• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE TAHFIDHUL QUR’AN SMP DAN SMA MA’HAD TAHFIDZUL QUR’AN PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "METODE TAHFIDHUL QUR’AN SMP DAN SMA MA’HAD TAHFIDZUL QUR’AN PONDOK PESANTREN AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA 2016/2017"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

MADURA 2016/2017

SKRIPSI

Oleh:

Fathimah Mahsyariyah NIM: 082 122 041

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

OKTOBER 2016

(2)

Metode Tahfidhul Qur’an SMP , SMA di ma’ahad tahfid al- Qur’an pondok pesantren al-Amien prenduan sumenep Madura 2015/2016

Metode tahfidhul Qur’an

a. Syarat- syarat menghafal al-Qur’an

b. Metode Tahfidhul Qur’an

 Niat yang ikhlas

 Meminta izin orang tua

 Motivasi diri dan tekad yang benar

 Bacaan yang baik dan yang benar

 Memahami makna ayat yang dihafal

 Bin Nazhar

 Tasmi’

 Talaqqi

 Takrir

 Tajdid

a. Informan

 Mudir’am pondok pesantren

 Dewan guru

 Santri

b. Dokumentasi

a. Pendekatan Penelitian Kualitatif b. Jenis

penelitian Kajian lapangan c. Metode

Pengumpulan Data,

Observasi, Dokumentasi, Wawancara d. Analisis data e. Keabsahan

data

a. Bagaimana metode tahfidhul Qur’an SMP, SMA Ma’had Tahfidz al- Qur’an Pondok Pesantren al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017?

b. Apa saja problematika yang dihadapi dalam metode tahfidhul Qur’an SMP, SMA Ma’had Tahfidz al-Qur’an Pondok Pesantren al- Amien Sumenep Madura

2016/2017

(3)

MADURA 2016/2017

SKRIPSI

diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ag)

Fakultas Usuluddin, Adab dan Humaniora Jurusan Tafsir Hadits Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

Fathimah Mahsyariyah NIM: 082 122 041

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

OKTOBER 2016

(4)
(5)

1. Letak lokasi Pesantren Tahfidhul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura

2. Kondisi dan situasi Pesantren Tahfidhul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura

3. Kegiatan yang dilakukandi Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al- amien Prenduan Sumenep Madura.

B. PEDOMAN INTERVIEW

1. Sejarah berdirinya Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

2. Bagaimana Metode tahfidhul Qur’an siswa SMP dan SMA di Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Al-amien.

3. Problematika yang dihadapi dalam metode tahfidhul Qur’an siswa SMP dan SMA di Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Al- amien.

C. PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Profil Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

2. Visi dan Misi Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

3. Struktur organisasi Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

(6)

5. Data murid Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

6. Sarana dan prasarana Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

7. Denah lokasi Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

8. Foto kegiatan Ponndok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura.

(7)
(8)

Masjid Salman Al- Mahmadani (MTA Al- Amin)

Asrama Ar-Royhan

(9)

Wawancara dengan mudir A’am (Pengasuh)

(10)

Ketika Hafalan

(11)

Ketika Pembelajaran disekolah

(12)
(13)

















Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mngambil pelajaran” (Al-Qomar:17)1

1Tim Tashih Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Semarang: PT. CITRA EFFHAR, 1993), 605.

(14)

Skripsi ini saya persemahkan:

 Aba dan umi tercinta sepanjang masa (Aba H.Abd.Khaliq S.Ag.,M.Pd dan Umi Hj. Juhairiyah S.Pd.I ) yang selama ini berjuang dan berkorban tanpa lelah dan memberikan yang terbaik untuk masa depanku. Terimakasih yang tak terhingga telah menjadikanku sebagai anak yang paling beruntung dan terimakasih atas kasing sayangnya yang tak pernah pupus hingga ku tahu benar dan salah.

 Nenek tersayang (Sitti) yang telah memberikan motivasi dan menjagaku hingga saat ini.

 Adik-adikku tercinta (Yasirotul Umuri, M.Thoriq Ziad”alm”, Firdausiyah, Luqmanul Hakim, M Akbar Anas, dan Nur Baity yang telah memberikan semangat dalam setiap langkahku.

 Para Dosen dan Guru-guruku yang selama ini memberikan ilmunya sehingga terbuka cakrawala pengetahuan.

 Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura yang telah membantu saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

 Shohib-shohibaty TH Angkatan 2012 dan teman-teman Asrama Putri IAIN Jember tersayang yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, kita telah berbagi cerita dan canda tawa dalam kebersamaan yang tidak akan pernah aku lupakan

“You are the best friend”

 Keluarga besar Perpustakaan IAIN Jember yang mengajariku arti kebersamaan dan kekeluargaan.

 Almamaterku tercinta IAIN Jember

(15)

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, karunia ilmu dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, para sahabat serta para pengikutnya yang tetap setia sampai akhir zaman.

Dengan upaya semaksimal mungkin, penulis berusaha menyajikan yang terbaik, sehingga terwujud penyusunan ini dengan judul “Metode Tahfidhul Qur’an SMP, SMA Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2015/2016”.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga tidak mustahil masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isi dan cara skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Selanjutnya penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE.,MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

2. Ustadz Dr. H. Abdul Haris, M. Ag sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Jember.

(16)

penyusunan skripsi ini.

4. Kepada dosen penguji yang telah berkenan meluangkan waktu dan fikirannya untuk menjadikan penulis lebih teliti lagi dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen dan segenap civitas akademik IAIN Jember.

6. Dan semua pihak yang memberikan kontribusi dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Mudah-mudahan segala bantuan yang mereka berikan akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Akhir kata penulis panjatkan do’a emoga skripsi ini membawa manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin ya rabbal alamin.

Jember, 05 September 2016

Penulis

(17)
(18)

Sudah dimaklumi bersama dan sudah sangat jelas, bahwa menghafal al- Qur’an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta dapat dilakukan kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu khusus, kesungguhan mengerahkan kemampuan dan keseriusan, karena menghafal al-Qur’an merupakan tugas yang sangat agung dan besar. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat membantu mempermudah dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an santri ma’had tahfidh al- Qur’an al-amien prenduan sumenep madura.

Fokus penelitian ini adalah: bagaimana metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA Ma’had Tahfidh al-Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017? Sedangkan sub fokus penelitiannya yaitu: 1) bagaimana metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA Ma’had Tahfidh al-Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017: 2) apa saja problematika metode tahfidhul Qur’an yang dihadapi SMP,SMA Ma’had Tahfidh al-Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017?

