• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sektor Pertambangan Batubara terhadap Perekonomian Kalimantan Selatan

Struktur Permintaan

Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi 50 sektor yang telah diagregasi menjadi 20 sektor menunjukkan total permintaan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2010, di mana total permintaan merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara dengan permintaan akhir, adalah sebesar Rp148.60 triliun, dengan permintaan antara sebesar Rp49.45 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp99.15 triliun, yang dapat dilihat pada Tabel 12. Dari angka tersebut, sektor yang memiliki nilai permintaan antara paling tinggi adalah sektor angkutan dan komunikasi, yaitu dengan nilai sebesar Rp8.98 triliun atau 18.16% dari total permintaan antara. Posisi ke-2 ditempati oleh sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai sebesar Rp6.28 triliun atau 12.7% dari total permintaan antara. Sektor industri makanan dan minuman serta tembakau menempati urutan 3 dengan nilai permintaan antara Rp5.59 triliun atau 11.31% dari keseluruhan total permintaan antara.

Dari sisi permintaan akhir, sektor yang memiliki nilai permintaan akhir tertinggi ialah sektor pertambangan batubara, dengan nilai sebesar Rp29.76 triliun atau 30,01% dari keseluruhan nilai permintaan akhir, kemudian diikuti oleh sektor industri makanan dan minuman serta tembakau yang memiliki nilai sebesar Rp16.58 triliun atau 16.72%. Posisi ke-3 ditempati oleh sektor perdagangan,

32

hotel, dan restoran dengan nilai sebesar Rp11.56 triliun atau 11.64% dari total permintaan akhir seluruh sektor.

Tabel 12 Struktur permintaan antara, permintaan akhir, dan jumlah permintaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 Sektor

Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Permintaan Total (Juta Rupiah) % Total (Juta Rupiah) % Total (Juta Rupiah) % Padi 5 411 344 10.94 173.570 0.18 5 584 914 3.76 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 558 325 1.13 1 122 814 1.13 1 681 139 1.13 Tanaman Perkebunan Lainnya 2 607 280 5.27 72 044 0.07 2 679 324 1.80 Perkebunan Kelapa Sawit 3 226 504 6.52 142 417 0.14 3 368 921 2.27 Peternakan dan Hasil-hasilnya 406 786 0.82 1 213 789 1.22 1 620 575 1.09 Perikanan dan Hasil-hasilnya 325 091 0.66 2 995 446 3.02 3 320 537 2.23 Pertambangan Minyak Bumi 76 533 0.15 587 517 0.59 664 050 0.45 Pertambangan Batubara 1 738 338 3.51 29 763 070 30.02 31 501 408 21.20 Pertambangan Non Migas Lainnya 269 925 0.55 725 729 0.73 995 654 0.67 Penggalian 835 437 1.69 64 559 0.07 899 996 0.61 Industri Makanan

dan Minuman serta

Tembakau 5 596 236 11.32 16 581 918 16.72 22 178 154 14.92 Industri

Pengolahan

Lainnya 2 983 420 6.03 7 068 190 7.13 10 051 610 6.76 Industri Kimia 256 292 0.52 136 916 0.14 393 208 0.26 Listrik dan Air

Minum 1 052 874 2.13 1 041 256 1.05 2 094 130 1.41 Bangunan/ Konstruksi 1 863 735 3.77 9 644 755 9.73 11 508 490 7.74 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5 489 547 11.10 11 546 148 11.64 17 035 695 11.46 Angkutan dan Komunikasi 8 983 459 18.16 8 145 181 8.21 17 128 640 11.53 Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 6 281 355 12.70 56 261 0.06 6 337 616 4.26 Jasa-jasa Lainnya 1 100 448 2.23 7 658 544 7.72 8 758 992 5.89 Total 49 456 439 100.00 99 151 330 100.00

