• Tidak ada hasil yang ditemukan

Description of the Implementation of Home Care Servicer at RS Murni Teguh, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Description of the Implementation of Home Care Servicer at RS Murni Teguh, Medan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PELAKSANAAN PELAYANAN HOME CARE

DI RUMAH SAKIT MURNI TEGUH MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Ayu P Sary Manalu

121121013

PROGRAM SRUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Ayu P Sary Manalu NIM : 121121013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Home Care di Rumah Sakit Murni Teguh Medan adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijungjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang menyatakan,

(4)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat, bimbingan, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Gambaran pelaksanaan pelayanan Home Care di rumah Sakit Murni Teguh Medan ”.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Erniyati, SKp., MNS., selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, SKp,. MNS., selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS., selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Rika Endah Nurhidayah, S. Kp, MPd selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

(5)

7. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M. Biomed selaku penguji II

8. Kepala Keperawatan Murni Teguh dan seluruh staf yang telah membantu penelitian penulis.

9. Teristimewa buat Bapak dan Mama serta anggota keluarga lainnya yang telah banyak memberikan doa, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Buat teman-teman satu bimbingan saya, Ifan siahaaan, Efendi, Wenny Nasution terimakasih untuk kerjasamanya.

11.Buat teman-teman satu angkatan 2012 yang memberikan masukan, dan semangat selama proses pengerjaan Skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan, Januari 2014

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Home Care ... 9

2.10 Skill dasar yang harus dimiliki perawat Home Care……….. 21

2.11 Landasan teori Penelitian ... 23

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep ... 26

3.2 Defenisi Operasional ... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi dan Sampel ... 28 4.3 Lokasi dan Waktu penelitian ... 29

4.4 Pertimbangan Etik ... 29

4.5 Instrumen Penelitian dan pengukuran validitas dan reabilitas 30 4.5.1 Instrumen Penelitian……….. 30

4.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas………... 31

4.6 Metode Pengumpulan Data ... 31

4.6.1 Tahap persiapan ... 31

(7)

4.7 Analisa Data kualitatif ... 32 4.8 Tingkat Kepercayaan Data………. 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden……… 36 5.2 Gambaran input pelaksanaan pelayanan home care………… 37 5.3 Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care…….. .. 51

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

1. SIMPULAN……… 58 2. SARAN ... 59

Daftar Pustaka Lampiran

1. Surat Penelitian 2. Surat Izin Penelitian 3. Surat Selesai Penelitian 4. Informed Consent 5. Instrumen Penelitian 6. Hasil Wawancara

7. Lembar Bukti bimbingan 8. Jadwal Tentatif Penelitian 9. Anggaran Dana

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

Judul : Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Home Care di Rumah Sakit Murni Teguh Medan

Nama Mahasiswa : Ayu P Sary Manalu

NIM : 121121012

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan di rumah (home care) merupakan penyediaan pelayanan dan peralatan professional perawat bagi pasien dan keluarganya di rumah untuk menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit, terapi paliatif, dan rehabilitative. Pelayanan

home care Rumah Sakit Murni Teguh memiliki spesifikasi dalam manajemen

dibandingkan dengan pelayanan home care di tempat lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksaaan pelayanan home care di Rumah Sakit Murni Teguh Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode wawancara. Sampel dalam penelitian ini berjumlah enam orang, ditentukan secara snowbell sampling. Hasil penelitian menunjukkan home care Rumah Sakit Murni Teguh belum memiliki tenaga pelaksana yang cukup dikarenakan belum adanya perawat khusus untuk pelayanan home care. Pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan pasien home care di Rumah Sakit Murni Teguh belum melalui tahapan proses keperawatan mengingat jumlah perawat yang masih sedikit. Peneliti merekomendasikan kepada rumah sakit untuk membuat dan menetapkan standar khusus untuk pelaksanaan pelayanan home care dan menambah jumlah tenaga pelaksana pelayanan home care.

(10)

Title of the Thesis : Description of the Implementation of Home

Care Servicer at RS Murni Teguh, Medan

Name of Student : Ayu P Sary Manalu

Std. D Number : 121121012

Study Program : Nursing (S.Kep)

Year : 2014

ABSTRACT

Home care service constitutes providing service and nurses’ equipment for patients and their families at home in order to keep their health, education, prevention from diseases, palliative therapy, and rehabilitation. Home care service at RS Murni Teguh, Medan, has its specification in management, compared with home care service in other places. The objective of the research was to find out the description of the implementation of home care service at RS Murni Teguh, Medan. The research used descriptive method by conducting interviews. The samples consisted of six respondents, using snowball sampling technique. The result of the research showed that home care service at RS Murni Teguh did not have sufficient practitioners because there was not any specific nurse for providing home care service. The implementation of nursing care service for home care patients at RS Murni Teguh was not through the stages of nursing process since the number of nurses was small. It is recommended that the management of the hospital make and establish specific standard for the implementation of home care service and add the number of practitioners for home care service.

Keywords: Implementation, Home Care

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut maka terjadi perubahan paradigma kesehatan. Paradigma sehat berubah dari yang tadinya fokus pada upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi fokus pada upaya preventif dan promotif (Zen, 2007)

Pada abad ke-21 ini, dimana teknologi bidang kesehatan berkembang pesat mengakibatkan derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat. Hal ini tentu berakibat pada peningkatan usia harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin meningkat dan tentu saja kebutuhan perawatan kesehatan juga semakin meningkat. Disisi lain konsekuensi dari perubahan epidemiologi penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular dan dari penyakit akut ke penyakit kronis maka pola perawatan jangka panjang sangat dibutuhkan (Depkes, 2002)

(12)

sakit dan puskesmas menjadi pelayanan kesehatan yang mendatangi masyarakat. Oleh karena itu, paragdigma bahwa rumah sakit adalah tempat paling penting dalam penyembuhan dan perawatan pasien sudah mulai berubah menjadi perawatan di rumah (homecare) (Zen, 2007)

Pelayanan kesehatan di rumah (home care) merupakan penyediaan pelayanan dan peralatan professional perawat bagi pasien dan keluarganya di rumah untuk menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit, terapi paliatif, dan rehabilitative. Keperawatan merupakan salah satu pelayanan yang paling banyak digunakan dalam kegiatan home care. Namun terkadang home care juga meliputi pelayanan medis dan social; terapi fisik, kerja, bicara dan pernafasan; dan terapi gizi. Pelayanan ini dilakukan satu sampai dua kali sehari dalam tujuh hari selama seminggu. Pelayanan home care juga mengatur akses dan penggunaan peralatan

home care, atau peralatan medis yang dapat diadaptasi untuk digunakan dalam perawatan di rumah. Peralatan itu termasuk peralatan berteknologi tinggi yang memungkinkan digunakan di rumah seperti ventilator mekanik, pompa infus IV, dan barang-barang yang tidak menggunakan teknologi tinggi seperti tempat tidur dan alat bantu jalan (Tribowo, 2012)

(13)

Perawat menangani pemulihan dan stabilitasi penyakit di rumah dan mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan gaya hidup, keamanan, lingkungan, dinamika keluarga, dan praktik layanan kesehatan (Ode, 2012)

