• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran input pelaksanaan pelayanan Home Care Rumah Sakit Murni Teguh Medan

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Gambaran input pelaksanaan pelayanan Home Care Rumah Sakit Murni Teguh Medan

Kegiatan pelayanan home care dibentuk pada akhir 2012 dan home care berada dibawah naungan manajemen keperawatan rumah sakit. Komponen input menekankan pada organisasi pelayanan keperawatan termasuk didalamnya sumber daya manusia (SDM) yang bekerja bersama-sama dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai untuk kepentingan pelayanan kepada pasien. Pada Variabel input terdiri dari tenaga, biaya pelaksanaan, peralatan, standar, dokumentasi/laporan. a. Tenaga

Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa latar belakang pendidikan perawat pelaksana

home care adalah D3 keperawatan, berdasarkan data input tenaga tersebut dalam

pelaksanaan pelayanan home care diatas menggambarkan tim homecare di rumah sakit murni teguh memiliki tenaga kesehatan yang memungkinkan dapat memenuhi

standar kebutuhan pelayanan kesehatan pasien. Ketenagaan home care terdiri dari pengelola dan perawat pelaksana pelayanan home care.

Tenaga pengelola terdiri dari koordinator unit home care dan perawat pelaksana pelaksana. Selain bertugas sebagai coordinator dan perawat pelaksana di unit home care yang bersangkutan juga memiliki kesibukan kegiatan dibagian lain sebagaimana kutipan wawancara berikut :

“…, nah untuk saat ini home care kan masih di bawah keperawatan jadi tugas saya yang mengkordinasikannya (responden 1)”.

“Ada, saya juga sebagai perawat ruangan (responden 2)”.

“Ada, jika tidak ada jadwal dinas homecare maka saya akan dinas dipoliklinik (responden 3)”.

“Ada, saya bertugas dirumah sakit dan ditempat home care (responden 4)”.

“Ada, home carekan sekali-sekali, aslinya sayakan perawat di ruang rawat inap (responden 5)”

Tenaga pelaksana pelayanan home care terdiri dari tenaga professional kesehatan yang bergabung dalam tim home care. Tenaga kesehatan yang melakukan home care

diambil dari setiap unit pelayanan keperawatan dirumah sakit Murni Teguh dan terlibat langsung dalam pelayanan home care, namun jumlahnya belum dapat ditentukan secara pasti.

Pihak manajemen unit home care Rumah Sakit Murni Teguh Medan perlu menambahkan jumlah tenaga pelaksana yang benar-benar anggota tim home care dan memberikan identitas yang jelas, karena selain menjadi anggota tim home care, tenaga perawat atau dokter yang melakukan pelayanan home care harus bekerja

dirumah sakit sehingga menyebabkan kekurangan tenaga dan menyebabkan jadwal menjadi berantakan. Hal ini dijelaskan sebagaimana kutipan wawancara sebagai berikut:

“ tenaga pelaksana kurang, karena terkadang jadwal homecare dan jadwal dinas bertabrakan, apabila tiba-tiba ada pasien dirumah sakit yang sangat membutuhkan tenaga perawat, duty harus mencari pengganti perawat untuk home care dan terkadang harus memanggil perawat yang sedang libur (responden 2)”.

Jumlah tenaga perawat home care merupakan hal yang harus dipersiapkan untuk mengatasi masalah fluktuasi jumlah pasien yang tidak menentu dan tidak dapat diprediksi secara pasti, sebagaimana kutipan wawancara di bawah ini:

kalau menurut saya sih ga cukup, karena jika ada pelayanan home care maka

perawat di poliklinik jadi kurang tenaga (responden 3)”.

“kurang, karena terkadang jadwal homecare dengan jadwal dari rumah sakit sama. (responden 4)”.

“…, tetapi kalau untuk perawat pelaksananya masih kurang kayaknya (responden 5)”

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah perencanaan SDM untuk mengisi posisi dalam suatu organisasi dengan anggota yang berkualitas. Perencanaan tenaga keperawatan dapat berupa perencanaan jangka pendek yaitu penetapan jumlah tenaga untuk mengisi posisi yang sudah ada dan perencanaan jangka panjang untuk menentukan permasalahan tenaga keperawatan masa lalu, saat ini dan kemudian untuk menentukan kebijakan untuk tenaga staf yang akan datang (Waluyo dalam Wulan, 2006).

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat kriteria tenaga seperti apa pada suatu tempat pelayanan. Penetapan jumlah tenaga dan jenis tenaga keperawatan harus mengacu pada fenomena keperawatan terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara terus menerus dan mandiri.

