• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terapi Dzikir Dalam Meningkatkan Self Acceptance Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Terapi Dzikir Dalam Meningkatkan Self Acceptance Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember."

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI DZIKIR DALAM MENINGKATKAN SELF ACCEPTANCE PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA PUGER JEMBER

SKRIPSI

Oleh:

M. FIRDAUSI MAKANI NIM: D20163025

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS DAKWAH

NOVEMBER 2020

(2)

TERAPI DZIKIR DALAM MENINGKATKAN SELF ACCEPTANCE PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA PUGER JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Fakultas Dakwah Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh:

M. Firdausi Makani NIM: D20163025

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS DAKWAH

NOVEMBER 2020

(3)

Prof. Dr. Ahidul Asror, M.A NIP. 197406062000031003

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Fakultas Dakwah Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh:

M. Firdausi Makani NIM: D20163025

Disetujui Pembimbing

g,.

(4)
(5)

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat pada Allah itu maka hati akan menjadi tentram”. (QS.Ar-Ro’d:28).

(6)

segala kekurangan peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Orang tua saya Bapak Abdul Halim dan Ibu Unsia, yang telah rela mendidik, memotivasi, mendoakan kesuksesanku dan memberikan fasilitas kepadaku untuk mencari ilmu. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan, kesehatan, panjang umur, rizki barokah, dan diajuhkan dari bala musibah. Aamiin.

2. Kakakku Anisatul Ummah yang telah memberikan semangat dan dukungan. Terimakasih telah mendidik, memberikan contoh yang baik kepada adiknya sehingga menjadi panutan seutuhnya.

3. Bapak Enang Hariono, S.Sos yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Istriku di masa depan, terimakasih telah memberikan dukungan, semangat serta mengajarkanku arti perjuangan.

5. Teman-teman seperjuanganku Bimbingan dan Konseling Islam angkatan 2016 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terimakasih telah memberikan semangat dan dukungan.

6. Almamater IAIN Jember dan seluruh dosen IAIN Jember khususnya dosen Fakultas Dakwah yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan ilmunya kepada saya.

(7)

Alhamdulillah puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga proses penyelesaian skripsi sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita semua baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan syafaat serta dapat membawa kita dari jaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni agama Islam.

Penelitian ini dilaksanakan ketika pandemi COVID-19. Kesuksesan serta keberhasilan dalam penulisan skripsi ini bukan tidak ada hambatan melainkan peneliti harus bekerja keras dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan setingi-tingginya yang tiada batas kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

2. Bapak Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag,. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Muhib Alwi, M.A,. selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Jember.

(8)

referensi buku untuk menyusun skripsi ini.

6. Terima kasih kepada UPT PSTW Jember yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan memberikan informasi yang diperlukan hingga terselesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Serta semua pihak yang telibat dan membantu dalam penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca. Peneliti juga berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dari skripsi ini.

Jember, 1 September 2020 Peneliti

M. Firdausi Makani NIM : D20163025

(9)

Kata Kunci: Terapi Dzikir, Self Acceptance, Lansia.

Masa lansia merupakan tahap penutup dalam perkembangan manusia.

Semakin lansia seseorang maka akan semakin banyak mengalami kemunduran baik secara fisik maupun psikologis. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember, seperti belum bisa menerima kondisi dirinya saat ini, emosi tidak stabil dan konflik antar sesama penghuni panti. Pelaksanaan terapi dzikir diharapkan dapat meningkatkan self acceptance atau penerimaan diri pada lansia.

Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana pelaksanaan terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember? 2) Bagaimana implikasi terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember? Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menjelaskan pelaksanaan terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember. 2) Menjelaskan implikasi terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat membantu lansia yang mengalami permasalahan dalam aspek self acceptance (penerimaan diri) dengan menggunakan terapi dzikir di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan, dan untuk keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Peneliti memperoleh kesimpulan bahwa: 1) Pelaksanaan terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember dilaksanakan dengan tiga kali pertemuan diawali dengan bertawassul kepada wali-wali Allah dilanjut pembacaan dzikir dan ditutup dengan doa. 2) Implikasi dari pelaksanaan terapi dzikir pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember, mampu meningkatkan self acceptance. Terapi dzikir dapat membantu ketiga subjek yang awalnya merasa kurang kasih sayang dan merasa tidak berguna, dapat menerima keadaan dirinya sendiri. Ketiga subjek yang mengalami emosi tidak stabil, dapat mengontrol emosinya seperti tenang, sabar dan ikhlas. Membantu ketiga subjek dapat menerapkan dzikir ketika selesai sholat fardhu, tadarus Al-Qur’an, berdzikir ketika sedang duduk di kursi maupun hendak akan tidur.

(10)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Istilah ... 13

F. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Kajian Teori ... 22

1. Terapi Dzikir ... 22

(11)

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 42

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Subyek Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Analisis Data ... 46

F. Keabsahan Data ... 48

G. Tahap-tahap Penelitian ... 48

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 50

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 50

B. Penyajian Data dan Analisis... 70

C. Pembahasan Temuan ... 90

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN –LAMPIRAN

(12)

2.1. Penelitian Terdahulu ... 21 4.1. Data Pegawai Berdasarkan Status ... 68 4.2. Data Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 68

(13)

4.1. Struktur Organisasi UPT PSTW Puger Jember ... 65

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Manusia adalah makhluk sosial ciptaan Allah yang dilahirkan berbeda antara manusia satu dengan yang lain. Manusia dilahirkan dengan memiliki potensi berbeda baik individu satu dengan individu yang lainnya. Dalam segi potensi manusia juga memiliki kelebihan atau kekurangan pada dirinya.

Namun suatu hal kekurangan pada diri manusia bukan bearti dijadikan suatu alasan untuk mengeluh dan terpuruk dalam keadaan yang terjadi saat ini.

Disinilah self acceptance berperan penting dalam diri seseorang agar dapat memahami dan menerima sesuatu yang ada pada dirinya secara senang dan tenang.

