• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Pembahasan Temuan

Berdasarkan paparan data yang telah di sajikan dan dilakukan analisis, maka dilakukan pembahasan terhadap hasil temuan dalam bentuk interpretasi dan diskusi dengan teori-teori yang ada serta relevan dengan topik penelitian ini.Pembahasan penelitian disesuaikan dengan fokus penelitian yang terdapat dalam skripsi ini, guna mempermudah dalam menjawab pertanyaan yang ada dalam fokus penelitian. Adapun perincian pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Metode Binnadhor tahfidhul Qur’an

64Fatmawati, Wawancara, Madura, 25 Juli 2016.

65Observasi, Madura, 28 Juli 2016.

Metode adalah cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaaan agar sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan tertentu. Yang dimaksud dengan metode tahfidhul Qur’an yakni suatu cara untuk menghafal al-Qur’an dengan menggunakan beberapa metode menghafal yang sudah ada, sehingga dapat membantu para calon hafidzah(santriwati) menghafal al-Qur’an dengan waktu yang singkat dan benar.

1. Berdasarkan paparan data tersebut temuan penelitian mengenai metode tahfidhul Qur’an di SMP,SMA mahad tahfidz al-Qur’an Al-amien prenduan sumenep madura, sebelum memulai menghafal santriwati terlebih dahulu harus membaca mushaf al-Qur’an dengan melihat (binnadhor).Dan santriwati juga menghafalkan sendiri sebelum menyetorkan hafalannya kepada muhafidhah. Salah satu contohya metode yang digunakan yaitu: 1) binadhor membaca materi seseringmungkin yang akan dihafalkannya. 2) setelah binnahdor santriwati menghafalkan secara individu. 3) dan setelah hafal santriwati menyetorkan hafalannnya kepada muhafidhah masing-masing, pagi nambah (tajdid) sore ngulang (takrir).4) Mewajibkan Qur’an pojok, mengadakan mudarrosah setiap hari selasa pagi,mengadakan tes/ ujian, mengadakan khotmu Qur’an setiap setengah bulan satu kali.

yang dikembangkan oleh Wiwi Alawiyah Wahidmenghafal al-Qur’an yaitu sebagai berikut:

1) Memperbanyak membaca al-Qur’an sebelum menghafal (bin-nazhar) adalah membaca al-Qur’an sesering mungkin sebelum menghafalkannya, mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing lagi dengan ayat-ayat tersebut, sehingga lebih mudah menghafalkannya.

2) Sema’an atau Tasmi’ adalah memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik perseorangan atau kelompok.

3) Talaqqi adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan kita kepada seorang guru atau kiai, hal ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafal.

4) Tahfidz adalah melafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang pada saat bin nazhar hingga sempurna dan tidak terdapat kesalahan.

5) Takrir adalah mengulang hafalan atau melakukan sima’an terhadap ayat yang telah dihafal agar tetap terjaga dengan baik, kuat, dan lancar. Mengulang hafalan bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru serta teman.

6) Membuat klasifikasi target hafalan (tajdid), adalah membuat target waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz. Sebab, membuat target hafalan akan terus membangkitkan

terprogram, tidak akan ada waktu yang terbuang sia-sia.66

Setelah temuan-temuan tersebut didiskusikan dengan teori yang dikutip dan dikembangkan oleh Wiwi Alawiyah Wahidmaka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam menghafal al-Qur’anSMP, SMA Ma’had Tahfidz Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura, sudah sesuai dengan teori tersebut.

Dalam pelaksanaannya, metode-metode yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an di SMP, SMA Ma’had Tahfidz Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura,yaitu tidak jauh berbeda dengan metode yang diatas.

Jadi hafalan al-Qur’an di SMP, SMA Ma’had Tahfidz Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura,berjalan dengan sungguh-sungguh oleh para muhafidhah dalam metode menghafal al-Qur’an yang disesuiakan dengan situasi dan kondisi santriwati.

2. Problematika metode tahfidhul Qur’an

Dalam proses menghafal Al-Qur’an terdapat keterkaiatan permasalahan didalamnya, antara permasalahn satu dengan yang lain memiliki sebab akibat tentang problematika yang dihadapi oleh para hafidz yaitu santriwati di SMP, SMA Ma’had Tahfidz Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura. problematika atau permasalahan yang sering di alami oleh peserta didik adalah (1) Ngantuk, (2) Males, (3)

66Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 70.