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA Ma’had Tahfidh al-Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017. 2) Mendeskripsikan problematika metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA Ma’had Tahfidh al-Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian study kasus dengan subjek penelitian menggunakan purposive sampling dan metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verification. Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Berdasarkan hasi penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA Ma’had Tahfidh Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/1017, yang diterapkan di PP. MTA al-amien sudah berjalan dengan baik yang didalamnya terdapat 1) metode tahfidhul Qur’an Ma’had Tahfidh Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/1017 yaitu dengan menggunakan metode binnadhor 2) Problematika metode tahfidhul Qur’an SMP,SMA Ma’had Tahfidh Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura 2016/1017 yaitu ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi, banyaknya ayat yang serupa dan lingkungan atau teman.

(19)

Nama : Fathimah Mahsyariyah Tempat Tanggal Lahir : Jember, 24 Nofember 2016 Alamat : Jln. Pemancar Telkom No. 8

Prasian Jatian Pakusari Jember

No.Hp : 082333436128

Jurusan/Proodi : Ushuluddin/TH

Jenjang Pendidikan : TK Nururrahman

MI Nururrahman pada tahun 1999-2005

SMP Tahfidhul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura pada tahun 2005-2008

MA Keagamaan Tahfidhul Qur’an Al-amien Prenduan Sumenep Madura pada tahun 2008-2011

Menempuh IAIN Jember 2012-2016

(20)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Istilah... 10

F. Sitematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN... 13

A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Kajian Teori ... 16

1. Pengertian al-Qur’an ... 16

2. Hukum Menghafal al-Qur’an... 19

3. Syarat-syarat Menghafal al-Qur’an... 20

4. Metode Menghafal al-Qur’an ... 25

5. Keutamaan Menghafal al-Qur’an ... 29

6. Problematika Menghafal al-Qur’an ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 37

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Subyek Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Analisis Data ... 43

(21)

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 47

B. Penyajian Data dan Analisis ... 70

C. Pembahasan Temuan ... 76

BAB V PENUTUP... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran-saran... 83

DAFTAR PUSTAKA... 85 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Matrik penelitian 2. Pedoman wawancara 3. Jurnal kegiatan penelitian

4. Galeri Foto MTA Pondok Persantren Al-amien Prenduan Sumenep Madura 5. Denah MTA Pondok Persantren Al-amien Prenduan Sumenep Madura 6. Surat Keterangan penelitian dari IAIN Jember

7. Surat selesai penelitian dari MTA Al-amien Prenduan Sumenep Madura 8. Biodata penulis

(22)
(23)

4.1 Data

guru MTA al-amien Madura ... 62

4.2 Data

jumlah santriwati MTA al-amien Madura... 64

4.3 Data

sarana dan prasarana MTA al-amien Madura ... 70

(24)

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan salah satu mu’jizat Nabi Muhammad SAW, yang terbesar dan sebagai kitab suci bagi umat islam. al-Qur’an berisi firman- firman Allah SWT. Yang berupa perintah dan larangan, kisah dan hikmah, serta petunjuk bagi umat manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.Sebagai kitab suci yang merupakan petunjuk dari Yang Maha Suci, tentunya al-Qur’an memiliki kemuliaan dan keagungan yang sangat tinggi. Begitu mulianya kedudukan al-Qur’an didalam agama Islam sehingga begitu banyak umat muslim yang bertekad untuk menghafal al- Qur’an.1

al-Qur’an merupakan perkataan dari Zat Yang Maha Tinggi, Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Maka tentu saja tidak akan mudah dan tidak sembarangan manusia yang dapat menjadi penghafalnya. al-Qur’an adalah kitab suci maka penghafalnya pun harus memiliki jiwa dan hati yang bersih. Dan tentu saja dibutuhkan niat dan keistiqomahan untuk melewati segala ujian dan rintangan selama proses penghafalan dan penjagaan hafalan. Kemalasan, kejenuhan, pesimisme, maksiat, dan dosa-dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil adalah tantangan yang harus dikalahkan bagi kita yang benar-benar ingin menjadi seorang hafidz al-Qur’an.

1Ahmad Masrul, Kawin Dengan Al-Qur’an (Malang: Aditya Media Publishing, 2012), 173.

(25)

Belajar dari kemajuan islam para ulama salafiyah menguasai al- Qur’an serta hafal al-Qur’an, seperti Imam Syafi’i di usia 7 tahun sudah hafal al-Qur’an, Imam Maliki serta Imam Ghazali yang diberi gelar

“Hujjatul Islam” pun sudah hafal al-Qur’an di usianya yang sama.

Karenanya al-Qur’an harus dijadikan kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan dan dijadikan visi yang harus diutamakan terutama dalam dunia pendidikan.2

Menghafal al-Qur’an merupakan usaha yang paling efektif dalam menjaga kemurnian al-Qur’an yang agung.Dengan hafalan tersebut berarti meletakkan pada hati sanubari penghafal. Menurut Raghin dan Abdurrahman “tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yang paling aman, terjamin, serta tidak bisa di jangkau oleh musuh dan para pendengki serta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan”.3

Menghafal al-Qur’an merupakan tugas dan tanggungjawab yang besar dan mulia. Dan menghafal al-Qur’an memang bukanlah hal yang mudah, bahkan seperti suatu hal yang tidak mungkin bagi sebagian orang mengingat bahwa al-Qur’an memiliki jumlah ayat yang sangat banyak, dan juga banyak kalimat yang mirip atau berulang dalam surat yang sama maupun pada surat yang berbeda. Belum lagi al-Qur’an juga memiliki hukum-hukum bacaan dan aturan-aturan tempat keluarnya huruf yang wajib untuk digunakan setiapkali membacanya.Sedikit saja dalam kesalahan dalam hukum bacaan maupun tempat keluarnya huruf,

2Ibid., 416.

3Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman A.Khaliq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an (Solo:

Aqwam,2007),45.

(26)

akanmemberikan efek yang sangat fatal, karena dapat mengubah arti dari ayat-ayat tersebut, misalnya bisa saja yang harusnya memiliki arti baik berubah menjadi buruk maupun sebaliknya. Untuk itu, seseorang yang akan menghafalkan al-Qur’an wajib baginya untuk mempelajari dan menguasai hukum tajwid.4

Menghafal al-Qur’an bukanlah hal yang impossible alias mustahil dan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan. Hal ini dikarenakan harus menghafalkan isi al-Qur’an dengan kuantitas yang sangat besar terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan jumlah ayatnya 6236, dan jumlah kosa kata menurut hitungan sebagian para ahli adalah 74437, dan hurufnya terdiri dari 325345.5 Bagi orang islam yang ingin melakukannya, Allah telah memberi garansi akan mudahnya al-Qur’an untuk dihafalkan. Dorongan untuk menghafal al-Qur’an sendiri telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist.