Penerimaan diri atau self acceptance menurut Hurlock, adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak mempunyai masalah dengan diri sendiri. Yakni yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan.1

Menurut Hurlock, self acceptance ini sangat berpengaruh terhadap bagaimana individu menjalani hidup. Individu yang mampu menerima dirinya dengan baik, maka ia akan melihat dan berlaku secara jujur, tanpa

1 E. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentan kehidupan, (Jakarta:Erlangga, 1980), 393.

(15)

harus merekayasa apa yang ada dalam dirinya agar terlihat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Penerimaan diri ini diperlukan untuk menyatukan raga, pikiran, dan jiwa.2 Menurut Hurlock, self acceptance merupakan sikap positif yakni individu dapat menerima dirinya sebagai manusia. Individu tersebut dapat mengontrol keadaan emosinya seperti sedih, takut, marah, dan lain-lain tanpa mengganggu kehidupan orang lain. Penerimaan diri yang baik akan terjadi apabila individu ada keinginan dan mampu memahami keadaan diri apa adanya, bukan apa yang diiginkannya. Selain itu, self acceptance memiliki harapan yang realistis sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, jika individu memiliki konsep yang menyenangkan dan rasional mengenai dirinya, maka individu tersebut dapat dikatakan menyukai dan menerima dirinya.3

Selain Hurlock, Aderson mengemukakan bahwa self acceptance berarti kita telah berhasil menerima kelebihan dan kekurangan diri dengan apa adanya. Menerima diri berarti kita telah menemukan karakter diri dan dasar yang membentuk kerendahan hati dan intergritas.4

Menurut Chaplin, self acceptance merupakan sikap merasa puas dengan diri sendiri, kualitas dan bakat yang ada pada dirinya sendiri, serta pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.5 Snyder dan Lopez mengatakan bahwa self acceptance merupakan sikap positif terhadap diri

2 Nurhasyanah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Pada Wanita Infertilitas,”Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi Vol. 1, No.1, (Oktober, 2012): 144.

3 Nurhasyanah, 145.

4Vera Permatasari dan Witrin Gamayanti, “Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia,” Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 3, No.1 (Juni, 2016): 140.

5Oktandhy, dkk, “Pengaruh Terapi Pemaafan Dengan Dzikir Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha),” Jurnal Psikologi Islami, No. 1 (2019): 15.

(16)

sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri, dan merasa positif terhadap masa lalunya. Self acceptance memegang peranan penting dalam menemukan dan mengarahkan seluruh perilaku, maka sedapat mungkin individu harus mempunyai penerimaan diri yang positif.6

Masa lansia atau masa tua merupakan masa penutup, dimana pada masa ini lansia mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial seiring dengan berjalannya waktu, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara maksimal lagi. Lansia ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mecapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Masa lansia dapat dikatakan usia emas karena semua orang tidak bisa mencapai usia tersebut.7

Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas.8 Manusia yang telah memasuki lansia akan mengalami penurunan pada aspek fisik dan psikologis. Penurunan fungsi secara fisik pada lansia diantaranya adalah berubahnya warna rambut yang awalnya hitam menjadi putih, bahu membungkuk, kulit yang mulai keriput, penurunan fungsi penglihatan pada mata, penurunan pada pendengaran, penurunan berat badan, berkurang jumlah gigi bahkan tidak ada sehingga terjadinya perubahan bentuk mulut, payudara mulai mengendor, penurunan daya tahan tubuh serta menurunnya fungsi organ tubuh.

6Oktandhy, dkk, 15.

7Adang Hambali, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 239.

8Sekretariat Negara RI. Undang-Undang No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

(17)

Nia Aprina mengemukakan ciri-ciri penurunan fungsi secara fisik pada lansia diantaranya adalah sistem peredaran darah mengalami peningkatan, kurang keseimbangan sehingga mudah jatuh ketika berjalan, berkurangnya kekuatan pada otot, berkurangnya kecepatan dan kelincahan dalam bergerak sehingga akan melambat, canggung dan gemeteran, penurunan fungsi panca indera, penurunan daya ingat, penurunan fungsi sistem pernapasan serta mengalami klimakterium yaitu pada saat fungsi- fungsi seksual telah menurun.9

Sedangkan secara psikologis, ciri-ciri penurunannya adalah, merasa kesepian, duka cita, depresi, gangguan, cemas, parafrenia, dan sindroma diogenes. Banyaknya penurunan-penurunan ini membuat masyarakat menganggap bahwasanya lansia itu lemah dan membebankan.10 Menurut Jalaluddin ciri-ciri penurunan fungsi psikologis pada lansia yakni kehilangan semangat hidup, merasa tidak berharga, merasa kurang dihargai, terjadi konflik batin, dan selalu dibayangi kesuksesan masa lalu.11 Selain itu, menurut Santrock ciri-ciri penurunan fungsi pada lansia adanya perubahan fisik-biologi, perubahan psikis, perubahan sosial, dan perubahan kehidupan keluarga.12 Menurut Erikson ciri-ciri penurunan fungsi pada lansia yakni

9Dulhadi, “Konseling Keagamaan Bagi Lanjut Usia (Lansia),” (t.tp. Institut Agama Islam Negeri Pontianak, t.t), 6.

10E. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 388.

11Dulhadi, “Konseling Keagamaan, 7.

12Hermi Pasmawati. “Pendekatan Konseling Untuk Lansia,” Jurnal Syi’ar Vol. 17, No. 1 (Februari, 2017): 52.

(18)

kehilangan kesehatan dan kekuatan fisik, pikun/ pelupa, depresi dan putus asa.13

Rasa tidak menerima diri pada lansia merupakan akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada diri lansia sehingga berdampak buruk pada rasa syukur atas apa yang telah Allah berikan kepada lansia. Mengingat dampak dari perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diatas maka sangat dibutuhkan terapi dzikir untuk meningkatkan rasa penerimaan diri pada lansia.

Kartini Kartono mengemukakan maksud dari terapi adalah metode atau cara penyembuhan dari gangguan-gangguan kejiwaan. Selain itu, menurut James P. Chaplin yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir mengartikan terapi dilihat dari dua sudut pandang. Pertama: secara khusus terapi adalah penerapan teknik dilakukan secara khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penenangan diri setiap hari. Kedua: secara luas terapi adalah mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan diskusi personal dengan guru atau teman. Maka sudah jelaslah bahwa pengertian terapi adalah pengobatan alam pikiran dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.14 Terapi ini diharapkan agar individu bebas dari rasa takut, gelisah, tegang, depresi dan lain-lain. Terapi ini biasanya banyak orang yang menggunakan melalui

13Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press 2009), 103.

14Nurul Ilmiah. “Aplikasi Terapi Life Mapping Dengan Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Menangani Siswi Yang Membolos Di Sma Al-Islam Krian Sidoarjo.” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam 2015), 26.

(19)

do’a-do’a dan dzikir-dzikir pada intinya meminta pertolongan ampun kepada Allah agar diberi ketenangan hati.