Pengaruh lingkungan atau teman (6) ayat yang sudah dihafal lupa lagi.

Temuan-temuan tersebut kemudian didialogkan dengan teori yang dikembangkan oleh Muhaimin Zen, problematika dalam menghafal al-Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi

Masalah yang sering terjadi dan menimpa pada manusia mengenai ingatan adalah penyakit lupa. Pada dasarnya, penyakit lupa hanya karena seseorang tidak berhasil menemukan kembali informasi yang sedang dibutuhkan di dalam gudang penyimpanan memori.67 b. Gangguan-gangguan kejiwaan

Hasil penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental keabnormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik.68

c. Gangguan lingkungan (ruang/tempat belajar)

Keberhasilan seseorang di dalam menghafal al-Qur’an perlu diperhatikan keadaan lingkungan sekelilingnya terutama masalah tempat.69

Ruangan untuk menghafal /belajar diusahakan tempat yang sunyi mungkin, beberapa jenis suara terutama suara orang yang berbicara dapat mengganggu konsentrasi peserta didik untuk menghafal.Tempat menghafal yang lebih baik adalah masjid dan tempat-tempat ibadah seperti musholla atau memilih tempat di luar ruangan seperti taman-tamanan, dibawah pepohonan yang rindang dan tempat-tempat yang teduh.

Setelah temuan-temuan tersebut didiskusikan dengan teori yang dikembangkan oleh Muhaimin Zen, maka dapat disimpulkan bahwa problematika menghafal al-Qur’an di SMP, SMA Ma’had Tahfidz Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura, sudah sesuai dengan teori tersebut.

67Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’anSuper Kilat (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 17.

68Zen, Tata Cara / Problematika Menghafal Al-Qur’an, 220.

69Zen, Tata Cara/ Problematika Menghafal Al-Qur’an, 234.

Qur’an dikatakan cukup berpengaruh, karena dalam menghafal Qur’an santriwati tidak mudah putus asa dalam menghadapi hafalan al-Qur’an tersebut.

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari lapangan tentang metode tahfidhul Qur’an SMP, SMA ma’hadtahfidz al-Qur’an Al-amien prenduan sumenep madura, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA ma’had tahfidz al-Qur’an Al-amien prenduan sumenep madura, sebelum memulai menghafal santriwati terlebih dahulu harus membaca mushaf al-Qur’an dengan melihat (binnadhor). Dan santriwati juga menghafalkan sendiri sebelum menyetorkan hafalannya kepada muhafidhah. Salah satu contohya metode yang digunakanyaitu: Binnadhor membaca materi sesering mungkin yang akan dihafalkannya, setelah binnahdor santriwati menghafalkan secara individu, dan setelah hafal santriwati menyetorkan hafalannnya kepada muhafidhah masing-masing, pagi nambah (tajdid) sore ngulang (takrir), Mewajibkan Qur’an pojok, mengadakan mudarrosah setiap hari selasa pagi, mengadakan tes/ ujian, mengadakan khotmu Qur’an setiap setengah bulan satu kali.

2. Problematika atau permasalahan yang sering dialami santriwati tentang metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA ma’had tahfidz al-Qur’an al-amien yaitu: Ngantuk, Males, Keterbatasanwaktu, Dukungan orang tua kurang

maksimal, Pengaruh lingkungan atau teman, ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi, dan banyaknya ayat yang serupa.

B. Saran- saran

Selama pelaksanaan penelitian metode tahfidhul Qur’an SMP, SMA ma’had tahfidz al-Qur’an al-amien prenduan sumenep madura 2016/2017, diperoleh beberapa temuan yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan konstruktif bagi penyempurnaan atau sebagai pertimbangan dalam rangka pembelajaran hafalan al-Qur’an. Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. MudirAa’m

Mudir Aa’m sebagai pemengang kebijakan secara umum dalam metode tahfidhul Qur’an serta pendidikan agar berusaha meningkatkan pemenuhan fasilitas guna memperlancar proses menghafal al-Qur’an serta pembelajaran, baik fasilitas untuk pembelajaran keagamaan maupun umum.