Allah SWT berfirman:

















Artinya:“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”(QS.

Al-Qamar: 17).

Ayat ini mengindikasikan kemudahan dalam menghafalkan al- Qur’an.

4Ahmad Masrul, Kawin Dengan Al-Qur’an (Malang: Aditya Media Publishing, 2012), 174.

5Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah& Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), 57.

(27)

Oleh karena itu keutamaan dan keuntungan yang diperoleh bagi orang yang membaca al-Qur’an sangat banyak, diantaranya: orang yang terbaik di antara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an, orang yang pandai membaca Al-qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat, dan orang yang membaca dan mendengar al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat, dan pujian dari Allah.6Ketika membaca al- Qur’an maka saat itulah sedang berkomunikasi dengan Allah.

Sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk menaruh perhatian terhadap al-Quran dengan membacanya, menghafalnya, dan mengambil pelajaran darinya.Allah telah menjanjikan bagi para pelestari kitab-Nya yaitu berupa pahala, dinaikan derajatnya, dan diberi kemenangan di dunia dan akhirat. Didalam al-Qur’an Allah SWT menjelaskan:













































 







Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.

6Ibid., 67.

(28)

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

(QS. Fathir: 29-30).

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai potensi besar dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman, terlebih lagi ilmu-ilmu al-Qur’an. Hal ini karena pondok pesantren adalah satu satunya lembaga pendidikan Islam yang menerapkan sistem asrama bagi para santri dengan pengawasan 24 jam penuh. Dengan demikian para santri sebagai peserta didik dapat berkonsentrasi didalam mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu Islam khususnya al-Qur’an.

Kesediaan untuk mempersiapkan waktu khusus dalam menghafal al-Qur’an menjadi faktor yang berpengaruh dalam proses penghafalan.

Seseorang yang berada di lembaga pendidikan pesantren tentunya akan lebih berpotensi besar untuk dapat menghafal al-Qur’an dengan lebih cepat dari pada mereka yang aktivitasnya sebagai pekerja yang berangkat pagi dan pulang malam.7Di pesantren, al-Qur’an adalah ibarat menu yang dihidangkan dan harus disantap setiap saat oleh para santri.Sedangkan bagi pekerja, waktu untuk berinteraksi dengan al-Qur’an sangat minim.Meskipun demikian, bukan berarti hanya anak- anak pesantren saja yang dapat menjadi seorang hafidz al-Qur’an.Karena hanya masalah waktu dan keistiqomahan saja.Semakin sedikit waktu yang diluangkan untuk al- Qur’an, maka semakin lama baginya untuk dapat menghafal al-Qur’an sehingga membutuhkan keistiqomahan yang ekstra.

7Ibid., 175.

(29)

Di era modern ini, Pondok Pesantern Tahfidhul Qur’an sudah relatif banyak.Akan tetapi pondok pesantren tahfidz Al-Amien mempunyai target dalam menghafal al-Qur’an dan juga telah banyak mengahasilkan para hafidz yang berkualitas.Karena setelah subuh para santri menyetorkan hafalan yang baru, setelah asar mereka menyetorkan hafalan yang sudah dihafal (takrir), setelah maghrib mereka mempersiapkan hafalan baru yang akan disetorkan keesokan harinya, dan setelah mu’ajjah (belajar malam) pada jam 21.00-21.30 para santri memantapkan hafalannya. Dengan demikian para santri terjadwal dan terstruktur dalam menghafal al-Qur’an dengan cepat.Sehingga santri menyelesaikan hafalan 30 juz dalam waktu yang singkat 2 tahun sudah ada yang bisa menyelesaikan hafalannya.Meskipun memiliki banyak kegiatan dan program, namun menghafal al-Qur’an tetap menjadi prioritas utama pendidikan di pondok Al-Amien.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Amien Prenduan Sumenep Madura, diwajibkan berbahasa arab dan inggris karena berbahasa arab sangat mendukung agar para santriwati mudah dalam menghafakan al- Qur’an.Dan juga menerapkan ujian al-Qur’an sekali setor 15 juz atau 30 juz, untuk persyaratan wisuda dan mendapatkan izajah.Dengan demikian peneliti berkeinginan untuk melihat lebih jauh tentang metode tahfidhul Qur’an.

Alasan peneliti melakukan penelitian di pondok pesantren al-amien prenduan sumenep madura karena pondok pesantren tersebut merupakan

(30)

pondok tahfidhul Qur’an modern dan juga telah banyak mencetak para hafidz al-Qur’an yang tidak hanya cepat dalam menyelesaikan hafalannya, namun juga pandai dalam berbahasa arab dan inggris, serta ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan realita tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Metode Tahfidhul Qur’an SMP,SMA Ma’had Tahfifdhul Qur’an Pondok Pesantren Al-amien Prenduan Sumenep Madura Tahun 2016/2017.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, supaya pembahasan ini terarah dan fokus. Maka dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah sebagaimana berikut:

a. Bagaimana metode tahfidhul Qur’an SMP, SMA di Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017?

b. Apa saja problematika yang dihadapi dalam metode tahfidhul Qur’ansiswa SMP, SMA di Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu dan konsisten dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan

(31)

masalah.8 Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:

1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan metode tahfidhul Qur’an siswa SMP, SMA di Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan metode tahfidhul Qur’an siswa SMP, SMA di Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017.

b. Untuk mendeskripsikan prolematika yang dihadapi dalam metode tahfidhul Qur’an siswa SMP, SMA di Ma’had Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2016/2017.

D. Manfaat penelitian

Manfaat penelitin berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian.9 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangsih pengetahuan kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya, serta kepada peneliti khususnya, karena itu secara garis besar manfaat penelirian yang hendak dicapai yaitu:

1. Teoritis

8IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press,2015),37.

9Ibid., 38.

(32)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang pengajaran, khususnya metode yang paling mudah dalam mengahafal al-Qur’an.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh, sehingga mendapat pengetahuan maupun pengalaman baru serta dapat mendorong semangat dalam mengahafal al-Qur’an dan menjaganya.

b. Bagi IAIN Jember, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam al-Qur’an, khususnya dalam menghafalkan ayat ayat al-Qur’an, sehingga pesan al-Qur’an dapat difahami.

c. Bagi pondok Pesantren Ma’had Tahfidz al-Qur’an, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa informasi dalam proses mencetak para muhafidh dan muhafidhoh yang cukup berkualitas.

d. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik kepada masarakat yang berniat maupun yang sedang membaca, menghafalkan al-Qur’an, serta mengamalkan isi dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an sebagai kerangka berfikir yang diharapkan mampu mengemban misi agama Islam.