Dzikir adalah mengingat Allah, baik secara lisan maupun dengan qolbu atau memadukan keduanya. Salah satu di antara sekian banyak manfaat yang akan kita peroleh dengan senantiasa mengisi hari dan hati kita dengan mengingat Allah yakni terciptanya hati dan jiwa yang tenang, tentram dan damai. Jiwa seperti inilah yang kelak akan dipanggil menghadap Allah dengan perasaan puas lagi mendapat ridha-Nya, jiwa yang kelak akan dipersilahkan untuk melangkah dan memasuki surga-Nya yang penuh kemuliaan.15 Terapi dzikir dalam kehidupan umat beragama Islam sangat penting. Maksud dari berdzikir yaitu sebagai sarana berkomunikasi dengan Allah SWT. Berdzikir bukan hanya sekedar melafalkan wirid-wirid, melainkan menghayati apa yang kita lafalkan dan apa yang kita hajati.

Berdzikir dan berdoa dapat mempengaruhi tingkat rasa self acceptance terhadap lansia. Berdasarkan penelitian uji statistik yang dilakukan oleh Arlynda Rizky Antry Mahasiswa IAIN Tulungagung bahwa ada pengaruh yang siginifikan terhadap peningkatan skor penerimaan diri lansia setelah mengikuti terapi dzikir. Pengaruh terapi dzikir dalam penelitian tersebut dapat dilihat dari hasil skor pre-test dan post-test kuesioner penerimaan diri kepada seluruh anggota kelompok eksperimen dengan

15Samsul Munir Amin, Energi Dzikir, (Jakarta: Bumiaksara,2008), 17.

(20)

diberikan kegiatan terapi dzikir, menunjukkan adanya peningkatam skor penerimaan diri pada post-test kelompok eksperimen.16

Dzikir merupakan unsur penting dalam menuju taqwa yang mempunyai wujud keinginan kembali kepada Allah SWT. Perintah dzikir yang ditujukan kepada manusia agar mereka menyadari keberadaan Allah SWT dalam kehidupannya. Hal ini Allah SWT berfirman dalam surah Al- Ahzab/33 ayat 41:

















Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.17

Dari ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk berdzikir sebanyak mungkin, baik secara lisan maupun qolbu. Dzikir merupakan ibadah yang paling dicintai dan dianjurkan oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabbal RA.

bertanya kepada Rasulullah, “Amal apakah yang paling utama disisi Allah?”

Rasulullah menjawab, “Engkau mati dan lidahmu dalam keadaan basah karena dzikrullah”.18 Dengan berdzikir manusia dapat memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa, tidak diragukan lagi dengan berdzikir merupakan obat kegelisahan yang dirasakan manusia saat mendapatkan

16Arlynda Rizky Antry. “Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penerimaan Diri (SelfAcceptance) Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungangung.” (Skripsi, Program Studi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2017), 125.

17Al-Qur’an, 33:41

18Ibnul Qayyim Al-jauziyah. Zikir Cahaya Kehidupan. (Jakarta: Gema Insani, 2005), 40.

(21)

dirinya lemah tidak berdaya dihadapi berbagai masalah dan cobaan dalam kehidupan.

Bukankah semua lansia seperti itu, mereka merasakan hal yang sama dengan lansia pada umumnya, termasuk yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember. Panti ini merupakan tempat menampung lansia terlantar serta rekomendasi dari pihak keluarga, atau dari bapak RT sampai pihak kecamatan, dengan memberikan pelayanan jasmani, rohani dan sosial serta perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia. Meskipun kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan, dan papan terpenuhi akan tetapi kebutuhan psikologis kurang atau bahkan tidak terpenuhi. Seperti kurangnya perhatian yang diberikan kerabat keluarga membuat lansia yang tinggal di panti merasa kurang kasih sayang. Haus akan perhatian membuat lansia malas untuk tetap semangat dalam menjalani sisa hidupnya, sehingga akan membuat lansia merasa tidak memiliki makna dalam menjalani hidup. Selain kurang perhatian, lansia juga mengalami konflik sesama penghuni lansia lainnya sehingga dalam menjalani hidup merasa tidak tenang, ada yang mengganggu dan terancam keselamatannya.19

Kapasitas daya tampung lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember untuk saat ini berjumlah 140 orang yang terbagi menjadi 3 kelompok mandiri, partial care dan total care yang tinggal di wisma yang berbeda sesuai dengan permasalahan lansia masuk panti. Latar belakang lansia masuk Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember karena terlantar sosial dan

19Enang, diwawancara oleh peneliti, Jember, 29 Oktober 2019

(22)

ekonominya, hidup sebatang kara, ada yang sakit stroke ringan dan sakit kencing manis, masa lalu lansia yang tidak pernah sholat, ada juga yang tidak dikehendaki oleh istrinya karena lansia tersebut tidak bekerja, ditinggal istrinya menikah lagi dengan orang lain, sengaja ditelantarkan oleh kerabat keluarganya, dan ada juga yang sengaja dimasukkan oleh anak dan kerabat keluarganya sendiri karena lansia tersebut membuat masalah di dalam keluarga yang mengakibatkan terjadinya perpecahan dalam keluarga, sehingga sulit diatur oleh keluarga karena sudah tidak sanggup untuk merawat kemudian diserahkan ke Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.20

Kegiatan bimbingan mental keagamaan berupa ceramah dan terapi dzikir dilasanakan hari rabu pukul 08.00-09.00 pada waktu pagi hari yang dibimbing langsung oleh ustadz yang bertugas di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember. Kegiatan terapi dzikir bertujuan untuk meningkatkan rasa penerimaan diri pada lansia, seperti menerima kekurangan dan kelebihan dirinya, dapat memahami keadaan diri dan menentramkan hati. Berdasarkan pengamatan awal peneliti kegiatan terapi dzikir dilaksanakan di masjid atau aula panti dengan diawali membaca tawassul dan surat Al-Fatihah, dilanjutkan membaca dzikir yang dibimbing langsung oleh ustadz lalu ditutup dengan doa.

Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember ini berlokasi di Jalan Moch.