2. Muhafihdah (guru pembimbing)

Guru pembimbing hafalan al-Qur’an alangkah lebih baiknya jika lebih memaksimalkan lagi dalam membimbing hafalan santriwati, serta selalu berkoordinasi dengan orang tua santriwati untuk membentuk kerjasama yang baik dalam mensukseskan hafalan al-Qur’an. Pembimbing hafalan al-Qur’an juga diharapkan lebih sabar dalam membimbing anak didiknya.

3. Santriwati

Diharapkan lebih giat dan konsentrasi saat belajar dikelas, agar lebih mudah menerima pembelajaran baik pembelajaran menghafalal-Qur’an, bahasa arab, bahasa inggris ataupun pelajaran-pelajaran lainnya.

4. Orang tua

Harus selalu terus-menerus melakukan bimbingan dan pengawasan kepada anak (santriwati). Berkomunikasi dengan pihak pondok sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan anak serta mempermudah proses bimbingan anak (santriwati) dalam menghafal ayat-ayat al-Qur’an dengan baik dan benar.

Alawiyah Wahid, Wiwi. 2015. Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat.

Yokyakarta: DIVA Press

Amali Herry, Bahrul. 2012. Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an.

Yokyakarta: Kelompok Penerbit Pro-U Media

Anwar, M.Ag, Rosihon. 2008. Ulum Al-Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia Arya Warhdana, Wisnu. 2009. Al-Qur’an dan Energi Nuklir. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

As-Sirjan, Raghib, dan Abdurrahman A. Khaliq. 2007. Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an. Solo: Aqwam

Asy-shiddieqy, M. Hasbi. 2000. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra

Busrawi, dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Cresswell, John W. 2010. Research Design. Yokyakarta: Pustaka Pelajar Departemen Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: J. Art Habibah, Ummu. 2015. 20 Hari Hafal 1 Juz. Yogyakarta: DIVA Press

Jember, Tim Penyusun. 2015. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: IAIN Jember Press

Kasiram. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif-kualitatif. Malang: UIN Malang Press

Mahmud.2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Mardudin. 2007. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara

Martinus, Surawan. 2001. Kamus Kata Serapan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Masrul, Ahmad. 2012. Kawin Dengan Al-Qur’an. Malang: Aditya Media Publishing

Muhammad Abu Syahbah, bin Muhammad. 1992. Madkhal li Dirosal Al-Qur’an Al-Karim. Kairo: Maktabah As-Sunnah

Sa’dullah, Drs. 2011. Kumpulan Dali-dali Al-Qur’an Dan Hadis. Yokyakarta: PT.

Ilmu Populer

Sugiono. 2014. Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV Sukarno. 2012. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Surabaya: Elkaf Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dalam Bimbingan

Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

W, Ahsin. 2005. Bimbingan Menghafal Al-Qur’an. Jakarta Bumi Aksara

Zen, Muhaimin. Problematika Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Husna

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Tanda Tangan

1 Rabu, 29 Juni 2016 Menyerahkan surat Penelitian

2 Kamis, 30 Juni 2016 Observasi

3 Kamis, 14 Juli 2016 Wawancara dengan mudi ‘Aam dan kepala sekolah SMP

4 Minggu, 17 Juni 2016 Wawancara dengan ketahfidhan Wawancara dengan para muhafidhoh

5 Kamis, 21 Juli 2016 Wawancara dengan kepala sekolah SMA

6 Senin, 25 Juli 2016 Wawancara dengan santri

7 Selasa, 26 Juli 2016 Mengambil data/ dokumentasi yang berkaitan dengan skripsi Pengambilan data tentang profil lembaga, sarana dan prasarana, struktur organisasi sekolah, dll 8 Sabtu, 23 Juli 2016 Wawancara dengan ustdzah

yang nasmi’

9 Selasa, 02 Agustus

2016 Wawancara dengan santriwati

Jember, 11 Agustus 2016 Mengetahui,

Mudir Aam Ma’had Tahfidz al-Qur’an Al-amien

(K. Junaidi Rosyidi )

Dokumen terkait