BAB IV METODE PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit X
5.2.1 Gambaran Pengkajiaan dan Pelayanan Resep di RS X
Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen pengkajian dan
pelayanan resep di RS X dibagi menjadi dua yaitu pelayanan rawat inap
dan pelayanan rawat jalan. Masing-masing dari pelayanan tersebut
memiliki apotik atau depo obat masing-masing.
Secara umum syarat dalam pengkajian dan pelayanan resep di RS
X meliputi:
1. Persyaratan Administrasi
a. Nama, umur, dan berat badan pasien
b. Nama, no.izin, alamat, dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruangan atau poliklinik asal
e. SJP, protokol terap (jika perlu) untuk pasien askes
f. Nota kredit untuk pasien jaminan/asuransi
g. Pengantar berobat atau nota kredit untuk pasien
karyawan RS X
2. Persyaratan farmasetik
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis, jumlah obat, dan lama pemakaian obat
78 d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan
3. Persyaratan klinis
a. Ketepatan dosis dan penggunaan obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat
d. Kontraindikasi
e. Kondisi khusus lainnya
Sedangkan untuk alur proses pelayanan resep akan diulas satu per
satu sebagai berikut:
1. Pelayanan di Rawat Inap
Proses pelayanan resep panat unit rawat inap telah
menggunakan sistem Unit Dose Dispensing (UDD) kecuali untuk di
ruang perawatan anak dan perawatan kebidanan. Hal ini dikarenakan
pada dua ruangan tersebut banyak resep berupa obat racikan dan
injeksi sehingga agak repot jika menggunakan sistem UDD.
―Kalau untuk kedua ruangan itu ya kami masih kerepotan kalau UDD karena banyak obat racikan, lagi pula waktu pasien pulangnya lebih cepat dari ruangan lain biasanya,‖ INF 1
“Iya semua sudah UDD, florstock di ruangan hanya untuk
obat-obat emergency. Kaya ini semua dikasih obat per hari untuk pasien terus untuk cairan juga begitu dari ruangan
79
kasih kebutuhan kita berapa cairan atau alat kesehatan yang
dibutuhkan hari itu,” AP
Proses UDD dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK). Setiap TTK dalam setiap shift sudah diberi tanggung jawab
ruangan masing-masing. Pada awalnya, resep diterima oleh petugas
dari setiap ruangan, kemudian dibaca dan dilakukan entry. Jika, obat yang diberikan lebih dari lima jenis obat maka dilakukan pengecekan
interaksi obat oleh apoteker. Setelah itu obat dikemas dan disiapkan.
Obat dikemas menggunakan plastik klip warna-warni. Setiap warna
menunjukan waku minum obat yang berbeda. Di antaranya warna
merah untuk diminum pagi hari, warna hijau ntuk siang, warna putih
untuk siang di bawah pukul 18.00 WIB sebelum makan dan setelah
makan, lalu yang terakhir warna biru untuk diminum di atas pukul
18.00 WIB.
Selain di entry untuk tagihan dan dokumentasi. Resep juga ditulis oleh TTK pada file khusus. File tersebut tersedia untuk
masing-masing pasien. Setelah semua proses tersebut selesai,
kemudian dilakukan pengcekan oleh apoteker. Barulah obat diantar
ke ruangan oleh petugas UDD. Petugas yang menyiapkan dan
mengantar obat seharusnya berbeda agar dapat ada pengecekan
silang antar petugas. Namun, berdasarkan hasil observasi ada
80 ini disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan TTK dan
apoteker saat itu.
“Jadi yang mengantar dan menyiapkan itu berbeda agar
bisa saling cek,” INF 1
―Iya, di sini memang sudah ada tugasnya masing-masing untuk UDD, tapi semuanya juga saling membantu kalau ada temannya yang sedang kerepotan,‖ AP
“Kalau semua sudah dicek kita langsung antar ke ruangan,
ya di sini kerjanya mobile pokoknya kalau yang lagi kosong saling bantu, tapi yang paling utama selesaika dulu pekerjaan UDD ke ruangannya, baru bantu yang lain,” RN 2
Setelah itu petugas ke ruangan sambil membawa obat dan
file riwayat obat pasien. Di ruangan petugas UDD kemudian
mencocokan catatan mereka dengan catatan perawat atau disebut
form implementasi keperawatan dan penggunaan obat pasien.