Seruji No. 06, Krajan 1, Kasiyan Timur, Kecamatan Puger Kabupaten

20Ibid., Jember, 29 Mei2020

(23)

Jember, Jawa Timur. Meskipun hidup di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember merupakan pilihan lansia sendiri atau karena terpaksa, akan tetapi masalah psikologis masih saja mereka alami. Seperti merasa kesepian, tersisih, tidak berguna, tidak menerima keadaan dirinya saat ini, stres, cemas, depresi, dan lain sebagainya. Hal ini membuat lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember tidak mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup dimasa tua. Belum menerima keadaan atau kondisi saat ini seperti merasa kurang kasih sayang, merasa tidak tenang dan merasa tidak berguna lagi dalam menjalani sisa hidupnya. Hal ini merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh lansia Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember. Berdasarkan observasi awal yang telah peneliti lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember terdapat beberapa lansia yang mengindikasikan permasalahan dalam aspek penerimaan diri. Beberapa lansia belum bisa menerima kondisi dirinya saat ini baik dari segi kelebihan maupun kekurangan. Keadaan emosi yang tidak stabil juga ditampakkan dengan marah-marah karena ada penghuni panti yang sengaja memancing emosinya maka terjadi pertengkaran antar sesama penghuni panti sehingga pihak panti mengadakan terapi dzikir agar lansia merasa tenang dan tentram selama tinggal di panti.

Hal tersebut peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan dan hasil dari proses terapi dzikir terhadap peningkatan penerimaan diri lansia. Penelitian ini relevan dengan skripsi Arlynda Rizky Antry berjudul

“Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penerimaan Diri (Self Acceptance) Lansia

(24)

Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungagung” dipandang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian telah dipaparkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan skor penerimaan diri lansia setelah mengikuti terapi dzikir. Penelitian tersebut menunjukkan perubahan sikap pada lansia kelompok eksperimen yaitu menerima diri sendiri apa adanya tidak menolak dirinya sendiri, apabila memiliki kelemahan dan kekurangan memiliki keyakinan bahwa untuk mencintai diri sendiri. Sedangkan hasil skor pre-test dan post-test kuesioner penerimaan diri kepada seluruh anggotakelompok kontrol yang tidak mendapatkan terapi dzikir, menunjukkan tidak adanya peningkatan skor penerimaan diri pada post test kelompok kontrol.21 Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah peneliti paparkan, rumusan masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember?

21Arlynda Rizky Antry. “Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penerimaan Diri (SelfAcceptance) Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungangung.” (Skripsi, Program Studi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2017).

(25)

2. Bagaimana implikasi terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian yang bersifat kuratif.22 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.

2. Mendeskripsikan implikasi terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat guna menambah khazanah ilmu pengetahuan, serta informasi mengenai terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.

b. Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi bagi prodi Bimbingan Konseling Islam khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses terapi dzikir pada lansia.

22Menurut Depdiknas kuratif merupakan salah satu fungsi bimbingan dan konseling dalam pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi,sosial, belajar, maupun karier.

(26)

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu lansia yang mengalami permasalahan dalam aspek self acceptance (penerimaan diri) dengan menggunakan terapi dzikir di Panti Sosial Tresna Werdha Puger Jember.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam menangani permasalahan pada aspek self acceptance (penerimaan diri) pada lansia dengan menggunakan terapi dzikir.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti.23 Adapun definisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Terapi Dzikir

Kartini Kartono mengemukakan maksud dari terapi adalah metode atau cara penyembuhan dari gangguan-gangguan kejiwaan.

Selain itu, menurut Singgih D. Gunarsa pengertian dari terapi adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.24 Dzikir adalah suatu

23Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember, IAIN Jember Press, 2019), 45.

24Nurul Ilmiah. “Aplikasi Terapi Life Mapping Dengan Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Menangani Siswi Yang Membolos Di Sma Al-Islam Krian Sidoarjo.” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam 2015), 26.

(27)

amal ucapan melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah.25

Berdasarkan pengertian diatas, menurut peneliti terapi dzikir adalah cara penyembuhan dari gangguan-gangguan aspek kejiwaan seseorang dengan menyebut atau menjaga dalam ingatan dengan cara mengingat baik melalui qolbu dan secara lisan mengucapkan Allah melalui kegiatan terapi dzikir dengan maksud mendekatkan diri kepada-Nya.

2. Self Acceptance

Menurut Hurlock,self acceptanceatau penerimaan diri merupakan sikap positif yaitu ketika individu menerima dirinya sebagai manusia. Individu tersebut dapat mengatasi keadaan emosionalnya seperti sedih, takut, marah, cemas, dan lain-lain tanpa mengganggu kenyamanan orang lain. Penerimaan diri yang baik hanya akan terjadi bila individu ingin dan mampu memahami keadaan dirinya sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diiginkannya. Selain itu, memiliki harapan yang realistis sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, jika individu memiliki konsep yang menyenangkan dan rasional mengenai dirinya, maka dapat dikatakan individu tersebut menyukai dan menerima dirinya.26

Berdasarkan pengertian diatas, menurut peneliti self acceptance atau penerimaan diri pada penelitian kali ini yaitu

25Samsul Munir Amin, Energi Dzikir, (Jakarta: Bumiaksara,2008), 11.

26Nurhasyanah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Pada Wanita Infertilitas,”

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi Vol. 1, No.1, (Oktober, 2012): 145.

(28)

meyakinkan individu untuk mampu menerima diri, mengontrol keadaan emosi, memahami keadaan dirinya sebagaimana adanya dengan baik sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan.

3. Lansia

Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas.27

Berdasarkan pengertian diatas, menurut peneliti lansia dalam penelitian ini yaitu kategori lansia yang memasuki usia 60 tahun keatas yang merupakan periode dimana lansia memasuki masa penutup dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran baik secara psikologis dan fisik.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Agar pembahasan lebih bearti susunannya, maka peneliti memberikan gambaran sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I pendahuluan, dalam bab ini berisi komponen dasar penelitian yaitu, latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, serta sistematika pembahasan.

27Sekretariat Negara RI. Undang-Undang No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

(29)

BAB II kajian pustaka, pada bab ini berisi mengenai ringkasan kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini dan membuat kajian teori sebagai landasan- landasan dalam melakukan analisis.

BAB III metode penelitian, pada bab ini membahas terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitan yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV penyajian data dan analisis, pada bab ini berisi tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, dan pembahasan temuan penelitian. Pada bab ini fokus-fokus penelitian akan diuraikan.

BAB V penutup, pada bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan seperti skripsi, thesis, disertasi, jurnal dan sebagainya. Dengan melakukan langkah ini, maka dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang akan dilakukan.