Wright, CEO, Visiting Nurses Association di Amerika mengatakan perawatan dirumah tidak lagi hanya tentang berbicara dengan pasien, memandikan dan memeriksa tekanan darah. Pasien yang memerlukan perawatan di rumah umumnya mempunyai masalah fisik, sosioekonomi, psikologi yang beragam. Beberapa pasien berada dalam kondisi yang tidak stabil secara medis mungkin menderita masalah akut seperti infeksi luka atau kondisi kronis yang semakin memburuk seperti masalah pada paru-paru. Dalam kondisi seperti itu biasanya pasien memerlukan pengobatan dan peralatan di rumah, pengkajian secara professional, pendidikan dan perubahan terapi. Beberapa pasien yang lain mungkin memiliki kondisi yang stabil secara medis tetapi mereka memerlukan perawatan jangka panjang untuk mencegah kondisi yang semakin buruk dan menghindari perawatan di rumah sakit (Tribowo, 2012)

(14)

diri dan lingkungan dan gizi buruk sehingga beresiko terhadap berbagai jenis infeksi yang umum ditemukan di masyarakat. Selain karena tidak bersedia dibawa ke rumah sakit, home care juga bisa menjadi perawatan lanjutan dari rumah sakit yang sudah dalam rencana pemulangan (dishcharge planning) dan dapat dilaksanalan oleh perawat dari rumah sakit semula atau perawat komunitas atau tim keperawatan yang khusus menangani perawatan di rumah (Bukit, 2008)

Di Kuba konsep mendekatkan tenaga kesehatan dengan masyarakat sudah berjalan dengan konsep dokter dan perawat keluarganya. Tiap dokter dan perawat keluarga melayani 100-150 keluarga, pelayanan ini mencakup warga satu RT. Dokter tersebut ditempatkan dalam satu rumah berlantai dua, lantai pertama adalah tempat praktik pelayanan kesehatan dan lantai dua sebagai tempat tinggal dokter tersebut. Bagian samping dan belakang rumah tersebut diisi oleh para perawat keluarga yang setiap saat melayani perawatan terhadap pasien dan keluarganya. Konsep dokter dan perawat keluarga tersebut menjadikan Kuba negara yang paling unggul dalam bidang kesehatan di Amerika latin (Tribowo, 2012)

(15)

Perawat home care menyediakan pelayanan individual. Mereka membantu pasien beradaptasi terhadap keterbatasan fisik temporer atau permanen sehingga mereka dapat memiliki aktivitas rutin yang normal. Pelayanan kesehatan di rumah membutuhkan pengetahuan berbagai bidang seperti dinamika keluarga, kegiatan cultural, nilai-nilai spiritual dan prinsip-prinsip komunikasi (Laksmi, 2009).

Dinegara seperti Indonesia yang jumlah pertumbuhan penduduknya meningkat pesat dan banyak usia lanjut, angka penyakit degenerative yang semakin meningkat dan kondisi demografi yang terdiri dari pulau-pulau maka konsep home care sangat cocok digunakan. Konsep home care ini merupakan solusi paling tepat untuk mengantisipasi jumlah pasien yang tidak tertampung di rumah sakit. Konsep home care sudah seharusnya menjadi first option dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Dengan konsep home care maka pasien yang sakit dengan kriteria tertentu (terutama yang tidak memerlukan peralatan rumah sakit) tidak lagi harus ke rumah sakit, tetapi tenaga kesehatan yang mendatangi rumah pasien dengan fokus utama pada kemandirian pasien dan keluarganya (Tribowo, 2012).

(16)

Pelayanan kesehatan yang merata merupakan aspek penting yang harus dipenuhi dalam mempercepat tercapainya tujuan pembangunan dibidang kesehatan. Pemerataan pelayanan tersebut tidak hanya meliputi aspek fisik meratanya sarana pelayanan semata, namun juga dari segi jarak, ekonomi, budaya, serta mutu pelayanan.

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, Bab VI pasal 46 dan 47 bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Sebagai salah satu contoh adalah pelayanan kesehatan dirumah.

(17)

pelayanan home care berdasarkan rekomendasi dokter atau yang biasa disebut perawat mandiri tetapi pada rumah sakit murni teguh pelayanan home care sudah memiliki manajemen tersendiri. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran pelaksanaan Home care di rumah sakit Murni Teguh kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimanakah gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan

Home Care di rumah sakit Murni Teguh kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan Home Care di rumah sakit Murni Teguh kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

(18)

2. Bagi perawat

Sebagai masukan dan tolak ukur dalam meningkatkan mutu pelayanan yang lebih mandiri dan komperhensif.

3. Bagi Institusi pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan atau referensi diperpustakaan Jurusan Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan kesempatan untuk penerapan ilmu yang telah diperoleh penulis selama kuliah di Jurusan Keperawatan Universitas Sumatera utara dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian tentang Home Care.

 

 

 

 

 

 

 

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Home Care

Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan untuk

individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di dalamnya penyakitnya terminal. Defenisi ini menggabungkan komponen dari home care yang meliputi pasien, keluarga, pemberian pelayanan yang professional (multidisiplin) dan tujuannya, yaitu untuk membantu pasien kembali pada level kesehatan optimum dan kemandirian (Bukit, 2008).

Neis dan Mc. Ewen (2010) menyatakan home care adalah system dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang cacat atau orang-orang yang bagus harus tinggal di rumah kerena kondisi kesehatannya.

(20)

Sedangkan Dapertemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care

adalah pelayanan kesehatan yang berkesinabungan dan komperhensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.

Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI dalam makalahnya pada seminar Nasional 2007 tentang Home Care: “Bukti Kemandirian Perawat” menyebutkan bahwa pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sebagai salah satu bentuk praktik mandiri perawat. Pelayanan keperawatan di rumah merupakan sintesis dari pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dan ketrampilan teknis keperawatan klinik yang berasal dari spesialisasasi keperawatan tertentu. Pelayanan keperawatan kesehatan, memelihara ,dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, atau emosi pasien. Pelayanan diberikan di rumah dengan melibatkan pasien dan keluarganya atau pemberi pelayanan yang lain.

Dari beberapa literature yang didapatkan home care dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Perawatan di rumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit yang sudah termasuk rencana pemulangan dan dapat dilaksanakan oleh perawat rumah sakit semula oleh perawat komunitas dimana pasien berada atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan dirumah.

(21)

3. Pelayanan kesehatan berbasis di rumah merupakan suatu komponen rentang keperawatan kesehatan yang berkesinanambungan dan komperhensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka.

4. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980. Dalam pengembangan model praktek mandiri keperawatan di rumah yang disusun PPNI dan Departemen Kesehatan )

2.2Landasan hukum home care

Fungsi hukum dalam praktik perawat adalah :

1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai hukum.

2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.

3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri. 4. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan

posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

Landasan hukum praktek perawat adalah :

1. UU Kes. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

(22)

4. UU No. 29 tentang praktik kedokteran.

5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat. 6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.

7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan puskesmas. 8. SK Menpan No. 94 /KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat. 9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan .

10.Permenkes No. 920 tahun 1966 tentang pelayanan medik swasta (Ode, 2012)

2.3 Tujuan Home Care

Menurut Stanhope (1996), tujuan utama dari home care adalah mencegah terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien. Tujuan yang paling mendasar dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komperhensif dan berkesinambungan (Tribowo, 2012). Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan RI dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang home care:“ Bukti Kemandirian Perawat “ menyebutkan bahwa tujuan umum dari pelayanan kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.