(33)

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian.Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana yang telah dimaksudkan oleh peneliti.10 Adapun definisi yang dapat diketahui dalam penelitian iniadalah:

1. Metode

Metode adalaha cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Selain itu, metode adalah cara kerja yng bersistem untk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.11

2. Tahfidzul Qur’an

Tahfidzul Qur’an adalah gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfizh dan al-Qur’an. Kata tahfizh merupakan bentuk isim mashdar dari fiil madhi Haffazha- yuhaffizhu-tahfizhan, yang mengandung makna menghafalkan atau menjadikan hafal. Dengan demikian tahfizhul Qur’an dapat berarti menjadikan (seseorang) hafal al-Qur’an. Menghafal berasal dari kata dasar hafal.Hafal berarti telah memasukkan dalam ingatan tentang pelajaran.12Adapun al-Qur’an secara bahasa berarti “bacaan”.

10Ibid., 39.

11Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembina Bahasa, 2011), 27.

12Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2007), 910.

(34)

Adapun yang dimaksud tahfizhul Qur’an disini adalah bidang studi yang berisi tentang tata cara untuk menjadikan peserta didik dapat menghafal al-Quran berikut menjaga hafalannya.

F. Sistematika Penelitian

Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari isi skripsi ini yang bertujuan untuk mengerti secara global dari seluruh pembahasan yang ada. Terkait dengan materi yang akan dibahas pada dasarnya terdiri dari lima bab, dan setiap bab memiliki beberapa sub bab, antara bab yang satu dengan bab yang lain saling berhubungan bahkan merupakan pendalaman pemahaman dari bab sebelumnya. Untuk lebih mudahnya maka dibawah ini akan dikemukakan gambaran umum secara singkat dari pembahasan skripsi ini:

Bab I pendahuluan, yaitu latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab II kajian kepustakaan, memuat tentang penelitian terdahulu dan kajian teori yang berkenan dengan masalah penelitian yang diteliti sesuai dengan focus penelitian dan tujuan penelitian.

Bab III membahas tentang metode yang digunakan peneliti yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan datadan tahap-tahap penelitian.

(35)

Bab IV penyajian data dan analisis dan memuat tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis data, serta pembahasan temuan.

Bab VMerupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan penelitian yang di lengkapi dengan saran-saran dari penulis dan di akhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran sebagai pendukung di dalam pemenuhan kelengkapan data skripsi.

(36)

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Budi santoso (Skipsi 2014) mahasiswa IAIN Jember dengan judul

“Metode Menghafal al-Qur’an Dan Problematikanya di Pondok Pesantren Ummul Qur’an Desa Gringging Kabupaten Kediri”. Hasil penelitan ini disimpulkan bahwa metode yang diterapkan di pondok Pesantren Ummul Qur’an sudah berjalan dengan baik melalui penerapan metode secara individual maupun klasikal. Pelaksanaan metode ini ditunjang dengan penggunaan media musfhaf dan buku panduan mengahafal serta materi penunjang lainnya dengan sistem evaluasi untuk memantau perkembangan santri.Berbagai problematika yang muncul dalam metode pelaksanaan ini juga sudah mendapatkan perhatian khusus dari pihak pondok pesantren sehingga kegiatan menghafal al-Qur’an bisa kondusif dan berjalan baik.

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang menghafal al-Qur’an. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas tentang metode dan proplematikanya menghafal al-Qur’an. Adapun penelitian ini hanya membahas tentang metode tahfidhul Qur’an.

(37)

2. Kameliatul Hidayati (Skipsi 2015) mahasiswa IAIN Jember dengan judul

“Orientasi Penyelenggaraan Lembaga Tahfidz Al-Qur’an Bagi Anak-anak di Pondok Pesantren Nurul Qur’an Kraksan Probolinggo”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun hasil penelitan ini disimpulkan bahwa orientasi penyelenggaraan lembaga tahfidz al-Qur’an bagi anak-anak bertujuan untuk mencetak santri yang berjiwa qur’ani, berakhlakul karimah dan mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya, santun, bertanggung jawab serta siap tampil di masyarakat.

Sedangkan untuk pengaktifan program hafalan al-qur’an pada anak-anak banyak yang telah dilakukan oleh para asatidz diantaranya mengumpulkan mereka dalam satu ruang dan menggunakan beberapa metode yang dianggap bagus dan praktis menurut para sesepuh di pondok pesantren Nurul Qur’an. Pondok ini terbilang sukses sebagai lembaga tahfidz. Hal ini terbukti dengan para ratusan alumni dan santri yang telah hafal al-quran secara sempurna 30 juz, juga mayoritas mereka sukses hidup di masyarakat dengan membangun lembaga tahfidz sendiri.

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama- sama menggunakan pendekatan kualitatif dan sama-sama meneliti tentang al-Qur’an untuk dihafalkan. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas penyelenggaraan lembaga tahfidz bagi anak-anak untuk menghafal al-Qur’an. Adapun penelitian ini membahas tentang metode tahfidhul Qur’an.

(38)

3. Miftahur Rohmah (Skipsi 2015) mahasiswa IAIN Jember dengan judul

“Aplikasi Metode Qiro’ati dalam Pembelajaran al-Qur’an di Pondok Pesantren (Studi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Falah Dusun Durenan Desa Klompangan Kecamatan Ajung Kabupaten Jember)”.

Adapun hasil penelitan ini disimpulkan sebagai berikut: 1) pembelajaran membaca dengan menggunakan metode qiro’ati di PP TQ Al-Falah cenderung menggunakan metode klasikal individual, karena selain guru yang membimbing dalam menyimak bacaan santri, peserta didik yang lain ikut berperan dalam proses pembelajaran. Kegiatannya dengan membaca bersama kemudian salah satu peserta didik ditunjuk guru untuk membaca sedangkan peserta didik yang lain menyimak. Dari situlah peserta didik akan belajar konsentrasi dalam pembelajaran Al-Qur’an. 2) Dari ketiga metode qiro’ati (individual, klasikal individual, klasikal baca simak) yang diterapkan di PP TQ Al-Falah dalam pembelajaran menulis hanya dua metode yang digunakan, metode qiro’ati individual dan klasikal individual.

