• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

C. Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Paliatif

Tabel 5.5

Frekuensi pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal.

Pengetahuan perawat Pasien dengan kondisi terminal N=41 Pengertian perawatan paliatif Baik 12 Cukup 17 Kurang 12

Prinsip dasar perawatan paliatif

Baik 11

Cukup 13

Kurang 17

Tujuan perawatan paliatif Baik 11

Cukup 2

Kurang 28

Ruang lingkup perawatan paliatif

Baik 13

Cukup 13

Kurang 15

Tim dan tempat perawatan paliatif

Baik 1

Cukup 34

Kurang 6

Tabel 5.4 menunjukan bahwa pengatahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal secara keseluruhan berpengeahuan cukup sebanyak 36 orang (87,8%) baik sebanyak 3 orang (7.3%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (4.9%) dari total responden 41 orang.

43

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada perawat, karakteristik perawat, pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal yang bekerja di RSUD Kab Bekasi. Pada akhir pembahasan peneliti juga menyertakan keterbatasan pada penelitian ini.

A. Gambaran Karakteristik Perawat di RSUD Kab. Bekasi

a. Jenis kelamin

Green (1980, dalam Notoadmodjo 2007) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktof predisposing factor terjadinya perubahan perilaku seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga perlu diukur.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 23 orang (56,1%) dan responden laki- laki 18 orang (43,9%).

Hal ini menggambarkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara perawat laki-laki dan perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena minat perempuan di bidang keperawatan lebih besar dibanding laki-laki. Meskipun demikian, tugas dan tanggung jawab antara perawat laki-laki dan perempuan dalam melakukan perawatan paliatif tetaplah sama

Seorang perawat dikatakan profesional ketika dirinya mampu mangasuh, merawat, dan melindungi pasien secara komprehensif, melakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan, serta memberikan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004). Hal itu berlaku baik untuk perawat laki-laki dan perempuan.

b. Pendidikan terakhir

Hasil dari penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa lebih banyak lulusan perawat D3 sebanyak 29 orang (70,7%) dan perawat lulusan S1 sebanyak 12 orang (29,3%). Tidak ada penelitian yang meneliti perbedaan tingkat pendidikan dalam melakukan asuhan keperawatan paliatif hanya saja, perawat yang melakukan asuhan keperawatan paliatif haruslah perawat dengan min pendidikan D3 (diploma 3) dan telah mendapatkan pelatihan tentang perawatan palitif (DEPKES RI, 2006).

c. Lama Bekerja

Lama bekerja perawat dibagi menjadi 4 kategori yaitu: 0-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun, hasil presentase hasil 0-5 tahun 16 orang (39.0%), 6-10 tahun 21 orang (51.2%), 11-15 tahun 4 orang (9,8%), dari hasil penelitian yang dilakuan tidak ada perawat yang 16-20 tahun. Lama bekerja tidak mempengaruhi seorang perawat dalam melakukan perawatan paliatif hal ini sesuai dengan keputusan DEPKES RI (2006) perawat paliatif haruslah perawat yang sudah mendapatkan pelatihan tentang perawatan paliatif. Hal ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Vohra (2005) perawat yang melakukan perawatan paliatif adalah perawat yang mahir dibidangnya.

B. Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Paliatif

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar perawat berpengetahuan cukup dari total responden 41 orang, 36 responden berpengetahuan cukup, 3 orang berpengetahuan baik dan 2 orang berpengetahuan kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh ningning (2011), bahwa perlu adanya pendidikan formal tentang perawatan paliatif, dan asuhan keperawatan tidak hanya semata-mata untuk penyembuhan saja.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif akan diuraikan menjadi beberapa bagian diantaranya: 1. Tujuan perawatan paliatif.

Hasil penelitian yang didapat 28 responden berpengetahuan kurang 2 orang cukup dan 11 orang berpengetahuan baik, tentang tujuan dari perawatan paliatif itu sendiri, hal ini sesuai dengan wawancara pada saat study pendahuluan dengan salah satu perawat menyatakan bahwa, tidak adanya sosialisai ataupun pelatihan yang diadakan oleh pihak rumah sakit, hal ini sesuai dengan KEMENKES (2007) perawatan rumah sakit di Indonesia masih terbatas, jumlah perawat yang mampu memberikan perawatan paliatif juga masih terbatas. Keadaaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata, sedangkan pasien

mamiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif, dan holistik.