148 607

769 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

33 Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sektor pertambangan batubara memiliki nilai permintaan antara sebesar Rp1.73 triliun atau 3.51% dari total permintaan antara. Sektor pertambangan batubara menempati urutan ke-10 dari keseluruhan sektor terhadap permintaan antara sedangkan untuk permintaan akhir, sektor pertambangan menempati posisi 1, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini memperlihatkan nilai permintaan akhir pada sektor pertambangan batubara lebih besar dibandingkan dengan nilai permintaan antaranya, yang mengindikasikan bahwa batubara digunakan untuk konsumsi langsung bukan sebagai input pada sektor lain dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah

Pada Tabel Input-Ouput Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, jumlah konsumsi rumah tangga sektor-sektor perekonomian di tahun tersebut adalah sebesar Rp22.96 triliun. Konsumsi rumah tangga yang menempati urutan teratas adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai konsumsi sebesar Rp6.06 triliun atau 26.40% dari keseluruhan nilai konsumsi rumah tangga. Sementara itu untuk sektor yang menempati urutan ke-2 ialah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai Rp5.06 triliun atau 22.04%, kemudian diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai konsumsi sebesar Rp3.97 triliun atau 17.29% dari total konsumsi rumah tangga (Tabel 13).

Tabel 13 Struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Total

(Juta Rupiah) %

Total

(Juta Rupiah) %

Padi 0 0.00 0 0.00

Tanaman Bahan Makanan

Lainnya 854 409 3.72 0 0.00

Tanaman Perkebunan

Lainnya 66 147 0.29 0 0.00

Perkebunan Kelapa Sawit 0 0.00 0 0.00 Peternakan dan Hasil 1 137 094 4.95 0 0.00

Perikanan dan Hasil-

hasilnya 2 432 615 10.59 0 0.00 Pertambangan Minyak

Bumi 67 0.00 0 0.00

Pertambangan Batubara 0 0.00 0 0.00 Pertambangan Non Migas

Lainnya 0 0.00 0 0.00

Penggalian 21 425 0.09 0 0.00

Industri Makanan dan

Minuman serta Tembakau 5 061 823 22.04 230 518 2.62 Industri Pengolahan

Lainnya 1 352 937 5.89 119 601 1.36 Industri Kimia 78 048 0.34 41 532 0.47 Listrik dan Air Minum 871 650 3.79 132 975 1.51

Bangunan/Konstruksi 0 0.00 22 116 0.25 Perdagangan, Hotel dan

34

Sektor

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Total

(Juta Rupiah) %

Total

(Juta Rupiah) % Angkutan dan Komunikasi 3 971 014 17.29 1 118 209 12.69

Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 31 456 0.14 4 423 0.05 Jasa-jasa Lainnya 939 812 4.09 6 690 975 75.95 Total 22 968 507 100.00 8 809 725 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Berdasarkan Tabel 13 di atas yang menunjukkan bahwa total konsumsi pemerintah adalah sebesar Rp8.80 triliun dengan sektor jasa-jasa lainnya menyumbang kontribusi tertinggi yaitu dengan nilai Rp6.69 triliun atau 75.95% dari keseluruhan nilai konsumsi pemerintah. Sementara itu sektor yang menempati peringkat ke-2 ialah sektor angkutan dan komunikasi mempunyai nilai sebesar Rp1.11 triliun atau 12.69% dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki nilai sebesar Rp449.37 miliar atau 5.10% dari total konsumsi pemerintah. Sektor pertambangan batubara sendiri tidak menunjukkan kontribusi dalam konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 13 yang memperlihatkan nilai untuk kedua konsumsi baik untuk rumah tangga maupun pemerintah bernilai nol.

Struktur Investasi

Jumlah investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan modal tetap dengan perubahan stok. Dilihat dari Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, nilai struktur investasinya adalah sebesar Rp12.21 triliun dengan nilai pembentukan modal tetapnya Rp10.22 triliun dan nilai perubahan stoknya sebesar Rp1.98 triliun.

