini ditunjukkan pada keputusan seseorang dalam menggunakan jilbab.

4.3.3 Faktor Gaya Hidup

Setiap individu memiliki gaya hidup masing-masing, hal ini yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan lainnya. Pada umumnya individu akan menyamakan gaya hidupnya dengan kelompoknya. Hal ini juga dapat dikatakan imitasi, di mana seorang anggota akan mengimitasi perilaku atau penampilan anggota lain di dalam satu kelompok.

G. Tarde mengungkapkan bahwa imitasi berasal dari kata imitation

yang berarti peniruan. Hal ini disebabkann karena manusia pada dasarnya individualis. Namun di pihak lain manusia mempunyai kesanggupan untuk meniru sehingga di dalam masyarakat terdapat kehidupan sosial (Santosa, 2009: 13). Di dalam menggunakan jilbab, seorang perempuan melakukan imitasi agar merasa menjadi anggota pada satu kelompok.

Di dalam Santosa (2009, 13), Choros menggunakan beberapa persyaratan dan berimitasi sebagai berikut:

1. Harus ada minat/ perhatian terhadap hal/ sesuatu yang akan diimitasi 2. Harus ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi pada hal-hal yang

diimitasi

3. Harus ada penghargaan sosial yang tinggi 4. Harus ada pengetahuan dari individu

Saat ini jilbab tidak hanya digunakan sebagai penutup aurat, tetapi lebih kepada tujuan untuk meperindah penampilan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan zaman, di mana pada awalnya perempuan yang menggunakan jilbab dapat dikatakan ketinggalan zaman, namun saat ini perempuan lebih

memiliki minat untuk berjilbab disebabkan oleh penampilan yang dibuat berbeda. Hal ini diungkapkan oleh informan, Icho (24 tahun) sebagai berikut:

“Saya terinspirasi dari Dian Pelangi karena dia kreatif dalam memadupadankan busana muslim, sehingga terllihat cantik”

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, Lissya (24 tahun) sebagai berikut:

“Zaman sekarang kan fashion berhijab udah jauh lebih maju, maksudnya udah lebih menarik. Kalau saya sendiri mulai menutup aurat kira-kira tahun 2010”

Demikian yang diungkapkan oleh informan, Ayu (22 tahun) sebagai berikut:

“Sosok yang jadi inspirasi dalam berhijab dari Dian Pelangi dan muslimah lainnya juga ada. Kalau Dian Pelangi punya kharisma dan ciri khas tersendiri”

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang individu akan melakukan imitasi terhadap individu lain, hal ini terjadi pada saat

hijaber memilih cara berpenampilan dalam kehidupan sehari-harinya yang mengubah image perempuan berjilbab yang pada awalnya merupakan hal yang ketinggalan menjadi sesuatu yang lebih menarik dan banyak diminati orang lain. Di dalam hal ini para hijaber pada umumnya menjadikan Dian Pelangi sebagai inspirator dalam gaya hidup hijab mereka.

4.4 Faktor-faktor yang Mendorong Untuk Bergabung ke dalam Komunitas

Dokumen terkait