1. Skripsi Rahma Nur Shalihah (131221015), mahasiswa dari Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta 2017, berjudul “Bimbingan Rohani Melalui Dzikir Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses bimbingan rohani dengan dzikir dalam meningkatkan kesehatan mental pada lansia yang dilakukan di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang mana peneliti ingin mendeskripsikan hasil temuan yang terdapat di tempat penelitian. Subjek penelitian ini adalah 2 orang pembimbing rohani islam dan 4 orang lansia yang tinggal di panti. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan metode trianggulasi sumber dan analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil dari penelitian bimbingan rohani islam melalui

(31)

dzikir, para lansia lebih tenang jiwa atau rohaninya, lebih sabar dan tawakal dengan keadaan sekarang serta lansia lebih rajin dalam beribadah seperti sholat dan dzikir.28 Persamaan penelitian penulis dengan skripsi Rahma Nur Shalihah adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif serta membahas tentang dzikir dan lansia di panti. Perbedaan penelitian penulis dengan skripsi Rahma Nur Shalihah adalah penelitian terdahulu lebih fokus bimbingan rohani melalui dzikir dalam meningkatkan kesehatan mental lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Sedangkan penelitian penulis lebih fokus pada terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia.

2. Skripsi Iffa Rahmatul Husnia (B73214063), mahasiswa dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2018, berjudul “Dzikir Hasbunallah untuk Menumbuhkan Self Acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dzikir hasbunallah untuk menumbuhkan self acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis uji-T (Paired Sample T-test). Dalam hal ini menggunakan alat ukur yakni sebuah angket (kuesioner) Pretsest dan Posttest, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun subyek penelitian berjumlah 20 orang lansia muslim Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya. Hasil

28 Rahma Nur Shalihah. “Bimbingan Rohani Melalui Dzikir Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta”. (Skripsi, Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017).

(32)

dari penelitian ini mengetahui pengaruh dzikir hasbunallah untuk menumbuhkan self acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.29 Persamaan penelitian penulis dengan skripsi Iffa Rahmatul Husnia adalah sama-sama membahas tentang dzikir, self acceptance dan lansia di Panti Tresna Werdha. Perbedaan penelitian penulis dengan skripsi Iffa Rahmatul Husnia adalah menggunakan metode kuantitatif serta penelitian terdahulu lebih fokus pada dzikir hasbunallah untuk menumbuhkan self acceptance pada lansia. Sedangkan penelitian penulis menggunakan metode kualitatif serta lebih fokus pada terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia.

3. Skripsi Arlynda Rizky Antry (2833123001) mahasiswa dari Program Studi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung 2017, berjudul “Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penerimaan Diri (Self Acceptance) Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungangung”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh terapi dzikir terhadap penerimaan diri (self acceptance) pada lansia, seberapa besar tingkat penerimaan diri pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi dzikir dan perbedaan pengaruh terapi dzikir terhadap penerimaan diri pada lansia laki-laki dan perempuan.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif jenis true eksperimental, desain yang digunakan adalah pre-test post test control

29 Iffa Rahmatul Husnia. “Dzikir Hasbunallah untuk Menumbuhkan Self Acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.” (Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018).

(33)

desain. Adapun subyek penelitian berjumlah 16 orang lansia. Instrument penelitian yang digunakan adalah angket dengan skala likert. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan terhadap peningkatan skor dalam penerimaan diri lansia setelah diberi treatment terapi dzikir.30 Persamaan penelitian penulis dengan skripsi Arlynda Rizky Antry adalah sama-sama membahas tentang terapi dzikir, self acceptance atau penerimaan diri dan lansia. Perbedaan penelitian penulis dengan skripsi Arlynda Rizky Antry adalah penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif serta lebih fokus pada pengaruh terapi dzikir terhadap penerimaan diri (self acceptance) lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungangung. Sedangkan penelitian penulis menggunakan metode kualitatif serta lebih fokus pada terapi dzikir dalam meningkatkan self acceptance pada lansia.

30 Arlynda Rizky Antry. “Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penerimaan Diri (Self Acceptance) Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar Di Tulungangung.” (Skripsi, Program Studi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2017).

(34)

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu No. Nama dan Judul

Penelitian

Tahun Persamaan Perbedaan

1. Rahma Nur Shalihah, Judul Skripsi Bimbingan Rohani Melalui Dzikir Dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta.

2017 a. Sama-sama membahas tentang dzikir pada lansia di Panti.

b. Sama-sama

menggunakan metode penelitian kualitatif.

a. Rahma Nur

Shalihah, membahas mengenai

bimbingan rohani melalui dzikir dalam meningkatkan kesehatan mental pada lansia.

b. Tempat penelitian berbeda.

2. Iffa Rahmatul Husnia, Judul Skripsi Dzikir Hasbunallah untuk Menumbuhkan Self Acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.

2018 a. Sama-sama membahas tentang dzikir, self acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha.

a. Iffa Rahmatul Husnia, membahas mengenai dzikir hasbunallah untuk menumbuhkan self acceptance pada lansia.

b. Metode penelitian berbeda.

c. Tempat penelitian berbeda.

3. Arlynda Rizky Antry, Judul SkripsiPengaruh Terapi Dzikir Terhadap

Penerimaan Diri (Self Acceptance) Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungangung.

2017 a. Sama-sama membahas tentang terapi dzikir, self acceptance atau penerimaan diri pada lansia.

a. Arlynda Rizky Antry, membahas mengenaipengaruh terapi dzikir

terhadap penerimaan diri (self acceptance) pada lansia.

b. Metode penelitian berbeda.

c. Tempat penelitian berbeda.

(Sumber: diolah dari penelitian terdahulu)

(35)

B. Kajian Teori 1. Terapi Dzikir

a. Pengertian terapi dzikir

Secara bahasa kata “therapy” dalam bahasa inggris bermakna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab kata terapi sepadan dengan al-istyisfa’ yang berasal dari syifa-yasyfi-syifaan yang artinya menyembuhkan.31

Secara istilah menurut Kartini Kartono mengemukakan maksud dari terapi adalah metode atau cara penyembuhan dari gangguan-gangguan kejiwaan. Selain itu, menurut Singgih D. Gunarsa pengertian dari terapi adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.32

Terapi ini diharapkan agar individu bebas dari rasa takut, gelisah, tegang, depresi dan lain-lain. Terapi ini biasanya banyak orang yang menggunakan melalui do’a-do’a dan dzikir-dzikir pada intinya meminta pertolongan ampun kepada Allah agar diberi ketenangan hati.

Secara bahasa dzikir berasal dari kata bahasa arab dzakara berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Sedangkan secara istilah dzikir adalah suatu amal ucapan melalui bacaan-bacaan tertentu untuk mengingat Allah.33

31 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), 221.