Tabel 14 Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Pembentukan Modal Tetap (Juta Rupiah) Perubahan Stok (Juta Rupiah) Investasi Total (Juta Rupiah) % Padi 0 88 630 88 630 0.73

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0 13 862 13 862 0.11 Tanaman Perkebunan Lainnya 16 984 -46 023 -29 039 -0.24 Perkebunan Kelapa Sawit 51 718 90 699 142 417 1.17 Peternakan dan Hasil-hasilnya 5 199 23 251 28 450 0.23 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0 44 445 44 445 0.36 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0 0 0 0.00 Pertambangan Minyak Bumi 0 0 0 0.00 Pertambangan Batubara 0 1 222 1 222 0.01 Pertambangan Non Migas Lainnya 0 -34 109 -34 109 -0.28

Penggalian 0 0 0 0.00

Industri Makanan dan Minuman

35 Sektor Pembentukan Modal Tetap (Juta Rupiah) Perubahan Stok (Juta Rupiah) Investasi Total (Juta Rupiah) Persen Industri Pengolahan Lainnya 39 694 522 808 562 502 4.61

Industri Kimia 0 31 31 0.00

Listrik dan Air Minum 0 2 211 2 211 0.02 Bangunan/Konstruksi 9 622 639 0

9 622

639 78.81 Perdagangan, Hotel dan Restoran 295 720 184 083 479 803 3.93 Angkutan dan Komunikasi 173 696 108 124 281 820 2.31 Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 20 382 0 20 382 0.17 Jasa-jasa Lainnya 0 0 0 0.00 Total 10 226 032 1 984 574 12 210 606 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa struktur investasi Provinsi Kalimantan Selatan terpusat pada sektor bangunan/konstruksi dengan nilai investasi sebesar Rp9.62 triliun atau sekitar 78.81% dari total nilai investasi seluruh sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Peringkat ke-2 ditempati oleh sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai investasi sebesar Rp985.34 miliar atau 8.07% yang kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan lainnya dengan nilai Rp562.50 miliar atau sebesar 4.61% dari total keseluruhan nilai investasi. Sementara itu untuk sektor pertambangan batubara sendiri memiliki nilai investasi yang relatif rendah yaitu sebesar Rp1.22 miliar atau dapat dikatakan hanya mampu menyumbang/berkontribusi sebesar 0.01% dari total nilai investasi seluruh sektor yang ada dengan nilai nol pada pembentukan modal tetap. Hal ini menjelaskan bahwa sektor pertambangan batubara tidak memiliki kontribusi di dalam modal tetap bruto.

Struktur Ekspor dan Impor

Jumlah ekspor bersih (ekspor dikurangi impor) Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 adalah sebesar Rp55.16 triliun. Berdasarkan pada Tabel 15 di bawah ini dapat dilihat bahwa telah terjadi surplus perdagangan di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dikarenakan nilai ekspor bersih yang menunjukkan angka positif. Tabel 15 menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara merupakan sektor yang paling tinggi berkontribusi di dalam kegiatan perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya untuk ekspor, dengan nilai Rp25.30 triliun atau berkontribusi sekitar 71.62% dari keseluruhan nilai ekspor bersih di dalam perekonomian. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertambangan batubara termasuk sektor yang potensial pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, di mana sebagian besar para importir luar negeri yang mengimpor batubara ini merupakan negara-negara maju seperti China dan Jepang di mana kedua negara itu menggunakan batubara sebagai sumber energi alternatif di negaranya dan output dari sektor ini seluruhnya diekspor dalam bentuk bahan mentah (raw materials).