Ada 3 tehnik penentuan staf yaitu tehnik Delphi yaitu tehnik dengan melakukan survey kebutuhan kebutuhan tenaga, hasilnya dilaporkan dan dianalisa oleh ahli untuk dilakukan survey kembali, apakah peningkatan beban kerja perlu tambahan tenaga kerja. Tehnik kedua yaitu analisa kecenderungan (ekstrapolasi dan indeksasi), ekstrapolasi dengan memperhitungkan perubahan masa lalu dan membuat proyeksi dimasa datang sedangkan indeksasi dengan metode estimasi kebutuhan tenaga diwaktu yang akan datang dengan menandai tingkat perkembangan karyawan. Tehnik beban ketiga adalah analisa beban kerja yaitu dengan memperhitungkan dan menganalisa beban kerja, job deskripsi dan job spesifikasi. Dan dari ketiga tehnik diatas tehnik yang sering digunakan adalah tehnik analisa beban kerja ( Tjandra,2003) Status kepegawaian untuk tim home care semuanya merupakan perawat yang bekerja dari berbagai unit pelayanan keperawatan dirumah sakit Murni Teguh. Dengan bertambahnya tugas home care menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan perawat home care. Padahal seharusnya perawat yang melaksanankan

home care adalah perawat yang bekerja 24 jam untuk home care dan merupakan

perawat khusus home care (tidak bekerja ditempat lain). Hal diatas tidak menjadi suatu masalah berarti yang dirasakan perawat tetapi merupakan faktor pendukung

dalam pelaksanaan pelayanan home care, hal ini dapat kita lihat dari kutipan wawancara berikut :

“keuntungannya ya gaji menambah, jadi kita semangat kerjanya apalagi karena kitakan rumah sakit swasta jadi tunjangan dari rumah sakit gak banyak, tapi kerugiannya ya itu kadang waktu libur kita juga harus home care (responden 5 ).”

Keadaan diatas bertentangan dengan penelitian Sri Listyaning tentang home care

di rumah sakit DR. Sardjito Yogyakarta (2006), untuk ketenagaan di rumah sakit tersebut memilki perawat khusus home care dan perawat tersebut tidak bekerja lagi di ruangan rumah sakit tersebut.

Untuk upaya pengembangan SDM sebagai tenaga pelaksana pelayanan home care, keempat responden tersebut menyatakan belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pelayanan home care. Seperti pada wawancara berikut:

“ pelatihan secara formal tidak ada, ya itu lewat konfrensi kasus, jadi tambah ilmunya ya dari situ (responden 2)”.

“…, sebetulnya untuk home care belum ada standar kita buat,…, jadi diidentifikasi dulu pasien yang home care itu (responden 1 ).”

“Tidak pernah sama sekali, tetapi pelatihan lain pernah, dulu saya pernah ngikuti pelatihan PPGD sama EKG(responden 3)”

“pelatihan itu juga tidak pernah sama sekali, tapi sedikit banyaknya tentang kegawat daruratan saya sudah dapat dari ruangan saya bekerja (responden 4)”

“pelatihan itu juga tidak pernah sama sekali, … (responden 5)”

Keempat responden menyatakan menginginkan adanya pelatihan sebagaimana dikutip dari wawancara berikut :

“ saran saya sih perlu adanya pelatihan-pelatihan khusus bagi perawat yang melakukan homecare karena zaman sekarang pasien udah sering nanya apalagi kalau mereka lihat ada perbedaan dari biasanya (responden 3).”

“Perlu agar kita gak gelagapan kalau pasien kenapa-napa apalagi bagi perawat muda seperti saya yang belum banyak pengalaman (responden 5).”

Saran yang diberikan perawat diatas sangat baik karena dalam melakukan pelayanan keperawatan kita harus professional dalam melakukannya. Ketidaktahuan merupakan masalah dalam melakukan pelayanan home care, hal ini juga diungkapkan oleh pengelola yang mengatakan:

“ada juga, pasien yang misalnya dalam pemberian obat, dikarenakan pasien-pasien sekarang udah meningkat pengetahuannya apalagi kalau yang homecare itukan rata- rata yang ekonominya kelas menengah keatas, …… (responden 1).”

b. Pembiayaan pelaksanaan

Gambaran input pembiayaan pelaksanaan pelayanan pasien home care rumah sakit Murni Teguh meliputi biaya operasional kebutuhan bagi pelaksanaan pelayanan antara lain transport petugas, biaya kebutuhan tindakan, biaya adminitrasi dan biaya pembayaran jasa pelayanan perawatan.