Selain itu, petugas UDD juga menulis permintaan perawat terkait
obat yang ada di dalam file perawat. Ia juga mengecek apakah ada
obat yang harus ditambah dan dihentikan sesuai perintah dokter.
Petugas UDD akan melakukan konfirmasi kepada perawat
jika ada catatan yang berbeda. Berdasarkan hasil observasi,
81 Mereka dapat bekerjasama ketika sedang dilakukan proses UDD.
TTK dengan aktif menanyakan hal yang terlihat tak jelas dalam
catatan perawat. Selesai mengecek, petugas UDD kemudian
menyimpan obat-obat itu di dalam kotak obat pasien yang sudah
tersedia di ruangan. Kotak tersebut sudah diberi label nama
masing-masing pasien, sehingga nantinya perawat tinggal
mengambil obat dari kotak tersebut dan memberikannya pada
pasien.
Sembari menyimpan obat, petugas juga melakukan
pemeriksaan apakah ada obat yang tersisa atau tidak, jika ada,
petugas akan mengambil obat yang tersisa itu. Obat sisa biasanya
merupakan obat pasien yang sudah pulang dan tak terapinya telah
dihentikan oleh dokter.
“Petugas UDD nanti yang akan melakukan serahan obat ke
ruangan, sekaian cek terapi obatnya dari file perawat sama
file dari farmasi dicocokan” INF i
“Petugas juga nanti mengecek apakah ada obat sisa atau tambahan dari file yang ada di perawat,” AP
“Iya kaya gini saya cocokan, kalau obat sisa biasanya itu
pasiennya sudah pulang atau beli sendiri nanti disimpan di
82 Proses UDD ini dibagi menjadi pagi dan sore. Hal ini
dikarenakan kurangnya petugas sehingga untuk menyiasatinya
proses UDD dibagi dua. Pada pagi hari UDD dilakukan di ruangan
kelas 1 dan 2 untuk laki-laki dan perempuan, lalu ruangan kelas 3
untuk perempuan. Sedangkan, UDD sore dilakukan untuk ruang
kelas 3 laki-laki, ruang utama, dan ruang VIP.
Sedangkan untuk obat berupa cairan, biasanya dilakukan
amprahan oleh perawat. Amprahan artinya perawat mencatat
kebutuhan cairn setiap pasien lalu diminta ke bagian farmasi untuk
disiapkan setiap harinya. Cairan kemudian akan diantar oleh
petugas UDD.
Berdasarkan hasil observasi dalam proses peresepan,
petugas mengaku sering menerima resep yang tidak lengkap dan
tidak jelas. Bila hal ini terjadi, maka petugas akan bertanya kepada
sesama temannya, jika tidak ada yang tahu baru dilakukan
kofirmasi kembali kepada dokter yang menulis resep.
‖Ya, setiap hari ada aja resep gak jelas, kita lakukan langsung konfimasi ke dokter yang bersangkutan, kadang kendalanya juga suka ada miskom sama petugas di ruangan‖ AP
“Biasanya sih saya ngeceknya tanya dulu sama teman,
kalau gak ada yang tahu juga langsung telfon dokter,” RN 2
83 “Langsung konfirmasi dengan dokter, tapi kadang bisa
terkendala oleh perangkat yang tak berfungsi, misalnya telfon yang tak berfungsi sehingga dokter tak bisa
dihubungi,” INF 1
2. Pelayanan di Rawat Jalan
Pelayanan resep di rawat jalan menerapkan sistem individual prescribing. Resep dibawa ke farmasi oleh pasien kemudian diterima petugas, setelah itu dilakukan billing lalu dilakukan assement
terhadap kelengkapan resep kalau tidak ada kendala langsung
dilakukan billing diminta persetujuan terhadap pasien terkait harga. Jika pasien memiliki jaminan atau asuransi minta persetujuan pada
penjamin terkait obat yang ada di luar jaminan atau yang harganya
mahal. Jika, sudah dikonfirmasi langsung diberikan untuk dibayar ke
kasir atau langsung diterima jika semuanya ditanggung oleh
penjamin.
Setelah itu, resep akan diterima oleh petugas yang berada di
dalam outlet. Ia akan membaca resep dan mengecek kembali
kelengkapan resep. Setelah itu resep dibagi dua alur, yang langsung
kemas dan yang melalui racikan. Standar yang diterapkan dari pasien
memberikan resep sampai menerima obat di RS X adalah 20 menit. “Harus maksimal 20 menit agar pasien tak emnunggu terlalu lama, namun kadang kendalanya kalau resep tak jelas harus dilakukan konfirmasi ulang kepada dokter,” RJ 1
84 “Pokoknya dalam 20 menit obat harus diserahkan ke pasien,
paling yang lama itu waktu diserahkan, kadang ada pasien yang harus dipanggil berulang kali kalau sedang ramai,” RJ 2
Setelah selesai disiapkan dan diperiksa oleh apoteker, obat
kemudian diberikan kepada pasien. Pada proses pemberian obat
dilakukan pula penjelasan terkait dosis dan penggunaan obat. Pada
proses penyerahan diusahakan dilakukan oleh apoteker, namun,
berdasarkan hasil observasi di RS X jika sedang ramai, penyerahan
dan pemberian informasi obat juga bisa dilakukan oleh TTK demi
mengefisienkan waktu.
Sedangkan, rata-rata kegiatan paling padat dan banyak
dilakukan adalah saat penyerahan obat. TTK atau apoteker juga
memanggil pasien manual tanpa pengeras suara sehingga terkadang
ada pasien yang harus dipanggil berulang kali karena berisik dan
suara memanggil tidak jelas.
3. Kelengkapan resep
Kelengkapan resep di RS X dilihat dari sample yang
diambil sebanyak 295 resep. Sebelumnya penulis telah melakukan
observasi terhadap pengkajian dan pelayanan resep. Kemudian
menentukan sample dari resep yang diterima pada 10 Januari 2017.
85 Tabel 3.4 Kelengkapan Administrasi Resep RS X Persyaratan administrasi Kelengkapan
Jumlah Presentase 1. Nama pasien 294 99.66% 2. Umur pasien 199 67.46% 3. Jenis kelamin 287 97.29% 4. Berat badan 70 23.73% 5. Tinggi badan 76 25.94% 6. Nama dokter 254 86.10% 7. Nomor izin 230 77.97% 8. Alamat 295 100% 9. Paraf dokter 186 67.80 % 10.Tanggal resep 210 71.19 % 11.Ruang/unit asal resep 199 67.46% Rata-rata 71.33%
Dari hasil analisis pada 295 sample resep maka didapatkan
hasil seperti di atas. Secara umum persyaratan adimistrasi resep di
RS X sudah cukup. Untuk alamat semuanya terdapat alamat karena
yang dianalisis adalah resep dalam RS X sehingga alamat sudah
ada dalam form resep. Dari 295 sampel hanya ada satu sampel
yang nama pasiennya tertulis ―pasien‖ sehingga resep ini dihitung
tak memiliki nama pasien. Jenis kelamin dalam resep ditulis oleh
dokter dengan keterangan ―Ny‖, ―Nn‖, atau ―Tn‖. Rata-rata yang tak memiliki keterangan itu adalah pasien anak-anak. Sedangkan
untuk nama dokter dan nomor izin dokter biasanya tertera dari
86 Keterangan tinggi badan dan berat badan pasien paling
rendah yaitu 25,94% dan 23,73%. Berdasarkan hasil analisis resep
yang menggunakan keterangan tinggi badan dan berat badan hanya
untuk pasien anak-anak.
Selain itu jumlah resep yang lengkap memuat umur pasien
hanya 67,46%, paraf dokter 67,80%, tanggal resep 71,19%, dan
asal ruangan juga hanya menunjukan 67,46%. Dari hasil analisis
resep yang memuat umur pasien hanya pada pasien dengan umur
tua dan anak-anak. Sedangkan tanggal resep dan asal ruangan
banyak yang luput dan tidak diisi terutama pada resep rawat jalan.
Tabel 5.5Kelengkapan Farmasetik Resep RS X
Persyaratan Farmasetik Jumlah Presentase
1. Nama obat 295 100% 2. Bentuk obat 266 90.17% 3. Kekuatan sediaan 265 89.83% 4. Dosis 293 99.32% 5. Stabilitas - - 6. Jumlah obat 292 98.98%
7. Aturan dan cara penggunaan
256 86.78%
Rata-rata 81%
Sedangkan untuk persyaratan farmasetik resep sudah baik
karena kelengkapan rata-rata di atas 80% meski yang diharapkan
adalah 100%. Dokter di RS X kebanyakan sudah menulis dengan
87 dokter telah menulis nama obat, terlepas dari jelas atau tidaknya
tulisan. Sedangkan, pada persyaratan bentuk obat sirup, tablet, atau
puyer lengkap sebesar 90.17%, kekuatan sediaan 89,83%, dosis
hanya ada dua obat yang taj tertera sehingga kelengkapannya
99,32%, jumlah obat 98,98%, dan aturan serta cara penggunaan
hanya sebesar 87,78%, sebenarnya dalam semua resep sudah ada
persyaratan tersebut hanya terkadang dokter luput menuliskannya
pada beberapa jenis obat, misalnya di dalam resep ada 5 jenis obat,
lalu ada satu obat yang tak tertulis aturan atau cara penggunaannya.
Sedangkan untuk stabilitas obat memang tidak dibubuhkan
dalam resep. Stabilitas obat sudah menjadi hal yang umum dan
diketahui oleh dokter dan apoteker RS X. Masing-masing apoteker
RS X telah memiliki catatan tersendiri terkait stabilitas obat.
Tabel 5.6 Kelengkapan Persyaratan Klinis Resep RS X
Berdasarkan sampel yang diambil kelengkapan persyaratan
klinis pada resep di RS X masih kurang. Pencantuman reaksi alergi
Persyaratan klinis Jumlah Presentase
1. Indikasi 139 47.12%
2. Duplikasi pengobatan - -
3. Kontraindikasi - -
4. Waktu penggunaan 289 97.97%
5. Alergi dan Reaksi
Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD)
80 27.12%
88 hanya sebesar 27.12%, padahal sudah ada kolom dalam form resep
yang harus diisi oleh dokter terkait ada atau tidaknya alergi pada
pasien. Sedangkan untuk indikasi hanya sebesar 47,12%. Hanya
waktu penggunaan yang jumlahnya di atas 90% yakni 97.97%.
Sedangkan untuk duplikasi pengobatan diberikan
keterangan oleh apoteker ketika terjadi duplikasi obat sehingga
nantinya resep akan dikaji lagi dan dikonfirmasi ulang kepada
dokter. Lalu, keterangan indikasi dan kontraindikasi sebenarnya
dijelaskan oleh apoteker saat melakukan penyerahan obat. Pada
form resep juga telah terdapat daftar keterangan atau informasi obat
apa saja yang sudah diberikan dan diterima pasien termasuk
indikasi dan kontraindikasi obat. Namun, masih ada daftar
keterangan yang tidak diisi tetapi ditandatangan oleh pasien,
sehingga hal ini bias dan sulit diukur apakah benar pasien sudah
mendapatkan informasi terkait obat atau tidak.
Berdasarkan hasil wawancara apoteker dan petugas TTK
memberi keterangan bahwa mereka selalu memberikan informasi
terkait obat yang digunakan kepada pasien baik rawat jalan maupun
rawat inap.
“Petugas wajib memberikan keterangan terkait obat saat penyerahan obat pada pasien,” INF 1
“Kalau untuk informasi obat kita beritahu cara penggunaan,
89 “Setelah dikemas dan akan diserahkan pasien pasti diberi
dulu penjelasan terkait obat termasuk indikasi dan
kontraindikasinya juga,” RJ 1
Secara umum berdasakan hasil observasi pengkajian dan
pelayanan resep di RS X baik di rawat inap maupun rawat jalan
petugasnya mengaku bahwa sering kesulitan dalam membaca resep
dokter. Banyak resep yang tidak jelas penulisannya. Meski lengkap
tetapi tidak jelas instruksinya.
“Setiap hari ada aja yang kurang jelas kalau resep,” RJ 2 “Ada sih pasti yang tidak jelas, ya kita langsung telfon dokternya atau perawatnya juga kan nyatet,” RN 2
Permasalahan yang terjadi pada proses pengkajian dan pelayana
resep adalah selalu ditemukan resep yang tak terbaca dengan jelas.
Selain itu, pada persyaratan administrsi resep pun tak ada satu pun
resep yang lengkap sesuai dengan sayarat yang ada pada PMK no.
58 tahun 2014.