(23)

pelayanan Keperawatan Dapertemen RI dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang Home Care:“Bukti Kemandirian Perawat” menyebutkan bahwa tujuan khusus dari pelayanan kesehatan di rumah antara lain:

1. Terpenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosio-spritual

2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan

3. Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien

2.4 Manfaat Home Care.

Manfaat dari pelayanan Home Care bagi pasien antara lain : 1. Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprenhensif. 2. Pelayanan lebih professional

3. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan legal dan etik- keperawatan

4. Kebutuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan puas dengan asuhan keperawatan yang professional (Tribowo, 2012)

2.5 Lingkup Pelayanan Home Care

Menurut Nuryandari (2004), menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care

adalah:

1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

(24)

3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik 4. Pelayanan informasi dan rujukan

5. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan 6. Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan 7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social (Ode, 2012)

2.6 Prinsip – Prinsip Home Care

1. Mengelola pelayanan keperawatan kesehatan di rumah dilaksanakan oleh perawat /TIM yang memiliki keahlian khusus bidang tersebut.

2. Mengaplikasi konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.

3. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat dan komprehensif secara terus menerus.

4. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa keperawatan. 5. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan

yang dikaitkan dengan tindakan-tindakan pencegahan, terapi dan pemulihan. 6. Memberikan pelayanan keperawatan dalam rangka menjaga kenyamanan,

penyembuhan, peningkatan kesehatan dan pencegahan komplikasi.

7. Mengevaluasi secara terus menerus respon pasien dan keluarga terhadap intervensi keperawatan.

(25)

9. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang dilakukan anggota tim saling mendukung.

10.Mengembangkan kemampuan professional dan berkontribusi pada pertumbuhan kemampuan professional tenaga yang lain.

11.Berpartipasi dalam aktifitas riset untuk mengembangkan pengetahuan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

12.Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Tribowo, 2012).

2.7 Lingkup praktek keperawatan di rumah (home care)

Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonatal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dan asuhan keperawatan gerontik dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawab. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan:

1. Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan.

(26)

3. Melakukan kooordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok

4. Sebagai pembela/pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan klien di rumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut ke rumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan atau asuhan yang diterima oleh klien.

5. Menentukan frekuensi dan lamanya perawatan kesehatan di rumah dilakukan mencakup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus dilakukan.

2.8 Mekanisme pelayanan home care

Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dan klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun klien dapat langsung menghubungi agens pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pasien pasca rawat inap atau rawat jalan harus terlihat terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di rumah atau tidak.

(27)

pengelola atau agensi perawatan kesehatan di rumah, kemudian bersama-sama klien dan kelurga akan menentukan masalahnya dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.

3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan di rumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.

4. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan (Ode, 2012)

Persyaratan klien yang menerima pelayanan perawatan di rumah adalah :

1. Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.

2. Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (informed consent).

(28)

Tahapan mekanisme pelayanan home care adalah : 1. Proses penerimaan kasus

a. Home care menerima pasien dari rumah sakit puskesmas, sarana lain,

keluarga.

b. Pimpinan home care menunjuk manajer kasus untuk mengelola kasus. c. Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus.

2. Proses pelayanan home care

a) Persiapan

1. Pastikan identitas pasien

2. Bawa denah/petunjuk tempat tinggal pasien 3. Lengkap kartu identitas unit tempat kerja 4. Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah 5. Siapkan file asuhan keperawatan

6. Siapkan alat bantu media untuk pendidikan b) Pelaksanaan

1. Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan

2. Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat 3. Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien

4. Membuat rencana pelayanan 5. Lakukan perawatan langsung

(29)

7. Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan

8. Dokumentasikan kegiatan.

c) Monitoring dan evaluasi

1. Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal 2. Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan

3. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanaan.

d) Proses penghentian pelayanan home care dengan kriteria: 1. Tercapai sesuai tujuan

2. Kondisi pasien stabil

3. Program rehabilitasi tercapai secara maximal

4. Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien 5. Pasien di rujuk

6. Pasien menolak pelayanan lanjutan 7. Pasien meninggal dunia (Ode, 2012).

2.9 Pemberi pelayanan Home Care

1. Dokter

(30)

peralatan yang dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, kemungkinan untuk rehabilitasi, pembatasan fungsional, aktivitas yang diperbolehkan, kebutuhan nutrisi, pengobatan, dan perawatan.

2. Perawat

Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung dan tidak langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari perawatan, semua yang membutuhkan kontak fisik dan interaksi face to face. Aktivitas yang termasuk dalam direct care mencakup pemeriksaan fisik, perawatan luka, injeksi, pemasangan dan penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct care juga mencakup tindakan mengajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana menjalankan suatu prosedur dengan benar. Indirect care terjadi ketika pasien tidak perlu mengadakan kontak personal dengan perawat. Tipe perawatan ini terlihat saat perawat home care berperan sebagai konsultan untuk personil kesehatan yang lain atau bahkan pada penyedia perawatan di rumah sakit.

3. Physical therapist

(31)

4. Speech pathologist

Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien mengembangkan dan memelihara kemampuan berbicara dan berbahasa. Speech pathologist juga bertugas memberi konsultasi kepada keluarga agar dapat berkomunikasi dengan pasien, serta mengatasi masalah gangguan menelan dan makan yang dialami pasien.

5. Social wolker (pekerja social)

Pekerja social membantu pasien dan keluarga untuk menyesuaikan diri dengan faktor sosial, emosional, dan lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan mereka.

6. Homemaker/home health aide

Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien mencapai level kemandirian dengan cara sementara waktu memberikan personal hygiene. Tugas tambahan meliputi pencahayaan rumah dan keterampilan rumah tangga lain (Bukit, 2008).

2.10 Skill dasar yang harus dikuasai perawat

Home Care, SK Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311 menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain

1. Vital sign

(32)

3. Memasang selang susu besar 4. Memasang kateter

5. Penggantian tube pernafasan 6. Merawat luka dekubitus 7. Suction

8. Memasang peralatan 02 9. Penyuntikan (IM, IV, IC, SC) 10. Pemasangan infuse maupun obat 11. Pengambilan preparat

12. Pemberian huknah 13. Kebersihan diri

14. Latihan dalam rangka rehabilitasi medis 15. Pendidikan kesehatan

16. Konseling kasus terminal 17. Pengambilan sampel darah 18. ROM

19. Memberian diet pasien 20. Perawatan luka

21. Kegawat daruratan

(33)

2.11 Landasan teori penelitian

Penilaian dari gambaran suatu kegiatan merupakan pengumpulan informasi yang sistematik tentang kegiatan, karakteristik dan hasil dari kegiatan tersebut yang digunakan untuk 1) Mengurangi ketidakpastian, 2) Memperbaiki efektifitas, 3) Membuat keputusan. Dari penelitian Sri L Wulan (2006) Penilaian mempunyai tiga dimensi yaitu: 1. Sumber-sumber (input) yang berhubungan dengan tenaga, peralatan dan bahan, biaya, standar atau pedoman cara kerja, 2. Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan tindakan keperawatan, 3. Hasil (output) yaitu akibat dari kegiatan keperawatan.

Ruang lingkup penilaian suatu program kegiatan pelayanan kesehatan dibedakan dalam 6 jenis yaitu : status kesehatan yang dihasilkan (health status outcomes), kualitas pelayanan yang diselenggarakan (estimated quality of services), kuantitas pelayanan yang dihasilkan (quantity of services provided), sikap masyarakat terhadap program kesehatan (attitude of recipients), sumber daya yang tersedia (resources made available), biaya yang dipergunakan (cost of the program) (Roemer, dalam Azwar, 1996).