Biaya operasional kebutuhan bagi pelaksanaan pelayanan antara lain sebagai berikut 1. Biaya transport petugas

Kegiatan pelayanan home care memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, pelayanan yang dirumah keluarga pasien memiliki tempat pelayanan yang sangat bervariasi sehingga memerlukan tenaga dan sarana transportasi untuk pelayanan,

dengan membawa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan, seperti dikutip dari hasil wawancara berikut :

Ya..kalau perawat biasanya ke sini, perawat itu datang ke rumah sakit kemudian kita hantar ketempat jadi dia sama seperti kerja, biasanya pake mobil ambulance atau pake mobil kita (responden 1)”.

Kesimpulannya biaya transport petugas sudah ditanggung pihak rumah sakit, karena petugas apabila akan berangkat home care biasanya diantar dengan kendaraan yang disediakan rumah sakit, dan biaya tersebut akan ditambahkan kedalam rekening tagihan jasa pelayanan pasien.

2. Biaya kebutuhan tindakan keperawatan

Biaya kebutuhan yang diperlukan untuk tindakan keperawatan berupa barang habis pakai. Misalnya seperti spuit. Infuse set, urine bag, kateter, dll sepenuhnya ditanggung oleh pasien tetapi hal ini juga tergantung dari kesepakatan antar pihak rumah sakit dan pengguna jasa pelayanan home care, hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara berikut ini:

“ dari kita juga tergantung, ada juga dari pasien dan kalau barang dari kita nanti dia akan hitung per pcs yang dipakai (responden 1)”.

“kalau biaya operasionalnya saya kurang tahu ya, semuanyakan urusan rumah sakit, kalau soal dana semuanyakan udah disediakan rumah sakit atau pasien jadi kita ga ada pengeluaran selama melakukan homecare (responden 2)”

“kalau biaya operasionalnya untuk perawatan tersedia karena biasanya ada keluarga yang disana juga (responden 3)”

“ya sejauh ini semua biayanyakan dari pasien dan bekerja sama dengan pihak rumah sakit (responden 5)”

3. Biaya kegiatan adminitrasi

Biaya kegiatan adminitrasi pelayanan home care dikelola oleh pihak rumah sakit. Dananya diperoleh dari hasil kegiatan pelayanan home care untuk memenuhi kebutuhan adminitrasi, misalnya seperti kwitansi tagihan pembayaran, buku catatan, buku registrasi, buku resep, format lampiran, dan lain-lain.

Berbeda dengan pelayanan keperawatan rumah yang dilakukan oleh puskesmas yang merupakan program kebijakan pemerintah dibidang pelayanan kesehatan masyarakat, oleh karena tersedia dana bagi operasional pelaksanaan kegiatannya. Home care di rumah sakit Murni Teguh merupakan program yang masih mengelola kegiatan secara mandiri sehingga biaya pelaksanaanya didapat dari pasien sebagai pengguna pelayanan kesehatan home care.

4. Pembayaran jasa pelayanan perawat

Jasa perawat merupakan suatu kompensasi dari pekerjaan keperawatan secara fungsional. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka, umumnya berupa penghargaan yang bertujuan memperoleh person yang berkualitas, mempertahankan karyawan, menjamin keadilan, menghargai perilaku yang diinginkan, mengendalikan biaya dan memenuhi peraturan yang legal (Handoko, 2003).

Besarnya pembayaran jasa pelayanan diatur sesuai ketentuan berdasarkan kebutuhan tindakan perawatan per kunjungan. Sistem pembagian jasa pelayanan pasien berdasarkan ketentuan yang diatur pihak rumah sakit. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut:

“…., nanti perawat kita gajian bulanan disini sama seperti biasa kemudian dia dapat tambahan ya… kalau dia dinas homecare dia dapat tambahan yang sudah diatur sesuai standar (responden 1)”.

“pembayaran jasa biasanya diberikan pas kita gajian, nanti dihitung berapa kali kita homecare terus ditambah kegaji kita yang dirumah sakit (responden 2)”.

“kalau sistem pembayaran jasa dilakukan oleh pihak rumah sakit,.. (responden 3)”. “Kalau soal gaji pihak manajemen yang mengatur, …. (responden 4)”

“Kalau gaji homecare kita dapat pas gajian, ….(responden 5)”

Dari yang peneliti ketahui dibandingkan dengan besarnya biaya pelayanan

home care di rumah sakit lain, rumah sakit Murni Teguh masih termasuk murah

dalam biaya. Menurut handoko (2003) perusahaan harus memperhatikan prinsip keadilan dalam penetapan kebijakan kompensasinya. Keadilan dipengaruhi dua faktor yaitu rasio kompensasi dan masukan-masukan seseorang berupa tingkat pendidikan, pengalaman kerja, latihan dan sebagainnya.