36

Tabel 15 Struktur nilai dan persentase ekspor bersih Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 Sektor Ekspor (Juta Rupiah) Impor (Juta Rupiah) Nilai Ekspor Bersih (Juta Rupiah) % Padi 84 940 435 240 -350 300 -0.99 Tanaman Bahan Makanan

Lainnya 254 543 96 493 158 050 0.45 Tanaman Perkebunan Lainnya 34 936 269 236 -234 300 -0.66

Perkebunan Kelapa Sawit 0 360 565 -360 565 -1.02 Peternakan dan Hasil-hasilnya 48 245 208 130 -159 885 -0.45

Kehutanan dan Hasil-hasilnya 279885 47 039 232 846 0.66 Perikanan dan Hasil-hasilnya 562 831 212 450 350 381 0.99 Pertambangan Minyak Bumi 587 450 1 471 585 979 1.66 Pertambangan Batubara 29 761 848 4 457 493 25 304 355 71.62 Pertambangan Non Migas

Lainnya 759 838 68 290 691 548 1.96 Penggalian 43 134 61 699 -18 565 -0.05 Industri Makanan dan

Minuman serta Tembakau 10 304 237 1 101 738 9 202 499 26.05 Industri Pengolahan Lainnya 5 033 150 1 901 245 3 131 905 8.86 Industri Kimia 17 305 107 191 -89 886 -0.25 Listrik dan Air Minum 34 420 612 533 -578 113 -1.64 Bangunan/Konstruksi 0 2 505 062 -2 505 062 -7.09 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 4 553 835 1 308 008 3 245 827 9.19 Angkutan dan Komunikasi 2 774 138 5 362 925 -2 588 787 -7.33 Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya 0 320 462 -320 462 -0.91

Jasa-jasa Lainnya 27 757 395 761 -368 004 -1.04 Total 55 162 492 19 833 031 35 329 461 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Sektor ke-2 yang menyumbang kontribusi tertinggi lainnya yaitu sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai ekspor bersih sebesar Rp 9.20 triliun atau 26.05%, lalu disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki nilai Rp3.24 triliun atau sekitar 9.19% terhadap keseluruhan nilai ekspor bersih di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB)

Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input-Output, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Komponen input primer yang menyusun NTB diantaranya adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung.

37 Tabel 16 Struktur nilai tambah bruto Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Upah dan Gaji (Juta Rupiah) Surplus Usaha (Juta Rupiah) Rasio (W/S) Penyu- sutan (Juta Rupiah) Pajak Tak Langsung Netto (Juta Rupian)

Nilai Tambah Bruto (NTB) NTB (Juta Rupiah) NTB (%) Padi 767 066 3 253 711 0.24 78 239 63 399 4 162 415 5.25 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 247 596 1 160 583 0.21 7 420 17 925 1 433 524 1.81 Tanaman Perkebunan Lainnya 791 241 1 003 979 0.79 86 153 27 709 1 909 082 2.41 Perkebunan Kelapa Sawit 639 537 1 407 783 0.45 127 132 34 593 2 209 045 2.78 Peternakan dan Hasil-hasilnya 407 702 613 911 0.66 37 384 20 674 1 079 671 1.36 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 150 426 475 578 0.32 27 123 23 495 676 622 0.85 Perikanan dan Hasil-hasilnya 486 349 2 153 247 0.23 65 486 41 652 2 746 734 3.46 Pertambangan Minyak Bumi 58 246 481 166 0.12 20 950 24 132 584 494 0.74 Pertambangan Batubara 3 842 036 12 439 819 0.31 1 533 395 1 076 208 18 891 458 23.81 Pertambangan Non Migas Lainnya 93 392 605 278 0.15 47 424 38 673 784 767 0.99 Penggalian 260 575 367 727 0.71 73 672 26 988 728 962 0.92 Industri Makanan

dan Minuman serta

Tembakau 1 590 801 3 060 415 0.52 360 405 186 217 5 197 838 6.55 Industri Pengolahan

Lainnya 1 052 279 2 300 334 0.46 360 908 128 471 3 841 992 4.84 Industri Kimia 50 406 74 255 0.68 21 628 8 711 155 000 0.00 Listrik dan Air