Pembelajaran menulis dengan menggunakan metode qiro’ati individual maupun klasikal individual hanya dipakai untuk TPQ anak saja. 3) Dalam pembelajaran menghafal metode qiro’ati klasikal individual dan klasikal baca simak hanya digunakan untuk santri yang mengikuti program tahfidz qiro’ati. Walaupun mereka mengikuti tahfidz qiro’ati akan tetapi dalam hafalan, mauun menyetorkan hafalan, mereka tidak diharuskan memakai lagu qiro’ati. Mereka memakai lagu qiro’ati ketika dalam kegiatan muroja’ah bersama saja.

(39)

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas metode qiro’ati dalam pembelajaran al-Qur’an. Adapun penelitian ini membahas tentang metode tahfidhul Qur’an.

B. Kajian Teori

Seorang muslim tentu menyadari bahwa al-Qur’an merupakan firman yang diturunkan oleh Allah SWT. dan al-Qur’an juga merupakan bentuk pengagungan terhadap Allah SWT, di samping itu seorang muslim juga menyadari bahwa ia memiliki kewajiban terhadap al-Qur’an saat membaca dan berinteraksi dengannya.

Menghafal al-Qur’an bukanlah pekerjaan yang sulit, namun juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, memerlukan suatu proses pelaksanaan, metode yang digunakan untuk mencapai hafalan yang maksimal serta harus berusaha dan bekerja keras melawan problematika atau permasalahan yang akan dihadapi nantinya.

1. Pengertian Al-Qur’an

Tidak ada satu kitabpun di dunia ini yang lengkap dan sempurna seperti halnya Kitab al-Qur’an. Umat Islam wajib bangga dengan kitab suci al-Qur’an, karena al-Qur’an adalah bacaan yang maha sempurna dan maha mulia. Sehingga disebut juga dengan al-Qur’an Al-Karim.

Berkaitan dengan asal-usul al-Qur’an para ulama berbeda pendapat didalam menjelaskan kata al-Qur’an diantaranya adalah:

(40)

a. Menurut Al-Zujaj, Berpendapat bahwa kata “al-Qur’an merupakan kata sifat dari kata dasar ”al-Qar” yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, karena kitab itu menghimpun surat, ayat ,kisah, perintah, dan larangan. Hal ini sebagaimana yang telah di firmanakan oleh Allah di dalam surat An-Nahlayat 89. Yang Artinya: “Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (Q.S An-Nahl: 89).

b. Al-Asy’ari, berperdapat bahwa kata al-Qur’an diambil kata kerja

“qarana” (menyertakan) karena al-Qur’an menyertakan surat, ayat, dan huruf- huruf.

c. Al-Lihyani, berpendapat bahwa kata al-Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a” (membaca) sebagaimana kata rujhan dan ghufran. Kata jadian ini kemudian dijadikan sebagainama bagi Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW. Penamaan ini masuk kedalam kategori “tasmiyah maf’ul bi al-masdhar”

(penamaan isim maf’ul dengan isim masdhar). Sebagaimana merujuk Firman Allah didalam surat Al-Qoyyimah ayat 17-18:Yang Artinya:“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.” (Q.S Al- Qoyyimah).13

13 Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum Al-Qur’an (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008),31.

(41)

d. Al-Farra’, berpendapat bahwa kata al-Qur’an diambil dari kata dasar

“qara’in” (penguat) karena al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat yang saling menguatkan, dan terdapat kemiripan antara satu ayat dan ayat-ayat lainnya.

e. Asy Syafi’i, berpendapat bahwa kata al-Qur’an yang dita’rifkan dengan

“Al” tidak berhamzah (tidak mempunyai An) dan bukan diambil dari sesuatu kalimat lain, tidak diambil dari qara’tu sama dengan aku telah baca. Kata itu istilah resmi bagi kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad. Sebagaimana nama Injil dan Taurat yang dipakai khusus untuk kitab-kitab Tuhan yang diberikan masing-masing kepada Nabi Isa dan Musa.14

al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat jibril untuk dibaca, difahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia. Sedangkan menurut istilah, al-Qur’an merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tertulis pada beberapa mushaf, yang disampaikan secara mutawatir, siapapun yang membacanya mendapatkan pahala dan merupakan tantangan walaupun pada surat yang paling pendek seperti juz Am’ma.15

Dari uraian diatas sudah jelas bahwa al-Qur’an adalah kitab yang Agung yang berisi segala sumber ilmu didalamnya. Maka tidaklah satu hukum yang sempurna dan mutlak kebenarannya selain al-Qur’an, hal ini

14Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), 5.

15DR. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulum Al-Qur’an (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008),31.

(42)

diistilahkan oleh al-Qur’an dengan nada “La Hukma IllAllah” tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Prinsip ini sudah harga mati. Bagi seorang muslim menjalankan hukum Allah adalah keharusan, hukum tidak bisa ditawar-tawar atau diperjualbelikan.16

2. Hukum Menghafal al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan dengan hafalan (lisan) bukan dengan tulisan.

Pada waktu Nabi Muahammad menerima bacaan dari Jibril, Nabi dilarang mendahului bacaannya agar supaya lebih mantap hafalannya. Maka hal inilah yang dianggap sebagai salah satu dasar bagi orang-orang umtuk menghafal al-Qur’an. Menurut Imam Nawawi hukum menghafal al- Qur’an adalah “Fardhu kifayah”.17 Yang dimaksud “Fardhu kifayah”

adalah Artinya tidak semua orang Islam diwajibkan menghafal al-Qur’an.

kewajiban ini sudah cukup terwakili dengan adanya beberapa orang yang mampu menghafalkannya, dan apabila tidak ada seorangpun yang melaksanakan kewajiban tersebut maka dosanya ditanggung bersama. Hal ini berarti orang yang menghafal al-Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah

“mutawatir” sehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an.18 Orang yang melakukan “fardhu kifayah” itu mempunyai kelebihan tersendiri dari pada orang yang melakukan “fardhu a’in”, karena orang yang melakukan”fardhu kifayah” menggugurkan dosa umat yang tidak melakukannya.

16Ahmad Masrul, Kawin Dengan Al-Qur’an (Malang: Aditya Media Publishing, 2012), 388.

17Muhaimin Zen, Prolematika Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al Husna), 38.

18Ahsin , Bimbingan Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 24.