32 Nurul Ilmiah. “Aplikasi Terapi Life Mapping Dengan Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Menangani Siswi Yang Membolos Di Sma Al-Islam Krian Sidoarjo.” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam 2015), 26.

33 Samsul Munir Amin, Energi Dzikir, (Jakarta: Bumiaksara,2008), 11.

(36)

Dzikir dalam arti sempit yakni memiliki makna menyebut asma- asma Allah yang Agung dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas, dzikir mencakup pengertian mengingat segala keagungan dan kasih sayang Allah SWT yang telah diberikan kepada kita sambil mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Menurut Al-Ashfahani, dzikir adalah menghadirkan sesuatu baik dalam bentuk perasaan (hati) maupun perbuatan.34

At-Thabathabai mengemukakan dua makna yang terkandung dalam lafal dzikir yakni:

1) Kegiatan psikologis yang memungkinkan individu memelihara makna sesuatu yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya (istikdhar);

2) Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang dzikir dalam hati disebut dzikir qalb, sedang dalam ucapan disebut dzikir lisan.35

Bastaman berpendapat dzikir adalah perbuatan mengingat Allah SWT dan keagungan-Nya meliputi hampir semua bentuk ibadah dan fiqliyah (perbuatan) seperti takbir, tasbih, tahmid, sholat, membaca Al- Qur’an, istighosah, berdoa, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan diri dari kejahatan.36

Dengan demikian, menurut peneliti terapi dzikir adalah cara penyembuhan dari gangguan-gangguan aspek kejiwaan seseorang dengan

34 Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam & Psikologi Kontempororer, (Malang: UIN- Malang Press (Anggota IKAPI), cet I, 2009), 263.

35 Iin Tri Rahayu, 263.

36 Bastaman Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet III, 2001), 158.

(37)

menyebut atau menjaga dalam ingatan dengan cara mengingat baik melalui qolbu dan secara lisan mengucapkan Allah melalui kegiatan terapi dzikir dengan maksud mendekatkan diri kepada-Nya.

b. Macam-macam dzikir

Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir macam-macam dzikir terbagi menjadi dua macam yakni:

1) Dzikir Jahar, yaitu dzikir yang dikeraskan, baik melalui suara maupun gerakan. Dzikir ini dilakukan dalam waktu, jumlah,dan cara-cara tertentu. Fungsi dzikir ini adalah untuk menormalisasi kembali fungsi sistem jaringan syaraf, sel-sel, dan semua organ tubuh.

2) Dzikir Sirr, yaitu dzikir yang diucapkan di dalam hati.37 c. Manfaat dzikir

Manfaat dzikir menurut Ash-Shiddieqy ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh orang-orang yang berdzikir yaitu:

1) Berdzikir menjadi bentuk berbaik sangka kepada Allah.

2) Mendapatkan rahmat dan inayah-Nya.

3) Tergolong hamba-hamba pilihan Allah SWT.

4) Membimbing hati selalu mengingat dan menyebut Allah.

5) Terhindar dari azab.

6) Terjaga dari godaan syaitan.

7) Mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

37 Fransiska Damayanti. “Pelaksanaan Bimbingan Dzikir Bagi Lansia Di Balai Kesejahteraan Sosial (Bakesos) Muhammadiyah Kabupaten Klaten.” (Skripsi, Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018), 16.

(38)

8) Sarana menuju tingkatan yang lebih tinggi kepada Allah.

9) Menyinari hati dan menghilangkan kegelapan jiwa.

10) Menguatkan iman dan Islam.

11) Mendapatkan kemuliaan dan kehormatan di hari kiamat.

12) Melepaskan diri dari penyesalan.

13) Mendapat penjagaan dan pengawalan dari malaikat.

14) Berkumpul dengan orang saleh yang berdzikir, akan menjadi saleh atau bahagia juga

15) Tergolong orang-orang yang berbahagia karena berbuat kebaikan.

16) Mendapat ampunan dan keridhaan Allah SWT.

17) Terhindar dari kefasikan.

18) Menjadi tolak ukur untuk mengetahui derajat yang diperoleh di sisi Allah.

19) Mendapat syafaat dari para Nabi.38

Pendapat lain mengemukakan seperti Amin Syukur manfaat dzikir yakni:

1) Dzikir memantapkan iman

Jiwa manusia akan terawasi oleh apa dan siapa yang selalu melihatnya. Mengingat Allah bearti lupa kepada yang lain, mengingat yang lain bearti lupa kepada-Nya. Melupakan Allah akan mempunyai dampak yang luas dalam kehidupan manusia.

2) Dzikir dapat menghindarkan dari bahaya

38 Nikmatul Maula. “Dzikir Istighasah Sebagai Metode Dakwah Pada Jamaah Pengajian Di Pondok Pesantren AlfadlluWal-Fadlilah Kaliwungu Kendal.” (Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2015), 30.

(39)

Dalam kehidupan, seorang tidak bisa dari kemungkinan datangnya bahaya. Hal ini dapat diambil pelajaran peristiwa Nabi Yunus As yang tertelan ikan. Dengan doa dan dzikir Nabi Yunus As dapat keluar dari perut ikan.

3) Dzikir sebagai terapi jiwa islam

Sebagai agama rahmatan lil alamin. islam menawarkan suatu konsep yang dikembangkan berupa nilai-nilai ilahiah dalam batin seseorang.

Shalat misalnya terdapat bacaan do’a dan dzikir sebagai tempat berlindung ditengah badai kehidupan. Dzikir fungsional akan mendatangkan manfaat antara lain seperti mendatangkan kebahagiaan, menentramkan jiwa, obat penyakit hati dan sebagainya.

4) Dzikir menumbuhkan energi akhlak

Kehidupan modern saat ini ditandai dengan dekadensi moral, akibat dari media massa. Pada saat seperti ini dzikir dapat menumbuhkan iman yang menjadi sumber akhlak.39

d. Struktur bacaan dzikir

Struktur bacaan dalam dzikir terdiri dari himpunan kalimah toyyibah yang terdiri dari istighfar, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan bacaan-bacaan lain yang dianjurkan oleh Islam. Berikut paparan secara detil struktur bacaan dzikir antara lain:

39 Warni. “Dzikir dan Kesehatan Mental Studi Al-Qur’an Surah Ar-Ra’du ayat 28 dalam Tafsir Al- Azhar” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), 26.

