• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambarak Karakteristik Perawat di RSUD Kabupaten Bekasi

4. Ruang Lingkup Perawatan Paliatif

Perawat Kondisi Terminal Pasien Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Paliatif 1. Pengertian perawatan paliatif

2. Prinsip dasar perawatan 3. Tim dan tempat perawatan

paliatif

4. Ruang lingkup perawatan paliatif

24

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, perawat mempunyai peran penting dalam melakukan asuhan keperawatan, khusunya asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal. Pengetahuan perawat tentang perawatan menjadi hal yang penting untuk melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan kondisi terminal, perawat harus memiliki pengetauhan yang luas bukan hanya sekedar pengetahuan kebutuhan dasar fisik saja, tapi lebih menekankan kepada pengetahuan bagaimana menghadapi pasien dengan kondisi terminal. Di bawah ini dijelaskan bagaimana kerangka pikir yang akan peneliti lakukan di daerah Kabupaten BEKASI:

Variabel Independen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Paliatif, meliputi:

1. Pengertian perawatan paliatif

2. Prinsip dasar perawatan paliatif

3. Tim dan tempat perawatan paliatif 4. Ruang lingkup

B. DefinisiOperasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional No. Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif. Pengertian tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal. Prinsip dasar perawatan paliatif. Tim dan tempat

perawatan paliatif Ruang lingkup

perawatan paliatif Tujuan perawatan

paliatif

Angket Kuesioner yang terdiri dari 22 item pertanyaa dengan menggunakan skala Guttman: Favorable: JawabanBenar= 1 JawabanSalah = 0 Unfavorable: JawabanBenar = 0 JawabanSalah = 1 1.Baik=jika presentase jawaban benar 76%-100% ( skor 18-22 ) 2.Cukup=jika presentase jawaban 51%-75% (skor 12-17) 3.Kurang=jika persentase jawaban < 50% (<12) (Nursalam, 2008) Ordinal

2. Jenis kelamin Perbedaan gender Menjawab kuesioner dengan menjawab laki-laki atau perempuan Kuesioner A 1.Laki-laki 2. Perempuan Nominal 3. Pendidikan terakhir Tingkat pendidikan formal terakhir responden Kuesioner data demografi Kuesioner A 1.D3 2.S1 Ordinal

4. Masa kerja Waktu dalam bekerja Kuesioner data demografi Kuesioner A 1. 0-5 Tahun 2. 6- 10 Tahun 3. 11-15 Tahun 4. 16-20 Tahun (Notoatmodjo, 2003) Nominal

26

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Sebuah penelitian mengandung metode yang harus dinilai sebagai syarat dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam BAB ini akan diuraikan beberapa cara pelaksanaan penelitian dengan menyajikan metode-metode yang akan digunakan serta teknik analisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan studi

cross sectional. Penelitian cross sectional adalah rancangan penelitian dengan

melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2008).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kabupaten Bekasi pada bulan Februari - Maret 2016. Alasan peneliti memlilih RSUD Kabupaten bekasi adalah, RSUD kabupaten bekasi adalah rumah sakit kelas C yang terbesar di daerah Kabupaten bekasi dan belum pernah ada penelitan yang meneliti tentang pengatahuan perawat tentang perawatan paliatif.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2008). Jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah 41 orang perawat yang bekerja di ruangan ICU, NICU, dan Haemodalisa di RSUD Kabupaten.

2. Sampel

Menurut Hidayat (2008) sampel adalah bagian dari populasi yang diambil untuk diketahui karakteristiknya. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh/total sampling. Sampel jenuh dalam penelitian adalah tekhnik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel (Riduan, 2007). Dalam pengambilan sempel ada 41 total sampel yang diantaranya 20 orang diruang NICU, 15 orang ICU, dan 6 orang di Haemodalisa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik cross sectional, dengan cara memberikan kuesioner pada responden. Sampel dalam penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut

Adapun kriteria inklusi-ekslusi pada penelitian ini adalah: a. Perawat yang bekerja diruang ICU, NICU, dan Haemodialisa b. Bersedia menjadi responden untuk penelitian.

c. Perawat yang sedang tidak bekerja, libur/cuti

D. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan total sampling sebagai tekhnik dalam pengambilan sampel. Total sampling adalah teknik pengembilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Dahlan, 2010). Dalam penelitian ini sampel berjumlah 41 orang dari total populasi ditiga tempat ICU, NICU, dan Haemodalisa.

