• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa yang beribukota Surabaya. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa dan Samudera Hindia (Pulau Sempu dan Nusa Barung). Secara umum, wilayah Jawa Timur terbagi menjadi dua bagian besar yaitu Jawa Timur daratan, hampir mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur, dan wilayah kepulauan yang sekitar 10% dari luas wilayah Jawa Timur.

Dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayahnya terbentang antara 111°0′ BT – 114° 4′ BT dan 7°

20

Jawa Timur terbagi dalam 38 pemerintahan tingkat II yaitu 29 kabupaten dan 9 kotamadya. Masing-masing daerah tersebut dibagi ke dalam wilayah kecamatan dan desa atau kelurahan yang terdiri dari 615 kecamatan dan 8.413 desa atau kelurahan. Dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sisi Utara : Laut Jawa

- Sisi Selatan : Samudra Indonesia

- Sisi Timur : Selat Bali atau Provinsi Bali - Sisi Barat : Privinsi Jawa Tengah

Kondisi Demografi Provinsi Jawa Timur

Kota Surabaya mempunyai jumlah penduduk yang paling besar, yaitu 2.781.047 jiwa, diikuti Kabupaten Malang 2.459.982 jiwa dan Kabupaten Jember 2.345.851 jiwa. Kepadatan penduduk Jawa Timur tahun 2011 adalah 786 jiwa setiap 1 km2. Kepadatan penduduk di kota, umumnya lebih tinggi dibanding dengan kepadatan penduduk di kabupaten. Kota Surabaya mempunyai kepadatan penduduk tertinggi yaitu 8.400 jiwa/km2.

Sumber : BPS, 2014

Gambar 5 Hasil Proyeksi Penduduk Jawa Timur 2000-2013 Keadaan Tenaga Kerja

Keadaan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat dari tabel 6. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2007 sebesar 16.531.850 jiwa dan mengalami jumlah penurunan angkatan kerja pada tahun 2011 menjadi sebesar 11 908.500 jiwa. Sedangkan jumlah pencari kerja pada tahun 2011 sebesar 778.468 jiwa. Jumlah ini naik apabila dibandingkan dari tahun 2010 jumlah pencari kerja sebesar 489.530 jiwa. Yang sudah ditempatkan sebanyak 327.489 jiwa. Sehingga yang belum ditempatkan/belum terserap di pasar kerja sebesar 247.079 jiwa. (BPS, 2014) Pemegang ijin bekerja bagi Warga Negara Asing (WNA) mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar 1.380 jiwa dan pada tahun 2011 sebesar 1.417 jiwa.

Berdasarkan jumlah pencari kerja terdaftar terbanyak ada di Kab Malang, Kota Surabaya & Kab Situbondo. Jumlah lowongan terdaftar terbanyak di Kab.

21 Sidoarjo, Kab. Malang dan Kota Surabaya. Jumlah penempatan tenaga kerja terbanyak di Kab Kediri, Kab. Magetan dan Kota Surabaya.

Tabel 6 Jumlah Pencari Kerja, Penempatan Kerja dan Permintaan Menurut Jenis Kelamin 2011 - 2012

Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah

2011 2012 2011 2012 2011 2012

01. Pencari Kerja 466,99 524,381 311,478 290,84 778,468 815,221

02. Penempatan 133,324 277,318 194,165 197,671 327,489 474,989

03. Penghapusan Pencari Kerja 105,378 157,314 98,522 87,252 203,9 244,566

04. Belum Ditempatkan 228,288 89,749 18,791 5,917 247,079 95,666

05. Permintaan Lowongan 217,138 400,172 296,899 410,317 514,037 810,489

06. Dipenuhi 133,324 277,318 194,165 197,671 327,489 474,989

07. Penghapusan Lowongan 66,662 120,052 97,083 164,127 163,745 284,179

08. Sisa Lowongan 17,152 2,802 5,652 48,519 22,804 51,321

Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur

Kondisi Perekonomian Jawa Timur Evaluasi perekonomian dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 7 PDRB Jawa Timur Tahun 2007 – 2011

No. Sektor 2007 2008 2009 2010 2011

SEKTOR PRIMER 18,86 18,77 18,56 17,94 17.63

1. Pertanian 16,69 16,55 16,34 15,75 15.39

2. Pertambangan dan Penggalian 2,17 2,22 2,22 2,19 2.24

SEKTOR SEKUNDER 34,27 33,93 33,70 33,49 33.24

3. Industri Pengolahan 28,75 28,47 28,14 27,49 27.13

4. Listrik. Gas dan Air Bersih 1,59 1,58 1,55 1,51 1.44

5. Konstruksi 3,93 3,89 4,01 4,49 4.67

SEKTOR TERSIER 46,87 47,30 47,74 48,57 49.13

6. Perdagangan. Hotel dan

Restoran

28,07 28,49 28,49 29,47 30.00

7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,32 5,25 5,25 5,52 5.66

8. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan

4,70 4,79 4,79 4,90 4.93

9. Jasa-Jasa 8,78 8,77 8,77 8,68 8.55

PDRB Jawa Timur 100.00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Jawa Timur. 2012

Keberhasilan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dengan evaluasi ekonomi makro yang biasanya dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tabel 7 menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Timur telah mengalami pergeseran struktur, yaitu dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Apabila dilihat perubahan struktur ekonominya dari tahun 2007 sampai tahun 2011. tampak bahwa sektor primer

22

menunjukan kecenderungan semakin menurun. yaitu dari 18,86% pada tahun 2007 menurun menjadi 17,63% pada tahun 2011. Pada periode yangs sama peranan sektor sekunder juga cenderung menurun yaitu dari 34,27% pada tahun 2007 menjadi 33,24 % pasda tahun 2011. Sebaliknya peranan sektor tersier lima tahun terkahir menunjukkan perkembangan smakin meningkat yaitu dari 46,87% tahun 2007 meningkat menjadi 49,13% tahun 2011. Dilihat dari sektor yang paling dominan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 30,00%.