(40)

1) Tawassul

Tawassul merupakan salah satu jalan dari berbagai jalan tadzorru’

(mendekatkan diri) dengan memohon atau berdoa kepada Allah SWT. Sedangkan Wasilah adalah suatu ikatan pertalian untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagaimana firmannya : Al-Maidah ayat 35





























Terjemahan:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”40

2) Bacaan dzikir

Adapun bacaan-bacaan yang dianjurkan dalam dzikir menurut Hawari adalah sebagai berikut:41

a) Membaca Tasbih: Subhanallah yang bermakna Maha Suci Allah.

b) Membaca Tahmid: Alhamdulillah yang bermakna segala puji bagi Allah.

c) Membaca Tahlil: La illaha illallah yang bermakna tiada Tuhan selain Allah.

40 Al-Qur’an, 5:35.

41 Samsul Munir Amin, Energi Dzikir, (Jakarta: Bumiaksara,2008), 14.

(41)

d) Membaca Takbir: Allahu akbar yang bermakna Allah Maha Besar.

e) Membaca Hauqalah: La haula wala quwwata illa billah yang bermakna tiada daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.

f) Membaca Hasballah: Hasbiallahu wani’mal wakil yang bermakna cukuplah Allah dan sebaik-baiknya pelindung.

g) Membaca Istighfar: Astaghfirullahal adzim yang bermakna saya memohon ampun kepada Allah yang maha agung.

h) Membaca Baqiyatussalihah: Subhanallah wal hamdulillah wala illaha illallah Allahu akbar yang bermakna maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.

i) Membaca Shalawat: Allahumma shalli a’laa sayyidina Muhammadin wa’alaa ali sayyidina Muhammad yang bermakna Ya Allah tambahkanlah rahmat ta’dzim atas pemimpin kami Nabi Muhammad dan atas keluarga pemimpin kami Nabi Muhammad.

(42)

2. Penerimaan Diri (Self Acceptance)

a. Pengertian penerimaan diri (self acceptance)

Pengertian penerimaan diri (self acceptance) adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak mempunyai masalah dengan diri sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan.42

Hurlock menjelaskan self acceptance sebagai “the degreeto which an individual having considered his personal characteristics, is able and willing to live with them”. Maksudnya yaitu derajat dimana seseorang telah mempertimbangkan karakteristik personalnya, merasa mampu serta bersedia hidup dengan karakteristiknya tersebut.43

Menurut Hurlock penerimaan diri (self acceptance) merupakan sikap positif yaitu ketika individu menerima dirinya sebagai manusia.

Individu tersebut dapat mengatasi keadaan emosionalnya seperti sedih, takut, marah, cemas, dan lain-lain tanpa mengganggu kenyamanan orang lain. Penerimaan diri yang baik hanya akan terjadi bila individu ingin dan mampu memahami keadaan dirinya sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diiginkannya. Selain itu, memiliki harapan yang realistis sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, jika individu

42 E. B. Hurlock, Psikologis Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentan kehidupan, (Jakarta : Erlangga, 1980), 393.

43 Iffa Rahmatul Husnia. “Dzikir Hasbunallah untuk Menumbuhkan Self Acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.” (Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018), 38.

(43)

memiliki konsep yang menyenangkan dan rasional mengenai dirinya, maka dapat dikatakan individu tersebut menyukai dan menerima dirinya.44

Aderson mengemukakan bahwa self acceptance berarti kita telah berhasil menerima kelebihan dan kekurangan diri dengan apa adanya.

Menerima diri berarti kita telah menemukan karakter diri dan dasar yang membentuk kerendahan hati dan intergritas.45

Menurut Chaplin, self acceptance merupakan sikap merasa puas dengan diri sendiri, kualitas dan bakat yang ada pada dirinya sendiri, serta pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.46 Snyder dan Lopez mengatakan bahwa self acceptance merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri, dan merasa positif terhadap masa lalunya. Self acceptance memegang peranan penting dalam menemukan dan mengarahkan seluruh perilaku, maka sedapat mungkin individu harus mempunyai penerimaan diri yang positif.47

Menurut Ryff, self acceptance adalah suatu keadaan dimana individu memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, menerima dan mengakui berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk dirinya sendiri, merasa positif dengan kehidupan yang dijalani. Ketika dihadapkan suatu cobaan menimpa, individu yang mampu menerima dirinya sendiri

44 Nurhasyanah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Pada Wanita Infertilitas,”

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi Vol. 1, No.1, (Oktober, 2012): 145.

45 Vera Permatasari dan Witrin Gamayanti, “Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia,” Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 3, no.1 (Juni, 2016): 140.

46 Oktandhy, dkk, “Pengaruh Terapi Pemaafan Dengan Dzikir Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha),” Jurnal Psikologi Islami, No. 1 (2019): 15.

47 Oktandhy, dkk, 15.

(44)

tidak mudah menyalahkan orang lain ataupun dirinya, karena ia telah mampu berfikir positif dan bisa berusaha untuk memperbaiki dirinya.48

Terdapat lagi seorang ahli lain seperti Sartain dkk, Hurlock, dan Skinner berpendapat bahwa penerimaan diri adalah keinginan untuk memandang diri seperti mengenali diri apa adanya. Ini tidak berarti kurangnya kemauan karena masih adanya keinginan-keinginan untuk meningkatkan diri, tetapi tetap menyadari bagaimana keadaan dirinya saat ini. Dengan kata lain, kemampuan untuk hidup dengan segala kelebihan dan kekurangan diri ini tidak berarti bahwa individu tersebut akan menerima keadaannya begitu saja, karena individu ini tetap berusaha untuk terus mengembangkan diri. Individu dengan penerimaan diri akan mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, dan mampu mengelola serta memperbaikinya.49

Berdasarkan pengertian diatas, menurut peneliti self acceptance atau penerimaan diri pada penelitian kali ini yaitu meyakinkan individu untuk mampu menerima diri, mengontrol keadaan emosi, memahami keadaan dirinya sebagaimana adanya dengan baik sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan.

b. Aspek-aspek penerimaan diri (self acceptance)

Philips dan Berger mengemukakan aspek-aspek penerimaan diri yakni:

48 Endah Meilinda, “Hubungan antara Penerimaan diri dan Konformitas terhadap Intensi Merokok pada Remaja di SMK Istiqomah Muhammadiyah 4 Samarinda,” Jurnal Psikologi, Vol. 1, No.1.

(2013): 14.

49 Endah Puspita Sari dan Sartini Nuryoto. “Penerimaan Diri pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Kematangan Emosi,” Jurnal Psikologi, No. 2 (2002): 76.

