• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Umum

Masyarakat di wilayah pesisir umumnya bermukim di sepanjang garis pantai sampai menjorok ke daratan. Seiring dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk, sebagian nelayan mulai tinggal di darat namun masih memiliki akses yang sangat mudah untuk melakukan kegiatan di laut dan masih relatif dekat dengan tempat menambatkan perahu (Hidayanti et al. 2011). Desa Gebang Mekar secara administratif berada di Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Desa Gebang Mekar dibagi atas dua wilayah, yakni barat dan timur yang dipisahkan oleh Kali Brebes yang bermuara ke Pantai Baro dan berada di wilayah Desa Gebang Mekar.

Desa Gebang mekar memiliki penduduk ± 6 570 jiwa dan memiliki 1 709 kepala keluarga (lihat Tabel 5). Jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja sebanyak 5 078 jiwa atau hampir 77.3 persen dari seluruh penduduk Desa Gebang Mekar. Jumlah angkatan kerja terdiri dari 2 599 jiwa laki-laki dan 2 479 jiwa perempuan.

Desa Gebang Mekar memiliki luas wilayah ± 242 615 hektar terbagi berdasarkan penggunaannya dan terdiri dari 5 Dusun, 7 Rukun Warga (RW), 19 Rukun Tetangga (RT) dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat dengan Desa Gebang Kulon, sebelah selatan dengan Jalan Nasional Desa Gebang Ilir dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Gebang Ilir.

Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Uraian Jumlah Persentase

(%)

1 Jumlah Kepala Keluarga : - Laki-Laki - Perempuan Total 1 524 KK 1 185 KK 89.2 10.8 1 709 KK 100 2 Jumlah Penduduk : - Laki-Laki - Perempuan Total 3 384 Jiwa 3 186 Jiwa 51.5 48.5 6 570 Jiwa 100

Sumber: Profil Desa Gebang Mekar (2012)

Desa Gebang Mekar memiliki potensi alam yang cukup baik. Salah satu potensinya adalah perikanan, karena letak desa yang berada di sepanjang Pantai Utara Jawa sehingga menjadikan penduduk di Desa Gebang Mekar mayoritas bekerja sebagai nelayan. Selain potensi perikanan, Desa Gebang Mekar juga memiliki potensi dalam bidang pertanian, terutama pada komoditas padi sawah yang luas lahan mencapai 45 hektar dan memproduksi 4 ton padi per hektar. Potensi lainnya adalah peternakan, yang memiliki populasi ayam kampung yang diperkirakan populasinya mencapai 2 600 ekor dan merupakan ternak terbanyak di Desa Gebang Mekar. Potensi yang telah disebutkan sebelumnya dikelola sendiri oleh warga Desa Gebang Mekar. Profil Desa Gebang Mekar tahun 2012 memperlihatkan bahwa sebanyak 469 KK (26.97%) bekerja sebagai nelayan, 32

KK (1.8 %), dan buruh (tani, nelayan dan lainnya) 665 KK (38.2%). Selain itu, pekerjaan lain yang terdapat di Desa Gebang Mekar adalah pedagang yang berjumlah 416 KK (23.9 %) dan lainnya seperti TNI atau POLRI, PNS, NON PNS, Pegawai Swasta berjumlah 186 KK (10.72%), sedangkan 63 KK (3.6 %) tidak memiliki pekerjaan. Sebaran jumlah ketenagakerjaan di Desa Gebang Mekar dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: Profil Desa Gebang Mekar 2012 (diolah)

Gambar 4 Alokasi Ketenagakerjaan Masyarakat Desa Gebang Mekar 2012 Masyarakat Desa Gebang Mekar belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya pendidikan ketika bekerja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang sekolah hanya mampu mencapai tahap Sekolah Dasar yaitu sebanyak 2 032 orang yang tidak lulus SD dan 1 170 orang yang hingga tamat SD. Jumlah penduduk yang tamat Sekolah Menengah Atas atau sederajat hanya 508 orang dan tamat perguruan tinggi sebanyak 254 orang. Jumlah tersebut hanya mencapai 15 persen dari angkatan kerja berumur 18 – 56 tahun di Desa Gebang Mekar yang berjumlah 5 078 orang.

