• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografis

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 50 50' - 70 50' Lintang Selatan dan 1040 48'- 1080 48' Bujur Timur, total luas wilayah 37.851,11 km2, dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta Sebelah timur : Provinsi Jawa Tengah

Sebelah selatan : Samudera Hindia Sebelah barat : Provinsi Banten

Wilayah Provinsi Jawa Barat sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut sehingga wilayah Jawa Barat memiliki garis pantai yang panjang, yaitu sekitar 755,83 km.

Secara administratif Provinsi Jawa Barat terdiri dari 26 kabupaten dan kota, yang terbagi dalam 17 kabupaten dan 9 kota, yaitu: Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, serta Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar. Jawa Barat memiliki kondisi geografis yang strategis. Hal tersebut merupakan keuntungan bagi provinsi Jawa Barat terutama terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Selain itu, Jawa Barat memiliki lahan yang subur yang berasal dari endapan vulkanis dan dialiri oleh banyak aliran sungai yaitu sungai Cisadane, Sungai Ciliwung, Sungai Cisande, Sungai Cimandiri, Sungai Citarum, Sungai Cimanuk, dan Sungai Citanduy sehingga sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian. Peta wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada gambar berikut:

24

Menurut kontur permukaan tanahnya, daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas pertama: wilayah pegunungan curam sekitar 9,5 persen luas wilayah Jawa Barat, umumnya terletak di bagian wilayah bagian selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl). Kedua: wilayah lereng bukit yang landai sekitar 36,48 persen terletak di bagian tengah dengan ketinggian 10 - 1.500 m dpl; dan ketiga: wilayah dataran dengan luas 54,03 persen, terletak umumnya di wilayah bagian utara dengan ketinggian 0 – 10 m dpl. Kawasan utara Jawa Barat merupakan dataran rendah sedangkan kawasan selatan merupakan daerah berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta kawasan tengah merupakan kawasan dengan geografi bergunung-gunung. Luas wilayah per kabupaten atau kota di Jawa Barat masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Luas wilayah per kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat

No Kabupaten/Kota Luas (ha) %

1 Kabupaten Bogor 2,997.13 8.07 2 Kabupaten Sukabumi 4,160.75 11.21 3 Kabupaten Cianjur 3,594.65 9.68 4 Kabupaten Bandung 1,756.65 4.73 5 Kabupaten Garut 3,094.40 8.34 6 Kabupaten Tasikmalaya 2,702.85 7.28 7 Kabupaten Ciamis 2,740.76 7.38 8 Kabupaten Kuningan 1,189.60 3.21 9 Kabupaten Cirebon 1,071.05 2.89 10 Kabupaten Majalengka 1,343.93 3.62 11 Kabupaten Sumedang 1,560.49 4.20 12 Kabupaten Indramayu 2,092.10 5.64 13 Kabupaten Subang 2,164.48 5.83 14 Kabupaten Purwakarta 989.89 2.67 15 Kabupaten Karawang 1,914.16 5.16 16 Kabupaten Bekasi 1,269.51 3.42 17 Kabupaten Bandung Barat 1,335.60 3.60 18 Kota Bogor 111.73 0.30 19 Kota Sukabumi 48.96 0.13 20 Kota Bandung 168.23 0.45 21 Kota Cirebon 40.16 0.11 22 Kota Bekasi 213.58 0.58 23 Kota Depok 199.44 0.54 24 Kota Cimahi 41.20 0.11 25 Kota Tasikmalaya 184.38 0.50 26 Kota Banjar 130.86 0.35 Sumber: Bappeda Jawa Barat, 2011

Berdasarkan tabel di atas, Kabupaten Sukabumi merupakan wilayah terluas 4.160,75 km2 atau sebesar 11,21% dari luas wilayah Jawa Barat. Luas wilayah terkecil adalah Kota Cirebon dan Cimahi masing-masing sebesar 40,16 km2 dan 41,2 km2 atau sebesar 0,11% dari luas wilayah Jawa Barat.