(45)

1) Adanya keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi persoalan.

2) Adanya anggapan berharga terhadap diri sendiri sebagai manusia dan sederajat dengan orang lain.

3) Tidak beranggapan abnormal atau aneh terhadap diri sendiri dan tidak ada harapan untuk ditolak orang lain.

4) Tidak ada rasa malu atau tidak memperhatikan diri sendiri.

5) Ada keberanian tanggung jawab atas perilaku sendiri.

6) Adanya objektivitas dalam menerima pujian dan kritikan.

7) Tidak ada penyalahan atas keterbatasan yang ada, ataupun pengingkaran atas kelebihan yang dimiliki pada diri sendiri.50

Selain itu, menurut Purnama secara garis besar aspek-aspek penerimaan diri terbagi menjadi tiga yakni:

1) Persaaan senang yang berkaitan dengan sikap positif individu terhadap kenyataan yang ada.

2) Perasaan puas dalam menjalani kehidupan. Kemampuan individu dalam mengatasi masalah atau meraih sesuatu yang dia inginkan dalam kehidupan ini akan menghasilkan perasaan puas terhadap prestasi yang dicapai.

3) Penghargaan. Individu yang dapat menerima dirinya senantiasa berusaha untuk menerima kelemahan ataupun kelebihan yang dimilikinya.51

50 Oktandhy, dkk, “Pengaruh Terapi Pemaafan Dengan Dzikir Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha),” Jurnal Psikologi Islami, No. 1 (2019): 15.

(46)

c. Ciri-ciri penerimaan diri (self acceptance)

Secara rinci Hurlock menyebutkan ciri-ciri penerimaan diri adalah:

1) Individu menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannya dan menghargai dirinya sendiri. Individu tersebut mempunyai harapan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2) Individu yakin akan standar-standar dan pengetahuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain.

3) Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional. Individu tersebut memahami dirinya sendiri mengenai keterbatasannya namun tidak beranggapan bahwa dirinya tidak berguna.

4) Menyadari aset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya.

5) Menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri. Individu yang menerima dirinya mengetahui apa saja yang menjadi kekurangan yang ada dalam dirinya.52

Sedangkan menurut Hjelle, mengemukakan bahwa individu yang memiliki penerimaan diri mempunyai ciri-ciri yakni individu tersebut memiliki gambaran positif terhadap dirinya, dapat bertahan dalam

51Aditya Dedy Nugraha, “Pengaruh Pemberian Pelatihan Manajemen Perilaku Kognitif Terhadap Penerimaan Diri Penyandang Tuna Daksa Di BBRSBD Surakarta,” (Tesis, Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2011/2012), 5.

52 Vera Permatasari dan Witrin Gamayanti, “Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia,” Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 3, no.1 (Juni, 2016): 141.

(47)

kegagalan serta dapat mengatasi keadaan emosionalnya seperti depresi, marah dan rasa bersalah.53

d. Faktor-faktor yang membentuk penerimaan diri (self acceptance)

Menurut Hurlock ada beberapa faktor yang membentuk penerimaan diri seseorang, yaitu:

1) Pemahaman diri (self understanding)

Pemahaman diri merupakan persepsi diri yang ditandai oleh genuiness (keaslian), realita, dan kejujuran. Semakin individu memahami dirinya, semakin baik penerimaan dirinya. Artinya individu sudah mampu menerima atas segala hal yang ada pada dirinya serta mampu melakukan segala hal dengan baik.

2) Harapan yang realistis

Ketika individu memiliki harapan yang realistis dalam mencapai sesuatu, maka akan mempengaruhi kepuasan diri yang merupakan esensi dari penerimaan diri.

3) Tidak adanya hambatan dari lingkungan (absence ofenvironment obstacles).

Ketidakmampuan dalam mencapai tujuan yang realistis,dapat terjadi karena hambatan dari lingkungan yang tidak mampu dikontrol oleh seseorang seperti diskriminasi ras, jenis kelamin, atau agama. Apabila hambatan-hambatan itu dapat dihilangkan dan jika keluarga, peer atau

53 Iffa Rahmatul Husnia. “Dzikir Hasbunallah untuk Menumbuhkan Self Acceptance pada lansia di Panti Tresna Werdha Hargo Dedali Surabaya.” (Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018), 54.

(48)

orang-orang yang berada disekelilingnya memberikan motivasi dalam mencapai tujuan, maka seseorang akan mampu memperoleh kepuasan terhadap pencapaiannya. Karena faktor lingkungan bisa menjadi pengaruh pada individu.

4) Sikap sosial yang positif

Jika seseorang telah memperoleh sikap sosial yang positif, maka ia lebih mampu menerima dirinya. Tiga kondisi utama menghasilkan evaluasi positif antara lain adalah tidak adanya prasangka terhadap seseorang, adanya penghargaan terhadap kemampuan-kemampuan sosial dan kesediaan individu mengikuti tradisi suatu kelompok sosial.

5) Tidak adanya stress yang berat

Tidak adanya stress atau tekanan emosional yang berat membuat seseorang bekerja secara optimal dan lebih berorientasi pada lingkungan daripada berorientasi diri dan lebih tenang dan bahagia dalam menjalani kehidupan.

6) Pengaruh keberhasilan

Mendapat pengalaman yang gagal menyebabkan individu menolak diri, sedangkan meraih kesuksesan akan menghasilkan penerimaan diri. Sehingga individu harus berusaha mengontrol keadaan emosionalnya ketika hal tersebut terjadi pada diri sendiri serta berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan baik.

7) Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Babun Suharto, SE.,MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Ag sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Jember.. memberikan arahan

Babun Suharto, SE.,MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Ag sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Jember.. penyusunan skripsi

1. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor IAIN Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi kami selama proses kegiatan belajar mengajar di lembaga ini. Mukni’ah, M.Pd.I selaku

1. Selaku Rektor IAIN Jember yang telah memberikan dukungan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan studi S1 di IAIN Jember. M.H.I, Selaku Dekan Fakultas

1. H.Babun Suharto,SE, MM., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memimpin serta memberikan fasilitas kepada kami selama

1. Babun Suharto, S.E., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember yang selalu memberikan fasilitas yang memadai selama kami menuntut ilmu di

selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Jember. Ibu Nikmatul Masruroh, S.H.I., M.E.I selaku Ketua Program

Babun Suharto, S.E., MM selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Khamdan Rifa’i S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Jember. Ibu