• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografi dan Iklim

Provinsi Kalimantan Selatan terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1956. Secara geografis, Provinsi Kalimantan Selatan terletak di antara 114 19’ 13” – 116 33’ 28” Bujur Timur dan 1 21’ 49” – 4 10’ 14” Lintang Selatan. Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berada di bagian selatan pulau Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di

27 tengah, memiliki 11 kabupaten dan 2 kota dengan Ibu Kotanya ialah Banjarmasin. Berikut di bawah ini disajikan peta wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 4 Peta Provinsi Kalimantan Selatan

Batas-batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makassar, sebelah selatan dengan Laut jawa, dan sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar. Kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah. Sumberdaya alam yang terdapat di Kalimantan Selatan ialah: Kehutanan: Hutan Tetap (139,315 ha), Hutan Produksi (1,325,024 ha), Hutan Lindung (139,315 ha), Hutan Konvensi (348,919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229,541 ha), Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll.

Pembangunan Manusia, Penduduk, dan Ketenagakerjaan

Saat ini pembangunan lebih difokuskan pada pembangunan manusia. Kemajuan pembangunan manusia ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu dari aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Aspek pendidikan diwakili oleh angka melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah,

28

aspek kesehatan diwakili oleh angka rasio hidup dan aspek ekonomi direpresentasikan oleh kemampuan daya beli. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, IPM Kalimantan Selatan tahun 2011 adalah sebesar 70.44% di mana terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 69.3%. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terjadi kenaikan IPM secara rata- rata 0.2% setiap tahunnya. Peningkatan ini terutama dipicu oleh semakin membaiknya mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan secara umum.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 3,695,124 jiwa yang terdiri dari 1,824,209 perempuan dan 1,870,915 laki-laki dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 37,530.52 km2 penyebaran penduduk masih tergolong belum merata. Jumlah penduduk yang besar menjadi salah satu modal dasar yang efektif bagi pembangunan bila diikuti dengan kualitas baik. Masalah penduduk sangat berkaitan dengan masalah tenaga kerja. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan tenaga kerja yang cukup, akan menimbulkan dampak yaitu pengangguran. Hasil SAKERNAS 2010 mencatat bahwa penduduk Kalimantan Selatan yang berusia 15 tahun ke atas sebanyak 2,626,733 jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 69.48% berstatus bekerja, sedangkan pengangguran sebanyak 3.84%. Penduduk yang bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, menurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya sebanyak 26.69% dari total penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

Tabel 9 Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan usia 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama Agustus 2009 - Agustus 2011

Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009 (%)

Agustus 2010 (%)

Agustus 2011 (%) Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Perburuan, dan Perikanan 42 .66 41 .76 41 .45

Industri 6 .69 7 .44 6 .42

Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa

Akomodasi 22 .04 22 .28 21 .38

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan

Perorangan 14 .51 14 .06 15 .03

Lainnya*) 14 .11 14 .45 15 .73

Total 100 .00 100 .00 100 .00

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2012.

Tabel 9 memperlihatkan persentase penduduk Provinsi Kalimantan Selatan usia 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama tahun 2009 hingga 2011. Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan menjadi sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki mata pencaharian di ke-5 sektor tersebut, yaitu sebagai petani maupun bekerja sebagai nelayan. Sektor ke-2 yang mendominasi mata pencaharian penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi, yang ke-3 adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan

29 perseorangan, disusul oleh sektor industri, dan untuk sektor lainnya seperti sektor pertambangan, bangunan/konstruksi, angkutan, maupun sektor-sektor lain dikarenakan porsi tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor tersebut sangatlah kecil, maka digabungkan menjadi sektor lainnya pada tabel.

Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

Pertumbuhan ekonomi regional merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Perkembangan perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan yang digambarkan dengan Produk Domestik Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk periode 2009 sampai dengan 2012 menurut lapangan usaha (sektor perekonomian) disajikan dalam Tabel 10 berikut.

Tabel 10 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 Pertanian 11 380 214.21 12 446 620.56 13 696 209.72 14 603 477.66 Pertambangan dan Penggalian 11 014 923.94 14 107 440.94 16 659 913.71 18 008 900.38 Industri Pengolahan 5 071 960.70 5 611 080.15 6 270 582.19 6 865 260.06 Listrik, Gas dan

Air Bersih 294 423.72 346 672.96 390 928.55 435 473.90 Bangunan 3 182 653.20 3 569 931.02 3 994 602.18 4 553 773.15 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 698 123.31 8 999 094.25 10 447 231.32 12 394 973.26 Pengangkutan dan Komunikasi 4 737 672.87 5 319 610.68 5 993 779.78 6 697 260.05 Keuangan, persewaaan dan Jasa Perusahaan 2 623 321.26 3 023 569.36 3 438 297.87 3 923 864.40 Jasa-jasa 5 456 882.49 6 399 046.02 7 295 337.40 8 440 149.69 PDRB dengan migas 51 460 175.70 59 823 065.94 68 186 882.70 75 923 132.54 PDRB tanpa migas 50 813 676.09 59 143 774.37 67 481 898.93 75 217 459.21 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