Sumber: Profil Desa Gebang Mekar 2012 (diolah)

Kondisi Perikanan

Desa Gebang Mekar merupakan desa pesisir yang memiliki penghasilan utama adalah rajungan dan merupakan penghasil rajungan terbesar di Kabupaten Cirebon. Hal ini dikarenakan jumlah nelayan dari seluruh penduduk desa hampir 90 persen bermatapencaharian sebagai nelayan perikanan. Selain itu, dari seluruh nelayan Desa Gebang Mekar, 100 persen merupakan nelayan tradisional. Hal ini didukung dengan data jumlah Rumah Tangga Perikanan/Penangkap Perikanan Tangkap di laut (DKP 2012) yang menunjukkan bahwa 4 025 perahu atau seluruh perahu yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Cirebon menggunakan motor tempel untuk menjalankan perahu mereka. Widodo dan Suadi (2008) berpendapat bahwa terdapat beberapa aspek yang membedakan nelayan kecil (tradisional) dengan nelayan skala besar, seperti 1) perikanan skala kecil umumnya memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada sumberdaya perikanan sebagai sumber mata pencaharian utama dan usaha ini hampir seluruhnya berbasis di daerah pantai; 2) nelayan tradisional memiliki keterbatasan akses terhadap pekerjaan lain dan kadang berpenghasilan rendah; 3) sumberdaya teknologi seperti kapal dan alat tangkap yang umumnya terbatas; 4) secara tradisional perikanan skala kecil umumnya berada di luar pusat kekuasaan baik politik maupun ekonomi, sehingga nelayan ini sering memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lemah; serta 5) perikanan skala kecil sangat rentan terhadap pengaruh faktor eksternal dan membutuhkan berbagai upaya perlindungan.

Sesuai dengan data pada Gambar 6, sumberdaya produksi perikanan di Desa Gebang Mekar didominasi oleh buruh nelayan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nelayan yang tercatat di pemerintahan Desa Gebang Mekar mayoritas merupakan nelayan yang tidak memiliki perahu sebagai sarana penangkapan sumberdaya perikanan. Kepemilikan sebuah perahu menjadi pembeda antara buruh nelayan dan juragan.

Sumber: Profil Desa Gebang Mekar (2012)

Rajungan hasil tangkapan dari nelayan Desa Gebang Mekar menjadikan Desa Gebang Mekar sebagai salah satu daerah pemasok bahan baku dari beberapa perusahaan pengalengan rajungan terbesar di Indonesia seperti PT Philips Seafood, PT Windika, PT BMI, PT Tonga Tiur Putra dan PT Kemilau Mina Laut sehingga di Desa Gebang Mekar memiliki 12 mini plant dari 15 mini plant yang berada di Kecamatan Gebang dan terdaftar di Kantor Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kecamatan Gebang.

Pertama kali industri daging rajungan masuk ke Desa Gebang Mekar pada tahun 1990-an, yang diawali masuknya sebuah mini plant yang dimiliki oleh bapak HW. Sebelum adanya industri, rajungan yang ditangkap oleh nelayan hanya dijual ke pasar dengan harga yang murah. Namun, setelah adanya mini plant yang menjadikan daging rajungan sebagai bahan baku, rajungan dijual ke mini plant

dengan harga yang lebih tinggi daripada jika rajungan dijual ke pasar. “… dulu saya memang pemilik mini plant yang sehari bisa mendapatkan penghasilan satu juta per hari karena waktu itu mini plant-nya cuma satu dan rajungan yang ditangkap nelayan masih banyak. Tapi sekarang, mini plant sudah banyak dan rajungan makin sedikit karena ada nelayan yang make garok. Jadi bibit-bibit rajungannya yang harusnya bisa banyak tapi diambil semua ma orang garok. Padahal rajungannya kecil dan dagingnya masih

sedikit…” (HW, salah satu pemilik Mini Plant di Desa Gebang

Mekar)

Nelayan rajungan memerlukan penyesuaian diri dengan industri yang telah hadir di lingkungan mereka. Penyesuaian diri mereka dalam bentuk teknologi penangkapan seperti perahu dan alat tangkap. Pengadaan teknologi yang dimiliki nelayan tidak lepas pada kepemilikan modal. Hanya saja nelayan RT 17 RW 06 Desa Gebang Mekar memiliki modal yang minim untuk pembelian dan perawatan baik alat tangkap maupun perahu penangkapan. Selain modal tersebut, modal melaut harus disediakan setiap kali nelayan berangkat, sehingga nelayan memerlukan modal yang cukup besar untuk meneruskan usahanya.