(34)

a. Input

Adalah sumber daya, baik manusia, sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan pelayanan home care, meliputi tenaga (pengelola, perawat), peralatan, prosedur tetap, biaya pelaksanaan, format laporan (dokumentasi) pelayanan home care.

b. Proses

Adalah segala kegiatan yang dilakukan terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien home care meliputi: pengorganisasian, pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses asuhan keperawatan (terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan), dan pendokumentasian pelaksanaan pelayanan pasien home care. c. Output

Adalah tingkat pencapaian hasil dari pelaksanaan pelayanan pasien home care

yaitu kepuasan pasien dan keluarga. Menurut Parasuraman dalam Wulan (2006), dalam perkembangannya penilaian kualitas pelayanan yang dikaitkan dengan kepuasan pasien merupakan model yang merupakan model yang komperhensif yang berfokus pada aspek fungsi dari pelayanan.

(35)

adalahh keinginan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan tanggap; assurance (jaminan pelayanan) mencakup kemampuan, kesopanan, sikap dapat dipercaya, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan; emphaty

(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pelaksaan pelayanan home care di RS. Murni Teguh. Menurut James dalam Wulan (2006) yang mengemukakan ruang lingkup dari penilaian terbagi atas tiga yaitu input, proses, dan output. Secara lebih jelas dapat dilihat pada bagan kerangka konsep di bawah ini:

: tidak diteliti

Gambar 3. 1 : Kerangka Penelitian

(37)

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur

(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi untuk menggali bagaimana pengalaman subjektif dari perawat mengenai pelaksanaan pelayanan home care di Rumah Sakit Murni Teguh. Desain penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengalaman perawat secara mendalam terhadap suatu atau sejumlah peristiwa (Dempsey & Dempsey, 2002). Selain itu desain penelitian ini ingin mengungkap pelaksanaan pelayanan home care berdasarkan pengalaman perawat. Mengenai hal ini Strauss dan Corbin (1990) telah menjelaskan bahwa metode kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian (responden) yang diteliti terdiri dari pihak koordinator unit

home care, perawat yang masih aktif melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan

home care .

Tehnik pengambilan sampel penelitian ini ditentukan secara snowball sampling

(39)

kecil awalnya, kemudian sampel tersebut kemungkinan berkembang sesuai dengan kondisi lapangan dan kebutuhan pada saat penelitian(Setiadi, 2013).

Berdasarkan penentuan sampel dengan snowball sampling, maka perolehan jumlah sampel didapatkan sebanyak 6 orang. Peneliti dalam melakukan penelitian ini membatasin sampel ketika peneliti merasa informasi tentang home care yang didapatkan sudah memenuhi kebutuhan peneliti.

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal July 2013 hingga Desember 2013 di rumah sakit Murni Teguh untuk pelaksanaan wawancara mendalam dengan pihak pengelola dan perawat home care.

4.4 Pertimbangan Etik

(40)

nama responden pada instrument penelitian setelah proses pengumpulan data selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Vailiditas, Reabilitas

4.5.1. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan pedoman wawacara dan alat-alat yang diperlukan untuk kelancaran pengumpulan data berupa alat perekam dan alat tulis.Proses penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian, dimana peneliti harus bisa memahami tentang kondisi lingkungan dan dapat menyesuaikan diri pada keadaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat partisipan lebih terbuka dan bebas untuk mengemukakan pendapatnya dan pengalamannya terutama yamg berkaitan dengan informasi penelitian (Hamidi, 2005).

(41)

Murni Teguh Medan. Daftar pertanyaan dalam panduan wawancara telah diverifikasi oleh pembimbing.

4.5.2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar mengukur apa yang diukur dan pengujian reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, akan tetapi pengujian validitas dan reliabilitas sesungguhnya digunakan sebagai alat ukur yang menghasilkan nilai kuantitatif. Alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, format penjaringan data dan seterusnya tidak perlu diuji validitas dan reliabilitasnya (Setiadi, 2013). Oleh sebab itu, Peneliti tidak menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini karena menggunakan pedoman wawacara.

4.6 Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan

pedoman wawancara untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pelayanan home care.

Prosedur pengumpulan data terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan.

4.6.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti mangajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian

pada institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU yang diikuti dengan

(42)

4.6.2 Tahap Pelaksanaan

Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada responden dan

menanyakan kesediaan untuk menjadi responden secara sukarela. Responden yang

bersedia baik secara lisan ataupun tulisan akan menjadi responden penelitian. Responden

diwawancarai dengan menggunakan pedoman wawancara mengenai hal pelaksanaan

pelayanan home care mulai dari input, proses, dan ouput.

4.7 Analisa Data Kualitatif

Analisa data akan dilakukan segera setelah selesai setiap satu proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip wawancara. Setelah itu akan dilakukan seleksi data satu persatu. Peneliti akan menggunakan metode Colaizzi dalam buku Canadian essentials of nursing research (2004) dalam menganalisa data. Proses analisanya meliputi:

a. Membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka b. Meninjau setiap transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan

c. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan

d. Mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok tema e. Mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskripsi

(43)

g. Memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir (Polit, Beck, Loiselle & Mcgrath, 2004).

4.8 Tingkat Kepercayaan Data

Tingkat kepercayaan data dipertahankan dengan cara mencari kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep partisipan maka dilakukan kedekatan ilmiah berdasarkan Lincoln dan Guba (1985) dikutip dan Polit dan Hungler (1999) dengan pengukuran yang spesifik dalam empat area yaitu credibility, transferability, dependability, dan comfirmability.

1. Credibility

Peneliti memperbaiki dan mengevaluasi keabsahan dan kesimpulan datanya, yaitu mengacu pada data yang benar. Peneliti akan melakukan dua tahap yaitu pertama dengan pencarian data yang lebih dipercaya dan yang kedua mendemonstrasikan kebsahan data mengacu pada kejujuran dan teknik penelitian. Peneliti mampu membuat catatan lengkap dengan pola yang benar. Strategi yang digunakan prolonged engagement, persisten observation, triangulation, dan member check.

a. Prolonged engagement

(44)

dilakukan pada setiap partisipan sebelum memulai wawancara untuk membangun kedekatan pada setiap partisipan. Dalam hal ini peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada responden untuk menjalin hubungan saling percaya, agar nanti pada saat wawancara responden dapat berkata jujur tentang pengalamannya.

b. Persisten Observation

Peneliti fokus terhadap karakteristik atau aspek dan situasi dan percakapan yang terarah dengan partisipan. Setelah terbina hubungan saling percaya peneliti melakukan wawancara kepada responden selama 30 menit dengan menanyakan pengalaman responden terhadap pelayanan home care dengan menggunakan pedoman wawancara.

c. Triangulation

(45)

d. Member check

Suatu cara untuk mendapatkan umpan balik dan partisipan mengenai data- data yang telah dikumpulkan dan peneliti melihat kembali reaksi partisipan. Tujuannya yaitu untuk menetapkan kebenaran data kualitatif. Dalam hal ini peneliti memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru dari jawaban responden untuk melihat bagaimana reaksi responden.

2. Transferability

Peneliti mengumpulkan data yang lengkap tentang tema dan subtema yang diteliti serta mencari kebenaran data yang digunakan. Peneliti mengkategorikan jawaban-jawaban responden menjadi beberapa bagian.