Investasi

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari jumlah investasi yang ada pada suatu wilayah. Kenaikan investasi tersebut yang akan mendorong pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto. Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur tidak terlepas dari keberhasilan meningkatnya jumlah investasi swasta dan banyaknya proyek yang disetujui. Investasi swasta dapat berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).

Tabel 8 Perkembangan Proyek PMDN dan PMA di Jawa Timur Tahun 2006-2011

Tahun Jumlah

Proyek

Investasi

(PMDN juta rupiah) (PMA ribu US $)

Tenaga Kerja Indonesia Asing I.PMDN 2006 31 167.441.529 12.654 - 2007 22 16.705.091 35.237 - 2008 34 19.912.810 25.358 - 2009 36 25.405.226 19.473 - 2010 88 41.009.463 63.765 - 2011 112 26.146.621 29.129 - II.PMA 2006 81 1.447.088 18.789 157 2007 84 851.292 18.038 9 2008 93 2.585.906 40.293 5 2009 96 1.561.787 21.528 - 2010 114 2.053.716 27.922 34 2011 174 5.365.235 59.789 -

Sumber : Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur

Terlihat dalam tabel bahwa pertumbuhan investasi PMA dan PMDN terus mengalami petumbuhan dari tahun 2006 hingga tahun 2011. PMDN pada tahun 2006 tercatat proyek yang disetujui 31 proyek dengan nilai menjadi 112 proyek di tahun 2011. Sedangkan proyek PMA yang disetujui tahun 2006 sebanyak 81 proyek menjadi 174 proyek tahun 2011. Namun, jumlah proyek hanya terkonsentrasi di beberapa kabupaten/kota dan belum menunjukkan pemerataan.

Proyek PMA yang disetujui pada tahun 2011 hanya di 19 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Kota Surabaya. Proyek terbanyak ada di Kota Surabaya dengan jumlah proyek 41 dan diikuti oleh Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan proyek PMDN yang disetujui terdapat di 14 kabupaten dan 1 kota yaitu Kota Surabaya. Proyek PMDN terbanyak terdapat di Kabupaten Sidoarjo dan diikuti oleh Kabupaten Gresik pada tahun 2011. Terdapat peningkatan maupun

23 penurunan di beberapa letak proyek di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Peningkatan ditunjukkan oleh Kabupaten Sampang terdapat 1 proyek tahun 2011 dan 63 proyek di tahun 2012. Diikuti oleh Kota Blitar tidak ada proyek di tahun 2011 menjadi 2 proyek di tahun 2012. Penurunan jumlah proyek terdapat di Kabupaten Pacitan dari 2 proyek menjadi tidak ada proyek di tahun 2012.

Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah bagian belanja modal di Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan rata-rata dari tahun 2007 ke tahun 2011. Pada tahun 2007 rata-rata realisasi belanja modal mencapai 142.503 juta rupiah menjadi 156.801 juta rupiah di tahun 2011.

Sumber : BPS Indonesia

Gambar 6 Realisasi Belanja Modal Provinsi Jawa Timur Tata Kelola Ekonomi Daerah

Studi TKED bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kualitas tata kelola ekonomi daerah dari beberapa kabupaten/kota seluruh Indonesia. Penelitian yang dilakukan KPPOD dan The Asia Fondation dari awal dilaksanakan otonomi daerah tahun 2001 adalah “ Daya Tarik Investasi Daerah”

dan berubah menjadi TKED sejak tahun 2007 hingga tahun 2011. Sub indeks yang digunakan terfokus pada berbagai aspek TKED. Penelitian ini menilai dari pandangan pelaku usaha mengenai keadaan investasi daerah. Kriteria yang digunakan dalam studi TKED 2007 dan 2011 meliputi Sembilan sub indeks yang sebagian besar merupakan kewenangan Pemda kabupaten/kota. Variabel yang dikelompokkan dalam Sembilan aspek sebagai berikut : (1) Akses lahan; (2) Infrastruktur daerah; (3) Perizinan usaha; (4) Peraturan daerah; (5) Biaya transaksi; (6) Kapasitas dan integritas bupati/walikota; (7) Interaksi Pemda dan pelaku usaha; (8) Program pengembangan usaha swasta; (9) Keamanan dan penyelesaian konflik.

Sembilan sub indeks TKED ini memiliki tiga karakteristik. Pertama, merupakan sub indeks yang terkait dengan kebijakan daerah dan kelembagaan untuk implementasinya. Jadi faktor anugerah (endowment) tidak termasuk dalam

135000 140000 145000 150000 155000 160000 2007 2011 Ju ta Ru p iah Tahun

24

kriteria ini. Karakteristik kedua, sub indeks ini merupakan kewenangan Pemda kabupaten/kota. Sedangkan karakteristik ketiga adalah sub indeks yang sifatnya operasional/praktis yang langsung berkaitan dengan aktivitas suatu usaha.

Tujuan survei TKED ini adalah reformasi dan perbaikan kinerja atas berbagai aspek tata kelola ekonomi daerah, dan menciptakan iklim investasi antar kabupaten/kota yang sehat. Manfaat yang dapat dipetik untuk Pemerintah Daerah adalah sebagai alat pemantauan kinerja kabupaten/kota, dan juga berguna dalam menentukan prioritas fasilitas dan dukungan bagi kabupaten/kota dalam memperbaiki kinerjanya.

Dokumen terkait