• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Letak dan Geografis

Kelurahan Sukamaju merupakan daerah bukan pantai dengan ketinggian 421 meter di atas permukaan laut yang memiliki suhu rata-rata 24.6°C serta curah hujan rata-rata 237 mili meter per tahun. Kelurahan sukamaju memiliki luas wilayah sekitar 34.3 hektar dan diapit oleh dua aliran sungai, yakni: Bah Silulu dan Bah Sorma. Kelurahan sukamaju terdiri dari dua lingkungan, enam rukun warga dan enam belas rukun tetangga. Sebagian besar wilayahnya digunakan untuk perumahan atau pekarangan (26.3 ha) dan sisanya digunakan untuk jalan (1.5 ha), tempat peribadatan (0.5 ha), perkantoran dan sekolah (2 ha) serta tanah wakaf (4 ha).

Kelurahan ini berada di dalam kota yang dibatasi oleh beberapa wilayah, diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kristen dan Martimbang, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Suka Makmur, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Marihat Jaya dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Naga Huta Timur.

Jarak antara Kelurahan Sukamaju dengan ibukota kecamatan adalah satu setengah kilometer sedangkan jarak Kelurahan Sukamaju dengan ibukota Pematangsiantar adalah tiga kilometer dan jarak Kelurahan Sukamaju dengan ibukota propinsi (Medan) adalah seratus lima belas kilometer.

56

5.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Sukamaju pada bulan April 2011 adalah 3525 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1726 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1799 jiwa serta kepala keluarga sebanyak 940 jiwa.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sukamaju Kota Pematangsiantar, Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

(orang) Persentase (%) Tidak tamat SD 49 1.56 Tamat SD/sederajat 228 7.26 Tamat SLTP/sederajat 669 21.29 Tamat SLTA/sederajat 1804 57.42 Akademi/Perguruan Tinggi 392 12.48 Total 3142 100.00

Sumber: Potensi Kelurahan Sukamaju, 2011

Berdasarkan data pada Tabel 2, tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Sukamaju sudah tergolong tinggi, dimana diketahui bahwa jumlah penduduk tamat SLTA adalah sebanyak 1804 orang (57.42 persen) dan jumlah penduduk tamat Perguruan Tinggi adalah sebanyak 392 orang (12.48 persen).

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Sukamaju Kota Pematangsiantar, Tahun 2011

Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (orang) Persentase (%) PNS/Pensiunan 435 16.51 TNI/POLRI 17 0.65 Pedagang/Wiraswasta 714 27.11 Karyawan/Buruh swasta 415 15.76 Pegawai Swasta 183 6.95

Petani/Buruh harian lepas 870 33.03

Total 2634 100.00

Sumber: Potensi Kelurahan Sukamaju, 2011

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sukamaju cukup beragam, diantaranya Pegawai Negeri Sipil, pensiunan, TNI/POLRI, pedagang, wiraswasta,

57 karyawan, buruh swasta, pegawai swasta, petani dan buruh harian lepas (Tabel 3). Berdasarkan data di atas, mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sukamaju didominasi oleh petani/buruh harian lepas (33.03%) dan pedagang/wiraswasta (27.11%).

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut di Kelurahan Sukamaju Kota Pematangsiantar, Tahun 2011

Agama Jumlah Penduduk (orang) Persentase (%) Islam 7 0.20 Kristen 2359 66.92 Katholik 1127 31.97 Hindu/Buddha 32 0.91 Total 3525 100.00

Sumber: Potensi Kelurahan Sukamaju, 2011

Berdasarkan data di atas (Tabel 4), mayoritas penduduk di Kelurahan Sukamaju menganut agama Kristen Protestan (66.92%) dan Katholik (31.97%).