3. Dependability

Peneliti mengkaji tentang konsep untuk menetapkan aspek-aspek yang menyatakan kebenaran dan keseimbangan data, dengan melakukan pemeniksaan data agar data relevan dengan dokumen-dokumen pendukung diluar wawancara.

4. Confirmability

(46)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini

Tabel 5.1. Karakteristik responden pengelola dan perawat Home Care di rumah sakit Murni Teguh Medan

No Karakteristik Jumlah 4 Pelatihan yang diikuti

Pelatihatan home care

Pelatihan khusus mis : PPGD, EKG, dll

- 2 orang 5 Jabatan

Manajer pelayanan home care

Adminitrasi home care

Keenam responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah responden yang bersedia diwawancarai dan mau menandatangani perjanjian sebelum wawancara dimulai. Partisipan terdiri dari 4 orang perawat dan satu orang pengelola

home care. Keempat responden merupakan perawat yang sudah sering melakukan

(47)

rumah sakit Murni Teguh yang mengkoordinir pelaksanaan pelayanan home care

dan sudah mengelola pelayanan pasien home care sejak rumah sakit Murni Teguh beroperasi dan sudah memiliki perencanaan untuk membentuk suatu rumah perawatan di daerah johor yang diperuntukkan bagi lansia. Responden pelaksana keperawatan merupakan perawat yang bekerja di rumah sakit Murni Teguh dan telah melaksanakan pelayanan home care lebih dari 1 tahun sehingga betul-betul mengetahui hal-hal yang terkait dengan pelaksaan pelayanan home care.

5.2 Gambaran input pelaksanaan pelayanan Home Care Rumah Sakit Murni

Teguh Medan

Kegiatan pelayanan home care dibentuk pada akhir 2012 dan home care berada dibawah naungan manajemen keperawatan rumah sakit. Komponen input menekankan pada organisasi pelayanan keperawatan termasuk didalamnya sumber daya manusia (SDM) yang bekerja bersama-sama dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai untuk kepentingan pelayanan kepada pasien. Pada Variabel input terdiri dari tenaga, biaya pelaksanaan, peralatan, standar, dokumentasi/laporan. a. Tenaga

Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa latar belakang pendidikan perawat pelaksana

home care adalah D3 keperawatan, berdasarkan data input tenaga tersebut dalam

(48)

standar kebutuhan pelayanan kesehatan pasien. Ketenagaan home care terdiri dari pengelola dan perawat pelaksana pelayanan home care.

Tenaga pengelola terdiri dari koordinator unit home care dan perawat pelaksana pelaksana. Selain bertugas sebagai coordinator dan perawat pelaksana di unit home care yang bersangkutan juga memiliki kesibukan kegiatan dibagian lain sebagaimana kutipan wawancara berikut :

“…, nah untuk saat ini home care kan masih di bawah keperawatan jadi tugas saya yang mengkordinasikannya (responden 1)”.

“Ada, saya juga sebagai perawat ruangan (responden 2)”.

“Ada, jika tidak ada jadwal dinas homecare maka saya akan dinas dipoliklinik (responden 3)”.

“Ada, saya bertugas dirumah sakit dan ditempat home care (responden 4)”.

“Ada, home carekan sekali-sekali, aslinya sayakan perawat di ruang rawat inap (responden 5)”

Tenaga pelaksana pelayanan home care terdiri dari tenaga professional kesehatan yang bergabung dalam tim home care. Tenaga kesehatan yang melakukan home care

diambil dari setiap unit pelayanan keperawatan dirumah sakit Murni Teguh dan terlibat langsung dalam pelayanan home care, namun jumlahnya belum dapat ditentukan secara pasti.

(49)

dirumah sakit sehingga menyebabkan kekurangan tenaga dan menyebabkan jadwal menjadi berantakan. Hal ini dijelaskan sebagaimana kutipan wawancara sebagai berikut:

“ tenaga pelaksana kurang, karena terkadang jadwal homecare dan jadwal dinas bertabrakan, apabila tiba-tiba ada pasien dirumah sakit yang sangat membutuhkan tenaga perawat, duty harus mencari pengganti perawat untuk home care dan terkadang harus memanggil perawat yang sedang libur (responden 2)”.

Jumlah tenaga perawat home care merupakan hal yang harus dipersiapkan untuk mengatasi masalah fluktuasi jumlah pasien yang tidak menentu dan tidak dapat diprediksi secara pasti, sebagaimana kutipan wawancara di bawah ini:

kalau menurut saya sih ga cukup, karena jika ada pelayanan home care maka

perawat di poliklinik jadi kurang tenaga (responden 3)”.

“kurang, karena terkadang jadwal homecare dengan jadwal dari rumah sakit sama. (responden 4)”.

“…, tetapi kalau untuk perawat pelaksananya masih kurang kayaknya (responden 5)”

(50)

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat kriteria tenaga seperti apa pada suatu tempat pelayanan. Penetapan jumlah tenaga dan jenis tenaga keperawatan harus mengacu pada fenomena keperawatan terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara terus menerus dan mandiri.

Ada 3 tehnik penentuan staf yaitu tehnik Delphi yaitu tehnik dengan melakukan survey kebutuhan kebutuhan tenaga, hasilnya dilaporkan dan dianalisa oleh ahli untuk dilakukan survey kembali, apakah peningkatan beban kerja perlu tambahan tenaga kerja. Tehnik kedua yaitu analisa kecenderungan (ekstrapolasi dan indeksasi), ekstrapolasi dengan memperhitungkan perubahan masa lalu dan membuat proyeksi dimasa datang sedangkan indeksasi dengan metode estimasi kebutuhan tenaga diwaktu yang akan datang dengan menandai tingkat perkembangan karyawan. Tehnik beban ketiga adalah analisa beban kerja yaitu dengan memperhitungkan dan menganalisa beban kerja, job deskripsi dan job spesifikasi. Dan dari ketiga tehnik diatas tehnik yang sering digunakan adalah tehnik analisa beban kerja ( Tjandra,2003) Status kepegawaian untuk tim home care semuanya merupakan perawat yang bekerja dari berbagai unit pelayanan keperawatan dirumah sakit Murni Teguh. Dengan bertambahnya tugas home care menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan perawat home care. Padahal seharusnya perawat yang melaksanankan

home care adalah perawat yang bekerja 24 jam untuk home care dan merupakan

(51)

dalam pelaksanaan pelayanan home care, hal ini dapat kita lihat dari kutipan wawancara berikut :

“keuntungannya ya gaji menambah, jadi kita semangat kerjanya apalagi karena kitakan rumah sakit swasta jadi tunjangan dari rumah sakit gak banyak, tapi kerugiannya ya itu kadang waktu libur kita juga harus home care (responden 5 ).”

Keadaan diatas bertentangan dengan penelitian Sri Listyaning tentang home care

di rumah sakit DR. Sardjito Yogyakarta (2006), untuk ketenagaan di rumah sakit tersebut memilki perawat khusus home care dan perawat tersebut tidak bekerja lagi di ruangan rumah sakit tersebut.

Untuk upaya pengembangan SDM sebagai tenaga pelaksana pelayanan home care, keempat responden tersebut menyatakan belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pelayanan home care. Seperti pada wawancara berikut:

“ pelatihan secara formal tidak ada, ya itu lewat konfrensi kasus, jadi tambah ilmunya ya dari situ (responden 2)”.

“…, sebetulnya untuk home care belum ada standar kita buat,…, jadi diidentifikasi dulu pasien yang home care itu (responden 1 ).”

“Tidak pernah sama sekali, tetapi pelatihan lain pernah, dulu saya pernah ngikuti pelatihan PPGD sama EKG(responden 3)”

“pelatihan itu juga tidak pernah sama sekali, tapi sedikit banyaknya tentang kegawat daruratan saya sudah dapat dari ruangan saya bekerja (responden 4)”

“pelatihan itu juga tidak pernah sama sekali, … (responden 5)”

(52)

“ saran saya sih perlu adanya pelatihan-pelatihan khusus bagi perawat yang melakukan homecare karena zaman sekarang pasien udah sering nanya apalagi kalau mereka lihat ada perbedaan dari biasanya (responden 3).”

“Perlu agar kita gak gelagapan kalau pasien kenapa-napa apalagi bagi perawat muda seperti saya yang belum banyak pengalaman (responden 5).”

Saran yang diberikan perawat diatas sangat baik karena dalam melakukan pelayanan keperawatan kita harus professional dalam melakukannya. Ketidaktahuan merupakan masalah dalam melakukan pelayanan home care, hal ini juga diungkapkan oleh pengelola yang mengatakan:

“ada juga, pasien yang misalnya dalam pemberian obat, dikarenakan pasien-pasien sekarang udah meningkat pengetahuannya apalagi kalau yang homecare itukan rata-rata yang ekonominya kelas menengah keatas, …… (responden 1).”

b. Pembiayaan pelaksanaan

Gambaran input pembiayaan pelaksanaan pelayanan pasien home care rumah sakit Murni Teguh meliputi biaya operasional kebutuhan bagi pelaksanaan pelayanan antara lain transport petugas, biaya kebutuhan tindakan, biaya adminitrasi dan biaya pembayaran jasa pelayanan perawatan.

Biaya operasional kebutuhan bagi pelaksanaan pelayanan antara lain sebagai berikut 1. Biaya transport petugas

(53)

dengan membawa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan, seperti dikutip dari hasil wawancara berikut :

Ya..kalau perawat biasanya ke sini, perawat itu datang ke rumah sakit kemudian kita hantar ketempat jadi dia sama seperti kerja, biasanya pake mobil ambulance atau pake mobil kita (responden 1)”.

Kesimpulannya biaya transport petugas sudah ditanggung pihak rumah sakit, karena petugas apabila akan berangkat home care biasanya diantar dengan kendaraan yang disediakan rumah sakit, dan biaya tersebut akan ditambahkan kedalam rekening tagihan jasa pelayanan pasien.

2. Biaya kebutuhan tindakan keperawatan

Biaya kebutuhan yang diperlukan untuk tindakan keperawatan berupa barang habis pakai. Misalnya seperti spuit. Infuse set, urine bag, kateter, dll sepenuhnya ditanggung oleh pasien tetapi hal ini juga tergantung dari kesepakatan antar pihak rumah sakit dan pengguna jasa pelayanan home care, hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara berikut ini:

“ dari kita juga tergantung, ada juga dari pasien dan kalau barang dari kita nanti dia akan hitung per pcs yang dipakai (responden 1)”.

“kalau biaya operasionalnya saya kurang tahu ya, semuanyakan urusan rumah sakit, kalau soal dana semuanyakan udah disediakan rumah sakit atau pasien jadi kita ga ada pengeluaran selama melakukan homecare (responden 2)”

“kalau biaya operasionalnya untuk perawatan tersedia karena biasanya ada keluarga yang disana juga (responden 3)”

(54)

“ya sejauh ini semua biayanyakan dari pasien dan bekerja sama dengan pihak rumah sakit (responden 5)”

3. Biaya kegiatan adminitrasi

Biaya kegiatan adminitrasi pelayanan home care dikelola oleh pihak rumah sakit. Dananya diperoleh dari hasil kegiatan pelayanan home care untuk memenuhi kebutuhan adminitrasi, misalnya seperti kwitansi tagihan pembayaran, buku catatan, buku registrasi, buku resep, format lampiran, dan lain-lain.

Berbeda dengan pelayanan keperawatan rumah yang dilakukan oleh puskesmas yang merupakan program kebijakan pemerintah dibidang pelayanan kesehatan masyarakat, oleh karena tersedia dana bagi operasional pelaksanaan kegiatannya. Home care di rumah sakit Murni Teguh merupakan program yang masih mengelola kegiatan secara mandiri sehingga biaya pelaksanaanya didapat dari pasien sebagai pengguna pelayanan kesehatan home care.

4. Pembayaran jasa pelayanan perawat

(55)

Besarnya pembayaran jasa pelayanan diatur sesuai ketentuan berdasarkan kebutuhan tindakan perawatan per kunjungan. Sistem pembagian jasa pelayanan pasien berdasarkan ketentuan yang diatur pihak rumah sakit. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut:

“…., nanti perawat kita gajian bulanan disini sama seperti biasa kemudian dia dapat tambahan ya… kalau dia dinas homecare dia dapat tambahan yang sudah diatur sesuai standar (responden 1)”.

“pembayaran jasa biasanya diberikan pas kita gajian, nanti dihitung berapa kali kita homecare terus ditambah kegaji kita yang dirumah sakit (responden 2)”.

“kalau sistem pembayaran jasa dilakukan oleh pihak rumah sakit,.. (responden 3)”.

“Kalau soal gaji pihak manajemen yang mengatur, …. (responden 4)”

“Kalau gaji homecare kita dapat pas gajian, ….(responden 5)”

Dari yang peneliti ketahui dibandingkan dengan besarnya biaya pelayanan

home care di rumah sakit lain, rumah sakit Murni Teguh masih termasuk murah

dalam biaya. Menurut handoko (2003) perusahaan harus memperhatikan prinsip keadilan dalam penetapan kebijakan kompensasinya. Keadilan dipengaruhi dua faktor yaitu rasio kompensasi dan masukan-masukan seseorang berupa tingkat pendidikan, pengalaman kerja, latihan dan sebagainnya.

(56)

Biaya pelayanan kesehatan masyarakat merupakan masalah yang pelik dan belum mendapat penyelesaian yang baik. Untuk mengatasi kesulitan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dan makin tingginya biaya kesehatan, maka banyak upaya yang dilakukan salah satunya dengan asuransi kesehatan sebagai pengganti sistem pembiayaan tunai, lembaga asuransi yang berkembang antara lain askes bagi PNS dan Jamsostek bagi pegawai swasta.

Dalam undang-undang mengisyaratkan agar BPJS dijadikan cara yang melandasi masalah biaya kesehatan bagi setiap penyelenggaraan pemerintahan kesehatan. BPJS merupakan kebijakan umum pemerintah yang perlu dikembangkan dan semakin penting dalam globalisasi yang menuntut kemandirian masyarakat.

Perlu suatu kerjasama melalu kebijakan dan peraturan yang dapat mengatur pelaksanaan pembayaran. Biaya kesehatan pasien yang dapat menggunakan jasa pelayanan home care tanpa mengalami kesulitan dalam mengatasi biaya,

c. Peralatan

(57)

Dalam pelayanan kesehatan peralatan yang dimaksud meliputi bahan medis yang habis pakai dan bahan medis yang tidak habis pakai misalnya barang berupa spuit, kateter, set infuse, urine bag, dan lain-lain serta kebutuhan obat-obat yang diperlukan pasien. Kebutuhan peralatan tersebut diperoleh melalui kesepakatan kerjasama antar pihak rumah sakit dengan pihak pengguna jasa pelayanan home care. Pengambilannya sesuai kebutuhan perpasien dengan menggunakan buku resep. Kemudian pembayaran tanggihannya dibayar oleh pasien atau masuk kedalam rekening tagihan. Prosedur untuk memenuhi kebutuhan peralatan baik bahan habis pakai atau tidak habis pakai yang dibutuhkan bagi pelayanan home care sangat memungkinkan munculnya masalah yang berkaitan dengan ketepatan waktu pelayanan. Bagaimana kelengkapan peralatan diungkapkan dalam kutipan-kutipan wawancara berikut:

“kalau soal peralatan seperti oksigen masih kurang lengkap, … (responden 5)”.

“kalau alat tidak habis pakai itu mudah dan sudah tersedia tetapi menurut saya masih kurang karena kondisi pasien tidak selalu sama (responden 2 )”

“peralatan terkadang tidak selalu tersedia pada saat saya memerlukan, karena tidak diberi tahu terlebih dahulu kepada keluarga (responden 4)”

(58)

Faktor yang mempengaruhi dalam penetapan jenis dan jumlah peralatan yang dibutuhkan antara lain ketergantungan pasien, metode penugasan, dana dan kebijakan rumah sakit. Macam metode penugasan keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan akan mempengaruhi jumlah keperawatan yang dipakai. Metode penugasan yang dipakai dalam pelayanan home care adalah metode primer yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya selama 24 jam. Maka setiap perawat harus memiliki peralatan tersendiri untuk memudahkan pelaksanaan asuhan keperawatan.

d. Standar (protap)

Kegiatan operasional pelaksanaan pelayanan pasien home care berjalan sesuai dengan kondisi apa adanya. Standar pelaksanaan dan job deskripsion serta segala aturan tertulis yang mengatur pelaksanaan kegiatan organisasi belum ada. Aturan yang ada berupa ketentuan persyaratan bagi pasien menyangkut hak dan kewajiban perawat yang sudah disepakati dalam kontrak harus di patuhi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan wawancara berikut:

“standar keperawatannya sendiri yang dibuat untuk home care secara khusus sih belum ada, biasanya menggunakan sop yang seperti di rumah sakit, …” (responden 1)”

“Ada, protapnya sama dengan yang ada dirumah sakit (responden 2)”

(59)

Ada ,ya kita pake protap yang sama seperti dirumah sakit (responden 4)”

“Kalau soal protap sih semuanya sama dengan rumah sakit, bagaimana rumah sakit begitu juga dengan pelayanan home care (responden 5)”

Menurut gillies (1996) standar adalah pernyataan deskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses dan hasil. Bagaimanapun bagusnya pelayanan kesehatan yang dilakukan tidak dapat dinilai baik atau bermutu bila tidak memiliki standar dalam kegiatan pelayannya.

Home care Murni Teguh sebagai bagian dari bentuk pelayanan kesehatan

yang harus memiliki standar asuhan keperawatan bagi perawat sebagai koordinator kasus dalam pelayanan home care ini. Karena standar asuhan keperawatan bertujuan untuk :

1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan upaya peningkatan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan

2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan perawatan yang tidak penting

3. Memberikan landasan untuk menetukan kelalaian keperawatan dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan perawat apabila tidak memenuhi standar dapat membahayakan pasien.

(60)

dapat memberi kepuasan pasien dan keluarga maka kebijakan terkait biaya pelayananpun akan dapat ditentukan sesuai dengan standar pelayanan tersebut. Umumnya pelanggan yang merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya tidak mempermasalahkan berapapun biaya yang harus mereka keluarkan.

Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian indarsantie (2000) meskipun 54,5 % responden menyatakan cukup mahal, mereka akan tetap mengikuti pelayanan

home care lansia club, karena dirasakan sangat menguntungkan 81,9%. Perhatian dan layanan yang diberikan lebih berharga dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (78,8%), sedangkan 50,5% responden menyatakan ketidaktepatan jadwal kunjungan dokter sebagai layanan yang kurang sesuai dengan biaya yang dikeluarkannya.

e. Format pendokumentasian

Format dokumentasi kegiatan pelayanan home care disediakan dalam bentuk format laporan kegiatan pelayanan home care disatukan dalam bentuk status untuk setiap pasien. Bentuk formatnya meliputi surat persetujuan, data identitas, riwayat atau penyakit yang diderita pasien, tanda bukti pelayanan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

(61)

dokter, catatan masing-masing tenaga kesehatan, dll. Dokumentasi berdasarkan masalah mempunyai bagian utama pencatatan yang terdiri dari format data dasar (meliputi hasil pemeriksaan fisik, riwayat keperawatan, data hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), format daftar masalah, format rencana tindakan, dan format catatan. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara di bawah ini :

“ya..sama formatnya dengan yang dirumah sakit ….,mau menuju JCI jadi lagi kita sosialisasikan, namanya catatan perkembangan terintegrasi, …. (responden 1)”

“Ada. Rumah sakit menyediakan format laporan pelayanan asuhan keperawatan pasien …. (responden 2)”

“Dari rumah sakit untuk format laporan ada, biasanya itu digabungkan dalam satu status (responden 3)”

“Ada, pasti ada (responden 4)”

“Ada, askep home care juga ada disediakan dari rumah sakit (responden 5)”

5.3 Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care di Rumah Sakit

Murni Teguh

Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care meliputi pengorganisasian, pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan pendokumentasian.

a. Pengorganisasian

(62)

homecare menggunakan 2 pendekatan. Pendekatan pertama menggunakan metode primer dimana 1 orang perawat bertanggung jawab terhadap pasiennya selama 24 jam dan pendekatan yang kedua adalah metode tim dimana terdiri dari 3 orang perawat yang bekerja secara bergantian. Namun pada metode tim belum ada terasa sempurna dikarenakan belum adanya ketua tim dalam metode tersebut. Masing-masing perawat bertanggungjawab terhadap tercapainya pelaksanaan pelayanan sesuai dengan kebutuhan tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien atau keluarga. Seperti pada wawancara berikut

“ya sebetulnya begini terkadang ada 1 pasien dengan 1 orang perawat itu yak pake metode primer, tapi ada juga yang mintanya pershift kita gunakan metode tim, tapi hal ini saya rasa kurang pas karena disitu tidak ada ketua timnya,,,tetapi dari beberapa metode hanya ini yang paling mendekati (responden 1)”.

Pengaturan pelaksanaan pelayanan home care dilaksanakan sesuai perencanaan dan jadwal kunjungan yang ditetapkan dari rumah sakit. Tetapi karena kurangnya tenaga maka dilakukan sistem rolling. Sistem rolling yang dilakukan sesuai target waktu yang telah direncanakan dan semuanya diaatur dari manajemen rumah sakit. Pengaturan jadual semuanya diatur oleh keperawatan dan bagian diklat, seperti pada kutipan wawancara berikut

“ kalau disini dia perawatnya diganti-ganti, siapa perawat yang lagi kosong itu dibuat homecare, karenakan belum ada perawat homecare khusus, semuanyakan perawat dari unit rumah sakit” (responden 6)”.

(63)

kerja perawat dengan unit kerja lainnya merupakan hal-hal yang peka. Mencari keserasian dan kesatuan usaha hanyalah mungkin apabila hubungan tersebut cukup terbina dan baik. Sebagian besar problema di pengorganisasian berkaitan dengan kesulitan hubungan. Hal ini dapat kita lihat dari hasil wawancara berikut :

“kolaborasi diantara home care saya rasa baik karena kamikan bekerja didalam tim jadi harus saling mendukung (responden 5)”.