2. Pengertian pengetahuan perawatan paliatif

Hasil penelitian menunjukan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang perawatan paliatif sebanyak 12 orang atau 29.3% dan masih banyak ditemukan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 orang 49.5%. Innocent (2011) menyatakan bahwa sehubungan dengan pemberian perawatan pasien, pengetahuan perawat dapat memberikan kekuatan yang lebih besar untuk mengambil tindakan dan kurangnya pengetahuan perawat menyebabkan perawat tidak bisa memberikan perawatan yang aman atau efektif.

Adanya variasi tingkat pengetahuan disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan perawat dipengaruhi oleh latar belakang perawat (Zhi, 2009).

Presentase responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang adalah 12 orang (29.3%), hal ini kemungkinan disebabkan karena belum banyak mengadakan pelatihan untuk perawatan paliatif, menurut adriaansen (2005) menyimpulkan bahwa pelatihan perawatan paliatif memberikan kontribusi yang signifikan pada pengetahuan dan wawasan perawat, kemudian penelitian menurut Choi, Jung dan Kim (2011) juga menemukan bahwa rangkaian pendidikan dan pelatihan tentang

perawatan paliatif efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat mengenai hospis dan perawatan paliatif.

3. Prinsip dasar perawatan paliatif

Hasil penelitian dari 41 responden 11 orang (26.8%) baik, 13 orang (31.7%) cukup sedangkan 17 orang (41.5%) kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian Ningsih (2011) kurangnya pengetahuan perawat tentang prinsip perawatan paliatif, bahwa perlu adanya pendidikan formal tentang perawatan paliatif dan asuhan keperawatan tidak hanya semata- mata untuk penyembuhan saja, tapi lebih mengarah pada kehidupan yang lebih berarti sebelum akhirnya kematian tiba, hal ini juga didukung oleh peraturan DEPKES RI (2006) yang menyatakan bahwa perawat yang melakukan perawatan paliatif haruslah perawat yang mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dan min pendidikan adalah D3 keperawatan. 4. Ruang lingkup perawatan paliatif

Hasil penelitian tentang ruang lingkup perawatan paliatif 15 orang (36.6%) kurang, lalu cukup 13 orang (31.7%) dan baik 13 orang (31.7%). Banyak perawat yang tidak mengetahui ruang lingkup tujuan paliatif dikarenakan perawat merasa tidak cukup pengetahuan tentang ruang lingkup tujuan perawatan paliatif menurut Paice (2007) banyak penghalang dan hambatan dalam memberikan perawatan paliatif meliputi tidak adekuatnya persiapan alat, obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Hal ini sejalan dengan data DEPKES (2006) perawat yang melakukan perawatan paliatif adalah perawat yang sudah melakukan pelatihan terlebih dahulu.

5. Tim dan tempat perawatan paliatif

Dari hasil penelitian didapatkan 34 orang (82.9%) berpengetahuan cukup tentang tim dan tempat perawatan paliatif, kemudian kurang 6 orang (14,6%) dan baik 1 orang (2.4%). Hal ini sejalan dengan kurangnya pengetahuan perawat tentang tim dan tempat perawatan paliatif karena tidak adanya sarana yang disediakan oleh pihak rumah sakit terkait tentang pelatihan asuhan keperawatan paliatif menurut Kim (2011) pelatihan keperawatan palitif juga diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan tempat dan ruang lingkup asuhan keperawatan paliatif.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti, diantaranya yaitu:

1. Para perawat yang bekerja di ruang ICU, NICU, HAEMODALISA

Banyak yang tidak sempat untuk mengisi kuesioner, sehingga penliti menunggu waktu luang agar perawat bersedia mengisi kuesioner.

2. Instrument dibuat sendiri, karena peneliti tidak menemukan instrument baku untuk pengetahuan perawatan paliatif.

3. Peneliti mengakui dalam membuat kuisioner masih banyak kekurangan dalam pembuatannya karena sumber dan teori yang terbatas tentang perawatan paliatif.

49

Dokumen terkait