(43)

3. Syarat-syarat menghafal al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir bagi umat manusia dan sesudahnya tidak akan ada lagi kitab suci yang akan diturunkan oleh Allah. Karenanya al-Qur’an adalah petunjuk paling lengkap bagi umat manusia dan akan tetap sesuai dengan perkembangan zaman pada saat ini maupun untuk masa yang akan datang sampai dengan datangnya hari kiamat nanti.19 Memang menghafal al-Qur’an tidak wajib bagi umat muslim, akan tetapi syarat-syarat yang ada dan harus dimiliki oleh calon penghafal al-Qur’an adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniah semata. Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah:20

a. Niat yang Ikhlas

Niatkan dan istiqomahkan niat untuk menghafal al-Qur’an hanya karena Allah SAW. Tidak mengharapkan sesuatu apapun di dunia, melainkan hanya mendapatkan ridho dari Allah, jangan sekali- kali menghafalkan al-Qur’an dengan tujuan untuk mendapatkan kedudukan dimasyarakat. Biarkan kemuliaan itu datang dengan sendirinya setelah hati, jiwa, dan pikiran kita terisi dengan al-Qur’an.

Apabila kita menghafalkan al-Qur’an dengan ikhlas dan benar maka Allah akan memudahkan kita dalam menghafalkannya.Karena sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.

19Wisnu Arya Wardhana, Al-Qur’an & Energi Nuklir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 46.

20Ummu Habibah, 20 Hari Hafal 1 Juz (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 15.

(44)

b. Menjauhi maksiat

Al-Qur’an adalah firman Allah yang maha suci, maka ia tidak akan masuk dan melekat didalam hati yang kotor dan berdosa.

Kemaksiatan akan menghalangi cahaya ilahi yang akan masuk kedalam hati, dan hanya akan mengingatkannya pada nafsu duniawi saja.

Imam Syafi’i adalah seorang yang memiliki kemampuan menghafal al-Qur’an yang luar biasa, kecepatannya dalam menghafal sudah tidak diragukan lag. Namun, suatu ketika beliau mengadu kepada gurunya tentang hafalannya karena beliau mengalami kelambatan dalam menghafal. Imam Syafi’i berkata : “aku mengadu kepada guruku atas buruknya hafalanku, maka diapun memberikan nasehat agar aku meninggalkan kemaksiatan, dia memberi tahu bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya itu tidak akan diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat”.21

Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Barang siapa yang dapat membersihkan hati dan dirinya dari maksiat kepada Allah, maka Allah akan memberikan cahaya dan membukakan hatinya untuk senantiasa mengingat Allah dan Firman-Nya, serta Allah akan memberikan kemudahan untuk mempelajari dan menghafal al-Qur’an.

21Ahmad Masrul, Kawin Dengan Al-Qur’an (Malang: Aditya Media Publishing, 2012), 177.

(45)

c. Minta izin kepada kedua orang tua

Menghafal al-Qur’an adalah suatu ibadah kepada Allah berupa kerihdoan Allah dan juga kerihdoan kedua orang tua asalkan tidak menyimpang dari hukum-hukum Allah, karena “Ridhollah fii ridhol waalidain wasukhtullah fii sukhtil walidain” hal ini dikarenakan orang tua menunjang kesuksesan dalam menghafal al-Qur’an dan mendoakan yang terbaik.

d. Memanfaatkan waktu efektif dan waktu luang

Menyediakan waktu yang khusus dalam menghafalkan al- Qur’an. Jangan menghafal al-Qur’an manakala hati dan fikiran sedang sibuk dengan suatu perkara. Karena perkara yang menyibukkan hati dan fikiran kita akan merusak konsentrasi untuk menghafal al-Qur’an.

Carilah waktu yang tenang dimana hati dan fikiran dapat menyerap ilmu dengan mudah, hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan waktu-waktu efektif, seperti setelah melakukan sholat maqrib, setelah shaolat tahajjud dan setelah sholat subuh. Setelah sholat subuh adalah waktu yang memiliki potensi besar untuk mendukung penghafalan al- Qur’an, pada waktu itulah hati dan fikiran masih bersih dan segar karena belum terkontaminasi dengan perkara-perkara duniawi.

e. Memilih tempat yang tepat

Pilihlah tempat-tempat yang tenang untuk menghafal al-Qur’an sehingga hati, fikiran, penglihatan, dan pendengaran tidak akan terusik dengan hal-hal lain yang ada di sekitar kita. Masjid dan musholla adalah

(46)

tempat yang paling utama untuk menghafal al-Qur’an. Karena masjid adalah rumah Allah yang akan memberikan ketenangan manakala kita sedang bertandus maupun menghafal al-Qur’an.

f. Motivasi diri dan tekad yang benar

Motivasi diri dan tekad yang benar adalah faktor besar yang mempengaruhi kemampuan menghafal al-Qur’an. Motivasi diri dan tekad yang kuat jauh lebih berperan dari pada tekanan dari pihak-pihak luar, seperti adanya tekanan dari orang tua atau gurunya untuk menghafal al-Qur’an. Karena tekanan semacam ini biasanya tidak akan bertahan dalam waktu yang lama, justru tekanan semacam ini hanya akan menjadi sumber kekecewaan dan kejenuhan. Sedangkan motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri akan terus bertahan dan semakin kuat bilamana ia mendapatkan penyemangat yang berkesinambungan.

g. Menggunakan satu mushaf

Menggunakan satu mushaf tentu saja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses penghafalan. Dengan menggunakan satu mushaf setiap kali membaca dan menghafal al-Qur’an akan memudahkan kita dalam menghafal al-Qur’an dari pada menggunakan mushaf yang berbeda-beda. Karena menggunakan mushaf yang berbeda-beda akan memberikan gambaran yang berbeda didalam ingatan kita, serta tidak akan dapat berkonsentrasi. Gunakanlah mushaf pojok atau juga disebut mushaf ayat pojok pertama kali diterbitkan oleh penerbit Bahriyah di istambul, Turki. Karena itu mushaf pojok ini juga

(47)

dikenal dengan nama Qur’an Bahriyah. Mushaf ini telah populer dikalangan para penghafal al-Qur’an. Setiap halamannya terdiri dari 15 baris, namun ada pula yang tidak 15 baris. Ciri lainnya dari mushaf pojok ini adalah setiap juz terdiri 20 halaman atau 10 lembar. Kecuali juz 1 terdiri 21 halaman karena ada surat Al-Fatihah, dan juz 30 terdiri 23 halaman karena banyak ayat Basmalahnya. Jadi semuanya 604 halaman.