E. Etika Penelitian

Peneliti harus memperhatikan dan melindungi partisipan dari kekhawatiran yang berakibat buruk bagi dirinya. Penelitian ini menggunakan beberapa prinsip etik yang diterapkan dalam penelitian yaitu prinsip beneficence,

prinsip menghargai martabat manusia, dan prinsip keadilan (Pollit, Beck & Hungler, 2001; Streubert & Carpenter, 2003).

Dalam memenuhi Prinsip beneficence peneliti harus memastikan bahwa penelitian bebas dari bahaya serta menjamin bahwa manfaat penelitian lebih besar dari resiko yang ditimbulkan.Prinsip menghargai dipenuhi dengan memberikan hak untuk menentukan pilihan (self determination) dan hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap (full disclosure).

Peneliti memenuhi hak partisipan dalam menentukan pilihan melalui penjelasan bahwa partisipasi bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Peneliti juga menjelaskan bahwa tidak berkeberatan jika partisipan mengundurkan diri dan tidak akan dikenakan sangsi apapun.Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan proses penelitian, serta hak-hak selama mengikuti penelitian sehingga partisipan bisa menentukan keikut sertaannya secara sukarela.

Prinsip selanjutnya adalah keadilan yaitu dengan menggunakan

confidentiality dan anonymity. Prinsip confidentiality dimana mewajibkan

partisipan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti menjelaskan jaminan kerahasiaan tersebut kepada partisipan dan menyakinkan bahwa hasil akan didokumentasikan sendiri oleh peneliti. Kerahasiaan identitas dijamin dengan tidak akan mencantumkan nama maupun inisial partisipan dalam kuesioner, tetapi dengan mencantumkan kode P (partisipan) untuk setiap partisipan.

Dalam memenuhi semua hak tersebut peneliti menerapkan pendekatan

consensual making atau disebut dengan informed consent adalah memudahkan

partisipan dalam memutuskan kesediannya mengikuti proses penelitian meliputi tujuan, manfaat, prosedur penelitian, keterlibatan dan hak partisipan. Partisipan diminta menandatangani lembar informed consent jika bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini (Budiarti, 2010).

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti terlebih dahulu survei terletak dimana RSUD Kota Bekasi tersebut dan mengetahui jumlah perawat serta pengurusan izin penelitian di RSUD Kota Bekasi.

2. Tahap pelaksanaan

Sebelum menyebarkan kuesioner peneliti terlebih dahulu melihat keadaan, apakah sedang dalam keadaan sibuk atau tidak. Kemudian peneliti juga memperhatikan keadaan responden apakah sedang ada waktu luang atau tidak, memperhatikan keadaan responden apakah kondisi responden sedang

dalam keadaan yang sehat atau tidak. Kemudian peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini. Setelah itu, peneliti mulai menyebarkan kuesioner kepada perawat yang telah memenuhi kriteria inklusi dan mempersilahkan untuk diisi selama 15 menit. Jangka waktu pengumpulan data adalah 1 minggu. Setelah data terkumpul, peneliti akan segera melakukan pengolahan dan analisis data.

G. Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Ada juga yang menyatakan bahwa instrument penelitian merupakan pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden (Gulo, 2005 dalam Widyoko, 2012). Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu kuisioner tentang data demografi terdiri dari, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan masa kerja dan kuisioner tentang pengetahuan perawatan paliatif.

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan kuesioner dalam bentuk daftar cek. Kuesioner pada penelitian ini terdiri atas 2 bagian, yaitu kuesioner tentang data demografi (nama/inisial, jenis kelamin,pendidikan terakhir, dan masa kerja), dan kuesioner tentang pengetahuan perawat mengenai perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal.