“Maunya tim lab harus bersedia datang kerumah pasien atau tim rehabilitasi medic, supaya kita bisa mencapai sasaran(responden 3)”.

Hal yang ketiga dalam pengorganisasian adalah pengaturan pelaksanaan evaluasi. Kegiatan pengaturan pelaksanaan evaluasi terhadapa pelayanan

home care bersifat situasional, karena hanya meliputi evaluasi terhadap hasil dari proses pelaksanaan pelayanan. Adanya evaluasi terhadap hasil tersebut didapat dari laporan-laporan keluarga pasien kepada manajemen. Seperti pada kutipan wawancara berikut :

“ pernah ada yang complain karena perawatnya kadang terlambat. Jadikan keterlambatan itu begini, perawat datang kemari tapi mobil kita pergi keluar semua sementara dia shift siang, jadi terlmabat 30 menit lah dia, kalau soal pelayanan sih misalnya kayak dalam pemberian obat, pasien sekarangkan sudah berpikir kritis jadi dia pasti bertanya apabila obat yang dilihatnya berbeda dari biasanya, karena sangkin banyaknya merek dagang terkadang perawat kita juga tidak mengetahuinya, kita akui hal seperti itu memang terlihat kurang professional. Tapi biasanya mereka akan menayakan kepada dokter yang merawat baru dijelasin lagi(responden 1)”.

(64)

pelatihan serta peningkatan kualitas yang lebih baik. Demikian pula evaluasi terhadap kepuasan pasien yang sangat diperlukan sebagai aspek yang menentukan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan.

Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan dirumah sakit Murni Teguh,

home care merupakan sarana bagi upaya pengembangan melalui perluasan jangkauan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya pemasaran, pembinaan dan pembuatan peraturan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan organisasi dalam meningkatkan pelayanannya. Tetapi hal diatas belum terjadi dirumah sakit Murni Teguh, home care dirumah sakit Murni Teguh belum dipasarkan ke masyarakat. Hal ini tampak dari kutipan wawancara berikut:

“Kita belum ada pasarkan, hanya kalau diminta baru kita penuhi, kita juga belum memarketkan karena belum selesai. Sebetulnya rumah sakit mau membuat hospice tetapi belum selesai, jadi nanti kalau udah selesai baru kita publikasikan (responden 1)”

b. Pelaksanaan pelayanan

(65)

Setelah dilakukan kunjungan dan perawat atau dokter mengetahui keadaan umum pasien. Maka dilakukan tindakan berikutnya yaitu pengkajian hingga evaluasi. Berdasarkan hasil wawancara, yang peneliti lakuakan terdapat 2 orang perawat yang mengakui bahwa pendomentasian tidak sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan wawancara berikut :

“Terkadang pada saat buat asuhan keperawatan kita tidak membuat diagnose keperawatannya, karena seringan kita fokus pada diagnosa medis dari si pasien tersebut (responden 2)

“Yang pasti seseuai dengan tahapan-tahapannya tetapi terkadang kita gak melakukan pekajian secara lengkap jadi data-datanya kurang komplit, dan terkadang juga kalau kita konsul via telpon sama dokter kita lupa membuat kedalam catatan perawat tetapi pada catatan dokter kita masukkan (responden 4)”

(66)

c. Pendokumentasian

Berdasarkan hasil wawancara peneliti menemukan bahwa tidak seluruhnya perawat mendokumentasikan tindakan keperawatan yang mereka lakukan pada format yang tersedia. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan wawancara berikut :

“ formatnya ada, tetapi kadang diisi satu minggu, kadang malas bikinnya, sebenarnya formatnya udah disediakan dari rumah sakit, Cuma kadang yang bikin kita malas itu kalau formatnya habis jadi malas nunggu dicopi (responden 4)

“Tidak selalu kita dokumentasikan, karena kalau kita konsul sama dokter via telepon kita hanya menuliskan dicatatan dokter saja, tetapi di catatan kita tidak (responden 2)”

Pendokumentasian adalah penyediaan atau pemberian bukti-bukti dokumenter dan pengumpulan pengabstrakan dan pemberian kode informasi yang tercatat untuk referensi pada masa mendatang (Fatahilah, 2003). Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat perawat yang menyatakan pentingnya pendokumentasian, seperti pada kutipan wawancara berikut :

“ya, sebagai bukti implementasi kepasien (responden 4)."

“Perlu dan penting karena untuk mengetahui perkembangan pasien (responden 3)”

“ ya perlu karena itu merupakan pegangan kita kedapan apabila terjadi masalah (responden 5)”

Tujuan dokumentasi keperawatan antara lain :

(67)

2. Audit keperawatan : pencatatan keperawatan sebagai bahan untuk menentukan mutu pelayanan keperawatan apakah sudah sesuai dengan standar.

3. Kepentingan hukum : dokumentasi dari klien dapat dijadikan sebagai bukti yang akurat apabila terjadi suatu masalah hukum baik bagi pasien maupun bagi tenaga kesehatan.

(68)

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Pelaksanaan pelayanan home care rumah sakit Murni Teguh diatur melalui sistem manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit Murni teguh.

2. Tenaga pelaksana pelayanan home care di rumah sakit Murni Teguh masih kurang dikarenakan belum adanya perawat khusus untuk pelayanan home care, sehingga kemungkinkan pelayanan kesehatan pasien belum optimal. 3. Proses pelaksanaan pelayanan home care masih menggunakan standar

pelayanan yang mengacu pada aturan rumah sakit dikarenakan belum terdapatnya aturan khusus tentang home care.

4. Pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan pasien home care di rumah sakit Murni Teguterbatasah belum melalui tahapan asuhan keperawatan mengingat keterbatasan waktu perawat home care.

Gambar

Gambar 3. 1 : Kerangka Penelitian
Tabel 5.1. Karakteristik responden pengelola dan perawat Home Care di rumah sakit Murni Teguh Medan

Referensi

Dokumen terkait

This study aims at describing 1) the implementation of discussion in teaching reading at seventh greade of SMP Murni 1 Surakarta, 2) the problems faced by the teacher in implementing

A.. This study aims at describing 1) the implementation of discussion in teaching reading at seventh greade of SMP Murni 1 Surakarta, 2) the problems faced by the teacher

Pelayanan di rumah sakit khususnya perawatan anak sebaiknya lebih memaksimalkan pelayanan keperawatan dengan prinsip atraumatic care pada anak sehingga dapat

In May 2006, the Province of Nova Scotia, Canada announced a Continuing Care Strategy (CCS) in which issues of home care and long term care were addressed.. The strategy is a

Hasil Penelitian didapatkan bahwa kualitas tidur mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo dari total 545 responden, sebagian besar responden memiliki

16 We Care Programme: Uplift and Educational Support at Bondulu Children’s Home Toboh, Tambunan, Sabah, Malaysia Wong Sing Yun1, Suddin Lada2*, Brahim Chekima3, Siti Nor Bayaah

A study conducted by Raissa in 2014 at nursing home TresnaWerdha in South Lampung concerning the effects of brain gym for the elderly with insomnia or sleep disorders with the quasi-

Considerations in implementing at-home test The explanation of the administration processes of the at-home TOEFL above, actually, describes how the testing center considered the