Mushaf pojok sangat memudahkan kita dalam mengingat ayat- ayat yang akan dihafal. Karena tata letak bacaan itu ada disebelah kiri atau kanan, baris atas, tengah, bawah, bahkan Qur’an halaman berapa bisa mudah di ingat.

h. Bacaan yang baik dan benar

Senantiasa melakukan perbaikan dan evaluasi terhadap bacaan dan hafalan al-Qur’an yang telah dimiliki. Melakukan evaluasi dan perbaikan ini hendaknya datang kepada seorang guru atau orang yang bacaan al-Qur’annya telah baik dan benar. Hal ini agar kita tidak memilimi hafalan yang salah dan akhirnya akan sangat sulit untuk diperbaiki karena sudah terlalu lama terekam didalam otak.

i. Memahami makna ayat yang dihafal

Faktor lain yang mempengaruhi proses penghafalan al-Qur’an adalah kemampuannya dalam memahami makna ayat yang sedang dihafalnya. Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan kitab tafsir atau kitab-kitab terjamahan. Menghafal al-Qur’an tidak hanya

(48)

menghafalkan saja tetapi juga harus bisa menuliskan ayat yang dihafalkan dan memahami makna kandungan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

j. Membawa al-Qur’an ukuran saku

Usahakansenantiasa membawa al-Qur’an kemanapun dan dimanapun, (selain ke kamar mandi, tempat kotor dan najis lainnya), mushaf ukuran saku sangat membantu kita untuk menghafalkan al- Qur’an kemanapun kita pergi.22

4. Metode tahfidhul Qur’an

Metodeadalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata mencapai tujuan yangtelah ditetapkan.23

Metode dalam penelitian ini adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam proses menghafal al-Qur’an sesuai dengan kehendak dan kesanggupannya. Terkait dengan mengahafal al-Qur’an ada beberapa metode yang digunakan dalam penghafalan al-Qur’an yang biasa digunakan oleh para muhafidz dan muhafidzah:24

a. Memperbanyak membaca al-Qur’an sebelum menghafal (bin-nazhar) adalah membaca al-Qur’an sesering mungkin sebelum menghafalkannya, mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing lagi dengan ayat-ayat tersebut, sehingga lebih mudah menghafalkannya.

22Bahrul Amali Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an (Yogyakarta: Kelompok Penerbit Pro- U Media, 2012), 166.

23Sukarno, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam (Surabaya: Elkaf, 2012),82.

24Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 70.

(49)

b. Sema’an atau Tasmi’ adalah memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik perseorangan atau kelompok.

c. Talaqqi adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalankepada seorang guru atau kiai, hal ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafal.

d. Tahfidz adalah melafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang pada saat bin nazhar hingga sempurna dan tidak terdapat kesalahan.

e. Takrir adalah mengulang hafalan atau melakukan sima’an terhadap ayat yang telah dihafal agar tetap terjaga dengan baik, kuat, dan lancar.

Mengulang hafalan bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru serta teman.

f. Membuat klasifikasi target hafalan (tajdid), adalah membuat target waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz.

Sebab, membuat target hafalan akan terus membangkitkan semangat menghafal, selain itu, apabila hafalan terjadwal atau terprogram, tidak akan ada waktu yang terbuang sia-sia.

Pada prinsipnya semua metode di atas baik semua untuk dijadikan pedoman menghafal al-Qur’an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan yang terkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal al-Qur’an.

(50)

Sukses menghafal al-Qur’an sampai khatam 30 juz bukan berarti sampai pada titik akhir dari aktivitas menghafal. Bukan, justru baru memulai babak baru dalam hafalan al-Qur’an, yaitu yang disebut menjaga hafalan agar tidak hilang dari ingatan. Inilah tugas berikutnya yang harus ditanggung oleh para muhafidz dan muhafidzah yang sudah hafal 30 juz.25

Setelah menyelesaikan 30 juz sangat dianjurkan dalam menjaga hafalan agar tidak menguap dari ingatan. Adapun metode dalam menjaga hafalan 30 juz diantaranya adalah:

a. Mengulang hafalan minimal 2 juz setiap hari, hal ini salah satu cara ampuh untuk menjaga dan mengasah hafalan agar tidak mudah hilang dari ingatan. Cara ini umum dilakukan oleh para penghafal al-Qur’an yang sudah khatam 30 juz, mengulang hafalan sebanyak 2 juz per hari itu bukanlah hal yang sulit bagi muhafidz, karena cara ini tidak memakan waktu yang lama, sebab, bagaimanapun membaca al-Qur’an orang yang sudah hafal dengan orang yang belum hafal memiliki tingkat kecepatan yang berbeda. Artinya orang yang sudah hafal dapat membaca al-Qur’an jauh lebih cepat daripada orang yang tidak hafal, karena itu, dengan hanya mengulang hafalan 2 juz per hari tidak akan membuat para muhafidz kehilangan banyak waktu.

b. Mengulang hafalan dengan menjadikannya wirid, dalam melakukan wirid Qur’an, satu yang penting dan harus diperhatikan, yakni tidak melewatkan satu hari tanpa mengulang hafalan, jadi para muhafidz-

25Ummu Habibah, 20 Hari Hafal 1 Juz (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 141.

(51)

muhafidzah harus mengulang atau membaca al-Qur’an sebanyak- banyaknya. Agar tetap terjaga hafalannya.

c. Mengadakan dan mengikuti sima’an, sima’an adalah cara khusus yang dilakukan untuk membaca al-Qur’an sampai khatam. Acara sima’an ini sudah sudah menjadi budaya bagi para penghafal al-Qur’an di tanah jawa sejak zaman dalu sampai sekarang, agar hafalantidak hilang.

d. Mengikuti perlombaan tahfidz al-Qur’an, karena dengan adanya perlombaan menjadi ajang uji coba dan sekaligus uji nyali bagi para penghafal al-Qur’an. Perlombaan tahfidz menilai 4 hal dari kemampuan menghafal, yaitu: tajwid, makharijul huruf, intonasi, dan kelancaran, jadi dengan mengikuti perlombaan tahfidz, maka setidaknya berlatih untuk menyempurnakan hafalan.

e. Menjadi imam shalat, dengan menjadi imam shalat merupakan kesempatan dan peluang emas bagi muhafidz-muhafidzah karena sambil lalu mengamalkan apa yang telah dihafalkan.

f. Mengajarkan kepada orang lain, cara ini juga sangat efektif dalam menjaga hafalan. Seperti menjadi guru, dengan menjadi guru tahfidz berkewajiban mendengarkan bacaan al-Qur’an dari murid-murid (para calon hafidz), ketika mendengarkan hafalan mereka itu sama saja mengulang hafalan sendiri. Karena itu, mengajarkan al-Qur’an kepada orang lain menjadi salah satu cara mujarrab dalam menjaga hafalan agar tetap melekat dalam ingatan.