Demografis

Penduduk merupakan salah satu modal dalam pelaksanaan pembangunan karena penduduk merupakan objek sekaligus subjek dalam pembangunan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, Provinsi Jawa Barat dihuni sebanyak 43.053.732 jiwa. Pertambahan penduduk sebesar 3.064.702 juta jiwa dalam kurun 5 tahun. Hal tersebut akan berkonsekuensi terhadap: tata

25 guna lahan, kondisi iklim, ketahanan pangan, kesempatan kerja, kecukupan energi dan air baku. Gambaran kependudukan Jawa Barat tahun 2007-2013 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 4. Kependudukan Jawa Barat Tahun 2007 - 2013

Tahun Jumlah

Penduduk Laki-laki Perempuan

Sex Ratio Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk

(jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) (%) (jiwa/km) 2007 41.483.729 20.919.807 20.563.922 101,73 1,83 1.118 2008 42.194.869 21.262.743 20.932.126 101,58 1,71 1.137 2009 42.693.951 21.512.996 21.180.955 101,57 1,18 1.150 2010 43.053.732 21.907.040 21.146.692 103,60 0,84 1.159 2011 43.826.775 22.300.388 21.526.387 103,60 1,80 1.181 2012 44.548.431 22.609.621 21.938.810 103,06 1,65 1.198 2013 45.340.799 23.004.158 22.336.641 102,99 1,78 1.220 Sumber: BPS Jawa Barat 2008-2014

Gambar 3. Tren pertumbuhan penduduk Jawa Barat Tahun 2000 - 2012

Secara nasional Jawa Barat masih merupakan provinsi dengan jumlah populasi penduduk terbesar dibanding dengan provinsi lain di Indonesia. Sedangkan di Jawa Barat, tiga daerah dengan penduduk terbesar berada di: Kabupaten Bogor 4.763.209 jiwa, Kabupaten Bandung 3.174.499 jiwa dan Kabupaten Bekasi 2.629.551 jiwa, sedangkan tiga daerah dengan penduduk terkecil yaitu: Kota Banjar 175.165 jiwa, Kota Cirebon 295.764 jiwa dan Kota Sukabumi 299.247 jiwa.

Populasi Penduduk

26

Tabel 5. Kependudukan Jawa Barat per kabupaten/kota berdasarkan jenis kelamin tahun 2010

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Jawa Barat Tahun 2010 Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Kabupaten Bogor 2.452.562 2.319.370 4.771.932 2 Kabupaten Sukabumi 1.193.342 1.148.067 2.341.409 3 Kabupaten Cianjur 1.123.091 1.048.190 2.171.281 4 Kabupaten Bandung 1.620.274 1.558.269 3.178.543 5 Kabupaten Garut 1.217.768 1.186.353 2.404.121 6 Kabupaten Tasikmalaya 834.996 840.679 1.675.675 7 Kabupaten Ciamis 758.889 773.615 1.532.504 8 Kabupaten Kuningan 520.632 514.957 1.035.589 9 Kabupaten Cirebon 1.059.463 1.007.733 2.067.196 10 Kabupaten Majalengka 582.892 583.581 1.166.473 11 Kabupaten Sumedang 547.797 545.805 1.093.602 12 Kabupaten Indramayu 856.640 807.097 1.663.737 13 Kabupaten Subang 739.925 725.232 1.465.157 14 Kabupaten Purwakarta 436.082 416.439 852.521 15 Kabupaten Karawang 1.096.892 1.030.899 2.127.791 16 Kabupaten Bekasi 1.347.223 1.283.178 2.630.401 17 Kabupaten Bandung Barat 770.702 739.582 1.510.284 18 Kota Bogor 484.791 465.543 950.334 19 Kota Sukabumi 152.080 146.601 298.681 20 Kota Bandung 1.215.348 1.179.525 2.394.873 21 Kota Cirebon 148.600 147.789 296.389 22 Kota Bekasi 1.183.620 1.151.251 2.334.871 23 Kota Depok 880.816 857.754 1.738.570 24 Kota Cimahi 274.124 267.053 541.177 25 Kota Tasikmalaya 321.460 314.004 635.464 26 Kota Banjar 87.031 88.126 175.157 Jawa Barat 21.907.040 21.146.692 43.053.732

Sumber: Sensus Penduduk-BPS, 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sex ratio penduduk di Jawa Barat adalah 104. Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dibanding jumlah penduduk perempuan, dimana nilai rata-rata di atas 100 yang berarti penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan di Jawa Barat. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) rata-rata sebesar 1,8% dengan kepadatan penduduk sebesar 1.198 jiwa/km2 pada Tahun 2012. Penduduk Jawa Barat sekitar 66,2 persennya dikategorikan tinggal di daerah perkotaan. Adanya ketidakmerataan penduduk di Provinsi Jawa Barat disebabkan kondisi dan potensi di setiap kabupaten tidak sama. Kepadatan penduduk yang tinggi cenderung terjadi di kabupaten dan daerah perkotaan dimana banyak terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat di berbagai bidang usaha yang dapat memberikan lapangan pekerjaan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). Produk Domestik Regional Bruto merupakan gambaran kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimiliki. PDRB yang dihitung berdasarkan harga pada tahun berjalan disebut PDRB atas dasar harga tahun berlaku sedangkan PDRB yang dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar disebut PDRB atas dasar harga konstan. Nilai PDRB Jawa Barat pada Tahun 2013 atas harga berlaku apabila dengan migas sebesar Rp 1.070.177.138.000.000,- sedangkan PDRB Jawa Barat tanpa migas sebesar Rp 1.028.503.306.000.000,-. Nilai PDRB Jawa Barat pada Tahun 2013 atas harga

27 dasar Tahun 2000 apabila dengan migas sebesar Rp 386.118.840.000.000,- sedangkan PDRB Jawa Barat tanpa migas sebesar Rp 378.835.459.000.000,-. secara lebih rinci padat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2013 atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000

No PDRB Per Sektor Rata-Rata

Nilai PDRB

Tahun 2013 Atas Dasar Harga

(juta rupiah)

Berlaku Konstan (2000) 1 Pertanian 127.884.693 43.292.316 2 Pertambangan & penggalian 18.608.261 6.534.819 3 Industri pengolahan 369.830.981 157.643.083 4 Listrik, gas & air bersih 29.190.228 8.685.680 5 Bangunan 47.133.450 16.599.508 6 Perdagangan, hotel & restoran 261.537.327 91.181.323 7 Pengangkutan & komunikasi 87.721.801 21.673.175 8 Keuangan, persewaan & jasa

perusahaan

32.212.810 14.313.207

9 Jasa-jasa 96.057.585 26.195.729

Total PDRB dengan Migas 1.070.177.138 386.118.840

Total PDRB tanpa Migas 1.028.503.306 378.835.459

Sumber: BPS Jawa Barat 2010

Kontribusi nilai tertinggi PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 dicapai oleh sektor industri pengolahan disusul oleh sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor pertanian. Kontribusi nilai PDRB (Atas Dasar Harga Dasar Konstan Tahun 2000) sektor industri pengolahan adalah sebesar Rp 157.643.083.000.000,- sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar Rp 91.181.323.000.000,- dan sektor pertanian sebesar Rp 43.292.316.000.000,- Sedangkan kontribusi terkecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 6.534.819.000.000,-.

Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Pembangunan di Jawa Barat

Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Jawa Barat Sumberdaya Air

Sumber daya air tanah di Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sumber air bersih andalan. Penggunaan air bawah tanah di Jawa Barat digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga ataupun digunakan oleh perusahaan–perusahaan industri untuk kegiatan komersial. Air bawah tanah dari berbagai macam literatur ada yang mengelompokan ke dalam sumber daya yang terbarukan/pulih (renewable) dan ada yang mengelompokan terhadap sumber daya yang tidak terbarukan/tidak pulih (non renewable).

Pada wilayah Provinsi Jawa Barat terdapat 15 cekungan lintas kabupaten/kota, 8 cekungan non lintas (lokal) dan 4 cekungan lintas provinsi. Sejak dekade tahun 1980-an, kondisi air tanah di Provinsi Jawa Barat semakin lama semakin mengalami penurunan kuantitas maupun kualitas. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya muka air tanah secara drastis, menurunnya kualitas air dan penurunan permukaan tanah (land subsidence).

Saat ini terdapat tiga cekungan air tanah (CAT) yang berada dalam kondisi kritis yaitu CAT Bandung-Soreang, CAT Bogor dan CAT Bekasi-

28

Karawang. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pengelolaan air tanah yang dilakukan secara integratif berbasis cekungan serta ditujukan untuk upaya konservasi dan pemulihan air tanah serta penyediaan air bersih untuk domestik. Potensi air tanah berdasarkan cekungan air tanah di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Potensi air tanah di Provinsi Jawa Barat

No Cekungan Air Tanah Luas (Km2) Wilayah Administrasi Jumlah Air Tanah (Juta m³/tahun) Bebas (Q1) Terte kan (Q2) 1 Serang- Tangerang *)

2,822 Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang,

Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor

1,075 18

2 Jakarta *) 1,439 DKI. Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi

803 40

3 Bogor 1,311 Kabupaten Bogor, Kota Bogor 1,019 37 4 Sukabumi 868 Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi 759 34

5 Cianjur 467 Kabupaten Cianjur 451 16

6 Jampangkulon 384 Kabupaten Sukabumi 276 -

7 Bekasi – Karawang

3,641 Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta

1,483 6

8 Subang 1,514 Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu

428 3

9 Ciater 566 Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung

413 30

10 Lembang 169 Kabupaten Bandung 164 16

11 Batujajar 89 Kabupaten Bandung 66 1

12 Bandung – Soreang

1,716 Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut

795 117

13 Cibumi 621 Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung 595 28 14 Banjarsari 605 Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut 550 30 15 Tasikmalaya 1,219 Kota Tasikmalaya, Kabupaten

Tasikmalaya

978 69

16 Garut 886 Kabupaten Garut 691 87

17 Malangbong 514 Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang

415 30

18 Sumedang 483 Kabupaten Sumedang 519 28

19 Sukamantri 151 Kabupaten Sumedang 98 13

20 Ciamis 581 Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya

448 14

21 Kawali 291 Kabupaten Ciamis 224 7

22 Kuningan 507 Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka

445 21 23 Majalengka 686 Kabupaten Majalengka, Kabupaten

Sumedang

554 5

24 Indramayu 1,282 Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka

362 46 25 Sumber –

Cirebon

1,659 Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan

638 4

26 Sidareja *) 480 Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cilacap 46 - 27 Tegal - Brebes *) 1,356 Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes,

Kota Tegal, Kabupaten Cirebon

248 11

29

Potensi air tanah yang merupakan kewenangan Provinsi Jawa Barat berada di 15 CAT dengan total potensi sebesar 10.356 juta m3/tahun, jumlah air tanah bebas sebanyak 9.882 juta m3/tahun sedangkan jumlah air tanah tertekan adalah sebesa 474 juta m3/tahun. Cekungan air tanah yang menjadi kewenangan provinsi merupakan CAT yang lintas Kabupaten/Kota yaitu: (1) CAT Bogor (Kabupaten Bogor dan Kota Bogor); (2) CAT Sukabumi (Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi); (3) CAT Bekasi-Karawang (Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Purwakarta); (4) CAT Subang (Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu); (5) CAT Ciater (Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Bandung); (6) CAT Bandung- Soreang (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut); (7) CAT Cibuni (Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung); (8) CAT Banjarsari (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut); (9) CAT Tasikmalaya (Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Ciamis; (10) CAT Malangbong (Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Sumedang); (11) CAT Ciamis (Kabupaten Ciamis,Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Tasikmalaya); (12) CAT Kuningan (Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka); (13) CAT Majalengka (Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang); (14) CAT Indramayu (Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka); (15) CAT Sumber-Cirebon (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan). CAT di bawah pengelolaan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai potensi total terbesar adalah CAT Bekasi – Karawang dengan potensi sebesar 1.489 Juta m3/tahun dengan porposi potensi terbesar berasal dari air tanah bebas yaitu sebesar 99%. CAT dengan potensi air tertekan terbesar adalah CAT Bandung-Soreang dengan potensi sebesar 117 Juta m3/tahun.

Sedangkan untuk potensi sumberdaya air permukaan di Jawa Barat dibagi menjadi enam wilayah sungai utama. Keenam wilayah sungai utama di Jawa Barat tersebut adalah: Ciliwung – Cisadane, Citarum, Cimanuk – Cisanggarung, Citanduy, Ciwulan – Cilaki, dan Cisadea – Cibareno. Pemanfaatan debit air sungai untuk irigasai dan non irigasi di Jawa Barat berdasarkan wilayah sungai dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Pemanfaatan debit air sungai untuk irigasai dan non irigasi di Jawa Barat Tahun 2012 (milyar m3)

No Wilayah Pengelolaan Irigasi Non Irigasi

Sungai Pusat Provinsi Kabupaten Irdes Tadah

Hujan Industri Rumah Tangga Lain- Lain 1 Ciliwung - Cisadane 0,301 0,065 0,071 0,282 0,084 0,008 0,024 0,019 2 Citarum 1,839 0,395 0,436 1,725 0,514 0,050 0,149 0,117 3 Cimanuk - Cisanggarung 1,700 0,365 0,403 1,595 0,475 0,046 0,138 0,109 4 Citanduy 0,634 0,136 0,150 0,595 0,177 0,017 0,052 0,040 5 Ciwulan - Cilaki 0,071 0,015 0,017 0,066 0,020 0,002 0,006 0,005 6 Cisadea - Cibareno 0,520 0,112 0,123 0,488 0,145 0,014 0,042 0,033

30

Pertanian

Jawa Barat adalah salah satu lumbung padi utama nasional, dengan 26,48 persen total luas wilayah Jawa Barat atau 942.974 hektar dialokasikan untuk areal persawahan. Jawa Barat merupakan provinsi yang memegang peran penting bagi ekonomi Indonesia. Hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan kurang lebih 17 persen total produksi padi Indonesia. Selain produksinya yang tinggi padi di Jawa Barat memiliki produktivitas hampir 6 ton/hektar di atas rata-rata produktivitas padi nasional sebesar sekitar 5,2 ton/hektar. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa Barat Tahun 2013 sebanyak 3.057.424 rumah tangga.

Produksi dan produktivitas padi di Jawa Barat mengalami tren yang cenderung naik dari tahun ke tahun. Berbagai upaya intensifikasi dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi, seperti penggunaan benih unggul, pemakaian pupuk berimbang, perbaikan saluran irigasi, penambahan Petugas Penyuluh Lapang (PPL) dan Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) telah dilakukan. Bahkan untuk mengatasi alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian upaya pencetakan sawah baru pun telah dilakukan. Perkembangan luas sawah, luas panen, dan produktivitas padi di Jawa Barat dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 9. Luas sawah, luas panen, dan produktivitas padi di Jawa Barat Tahun 2001-2013

Tahun Luas Sawah Luas Panen Produksi Produktivitas

Ha Ha Ton Ton/Ha 2001 933.490 1.866.069 9.237.593 4,950 2002 881.637 1.792.320 9.166.872 5,115 2003 934.095 1.664.386 8.776.889 5,273 2004 930.347 1.880.142 9.602.302 5,107 2005 924.832 1.894.796 9.787.217 5,165 2006 923.432 1.798.260 9.418.572 5,238 2007 939.228 1.829.085 9.914.019 5,420 2008 944.888 1.803.628 10.111.069 5,606 2009 949.914 1.950.203 11.322.681 5,806 2010 942.411 2.037.657 11.737.070 5,760 2011 942.974 1.964.466 11.633.891 5,922 2012 943.200 1.913.999 11.271.861 5,887 2013 925.065 2.029.891 12.083.162 5,950 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat 2001-2013

31

Gambar 4. Grafik produksi dan produktivitas padi di Jawa Barat Tahun 2001-2011

Sumberdaya Energi

Jawa Barat merupakan Provinsi di Indonesia yang memiliki potensi energi dan sumber daya mineral yang cukup besar. Potensi sumber daya alam Jawa Barat, terutama potensi sumber daya mineral dan energi sangat besar dan bervariasi, baik dalam hal sebaran, kualitas, kuantitas, dan penggunaannya. Terdapat lebih dari 40 jenis sumber daya mineral tersebar hampir merata di seluruh kabupaten di Jawa Barat. Terdapat pula potensi mineral logam primer, di antaranya mineral logam mulia (Au, Ag), logam dasar (Cu, Pb, Zn) dan logam mangan (Mn) yang sebaran potensinya berada di bagian selatan Jawa Barat. Namun demikian, sebagian besar kegiatan pertambangan merupakan penambangan skala kecil yang dilakukan secara sederhana serta belum memperhatikan kaidah tata cara penambangan yang baik (good mining practices), bahkan seringkali dilakukan secara liar (penambangan tanpa izin). Dengan demikian, perlu diperhitungkan secara serius arah pembangunan sumber daya mineral ke depan, agar memberikan nilai tambah (value added) yang optimal sesuai dengan daya dukung lingkungan, serta dapat mendukung kebutuhan pembangunan Jawa Barat.

Potensi sumberdaya energi di Jawa Barat juga beragam seperti: migas, batubara, panas bumi dan energi terbarukan seperti angin, surya, biomassa dan tenaga hidro, yang dapat didayagunakan sebagai sumber energi. Dari potensi tersebut, yang sudah dibangun dan disambungkan kepada Sistem Jaringan Transmisi Nasional (JTN) Jawa-Bali dengan daya terbangkit dari berbagai pembangkit yang tersebar di 22 lokasi adalah sebesar 4.666,05 MW. Di sisi lain, masyarakat Jawa Barat juga merupakan pengkonsumsi energi listrik yang besar dengan jumlah listrik terjual pada tahun 2011 sebesar 34.053,60 GWh, dan lebih dari setengahnya (55%) digunakan oleh industri (Statistik PLN, 2011). Sebaran potensi dan manifestasi panas bumi di Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Nilai

32

Tabel 10. Potensi dan manifestasi panas bumi di Jawa Barat

LOKASI

ENERGI POTENSIAL (MW)

TOTAL

SUMBERDAYA CADANGAN

Spekulatif Hipotetik Terkira Termungkin Terbukti KABUPATEN BOGOR

1 Bujal-Jasinga 25 25

2 G.Pancar 50 50

3 Kawah Ratu, Gn. Salak 250 72 30 352

4 Kiara Beres, Gn. Salak 255 255

5 Awi Bengkok, Gn. Salak 115 485 600

6 G. Gede, Pangrango 130 130 260 7 Ciseeng 100 100 KABUPATEN SUKABUMI 8 Salabintana 25 25 9 Cisukarame 83 83 10 Cisolok 50 50 100 11 Jampang 225 225 12 Santa 25 25 KABUPATEN BANDUNG 13 Saguling 25 25 14 Kawah Cibuni 140 140 15 Gn. Patuha 65 247 170 482 16 Kawah Ciwidey 84 140 224 17 Gn. Wayang Windu 75 135 250 460 18 Kamojang 73 227 300 19 Gn. Tangkuban Parahu 100 90 190 20 Sagalaherang 185 185 21 Maribaya 25 25 KABUPATEN CIANJUR 22 Tanggeung-Cibungur 100 100 KABUPATEN GARUT 23 Cipanas Pacet 25 25 24 G. Talaga Bodas 75 120 80 275 25 G. Karaha 50 70 100 30 250 26 Cilayu 100 100 27 Ciarinem 25 25 28 G. Papandayan 225 225 29 G. Guntur Masigit 70 70 30 Kawah Darajat 70 280 350 KABUPATEN TASIKMALAYA 31 G. Galunggung 100 100 32 Cipacing 25 25 33 Ciheras 25 25 34 Cigunung 25 25 35 Cibalong 25 25 36 Cipanas Ciawi 50 50 37 G. Cakrabuana 25 25 KABUPATEN CIAMIS 38 G. Sawal 25 25 KABUPATEN SUMEDANG 39 G. Tampomas 100 100 KABUPATEN KUNINGAN 40 Sangkan Hurip-Ciremay 50 50 41 Subang 50 50 42 Cibinbin 25 25 KABUPATEN CIREBON 43 G. Kromong 25 25 JUMLAH 1.850 689 1.457 238 1.132 6.101 TOTAL 2.714 3.387

33 Berdasarkan data Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, total potensi energi panas bumi yang terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 6.101 MW. Energi potensial yang masih berstatus spekulatif sebesar 1.850 MW, berstatus hipotetik sebesar 689 MW, berstatus terkira 1.457 MW dan berstatus termungkin sebesar 238 MW serta sudah berstatus terbukti sebesar 1.132 MW. Manifestasi panas bumi di Provinsi Jawa Barat terdapat pada 43 lokasi yang tersebar di 11 kabupaten yaitu di Kabupaten Bogor (1.642 MW), Kabupaten Sukabumi (458 MW), Kabupaten Bandung (2.031 MW), Kabupaten Cianjur (100 MW), Kabupaten Garut (1.320 MW), Kabupaten Tasikmalaya (275 MW), Kabupaten Ciamis (25 MW), Kabupaten Sumedang (100 MW), Kabupaten Kuningan (125 MW) dan Kabupaten Cirebon (25 MW).

Total potensi energi panas bumi yang sudah terbangkitkan menjadi energi listrik pada tahun 2010 adalah 1.061 MW melalui PLTP Kamojang (200 MW), PLTP Awibengkok Gunung Salak (375 MW), PLTP Drajat (259 MW) dan PLTP Wayang Windu (227 MW). Potensi panas bumi di Jawa Barat memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan bagi pembangkitan tenaga listrik. Energi tersebut bersifat terbarukan yang diharapkan mampu berperan dalam upaya antisipasi perubahan iklim.

Bencana Alam dan Dampak Perubahan Iklim

Provinsi Jawa Barat berada pada lempengan bumi yang rawan bencana, selain itu kondisi topografi daratan yang berbukit-bukit dan beberapa gunung api yang masih aktif juga merupakan daerah yang rawan bencana alam. Bencana alam yang terjadi bukan hanya dapat menggangu aktifitas masyarakat dan pembangunan namun juga dapat menghentikan secara total beberapa waktu aktifitas dan pembangunan. Selain dapat mengganggu dan menghentikan aktifitas perekonomian dan pembangunan, upaya pemulihan dan penanggulangan bencana juga memerlukan cost recovery yang cukup besar yang harus masuk dalam pembelanjaan pemerintah. Gambaran kasus-kasus bencana alam dan dampak perubahan iklim khususnya banjir dan kekeringan di Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Data kumulatif luas lahan terkena banjir dan kekeringan pada tanaman padi di Jawa Barat (dalam hektar)

Tahun Banjir Kekeringan

Terkena Puso Terkena Puso

2000 6.869 1.428 5.133 108 2001 75.577 19.634 5.159 - 2002 13.016 3.998 81.703 7.965 2003 95.186 42.705 272.999 65.647 2004 29.253 8.141 36.968 7.432 2005 100.371 38.076 13.875 2.869 2006 55.615 16.528 120.498 48.180 2007 51.678 20.017 98.345 35.861 2008 42.855 14.697 145.764 68.248 2009 15.145 4.268 16.529 3.851 2010 17.334 3.181 1.021 - 2011 18.943 1.474 49.192 12.783 2012 33.262 9.418 75.689 35.729 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat 2000-2012

34

Selain bencana alam yang kerap terjadi, Jawa Barat juga tidak dapat terlepas dari dampak perubahan iklim global. Cuaca yang berubah-ubah dengan intensitas musim kering dan musim penghujan yang juga berubah-ubah membuat jadwal tanam pertanian menjadi tidak menentu. Kapasitas dan intensitas musim hujan dan musim kemarau juga sulit diprediksi sehingga kejadian banjir dan kekeringan menjadi suatu hal yang harus dilakukan upaya penanggulangan. Apabila dampak perubahan iklim ini tidak dapat diantisipasi selain dapat mengakibatkan kerugian pada petani karena produksinya menurun atau gagal panen, juga mengancam produksi pangan Jawa Barat dan ketahanan pangan nasional secara keseluruhan.

Bencana alam dan dampak perubahan iklim global merupakan variabel yang tidak dapat diprediksi secara persis mengenai waktu, intensitas, dan dampak terparahnya. Sehingga bencana alam dan dampak perubahan iklim dimasukkan menjadi external shock variable dalam pembangunan ekonomi.

Dokumen terkait