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan berbagai teori pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif di tinjauan pustaka. Kuesioner ini terdiri dari 24 item pertanyaan, 12 item pertanyaan positif (favorable), dan 12

item pertanyaan negatif (unfavorable). Kuesioner ini menggunakan skala

Guttman, dengan penentuan skor jawaban benar (1) dan jawaban salah (0) untuk

pertanyaan positif, serta jawaban benar (0) dan jawaban salah (1) untuk pertanyaan negatif.

Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek Pengetahuan Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Pengertian perawatan paliatif

12,22 1,2

Prinsip dasar perawatan paliatif

3 4,24

Tujuan perawatan paliatif 17,23 16,18,19 Tim dan tempat perawatan

paliatif

6,7,8,11,13,20 5,9,10,21 Ruang lingkup perawatan

paliatif

14 15

H. RencanaUji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut mampu mengukur hal-hal yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas dilakukan dengan melakukan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skors total kuesioner tersebut. Apabila semua pertanyaan tersebut mempunyai korelasi yang bermakna

(construct validity), berarti semua item pertanyaan yang ada dapat mengukur

konsep yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Teknik korelasi yang digunakan rumus pearsonProduct Moment yang rumusnya sebagai berikut:

r = N (Σ XY) – (Σ X) (Σ Y) { (N Σ X²) – (Σ X²) (ΣY² − (Σ Y)²} Keterangan:

r = koefisien korelasi N = jumlah responden

X = skor tiap item pertanyaan Y = skor total r2

Pada penelitian ini uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 6-10 februari 2016. Uji coba instrument ini dilakukan di Rs. Annisa cikarang yaitu di ruang ICU berjumlah 20 responden dengan nilai r 0.423. Lokasi tersebut beda dengan lokasi penelitan dengan sebenarnya. Pada saat hasil uji valid pertama kali hampir semua item >0.423. item pertanyaan yang tidak valid dilakukan perubahan redaksi setelah konsultasi dengan dosen pembimbing.

Selanjutnya uji valid yang kedua dilakukan setelah perubahan redaksi yang dilakukan peneliti. Dengan jumlah 50 responden perawat di Rs Annisa 50 responden ini tidak termasuk perawat ICU yang berjumlah 20 orang karena sudah diuji cobakan pada uji valid yang pertama. Penilaian valid atau tidaknya didasarkan pada hasil perhitungan nilai r hitung. Nilai r tabel adalah 0,276 dengan N= 50 dan nilai probabilitas 0,05. Apabila r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid, sedangkan apabila r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid.

Dari 24 pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan nomor 2 dan nomor 22 karena nilai r tabel < 0,276. Pertanyaan yang tidak valid akan dihapus dan menggunakan 22 pertanyaan.

2. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software computer dengan menggunakan rumus kr20 dengan bantuan software komputer yaitu microsoft excel. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Shiregar, 2011). Hasil uji realibilitas pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif didapatkan nilai alpha sebesar 0,708 sehingga dapat dikatakan reliabel. Pengujian ini diuji cobakan dengan 50 orang lalu diukur dengan cara komputerisasi

I. Pengolahan Data

Adapun 6 tahap dari pengolahan data, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai dilakukan dengan melihat beberapa hal sebagai berikut:

a. Kelengkapan jawaban

Kelengkapan jawaban diperiksa dengan melihat apakah tiap pertanyaan sudah ada jawabannya atau belum.

b. Keterbacaan tulisan

Tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit pengolahan data atau berakibat pengolah data salah dalam membaca.

c. Relevansi jawaban

Apabila terdapat jawaban yang kurang atau tidak relevan, maka editor harus menolaknya.

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori. Klasifikasi ini biasanya dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Tanda/kode yang diberikan dapat disesuaikan dengan pengertian yang lebih menguntungkan peneliti.

3. Sorting

Sorting adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

4. Entry Data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data tersebut boleh dengan cara manual maupun melalui pengolahan computer.

5. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pembersihan data dengan cara melihat apakah data sudah benar atau belum.

