• Tidak ada hasil yang ditemukan

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

a) Cara penularan

Penularan HIV/AIDS melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik secara homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya.

Oleh karena itu kelompok resiko tinggi terhadap HIV/AIDS misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersil, serta narapidana.

b) Tanda dan gejala

Infeksi HIV tidak langsung memberikan tanda dan gejala tertentu. Sebagian memberikan tanda gejala tidak khas pada infeksi HIV akut 3-6 minggu setelah infeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setalah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanda gejala ini umumnya berlangsung selama

8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang perjalanan penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun dan ada yang perjalanan penyakitnya lambat (non-progres).

Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, sudah mulai menampakan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening,diare.

8) Trikomoniasis

Trikomonas vaginalis merupakan parasit golongan protozoa yang dapat menyebabkan trikomoniasis, suatu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Masa inkubasi 3-28 hari paasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi lewat kontak seksual (Kusuma.2009).

pada pria dapat terbentuk uretritis, infeksi saluran kencing dan infeksi pada prostat. Sedangkan pada wanita berbentuk vaginitis trikomonas atau sistitis infeksi kandung kencing (Ayu,2009)

a) Cara penularan

Sebagian besar penularannya melalui hubungan seksual (Ayu,2009).

b) Tanda dan gejala

Keputihan meruapkan gejala awal terjadinya vaginitis.

Keputihan karena trikomoniasis dapat dibedakan dengan adanya penyebab lain seperti jamur dan bakeri. berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis (Kusuma,2009)

Dalam keadaan infeksi akut terdapat gejala lendir vagina banyak dan berbusa, berbentuk putih bercampur nanah, terdapat perubahan warna (kuning kehijauan), dan berbau khas.

Pada infeksi yang bersifat menahun lendir yang dikeluarkan tidak pernah kering. lendirnya berwarna putih-kuning, sedikit berbau, terasa gatal dan nyeri saat berhubungan seksual (Ayu,2009)

Infeksi trikomoniasis pada pria dengan gejala ringan terjadi pada infeksi saluran kemih, infeksi kelenjar prostat dan saluran spermatozoa (Epididymis). Infeksi menahun sulit ditegakkan karena gejalannya ringan. (Ayu,2009) d. Faktor resiko Infeksi Menular Seksual

Sebagian besar remaja yang aktif secara seksual memiliki resiko mengalami masalah-masalah seksual seperti kehamilan dan terkena Infeksi Menular Seksual.

Perilaku resiko Infeksi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit. Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah mencakup usia muda, belum menikah dan yang memiliki pasangan seksual. Memakai kondom (kontrasepsi), baik untuk hubungan seksual via vagina, anus atau oral. Secara drastis menurunkan kemungkinan masalah, meskipun tindakan ini tidak benar-benar menghilangkan resiko (Brooker,2008)

Faktor resiko Infeksi Menular Seksual menurut Booskey (2008) yaitu, hubungan seksual tanpa pelindung (kondom), berganti-ganti pasangan, aktif secara seksual pada usia dini, homoseksual, penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat (Booskey,2008) Perilaku berisiko yaitu, memiliki pasangan seks lebih dari satu.

Menggunakan jarum suntik bersama dengan orang lain, melakukan hubungan seksual secara anal, vaginal, atau oral tanpa menggunakan kondom, melakukan seksual vaginal atau oral dengan orang yang gemar menggunakan obat terlarang, melakukan hubungan seksual dengan pelindung (kondom) dengan individu yang telah terinfeksi.

e. Komplikasi Infeksi Menular Seksual

Komplikasi yang disebabkan Infeksi Menular Seksual , tergantung pada mikroorganisme yang terlibat, komplikasi ini terjadi pada remaja usia 15 hingga 24 tahun. Komplikasi gonorrehea pada

remaja laki-laki dapat meliputi masalah prostat, kandung kemih, dan ginjal, maupun sterilitas. Pada perempuan gonorrhea dapat menyebabkan infertilitas yang berkaitan dengan pervic Inflammatory disease (PID)

f. Pencegahan Infeksi Menular Seksual

Dalam hal pencegahan Sekolah juga dapat dijadikan sarana untuk membekali diri dengan pengetahuan dan kemampuan dalam melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual. Promosi kesehatan perlu diberikan dalam masyarakat khususnya pada anak usia sekolah. (Maulana,2009 dalam jurnal Triningtyas 2015)

Untuk mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) menurut Depkes RI cara pokok untuk pencegahan penularan antara lain, memilih tidak melakukan hubungan seks pranikah, menunda hubungan seks remaja (abstinensia), saling setia dengan pasangannya/tidak menggonta-ganti pasangan, menggunakan pelindung (kondom) secara konsisten dan benar, tolak pengunaan NAPZA, jangan memakai jarum suntik bersamaan.