5.3. Prasarana dan Sarana

Prasarana dan sarana yang terdapat di Kelurahan Sukamaju secara umum telah dapat mendukung aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari. Jalan yang terdapat di Kelurahan Sukamaju secara keseluruhan sudah terbuat dari aspal. Angkutan umum yang berlalu-lalang juga cukup banyak sehingga mempermudah masyarakat untuk bepergian ke tempat lain.

Lembaga kemasyarakatan yang terdapat di Kelurahan Sukamaju terdiri dari satu kelompok Lembaga Pengembangan Masyarakat Kota (LPMK), satu kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), satu kelompok Bantuan Kesejahteraan Masyarakat (BKM) Horas Sukamaju, satu kelompok Karang Taruna dan tujuh kelompok Serikat Tolong Menolong (STM). Sarana peribadatan yang terdapat di Kelurahan Sukamaju terdiri dari tiga gereja dan satu musholla.

58 Sarana pendidikan yang terdapat di kelurahan ini terdiri dari satu Sekolah Dasar (SD) dan dua Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sedangkan sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Sukamaju adalah satu unit praktek dokter.

5.4. Keadaan Industri Kecil Ulos di Kelurahan Sukamaju

Industri ulos di Kelurahan Sukamaju merupakan perkembangan usaha turun temurun. Akan tetapi ada juga usaha tenun ulos yang baru dirintis oleh penduduk setempat dan penduduk pendatang yang berminat mengembangkan dan menekuni industri ulos ini sebagai sumber penghasilan keluarganya. Industri kecil ulos di Kelurahan Sukamaju mulai berkembang sejak awal tahun 1990-an.

Pada umumnya industri Ulos di Kelurahan Sukamaju merupakan industri rumahtangga dan industri kecil. Tenaga kerja yang digunakan di dalam industri ulos adalah tenaga kerja dari luar keluarga sehingga dapat membantu penyerapan tenaga kerja yang terdapat di sekitar sentra produksi ulos.

5.5. Kegiatan Usaha

Proses produksi tenun ulos melalui tiga tahapan yang saling berkaitan, yaitu:

1. Persiapan bahan baku

Bahan baku berupa benang yang diperlukan untuk membuat sebuah tenunan ulos terdiri dari dua jenis benang, yakni benang lungsi dan benang pakan. Benang lungsi memiliki helai-helai yang lebih halus daripada benang pakan. Benang jenis ini merupakan kerangka vertikal (bagian yang memanjang) dari ulos yang akan ditenun. Benang lungsi yang biasa digunakan adalah dari jenis TC 40/2. Harga benang jenis ini juga relatif lebih mahal dari benang pakan.

59 Benang pakan memiliki fungsi yang berbeda dengan benang lungsi. Benang jenis ini berfungsi untuk mengisi arah horizontal dari tenunan ulos yang akan dibuat, atau dengan kata lain benang jenis ini merupakan kerangka lebar ulos. Proses selanjutnya, benang lungsi kemudian „dihani‟ atau digulung dalam

sebuah lalatan (bom tenun). Kegunaan proses ini adalah untuk menentukan jumlah helai benang lungsi sesuai dengan lebar yang diinginkan. Misalnya untuk jenis ulos sadum kecil terdiri atas 1550 helai. Sedangkan panjang benang lungsi tersebut biasanya terdiri atas dua ukuran, yaitu: 100 meter dan 200 meter. Dari ukuran 100 meter dapat menghasilkan sekitar 45 lembar ulos. Biasanya jenis seperti ini dipergunakan oleh pengusaha tenun ulos yang bermodal sedikit ataupun jenis industri rumahtangga. Sedangkan dari ukuran 200 meter dapat menghasilkan 90 lembar ulos. Biasanya, ukuran ini merupakan ukuran standar yang dipakai oleh penenun ulos.