Kesuksesan dalam bidang keuangan akan memungkinkan suatu organisasi berbuat mewujudkan berbagai visi dan misi. Keadaan diatas akan dapat meningkatkan mutu proses pelayanan kesehatan dan komitmen SDM.

Biaya pelayanan kesehatan masyarakat merupakan masalah yang pelik dan belum mendapat penyelesaian yang baik. Untuk mengatasi kesulitan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dan makin tingginya biaya kesehatan, maka banyak upaya yang dilakukan salah satunya dengan asuransi kesehatan sebagai pengganti sistem pembiayaan tunai, lembaga asuransi yang berkembang antara lain askes bagi PNS dan Jamsostek bagi pegawai swasta.

Dalam undang-undang mengisyaratkan agar BPJS dijadikan cara yang melandasi masalah biaya kesehatan bagi setiap penyelenggaraan pemerintahan kesehatan. BPJS merupakan kebijakan umum pemerintah yang perlu dikembangkan dan semakin penting dalam globalisasi yang menuntut kemandirian masyarakat.

Perlu suatu kerjasama melalu kebijakan dan peraturan yang dapat mengatur pelaksanaan pembayaran. Biaya kesehatan pasien yang dapat menggunakan jasa pelayanan home care tanpa mengalami kesulitan dalam mengatasi biaya,

c. Peralatan

Pelayanan home care merupakan pelayanan keperawatan profesional. Pelayanan keperawatan yang professional dilakukan melalui tindakan yang baik dan benar dalam upaya mengurangi, mengatasi masalah keperawatan. Untuk itu perlu didukung oleh fasilitas dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar prosedur. Dalam menetapkan peralatan biasanya ditemukan masalah antara lain manajemen alat, kurangnya kesadaran perawat akan gunanya alat (Tambunan, 1999).

Dalam pelayanan kesehatan peralatan yang dimaksud meliputi bahan medis yang habis pakai dan bahan medis yang tidak habis pakai misalnya barang berupa spuit, kateter, set infuse, urine bag, dan lain-lain serta kebutuhan obat-obat yang diperlukan pasien. Kebutuhan peralatan tersebut diperoleh melalui kesepakatan kerjasama antar pihak rumah sakit dengan pihak pengguna jasa pelayanan home care. Pengambilannya sesuai kebutuhan perpasien dengan menggunakan buku resep. Kemudian pembayaran tanggihannya dibayar oleh pasien atau masuk kedalam rekening tagihan. Prosedur untuk memenuhi kebutuhan peralatan baik bahan habis pakai atau tidak habis pakai yang dibutuhkan bagi pelayanan home care sangat memungkinkan munculnya masalah yang berkaitan dengan ketepatan waktu pelayanan. Bagaimana kelengkapan peralatan diungkapkan dalam kutipan-kutipan wawancara berikut:

“kalau soal peralatan seperti oksigen masih kurang lengkap, … (responden 5)”. “kalau alat tidak habis pakai itu mudah dan sudah tersedia tetapi menurut saya masih kurang karena kondisi pasien tidak selalu sama (responden 2 )”

“peralatan terkadang tidak selalu tersedia pada saat saya memerlukan, karena tidak diberi tahu terlebih dahulu kepada keluarga (responden 4)”

Kelengkapan peralatan yang tersedia tidak dapat diukur bila suatu organisasi pelayanan kesehatan belum memiliki standard dan prosedur tindakan, namun hingga pada saat penelitian ini dilakukan home care di Murni Teguh belum memiliki standar operasional adminitrasi, perlengkapan maupun standar asuhan keperawatan tersendiri, setiap tindakan menggunakan standar asuhan seperti di rumah sakit.