Selain pencegahan itu , pencegahan Infeksi Menular Seksual juga dapat dilakukan dengan mencegah masuknya tranfusi darah yang belum dilakukan diperiksa kebesihannya dari mikroorganisme penyebab infeksi menular seksual, dengan berhati-hati dalam menangani segala sesuatu yang berhubungan dengan darah segar, mencegah pemakian alat yang menembus kulit (jarum suntik, alat

tindik) yang tidak steril dan selalu menjaga kebersihan alat reproduksi sehingga meminimalisir penularan.

Menurut Muhajir (2007) dalam jurnal tryningtias nur 2015 pencegahan terhadap IMS yaitu : tidak melakukan hubungan sebelum menikah, melakukan kegiatan yang positif, agar remaja dapat mengalihkan keinginan untuk melakukan hubungan seksual, mencari informasi yang benar dan sebanyak-banyaknya mengenai resiko Infeksi menular seksual, mengendalikan diri dengan pendidikan agama, tidak malu untuk bertanya dan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seksual dengan keluarga, atau guru dan menghindari penggunaan narkoba terutama dengan pemakaian suntikan bersamaan.

g. Penanganan infeksi menular seksual

Penanganan yang ideal untuk Infeksi Menular Seksual adalah pemberian konseling kepada pasien dalam memberikan K.I.E (komunikasi, informasi dan Edukasi)

2. Konsep Remaja a. Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescene” berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan.

Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2009).

Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum, 2009).

b. Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).

c. Tahap – Tahap Remaja

1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

a) Tampak dan merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b) Tampak dan merasa ingin bebas.

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

a) Tampak dan ingin mencari identitas diri.

b) Ada kenginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

a) Menampak[kan pengungkapan kebebasan diri.

b) Dalam menari teman sebaya lebih selektif.

c) Memiliki citra (gambaran,peranan,keadaan) terhadap dirinya.

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

d. Perkembangan Remaja dan Tugasnya

Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y.Havighurst dalam bukunya Human Development and EducationI yang dikutip oleh Panut Panuju dan Ida Umami (1999:23-26) ada sepuluh yaitu : 1) Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya,

baik dengan teman sejenis maupun beda jenis kelamin.

Artinya pada tahap ini remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki-laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa diantara orang-orang dewasa. Mereka dapat bekerjasama dengan orang lain dengan tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi, dan belajat memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.

2) Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-maising.

Artinya remaja mempelajari dan memnerima peranan masing-maisng sesuai dengan ketentuan atau norma masyarakat.

3) Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.

4) Mencapai kebebasan emosional dari orangtua atau orang dewasa lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergatungan terhadap orangtua atau orang lain.

5) Mencapai kebebasan ekonomi.

Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagikaum wanita pun tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.

6) Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan , artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.

7) Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga.

artinya mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga dan mendidik anak.

8) Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, maksudnya ialah, bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang hakikat manusia dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

9) Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan.

Artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab,menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun rasional.

10) Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

Norma-norma tersebut secara sadar dikembalikan dan direalisasikan dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungunnya dengan sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai-nailai pribadi yang lain.

3. Konsep Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui pengindraan (penglihatan, pendengaran. Penciuman, rasa dan perabaan).

Dengan sendirinya pada waktu pengindraan intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan penglihatan.

(Notoatmodjo,2014) b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Riyanto (2013) menyebutkan bahwa pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besar mempunyai enam tingkat yaitu:

1) Tahu (know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan definis, fakta, gagasan, pola, urutan metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Misalnya ketika seorang perawat diminta untuk menjelaskan infeksi menular seksual, orang yang dalam tahap ini dapat menguraikan dengan baik definisi IMS, Penyebab Ims, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui , dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari ada situasi atau kondisi real (sebenarnya) secara benar.

4) Analisis (analysis)

Analisisi adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam kompinen-komponen, tetapi masihd alam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lai seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membdakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintetis (synthesis)

Sintetis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungi bagian-bagian di dlam suatu bentuk keseluruhan yang baru (menyusun formasi baru).

Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meribgkas, dapat menyesuaika, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Nototatmodjo (2010) antara lain:

1) Cara tradisional atau non ilmiah a) Cara Coba Salah (trial & eror)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunkan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masaah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lainnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja.

c) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan dapat berupa pemmpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan sebgainya.