Setelah selesai „dihani‟, bom tenun tadi ditempatkan pada bagian terdepan dari alat tenun bukan mesin (ATBM) yang akan dipergunakan. Bersamaan dengan itu benang pakan juga digulung dengan ukuran yang lebih besar, tiap gulungan terdiri atas satu atau dua helai. Penggulungan benang pakan dapat dilakukan dengan mesin atau alat penggulung yang digerakkan dengan kaki atau dengan menggunakan dinamo. Dalam bahasa keseharian mesin atau alat yang yang dipergunakan disebut mesin/alat palet (paletan).

Sebagai tahap akhir dalam proses persiapan benang ialah dengan memasukkan setiap helai benang lungsi yang telah digulung ke dalam mata giun yang berbentuk jaring-jaring dan berada persis di tengah alat tenun bukan mesin

60 tersebut. Lalu ketatkan keseluruhan benang ke ujung ATBM melewati bagian yang dinamakan sisir dengan menggunakan alat bantu yang disebut pencucuk. 2. Proses Menenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Setelah persiapan benang selesai dilakukan, mulailah menggerakkan alat tenun dengan menginjak ke empat injakan kaki secara teratur. Injakan-injakan ini akan membuat teropong yang berisi benang pakan bergerak ke kanan dan ke kiri. Pergerakan teropong ini akan menyebabkan terjadinya anyaman antara benang lungsi dan benang pakan. Anyaman inilah yang kemudian akan menjadi ulos. Untuk membuat motif ulos, cukup dengan menyelipkan benang motif yang terbuat dari benang emas, benang wol atau benang jenis lain yang warnanya bervariasi dan ukurannya lebih besar/tebal dari benang lungsi dan benang pakan. Cepat-lambatnya proses menyelipkan benang motif ini tergantung kemahiran penenun dalam menggerakkan atau memainkan jari-jari tangannya. Setelah motif dibuat, ATBM digerakkan kembali, demikian seterusnya hingga ulos selesai dibuat. Pemotongan ulos yang telah selesai biasanya dilakukan dua kali seminggu (hari rabu dan sabtu) atau seminggu sekali (hanya hari sabtu).

3. Proses Penyempurnaan (Finishing)

Penyempurnaan yang dilakukan adalah pembuatan detail, manik-manik, slogan atau kata-kata bermakna, bordir dan sebagainya. Pembuatan detail ini biasanya dilakukan oleh tenaga upahan yang berbeda dengan penenun ulos. Biaya pembuatan detail juga bervariasi tergantung pada tingkat kerumitan dan jumlah detail yang akan dibuat.

61

5.6. Ragam Ulos, Upah Pekerja dan Harga Jual Ulos dalam Industri Kecil Tenun Ulos di Kelurahan Sukamaju

Jenis ulos yang dihasilkan di kelurahan Sukamaju ada sembilan jenis ulos, yaitu sadum kecil, sekata, angkola, sadum cantik, tikar-tikar, tikar terang, tarutung kecil, tarutung besar dan tarutung cantik. Upah pekerja juga tergolong variatif dari kisaran 2 500-30 000 rupiah/lembar. Semakin rumit proses pembuatannya maka upahnya akan semakin tinggi. Harga jual ulos juga bervariasi, ulos tarutung besar memiliki harga jual termahal yaitu 135 000 rupiah/lembar sedang harga jual terkecil adalah ulos sadum kecil sebesar 15 000 rupiah/lembar (lihat Tabel 5). Tabel 5. Ragam Ulos, Upah pekerja dan Harga Jual Ulos Dalam Industri Kecil

Tenun Ulos di Kelurahan Sukamaju Kota Pematangsiantar, Tahun 2011

Jenis Ulos Upah Pekerja

(Rp/ lembar) Harga Jual (Rp/ lembar) Sadum kecil 2500-3000 15000 Sekata 4000-5000 25000 Angkola 30000 120000 Sadum cantik 30000 110000 Tikar-tikar 10000 45000 Tikar terang 11000 50000 Tarutung kecil 7000 35000 Tarutung besar 13000 135000 Tarutung cantik 30000 100000

62

VI. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PEKERJA INDUSTRI

Dokumen terkait