Faktor yang mempengaruhi dalam penetapan jenis dan jumlah peralatan yang dibutuhkan antara lain ketergantungan pasien, metode penugasan, dana dan kebijakan rumah sakit. Macam metode penugasan keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan akan mempengaruhi jumlah keperawatan yang dipakai. Metode penugasan yang dipakai dalam pelayanan home care adalah metode primer yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya selama 24 jam. Maka setiap perawat harus memiliki peralatan tersendiri untuk memudahkan pelaksanaan asuhan keperawatan.

d. Standar (protap)

Kegiatan operasional pelaksanaan pelayanan pasien home care berjalan sesuai dengan kondisi apa adanya. Standar pelaksanaan dan job deskripsion serta segala aturan tertulis yang mengatur pelaksanaan kegiatan organisasi belum ada. Aturan yang ada berupa ketentuan persyaratan bagi pasien menyangkut hak dan kewajiban perawat yang sudah disepakati dalam kontrak harus di patuhi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan wawancara berikut:

“standar keperawatannya sendiri yang dibuat untuk home care secara khusus sih belum ada, biasanya menggunakan sop yang seperti di rumah sakit, …” (responden 1)”

“Ada, protapnya sama dengan yang ada dirumah sakit (responden 2)”

“Ada, setiap tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan protap, protap itu merupakan suatu landasan kita dalam melakukan tindakan (responden 3)”

Ada ,ya kita pake protap yang sama seperti dirumah sakit (responden 4)”

“Kalau soal protap sih semuanya sama dengan rumah sakit, bagaimana rumah sakit begitu juga dengan pelayanan home care (responden 5)”

Menurut gillies (1996) standar adalah pernyataan deskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses dan hasil. Bagaimanapun bagusnya pelayanan kesehatan yang dilakukan tidak dapat dinilai baik atau bermutu bila tidak memiliki standar dalam kegiatan pelayannya.

Home care Murni Teguh sebagai bagian dari bentuk pelayanan kesehatan

yang harus memiliki standar asuhan keperawatan bagi perawat sebagai koordinator kasus dalam pelayanan home care ini. Karena standar asuhan keperawatan bertujuan untuk :

1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan upaya peningkatan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan

2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan perawatan yang tidak penting

3. Memberikan landasan untuk menetukan kelalaian keperawatan dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan perawat apabila tidak memenuhi standar dapat membahayakan pasien.

Standar asuhan keperawatan sangat diperlukan dan berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga keperawatan. Bila pelayanan yang diberikan sudah sesuai standar

dapat memberi kepuasan pasien dan keluarga maka kebijakan terkait biaya pelayananpun akan dapat ditentukan sesuai dengan standar pelayanan tersebut. Umumnya pelanggan yang merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya tidak mempermasalahkan berapapun biaya yang harus mereka keluarkan.

Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian indarsantie (2000) meskipun 54,5 % responden menyatakan cukup mahal, mereka akan tetap mengikuti pelayanan

home care lansia club, karena dirasakan sangat menguntungkan 81,9%. Perhatian dan layanan yang diberikan lebih berharga dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (78,8%), sedangkan 50,5% responden menyatakan ketidaktepatan jadwal kunjungan dokter sebagai layanan yang kurang sesuai dengan biaya yang dikeluarkannya.

e. Format pendokumentasian

Format dokumentasi kegiatan pelayanan home care disediakan dalam bentuk format laporan kegiatan pelayanan home care disatukan dalam bentuk status untuk setiap pasien. Bentuk formatnya meliputi surat persetujuan, data identitas, riwayat atau penyakit yang diderita pasien, tanda bukti pelayanan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

Pembuatan format dokumentasi disesuaikan dengan jenis-jenis dokumentasi secara umum meliputi : pendokumentasian berdasarkan sumber dan dokumentasi berdasarkan masalah. Pendokumentasian berdasarkan sumber merupakan pencatatan klien yang diorganisir sehingga setiap tenaga kesehatan mempunyai catatan yang terpisah dengan tenaga kesehatan lainnya. Contoh formatnya adalah lembar instruksi

dokter, catatan masing-masing tenaga kesehatan, dll. Dokumentasi berdasarkan masalah mempunyai bagian utama pencatatan yang terdiri dari format data dasar (meliputi hasil pemeriksaan fisik, riwayat keperawatan, data hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), format daftar masalah, format rencana tindakan, dan format catatan. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara di bawah ini :

“ya..sama formatnya dengan yang dirumah sakit ….,mau menuju JCI jadi lagi kita sosialisasikan, namanya catatan perkembangan terintegrasi, …. (responden 1)” “Ada. Rumah sakit menyediakan format laporan pelayanan asuhan keperawatan pasien …. (responden 2)”

“Dari rumah sakit untuk format laporan ada, biasanya itu digabungkan dalam satu status (responden 3)”

“Ada, pasti ada (responden 4)”

“Ada, askep home care juga ada disediakan dari rumah sakit (responden 5)”

5.3 Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care di Rumah Sakit

Dokumen terkait