6. Mengeluarkan Informasi

Pengeluaran informasi dari data disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

J. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data dikumpulkan dan diolah. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah prosedur analisis data dengan cara menggambarkan data secara ilmiah dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis univariat pada penelitian ini meliputi, karakteristik perawat ( jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan masa kerja) di RSUD Kabupaten Bekasi dan gambaran pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal di RSUD Kabupaten Bekasi.

36

A. Profil RSUD Kabupaten Bekasi

1. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Bekasi

RSUD Kabupaten bekasi adalah milik pemerintah kabupaten bekasi yang berdiri sejak tahun 2008 yang berlokasi di daerah kabupaten bekasi yang tepatnya berada di jl. Teuku Umar Cibitung- Kabupaten Bekasi. RSU Kabupaten Bekasi merupakan RS type C dengan kapasitas tempat tidur 164 bed, dengan jumlah perawat 200 orang. Pelayanan yang ditawarkan di RSUD Kabupaten bekasi adalah:

a. Pelayanan medik umum 1) Pelayanan medik dasar 2) Pelayanan medik gigi mulut

3) Pelayanan kesehatan ibu anak/ keluarga berencana b. Pelayanan gawat darurat 24 jam dalam 7 hari

c. Pelayanan medik spesialis dasar 1) Pelayanan penyakit dalam 2) Kesehatan anak

3) Bedah (bedah umum, bedah anak, bedah syaraf, bedah urologi, bedah plastik, bedah orthopedi)

d. Pelayanan spesialis penunjang medik 1) Radiologi

2) Patologi klinik

3) Pelayanan anestesiologi e. Pelayanan medik spesialis lain

1) Mata

2) Telingan hidung dan tenggorokan 3) Syaraf

4) Jantung dan pembuluh darah 5) Kulit dan kelamin

6) Paru 7) Psikiatri 8) Gizi 9) Anesthesi

f. Pelayanan medik spesilalis gigi mulut 1) Bedah mulut

2) Periodenti

g. Pelayanan medik subspesialis 1) Bedah anak

h. Pelayanan keperawatan dan kebidanan 1) Asuhan keperawatan

2) Asuhan kebidanan i. Pelayanan penunjang klinik

2) Pelayanan darah 3) Haemodialisa 4) Gizi 5) Farmasi 6) Radiologi, ct scan 7) Srelilisasi instrument 8) Rekam medik

j. Pelayanan penunjang non klinik 1) Laundry

2) Dapur

3) Tekhnik dan pemeliharaan fasilitas 4) Penolahan limbah 5) Gudang 6) Ambulance 7) Komunikasi 8) Kamar jenazah 9) Pemadam kebakaran 10)Pengolahan gas medis 11)Penampungan air bersih

2. Visi, Misi, Motto, Value dan Falsafah a. Visi RSUD Kabupaten Bekasi

b. Misi RSUD Kabupaten Bekasi

1. Mengembangkan pembangunan gedung rumah sakit sesuai master plan secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta pengembangan fasilitas-fasilitas umum di rumah sakit agar mampu memberikan rasa aman dan nyaman, serta menyenagkan bagi para pelanggan

2. Meningkatkan kempetensi sumber daya manusia pada semua lini pelayanan di rumah sakit dalam rangka pencapaian standar minimal, memberikan pelayanan kesehatan perorangan dengan handal, santun dan menigkatkan daya saing minimal di wilayah purwabeka

3. Mengembangkan pelayanan unggulan yang mampu menjawab tantangan dan peluang industrialisai di Kabupaten Bekasi.

c. Motto

Ramah dalam pelayanan profesional dalam tindakan

d. Value

1. Dalam memberikan pelayanan prinsip saling percaya antar karyawan harus ditegakkan.

2. Mewujudkan organisasi yang solid komunikasi yang baik harus diutamakan.

e. Falsafah

Profesioanilsme, keramahan, integritas tinggi, mutu layanan dan akuntabilitas merupakan inti terwujudnya pelayanan prima.

B. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin digambarkan pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin para perawat di RSUD Kabupaten Bekasi 2016

( n=41)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – laki 18 43.9 %

Perempuan 23 56.1%

Total 41 100%

Tabel 5.1 menunjukan hasil bahwa sebagian besar responden adalah perempuan yaitu 23 orang (56,1 %), sedangkan responden hanya laki-laki 18 orang (43,9%)

2. Pendidikan Terakhir

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir perawat yang bekerja di RSUD Kabupaten Bekasi 2016

( n=41)

Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase

Strata 1 12 29.3 %

Diploma 3 29 70.7%

Total 41 100%

Tabel 5.2 menunjukan hasil bahwa pendidikan terakhir perawat diploma 3 lebih banyak 29 orang (70.7%) dari pada Strata 1 12 orang (29.3%)

3. Masa Kerja

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi berdasarkan masa kerja perawat yang bekerja di RSUD Kabupaten Bekasi 2016

( n=41 )

Lama Bekerja Frekuensi Persentase

0-5 tahun 16 39.0%

6-10 tahun 21 51.2%

11-15 tahun 4 9.8 %

Total 41 100%

Tabel 5.3 menunjukan bahwa frekuensi lama bekerja perawat 6-10 tahun 21 orang (51.2%) lebih banyak dari pada 0-5 tahun 16 orang (39.0%), dan frekuensi yang bekerja 11-15 tahun lebih sedikit 4 orang (9.8%) dari pada yang 0-5 tahun dan 6-10 tahun.

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif dengan kondisi terminal

( n=41)

Pengetahuan Perawat Frekuensi Persentase

Baik 3 7.3 %

Kurang 2 3.9%

Total 41 100%

Tabel 5.4 menunjukan bahwa frekuensi pengetahuan perawat secara umum cukup lebih banyak 36 orang (87.8%) dari pada baik 3 orang (7.3%), dan kurang 2 orang (3.9%).

C. Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Paliatif.

Tabel 5.5

Frekuensi pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal.

Pengetahuan perawat Pasien dengan kondisi terminal N=41 Pengertian perawatan paliatif Baik 12 Cukup 17 Kurang 12

Prinsip dasar perawatan paliatif

Baik 11

Cukup 13

Kurang 17

Tujuan perawatan paliatif Baik 11

Cukup 2

Kurang 28

Ruang lingkup perawatan paliatif

Baik 13

Cukup 13

Kurang 15

Tim dan tempat perawatan paliatif

Baik 1

Cukup 34

Kurang 6

Tabel 5.4 menunjukan bahwa pengatahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal secara keseluruhan berpengeahuan cukup sebanyak 36 orang (87,8%) baik sebanyak 3 orang (7.3%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (4.9%) dari total responden 41 orang.

43

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada perawat, karakteristik perawat, pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal yang bekerja di RSUD Kab Bekasi. Pada akhir pembahasan peneliti juga menyertakan keterbatasan pada penelitian ini.

A. Gambaran Karakteristik Perawat di RSUD Kab. Bekasi

a. Jenis kelamin

Green (1980, dalam Notoadmodjo 2007) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktof predisposing factor terjadinya perubahan perilaku seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga perlu diukur.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 23 orang (56,1%) dan responden laki-laki 18 orang (43,9%).

Hal ini menggambarkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara perawat laki-laki dan perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena minat perempuan di bidang keperawatan lebih besar dibanding laki-laki. Meskipun demikian, tugas dan tanggung jawab antara perawat laki-laki dan perempuan dalam melakukan perawatan paliatif tetaplah sama

Seorang perawat dikatakan profesional ketika dirinya mampu mangasuh, merawat, dan melindungi pasien secara komprehensif, melakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan, serta memberikan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004). Hal itu berlaku baik untuk perawat laki-laki dan perempuan.

b. Pendidikan terakhir

Hasil dari penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa lebih banyak lulusan perawat D3 sebanyak 29 orang (70,7%) dan perawat lulusan S1 sebanyak 12 orang (29,3%). Tidak ada penelitian yang meneliti perbedaan tingkat pendidikan dalam melakukan asuhan keperawatan paliatif hanya saja, perawat yang melakukan asuhan keperawatan paliatif haruslah perawat dengan min pendidikan D3 (diploma 3) dan telah mendapatkan pelatihan tentang perawatan palitif (DEPKES RI, 2006).

c. Lama Bekerja

Lama bekerja perawat dibagi menjadi 4 kategori yaitu: 0-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, 16-20 tahun, hasil presentase hasil 0-5 tahun 16 orang (39.0%), 6-10 tahun 21 orang (51.2%), 11-15 tahun 4 orang (9,8%), dari hasil penelitian yang dilakuan tidak ada perawat yang 16-20 tahun. Lama bekerja tidak mempengaruhi seorang perawat dalam melakukan perawatan paliatif hal ini sesuai dengan keputusan DEPKES RI (2006) perawat paliatif haruslah perawat yang sudah mendapatkan pelatihan tentang perawatan paliatif. Hal ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Vohra (2005) perawat yang melakukan perawatan paliatif adalah perawat yang mahir dibidangnya.

B. Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Paliatif

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar perawat berpengetahuan cukup dari total responden 41 orang, 36 responden berpengetahuan cukup, 3 orang berpengetahuan baik dan 2 orang berpengetahuan kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh ningning (2011), bahwa perlu adanya pendidikan formal tentang perawatan paliatif, dan asuhan keperawatan tidak hanya semata-mata untuk penyembuhan saja.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif akan diuraikan menjadi beberapa bagian diantaranya: 1. Tujuan perawatan paliatif.

Hasil penelitian yang didapat 28 responden berpengetahuan kurang 2 orang cukup dan 11 orang berpengetahuan baik, tentang tujuan dari perawatan paliatif itu sendiri, hal ini sesuai dengan wawancara pada saat study pendahuluan dengan salah satu perawat menyatakan bahwa, tidak adanya sosialisai ataupun pelatihan yang diadakan oleh pihak rumah sakit, hal ini sesuai dengan KEMENKES (2007) perawatan rumah sakit di Indonesia masih terbatas, jumlah perawat yang mampu memberikan perawatan paliatif juga masih terbatas. Keadaaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum merata, sedangkan pasien

mamiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif, dan holistik.

2. Pengertian pengetahuan perawatan paliatif

Hasil penelitian menunjukan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang perawatan paliatif sebanyak 12 orang atau 29.3% dan masih banyak ditemukan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 orang 49.5%. Innocent (2011) menyatakan bahwa sehubungan dengan pemberian perawatan pasien, pengetahuan perawat dapat memberikan kekuatan yang lebih besar untuk mengambil tindakan dan kurangnya pengetahuan perawat menyebabkan perawat tidak bisa memberikan perawatan yang aman atau efektif.

Adanya variasi tingkat pengetahuan disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan perawat dipengaruhi oleh latar belakang perawat (Zhi, 2009).

Presentase responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang adalah 12 orang (29.3%), hal ini kemungkinan disebabkan karena belum banyak mengadakan pelatihan untuk perawatan paliatif, menurut adriaansen (2005) menyimpulkan bahwa pelatihan perawatan paliatif memberikan kontribusi yang signifikan pada pengetahuan dan wawasan perawat, kemudian penelitian menurut Choi, Jung dan Kim (2011) juga menemukan bahwa rangkaian pendidikan dan pelatihan tentang

perawatan paliatif efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat mengenai hospis dan perawatan paliatif.

3. Prinsip dasar perawatan paliatif

Hasil penelitian dari 41 responden 11 orang (26.8%) baik, 13 orang (31.7%) cukup sedangkan 17 orang (41.5%) kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian Ningsih (2011) kurangnya pengetahuan perawat tentang prinsip perawatan paliatif, bahwa perlu adanya pendidikan formal tentang perawatan paliatif dan asuhan keperawatan tidak hanya semata-mata untuk penyembuhan saja, tapi lebih mengarah pada kehidupan yang lebih berarti sebelum akhirnya kematian tiba, hal ini juga didukung oleh peraturan DEPKES RI (2006) yang menyatakan bahwa perawat yang

Dokumen terkait