Tabel 10 di atas menjelaskan bahwa telah terjadi kenaikan PDRB atas dasar harga berlaku dengan rata-rata sebesar 3.19% dari tahun 2009 hingga tahun 2012 untuk PDRB dengan migas dan 3.21% rata-rata kenaikan PDRB tanpa migas. Sementara itu pada Tabel 11 PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 atas dasar harga konstan telah meningkat dengan rata-rata sebesar 1.41% untuk nilai PDRB dengan migas dan dari nilai PDRB tanpa migas meningkat sebesar rata-rata 1,44 persen setiap tahunnya. Dari tabel dapat dilihat bahwa sektor yang paling tinggi memberikan kontribusi terhadap PDRB ialah sektor pertanian

30

kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian yang terus menunjukkan tren peningkatan positif dari tahun ke tahunnya. Peningkatan ini merupakan pertumbuhan perekonomian secara riil di mana faktor inflasi/deflasi sudah dihilangkan.

Tabel 11 PDRB Atas Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 Pertanian 7 087 238 7 259 481.76 7 534 324.55 7 805 272.54 Pertambangan dan

Penggalian 6 331 865 6 811 199.68 7 256 241.35 7 447 870.28 Industri Pengolahan 3 157 343 3 247 973.75 3 351 184.86 3 485 904.61 Listrik, Gas dan Air

Bersih 144 309 155 552.82 166 337.95 177 866.82 Konstruksi 1 603 457 1 707 343.74 1 838 543.18 2 019 648.46 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4 426 975 4 731 901.96 5 129 508.89 5 631 058.69 Pengangkutan dan Komunikasi 2 522 355 2 684 843.70 2 872 516.05 3 075 250.68 Keuangan, Real

Estate dan Jasa Persh 1 175 552 1 260 123.08 1 342 551.05 1 452 927.41 Jasa-jasa 2 602 535 2 815 703.36 3 061 388.96 3 322 737.40 PDRB dengan migas 29 051 631 30 674 123.86 32 552 596.84 34 418 536.89 PDRB tanpa migas 28 578 333 30 204 509.76 32 101 102.95 33 986 939.48 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

Sektor Pertambangan Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan

Batubara merupakan komoditas utama perdagangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, batubara berperan besar dalam mendorong peningkatan perekonomian. Hal ini ditandai dengan produksi batubara yang pada tahun 2010 mencapai 90 juta ton dan menempati urutan ke-2 dari 5 provinsi penghasil batubara di Indonesia (Tabel 2). Kemudian pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam produksi batubara, yakni mencapai angka lebih dari 141 juta ton (BPS 2012). Namun pada kenyataannya walaupun batubara menjadi komoditas perdagangan utama dan memiliki andil dalam peningkatan kegiatan perekonomian, sektor pertambangan batubara di provinsi ini belum mampu bersaing dengan batubara yang dihasilkan dari negara-negara maju, seperti China maupun Amerika Serikat yang telah berhasil menghasilkan produk olahan batubara dan berada pada tahap innovation driven, di mana unsur teknologi pengembangan pengolahan batubara terus-menerus digali dan diciptakan demi menghasilkan produk olahan batubara yang bernilai jual dan berdayasaing tinggi di pasar internasional. Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan masih belum mampu berdayasaing dan industri penambangan batubara di sini masih dalam kondisi factor driven, yakni SDM yang digunakan dalam kegiatan industri penambangan batubara masih tergolong SDM yang berpendidikan rendah, tidak terampil, dan tidak terdidik. Selain itu teknologi yang digunakan pun masih belum maju. Ekspor batubara lebih banyak didorong oleh batubara kualitas rendah

31 (jumlah kalori kurang dari 7,000 kkal/kg dan memiliki kadar air di atas 10%) dan diekspor dalam keadaan mentah, yakni hanya berupa bongkahan batubara tanpa ada pengolahan lebih lanjut sehingga batubara belum mampu berdayasaing.

Selain itu, keberadaan batubara sebagai salah satu energi alternatif belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah di Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya daerah-daerah di Provinsi Kalimantan Selatan yang masih belum mendapatkan pasokan listrik padahal keberadaan desa dekat dengan daerah tambang batubara itu sendiri.

Masyarakat tidak mendapatkan dampak positif secara langsung dengan besarnya potensi batubara yang terdapat di wilayah mereka, dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dirasa hanya bersifat eksklusif bukan merupakan pertumbuhan inklusif, yaitu pertumbuhan ekonomi inklusif pada dasarnya adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi seluruh lapisan masyarakat dan sebagai sarana mencapai kemakmuran bersama. Pertumbuhan ekonomi inklusif juga dapat berarti pertumbuhan ekonomi yang disertai kebijakan publik yang dapat berbuat banyak dalam mengurangi angka pengangguran dan ketimpangan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang eksklusif merupakan pertumbuhan ekonomi yang bersifat semu di mana pertumbuhan ekonomi bersumber pada konsumsi dalam negeri maupun modal asing yang masuk ke sektor-sektor extractive seperti pertambangan dan perkebunan.

Dokumen terkait