Dengankata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan atau ilmuan.

d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

e) Cara Akal Sehat (common sense)

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orangtua zaman dahulu agar anak-anaknya mau menuruti nasihat orangtuanya. Pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orangtua untuk mendisiplinkan nak dalam konteks pendidikan.

f) Kebenaran melalui Waktu

Ajaran dan agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.

g) Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh

melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

h) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu memperoleh pengetahuannya.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

2) Cara Ilmiah Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Notoadmodjo,2010)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Riyanto (2013) :

1) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang . semakin bertambah usia seseorang semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

2) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun informal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media masa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

3) Informasi / Media massa

Melalui berbagai media seseorang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu. Dan memperoleh dari data dan pengamatan terhada dunia sekitar melalui komunikasi.

4) Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk.

Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersediannya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

5) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dalam subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,2010)

Pada penelitian ini pengukuran pengetahuan menggunakan kuisioner berisi pertanyaan, diberi nilai 1 jika benar dan diberi nilai 0 jika jwaban salah rumus yang di pergunakan sebagai berikut : Rumus Nilai Pengetahuan

Keterangan :

N : Nilai Pengetahuan Sp : Skor yang didapat Sm : skor tertinggi maksimal f. Kriteria tingkat Pengetahuan

Menurut Nursalam (2008), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :

Baik : nilai 76-100 % Cukup : nilai 56-75 % Kurang : nilai ≤55%

N = 𝑆𝑚𝑆𝑝 x 100%

4. Konsep Sikap a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih bisa merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2014)

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertetu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar, 2007)

b. Klasifikasi sikap

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif a) Sikap Positif

Sikap positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap stimulus yang diberikan dapat berkembang

sebaik-baikbya karena orang tersebut memiliki pandangan ang positif terhadap stimullus yangg telah diberikan.

b) Sikap negatif

Sikap negatif apabila terbentuk persepsi negatif terhadap stimulus yang telah diberikan. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, padangan-pandangan, lembaga-lembaga, teradap normanorma, nilai-nilai dan lain-lain.

c. Komponen sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen, saling menunjang (Azwar S,2000 dalam A. Wawan dan Dewi M, 2011)

1) Komponen kognitif

Komponen kongnitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kongnitif berisi kepercayaan, pengetahaun, pandangan dan keyakinan yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau masalah yang kontroversial.

2) Komponen Afektif

Komponen Afektif merupakan peran yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasa berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah

mengubah sikap seseorang. Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konotatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Dan berisi kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara tertentu.

d. Tingkatan Sikap

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha yang menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah berati orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2014)

e. Interaksi Komponen-komponen Sikap

Bagi ahli psikologi beranggapan bahwa interaksi dari ketiga komponeen sikap yaitu kongnitif, afektif, konoatif akan selaras dan konsisten. Hal ini disebabkan apabila dihadapkan dengan satu objek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam.

Apabila salah satu saja diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulkan mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Prinsip inilah yang banyak dimanfaatkan dalam manipulasi sikap guna mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk sikap yang lain.

Hal ini apat terlihat pada saat pemberian informasi berbeda mengenai objek sikap yang dapat menimbulkan inkonsistensi pada komponen-komponen sikap (Azwar,2014).

Konsistensi internal diantara komponen sikap perlu dipertahankan ada sikap yang intensitasnya ekstrem, seperti sikap yang sangat setuju (sangat positif) dan sikap yang sangat tidak setuju (sikap negatif). Semakin ekstrem intensitas sikap seseorang maka akan terasa apabila ada semacam serangan terhadap salah satu

komponen sikapnya. Hal inilah yang akan membentuk reaksi yang berlebihan secara tidak sadar akan diperlihatkan individu untuk mempertahankan ego.

f. Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (2007) terbentuknya sikap seseorang pada dasarnya ditandai norma-norma sebelumnya, sehingga norma tersebut beserta pengalaman dimasa lalu akan membentuk suatu sikap, bahkan bertindak. Dengan demikian sikap terentuk setelah individu mengadakan internalisasi dari hasil, yakni :

1) Obesevasi serta pengalaman artisipasi dengan kelompok yang dihadapi.

2) Perbandingan pengalaman yang mirip dengan respon atau reaksi yang diberikan, serta hasil dari reaksi terhadap dirinya.

3) Pengalaman yang sama melibatkan emosi, karena suatu kejadian yang telah menyerap perasannya sulit dilupakan sehingga reaksi akan merupakan reaksi berdasarkan usaha menjauhi situasi yang diharapkan.

4) Mengadakan perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan pengalaman orang lain yang dinggap lebih berpengalaman, lebih ahli dan sebagainya.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Wawan,A dan Dewi (2011) yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

Dokumen terkait