(52)

5. Keutamaan menghafal al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Rasulullah, melalui malaikat jibril. Kitab suci ini disampaikan kepada Nabi secara berangsur-angsur. al-Qur’an juga merupakan kemuliaan yang paling tinggi yang memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusiaagar berada dijalan yang lurus dan keluar dari kegelapan menuju cahaya terang, dan tidak ada sedikitpun di dalamnya. Oleh karena itu, sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya, sebagaimana sabda Rasulullah: “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.”(H.R.

Bukhari)26

Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Firmannya:















 





























Artinya:“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.”(QS.Fathir:32)

26Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 143.

(53)

Dari ayat diatas betapa pentingnya menghafal al-Qur’an. Adapun beberapa keutamaan menghafal. Menurut Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan fi Adabi Hamalati al-Qur’an keutamaan tersebut diantaranya adalah:27

a. al-Qur’an adalah pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi umat manusia yang membaca, memahami, dan mengamalkannya. Dalam sebuah hadis dari Abu Umamah Al-Bahli dikisahkan bahwa Rasulullah bersabda:

“bacalah aL-Qur’an maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at kepada pemilknya”.(HR.

Muslim).

b. Para penghafal al-Qur’an telah dijanjikan derajat yang tinggi disisi Allah, pahala yang besar, serta penghormatan di antara sesama manusia.

c. al-Qur’an menjadi hujjah atau pembela bagi pembacanya serta sebagai pelindung dari siksaan api neraka.

d. Para penghafal al-Qur’an di prioritaskan untuk menjadi imam shalat.

e. Para penghafal al-Qur’an menghabiskan sebagian waktunya untuk mempelajari dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Hal ini menjadikan hidupnya penuh barakah sekaligus memosisikannya sebagai manusia yang sempurna.

f. Para penghafal al-Qur’an adalah keluarga Allah, sebagaimana sabda Rasulullah, yang Artinya: “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga dari pada manusia, ada yang bertanya: siapa mereka itu ya

27Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 145-150.

(54)

Allah? beliau menjawab ahli al-Qur’an itulah keluarga Allah dan orang-orang khususnya.”(HR. Imam Ahmad).

g. Menghafalkan al-Qur’an adalah salah satu kenikmatan paling besar yang telah diberikan oleh Allah.

h. Orang yang hafal al-Qur’an memperoleh keistimewaan yang sangat luar biasa, yaitu lisannya tidak pernah kering dan fikirannya tidak pernah kosong karena mereka sering membaca dan mengulang-ulang al- Qur’an.

6. Problematika menghafal al-Qur’an

Problematika dalam menghafal al-Qur’an yakni suatu permasalahan yang dihadapi oleh para hafizh yaitu santriwati dalam proses menghafal al-Qur’an. Beberapa problematika telah sering dihadapi oleh para hafizh atau santriwati mulai dari masalah atau problem dari diri individu itu sendiri, begitu juga dengan masalah yang muncul dari lingkungan yang tidak lepas dari tempat tinggal.

Kegiatan menghafal al-Qur’an juga merupakan sebuah proses, mengingat seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti fonetik, waqaf, dan lain-lain) harus dihafal dan diingat secara sempurna. Sehingga seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal hingga pengingatan kembali (recalling) harus tepat.28 Keadaan demikian ini tidak terlepas dari adanya faktor pengganggu atau

28Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 15.

(55)

problematika. Adapun problematika yang seringkali dialami oleh penghafal al-Qur’an diantaranya adalah:29

a. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi

Problem ini biasanya dipagi hari itu sudah dihafal tapi sewaktu ditinggalkan beraktifitas lain, sore harinya sudah tidak ingat lagi.

Problem semacam ini tidak hanya dialami oleh seorang saja tetapi hampir seluruh penghafal al-Qur’an. Jika ada yang termasuk dari kategori ini maka tidak perlu bosan dan putus asa, sebagaimana firman Allah dalam surat yusuf:





















 





















Artinya:”Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang

Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(QS. Yusuf: 87).

Demikian yang disebutkan dalam al-Qur’an bahwa sifat lupa adalah disebabkan oleh syetan dan harus di ingat bahwa lupa itu mempunyai sebab-sebab sebagai berikut: a.) kesan yang lemah: b.) karena tidak dipakai: c.) percampuran: d.) depresi atau penekanan tanpa disadari. Cara mengatasi hal ini kita harus selalu mentakrir sebelum menyetorkan kepada seorang guru atau kiai.

29Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: J.Art, 2005), 246.

(56)

b. Banyaknya ayat-ayat yang serupa

Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang serupa tapi tidak sama. Maksudnya, pada awal sama dan mengenai peristiwa yang sama pula, tetapi pada pertengahan atau akhir ayat berbeda, atau sebaliknya, seperti contoh, surat An-Nisa’ ayat 135 hampir sama dengan surat Al-Ma’idah ayat 08.30













































































Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia[361] Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. (QS. An-Nisa’: 135).



































30Ibid.,347-383.

(57)





   













Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al- Ma’idah: 08).

Kemudian Al-Baqoroh ayat 18 hampir sama dengan Al-Baqoroh ayat 171















Artinya: “ Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Al-Baqoroh: 18).







































Artinya: ”Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja, mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti”. (QS. Al-Baqoroh: 171).

Melalui metode takrir sampai santri bisa melakukannya dengan benar, serta adanya pemberitahuan motivasi dari seorang guru.

Referensi

Dokumen terkait

1. Babun Suharto, SE. MM, Rektor IAIN Jember yang telah memfasilitasi semua kegiatan akademik. Abdullah, M.H.I, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang

Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Ahidul Asror, M.Ag,. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Jember. Bapak Muhammad Muhib Alwy,

1. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor IAIN Jember yang selalu memberikan fasilitas yang memadai selama kami menuntut ilmu di IAIN Jember. Abdullah, S.Ag., M.H.I selaku

Babun Suharto, SE.,MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Ag sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Jember.. memberikan arahan

1. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor IAIN Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi kami selama proses kegiatan belajar mengajar di lembaga ini. Mukni’ah, M.Pd.I selaku

Bertolak dari ide dasar Pasal penghinaan dari KUHP, adalah harus berintikan kesengajaan, dan selanjutnya sampai pada akhirnya Penasihat hukum Terdakwa menyatakan bahwa

Target luaran dalam kegiatan ini adalah (1) meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan, kesadaran serta memotivasi mitra sasaran khususnya kelompok ibu-ibu dalam pemanfaatan lahan

Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta