• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sikap Penderita TB Paru Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga Di Kecamatan Pandan

HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

8 Penyakit kulit dan jaringan subkutan 20 452

5.2. Pengetahuan Responden

5.3.1. Gambaran Sikap Penderita TB Paru Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga Di Kecamatan Pandan

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.9. diperoleh bahwa sebagian besar sikap responden Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 berada pada kategori baik. Secara teori, sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap situasi sosial yang telah terkendali (Azwar, 2009).

Menurut Sarwono (2004) faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatif informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar hubungan sosial dengan sekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya.

Berdasarkan tabulasi silang antara sikap dan tindakan penderita TB Paru Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan Tuberkulosis Pada Keluarga Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012 diketahui bahwa dari 54 responden yang memiliki sikap baik sebanyak 2 orang (3,7%) yang memiliki tindakan cukup. Dari 4 responden dengan sikap cukup tidak ada (0,0%) yang memiliki tindakan cukup. Menurut Notoatmodjo (2002) Sikap merupakan reaksi interval seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain

82

yang dianggap penting, agama serta faktor emosi dalam diri individu yang memegang peranan penting untuk terbentuknya sikap.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zalmi,(2008) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian TB Paru dimana Odds Ratio sebesar 0,129 artinya pada responden dengan perilaku sikap kurang baik beresiko terkena TB Paru sebesar 0,129 kali bila dibandingkan dengan responden dengan perilaku sikap baik.

Kemudian Putra (2011) dalam penelitiannya tentang Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian TB Paru di Kota Solok Tahun 2011 menunjukkan hasil penelitian sikap tentang pencegahan terdapat total sikap responden yang positif adalah 63,6% dan yang negatif yaitu 36,4%, dalam sikap negatif yang paling banyak terdapat pada kasus yaitu 54,5% sedangkan pada kontrol hanya 18,2%. Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,028), maka terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian TB Paru di Kota Solok. Odds ratio 5,4 (1,372-21,26) yang berarti responden yang memiliki sikap tentang pencegahan TB Paru yang rendah beresiko 5,4 kali tertular TB Paru dibandingkan responden yang mempuyai sikap yang positif.

Pada penelitian Machita Hanum dalam Putra (2011) tentang analisis hubungan perilaku masyarakat dengan lingkungan fisik terhadap penularan penyakit TB Paru di Jombang, penelitian ini menggunakan disain cross sectional dari hasil penelitiannya didapatkan p = 0,035 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian TB Paru.

83

Dari penelitian diatas terdapat kesamaan yaitu sama-sama bermakna antara hubungan sikap tentang pencegahan dengan kejadian TB Paru. Ini membuktikan bahwa sikap yang kurang baik merupakan faktor resiko untuk terjadinya penularan TB Paru. Sikap merupakan suatu perilaku yang dimiliki seseorang sebelum mengambil tindakan. Jika sikap masyarakat sudah baik maka masyarakat akan mudah untuk melakukan suatu perbuatan yang baik, tapi jika sikap ini masih kurang maka memiliki dampak yang buruk bagi derajat kesehatan masyarakat. Untuk merubah sikap pengetahuan harus ditingkatkan dan pemerintah harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat agar perilaku hidup sehat dapat terlaksana (Azwar, 2009).

Menurut Azwar (2009), sikap terbentuk dari adanya informasi secara formal maupun informal yang diperoleh setiap individu. Berarti sikap sejalan dengan pengetahuan, yaitu jika seseorang berpengetahuan baik maka sikap juga akan baik. Sikap merupakan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap obyek tertentu yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu melalui persuasif serta tekanan dari kelompok sosialnya. Dari pertanyaan yang diberikan kepada responden mempunyai sikap baik terhadap upaya pencegahan TB Paru. Jika dilihat dari tingkat pengetahuan penderita yang baik tentang upaya pencegahan tuberkulosis justru melakukan tindakan pencegahan tuberkulosis tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan penderita TB Paru Positif yang baik mencerminkan sikap yang baik pula tentang upaya pencegahan tuberkulosis.

84

Sikap adalah salah satu diantara kata yang paling samar namun paling sering digunakan dalam kamus ilmu perilaku. Sikap merupakan perasaan yang lebih mantap, ditujukan terhadap sesuatu obyek yang melekat ke dalam struktur sikap yaitu evaluasi dalam dimensi baik dan buruk (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Fatmawati (2004) yang menjelaskan bahwa sikap itu mempunya 3 komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh, dimana dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting, ternyata dalam penentuan sikap responden positif terhadap upaya pencegahan penularan tuberkulosis disebabkan faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor yang mempengaruhi responden ini misalnya pekerjaan responden, pendidikan, kepercayaan atau jarak tempat pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal.

Menurut Newcomb (ahli psikologi sosial) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesediaan/ kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksaanan motif tertentu (Fatmawati, 2004). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, apabila hal ini dikaitkan dengan sikap responden, ternyata responden mempunyai sikap yang baik (positif) yaitu sebanyak 54 orang (93,1%). Dan kaitannya dengan tindakan dalam upaya pencegahan penularan tuberculosis ternyata sikap tidak memiliki kaitan dengan

85

tindakan dalam upaya pencegahan penularan tuberkulosis, hal ini menunjukkan bahwa sikap yang positif tidak menjamin responden memiliki tindakan yang positif pula karena sikap responden hanya pada batas kesediaan dan tidak sampai pada pelaksanaan. Apabila dihubungkan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan dan ini membuktikan bahwa agar terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung.

Hubungan perilaku dengan sikap, keyakinan dan nilai tidak sepenuhnya dimengerti, namun bukti adanya hubungan tersebut cukup banyak. Analisis akan memperlihatkan misalnya bahwa sikap, sampai tingkat tertentu merupakan penentu, komponen dan akibat dari perilaku. Hal ini merupakan alasan yang cukup untuk memberikan perhatian terhadap sikap, keyakinan dan nilai sebagai faktor predisposisi (Ahmadi, 2003).

5.4. Tindakan Responden

5.4.1 Tindakan Penderita TB Paru Positif Dalam Upaya Pencegahan Penularan