Selama ini, nelayan Desa Gebang Mekar RT 017 RW 06 mendapatkan modal berupa pinjaman dari bakul dengan sistem kepercayaan. Nelayan rajungan yang meminjam modal, harus menjual rajungan hasil tangkapan kepada bakul tersebut. Harga jual rajungan juga harus dipotong, misalnya saja harga rajungan dalam bentuk brangkas yang seharusnya sebesar Rp36 000 per kilogram. Namun, jika nelayan tersebut meminjam uang ke bakul, harga jualnya menjadi Rp33 000 per kilogram. Pemotongan harga tersebut bukan merupakan pemotongan uang pinjaman yang dipinjam oleh nelayan, namun merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh nelayan kepada bakul.

Nelayan yang ingin meminjam uang kepada bakul untuk pembuatan perahu mendapatkan uang pinjaman sebesar Rp15 – 30 juta, untuk perawatan perahu sebesar Rp5 juta, dan untuk pembuatan alat tangkap sebesar Rp1.5 – 2 juta. Alur pendistribusian rajungan setelah ditangkap oleh nelayan hingga sampai di industri pengolahan daging rajungan berdasarkan wawancara dengan pihak mini plant dan nelayan dapat dilihat pada Gambar 7.

Rp33 000 – Rp40 000 / kg Rp70 000 - Rp300 000 / kg Rp 105 000 – 120 000 / kg Keterangan :

: rajungan dalam bentuk brangkas : menjual rajungan ke

: rajungan tidak sesuai dengan syarat perusahaan

Gambar 7 Alur pendistribusian rajungan dari nelayan ke perusahaan di Desa Gebang Mekar

Kondisi Ekologi

Salah satu yang terkenal dari Desa Gebang Mekar adalah Pantai Baro. Pantai tersebut menjadi area wisata yang dikelola oleh warga Desa Gebang Mekar. Pantai Baro merupakan pantai berlumpur yang tidak dapat dipijak, sehingga wisatawan yang datang tidak dapat bermain air di pantai. Wisatawan yang datang biasanya berkunjung untuk memancing, berkeliling dengan perahu wisata atau untuk sekedar menikmati keindahan Pantai Baro. Namun, dasar laut yang berlumpur ini menguntungkan bagi nelayan penangkap rajungan karena rajungan yang hidup di lumpur lebih banyak dan aromanya lebih khas dibandingkan rajungan yang hidup di pasir. Selain memiliki pantai, Desa Gebang Mekar juga memiliki pembatas antara barat dan timur desa dipisahkan dengan Kali Ciberes yang digunakan nelayan untuk menambatkan perahu setelah melaut.

Lahan yang dimiliki Desa Gebang Mekar seluas 242 615 hektar ini juga terbagi untuk permukiman 25 950 hektar, pertambakan 115 754 hektar, persawahan 82 665 hektar, perkebunan 4 392 hektar serta lahan lainnya 13 863 Hektar. Adapun sebaran lahan atas kegunaannya dapat dilihat pada Gambar 8.

Daging rajungan dibeli oleh supplier dari mini

plant

bakul Rajungan direbus dan dikupas sendiri Nelayan menangkap

rajungan

Daging rajungan dijual oleh supplier ke

perusahaan

Daging rajungan yang reject dikembalikan ke mini plant atau di jual ke

pasar mini plant

Sumber: Profil Desa Gebang Mekar 2012 (diolah)

Gambar 8 Sebaran penggunaan lahan Desa Gebang Mekar 2012

Gambaran Umum RT 017

Lokasi penelitian di RT 017 RW 06 yang berlokasi di Blok Karang Bulu Desa Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon dipilih secara sengaja (purposive). Lokasi ini dipilih karena beberapa pertimbangan, antara lain RT tersebut lebih dekat dengan satu-satunya pabrik pengalengan daging rajungan yang berada di Desa Gebang Mekar yaitu pabrik PT BMI. Pada wilayah RT tersebut juga terdapat 2 mini plant yang memperkerjakan ibu-ibu dari RT 017 sebagai perebus dan pengupas cangkang rajungan. Selain itu, RT 017 memiliki jumlah KK terbanyak dibandingkan dengan RT lain di Desa Gebang Mekar yaitu ± 120 KK dan memiliki 122 warga yang berprofesi sebagai nelayan rajungan.

Saat penelitian dilakukan RT 017 belum memiliki pendataan jumlah penduduk secara pasti. Hal ini dikarenakan pendataan penduduk yang belum tersusun secara rapi. Keadaan tersebut terjadi karena banyaknya warga pendatang yang menempati kontrakan yang berada di RT 017 dan tidak melaporkan diri untuk pendataan penduduk.

KARAKTERISTIK INDIVIDU, KARAKTERISTIK USAHA,