• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care di Rumah Sakit Murni Teguh

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care di Rumah Sakit Murni Teguh

Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care meliputi pengorganisasian, pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan pendokumentasian.

a. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah fungsi kedua manajemen dan dilakukan secara langsung dari dasar yang telah dibuat oleh perencanaan yang baik. Pengorganisasian meliputi pengaturan pelaksanaan pelayanan home care, hubungan kerja/kolaborasi, pengaturan pelaksanaan dan jadwal kunjungan pasien serta melaksanakan proses evaluasi. Berdasarkan dari hasil wawancara pengaturan pelaksanaan pelayanan

homecare menggunakan 2 pendekatan. Pendekatan pertama menggunakan metode primer dimana 1 orang perawat bertanggung jawab terhadap pasiennya selama 24 jam dan pendekatan yang kedua adalah metode tim dimana terdiri dari 3 orang perawat yang bekerja secara bergantian. Namun pada metode tim belum ada terasa sempurna dikarenakan belum adanya ketua tim dalam metode tersebut. Masing-masing perawat bertanggungjawab terhadap tercapainya pelaksanaan pelayanan sesuai dengan kebutuhan tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien atau keluarga. Seperti pada wawancara berikut

“ya sebetulnya begini terkadang ada 1 pasien dengan 1 orang perawat itu yak pake metode primer, tapi ada juga yang mintanya pershift kita gunakan metode tim, tapi hal ini saya rasa kurang pas karena disitu tidak ada ketua timnya,,,tetapi dari beberapa metode hanya ini yang paling mendekati (responden 1)”.

Pengaturan pelaksanaan pelayanan home care dilaksanakan sesuai perencanaan dan jadwal kunjungan yang ditetapkan dari rumah sakit. Tetapi karena kurangnya tenaga maka dilakukan sistem rolling. Sistem rolling yang dilakukan sesuai target waktu yang telah direncanakan dan semuanya diaatur dari manajemen rumah sakit. Pengaturan jadual semuanya diatur oleh keperawatan dan bagian diklat, seperti pada kutipan wawancara berikut

“ kalau disini dia perawatnya diganti-ganti, siapa perawat yang lagi kosong itu dibuat homecare, karenakan belum ada perawat homecare khusus, semuanyakan perawat dari unit rumah sakit” (responden 6)”.

Hal yang kedua dalam pengorganisasian adalah hubungan kerja. Hubungan kerja merupakan masalah penting dalam pengorganisasian. Hubungan antara pegawai dengan pekerjaannya, interaksi antar satu pegawai dengan pegawai lainnya dan unit

kerja perawat dengan unit kerja lainnya merupakan hal-hal yang peka. Mencari keserasian dan kesatuan usaha hanyalah mungkin apabila hubungan tersebut cukup terbina dan baik. Sebagian besar problema di pengorganisasian berkaitan dengan kesulitan hubungan. Hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara berikut :

“kolaborasi diantara home care saya rasa baik karena kamikan bekerja didalam tim jadi harus saling mendukung (responden 5)”.

“Maunya tim lab harus bersedia datang kerumah pasien atau tim rehabilitasi medic, supaya kita bisa mencapai sasaran(responden 3)”.

Hal yang ketiga dalam pengorganisasian adalah pengaturan pelaksanaan evaluasi. Kegiatan pengaturan pelaksanaan evaluasi terhadapa pelayanan

home care bersifat situasional, karena hanya meliputi evaluasi terhadap hasil dari proses pelaksanaan pelayanan. Adanya evaluasi terhadap hasil tersebut didapat dari laporan-laporan keluarga pasien kepada manajemen. Seperti pada kutipan wawancara berikut :

“ pernah ada yang complain karena perawatnya kadang terlambat. Jadikan keterlambatan itu begini, perawat datang kemari tapi mobil kita pergi keluar semua sementara dia shift siang, jadi terlmabat 30 menit lah dia, kalau soal pelayanan sih misalnya kayak dalam pemberian obat, pasien sekarangkan sudah berpikir kritis jadi dia pasti bertanya apabila obat yang dilihatnya berbeda dari biasanya, karena sangkin banyaknya merek dagang terkadang perawat kita juga tidak mengetahuinya, kita akui hal seperti itu memang terlihat kurang professional. Tapi biasanya mereka akan menayakan kepada dokter yang merawat baru dijelasin lagi(responden 1)”.

Untuk evaluasi secara khusus terhadap kinerja dari tenaga pelaksanaan pelayanan baik perawat, dokter, fisioterapi belum pernah dilakukan sama sekali. Padahal evaluasi tersebut perlu dilakukan dalam rangka upaya perencanaan pembinaaan dan peningkatan pengembangan SDM melalui kegiatan pendidikan dan

pelatihan serta peningkatan kualitas yang lebih baik. Demikian pula evaluasi terhadap kepuasan pasien yang sangat diperlukan sebagai aspek yang menentukan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan.

Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan dirumah sakit Murni Teguh,

home care merupakan sarana bagi upaya pengembangan melalui perluasan jangkauan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya pemasaran, pembinaan dan pembuatan peraturan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan organisasi dalam meningkatkan pelayanannya. Tetapi hal diatas belum terjadi dirumah sakit Murni Teguh, home care dirumah sakit Murni Teguh belum dipasarkan ke masyarakat. Hal ini tampak dari kutipan wawancara berikut:

“Kita belum ada pasarkan, hanya kalau diminta baru kita penuhi, kita juga belum memarketkan karena belum selesai. Sebetulnya rumah sakit mau membuat hospice tetapi belum selesai, jadi nanti kalau udah selesai baru kita publikasikan (responden 1)”

b. Pelaksanaan pelayanan

Pelaksanaan pelayanan mencakup proses penerimaan pasien hingga pelaksanaan asuhan keperawatan melalui tahapan pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi terhadap proses dan hasil tindakan keperawatan yang dilakukan. Pelaksanaan penerimaan pasien dilakukan melalui pendaftaran oleh keluarga pasien dengan kesepakatan persetujuan tentang hak dan kewajiban pasien melalui penandatanganan kontrak. Setelah itu baru dilakukan kunjungan kerumah pasien oleh perawat atau dokter.

Setelah dilakukan kunjungan dan perawat atau dokter mengetahui keadaan umum pasien. Maka dilakukan tindakan berikutnya yaitu pengkajian hingga evaluasi. Berdasarkan hasil wawancara, yang peneliti lakuakan terdapat 2 orang perawat yang mengakui bahwa pendomentasian tidak sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan wawancara berikut :

“Terkadang pada saat buat asuhan keperawatan kita tidak membuat diagnose keperawatannya, karena seringan kita fokus pada diagnosa medis dari si pasien tersebut (responden 2)

“Yang pasti seseuai dengan tahapan-tahapannya tetapi terkadang kita gak melakukan pekajian secara lengkap jadi data-datanya kurang komplit, dan terkadang juga kalau kita konsul via telpon sama dokter kita lupa membuat kedalam catatan perawat tetapi pada catatan dokter kita masukkan (responden 4)”

Pada saat menentukan diagnosa keperawatan lebih cenderung melihat masalah pemenuhan kebutuhan tindakan keperawatan yang berfokus pada masalah medis, diagnosa keperawatan berdasarkan respon pasien dan aspek pemenuhan kebutuhan perawatan secara holistic sangat diperlukan pasien, oleh sebab itu seharusnya perawat tetap fokus terhadap hal-hal keperawatan dan melakukan tugas keperawatan. Salah satu tujuan dari pelayanan asuhan keperawatan adalah memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang hal-hal yang terkait dengan pasien tersebut, baik itu tentang penyakitnya, tentang gizinya, dan lain-lain agar pasien dan kelurga dapat mandiri dikemudian hari.

c. Pendokumentasian

Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan bahwa tidak seluruhnya perawat mendokumentasikan tindakan keperawatan yang mereka lakukan pada format yang tersedia. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan wawancara berikut :

“ formatnya ada, tetapi kadang diisi satu minggu, kadang malas bikinnya, sebenarnya formatnya udah disediakan dari rumah sakit, Cuma kadang yang bikin kita malas itu kalau formatnya habis jadi malas nunggu dicopi (responden 4)

“Tidak selalu kita dokumentasikan, karena kalau kita konsul sama dokter via telepon kita hanya menuliskan dicatatan dokter saja, tetapi di catatan kita tidak (responden 2)”

Pendokumentasian adalah penyediaan atau pemberian bukti-bukti dokumenter dan pengumpulan pengabstrakan dan pemberian kode informasi yang tercatat untuk referensi pada masa mendatang (Fatahilah, 2003). Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat perawat yang menyatakan pentingnya pendokumentasian, seperti pada kutipan wawancara berikut :

“ya, sebagai bukti implementasi kepasien (responden 4)."

“Perlu dan penting karena untuk mengetahui perkembangan pasien (responden 3)” “ ya perlu karena itu merupakan pegangan kita kedapan apabila terjadi masalah (responden 5)”

Tujuan dokumentasi keperawatan antara lain :

1. Komunikasi : sebagai alat komunikasi antara sesama tenaga kesehatan. Pencatatan harus menjelaskan tindakan-tindakan yang dibutuhkan bagi konsistensi asuhan keperawatan.

2. Audit keperawatan : pencatatan keperawatan sebagai bahan untuk menentukan mutu pelayanan keperawatan apakah sudah sesuai dengan standar.

3. Kepentingan hukum : dokumentasi dari klien dapat dijadikan sebagai bukti yang akurat apabila terjadi suatu masalah hukum baik bagi pasien maupun bagi tenaga kesehatan.

Pendokumentasian merupakan metode komunikasi informasi yang terkait dengan manajemen pelayanan kesehatan dan sebagai salah satu sumber untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan akan menjadi bukti apakah perawat sudah sesuai dengan standar atau sebaliknya.

BAB 6

Dokumen terkait