Minum 177 438 319 749 0.55 188 143 36 468 721 798 0.91 Bangunan/Konstruk si 1 577 038 2 108 500 0.75 431 492 158 480 4 275 510 5.39 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3 072 386 6 196 340 0.50 853 630 401 173 10 523 529 13.27 Angkutan dan Komunikasi 2 465 923 2 414 516 1.02 2 181 692 151 756 7 213 887 9.09 Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya 985 987 3 020 999 0.33 306 271 90 966 4 404 223 5.55 Jasa-jasa Lainnya 6 841 925 340 003 20.12 583 021 23 798 7 788 747 9.82 Total 25 558 349 43 797 893 29.12 7 391 568 2 581 488 79 329 298 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Dapat dilihat pada Tabel 16 yang menunjukkan bahwa pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010, total NTB yang dihasilkan dalam perekonomian adalah sebesar Rp79.32 triliun dengan nilai upah dan gaji sebesar Rp25.55 triliun, surplus usaha Rp43.79 triliun, nilai penyusutan Rp7.39 triliun dengan nilai upah dan gaji sebesar Rp25.55 triliun, surplus usaha Rp43.79 triliun, nilai penyusutan Rp7.39 triliun, dan pajak tak langsung netto sebesar Rp2.58 triliun. Kontribusi terbesar NTB disumbang oleh sektor pertambangan batubara di mana nilai NTB-nya sebesar Rp18.89 triliun atau sebesar 23.81%.

Sektor penyusun upah dan gaji tertinggi ialah sektor jasa-jasa lainnya, dengan nilai sebesar Rp6.84 triliun, ke-2 adalah sektor pertambangan batubara sebesar Rp3.84 triliun, dan ke-3 adalah sektor hotel, perdagangan, dan restoran

38

yakni sebesar Rp3.07 triliun. Sementara itu untuk surplus usaha, sektor yang paling tinggi memberikan kontribusinya ialah sektor pertambangan batubara dengan nilai Rp12.43 triliun diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp6.19 triliun dan ke-3 ditempati oleh sektor padi sebesar Rp3,25 triliun.

Pada Tabel 16 di atas ini juga ditunjukkan adanya rasio upah gaji dan surplus usaha yang dapat digunakan untuk mengukur keseimbangan distribusi pendapatan antara pemilik modal dan tenaga kerja. Jika distribusi pendapatan suatu sektor bernilai satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi keseimbangan dalam pendistribusian pendapatan pada suatu sektor perekonomian. Pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 hampir seluruh sektor memiliki nilai rasio upah dan gaji dengan surplus usaha kurang dari satu, termasuk sektor pertambangan batubara yang memiliki rasio sebesar 0.31 yang berarti bahwa terjadi ketidakseimbangan antara upah dan gaji yang diterima pekerja lebih rendah dibandingkan dengan surplus usaha yang diterima oleh pemilik modal dan hal ini dapat terjadi akibat faktor produksi yang digunakan pada sektor tersebut merupakan padat karya.

Sementara itu Tabel 16 di atas juga menunjukkan sektor yang memberikan nilai penyusutan (pengurangan dari nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi) tertinggi dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 adalah sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai Rp2.18 triliun dan untuk sektor pertambangan batubara sendiri menempati urutan ke-2 tertinggi di mana nilai penyusutannya sebesar Rp1.53 triliun yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai penyusutan sebesar Rp853.63 miliar.

Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan pemerintah pada sektor tersebut. Pajak tak langsung netto yang terdapat di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 terbesar datang dari sektor pertambangan batubara dengan nilai pajak tak langsung bersihnya sebesar Rp1.07 triliun diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran Rp401.17 miliar dan sektor ke-3 adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau sebesar Rp186.21 miliar.

Struktur Output Sektoral

Output dalam pengertian Tabel Input-Output domestik adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perseorangan dari dalam negeri perusahaan atau perorangan asing. Dari Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 dapat diketahui besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor.

Tabel 17 di bawah ini menunjukkan struktur output di masing-masing sektor perekonomian. Jumlah seluruh output sektor di perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan ini adalah sebesar Rp148.60 triliun. Sektor yang memiliki nilai output sektoral tertinggi adalah sektor pertambangan batubara dengan nilai Rp31.50 triliun atau sekitar 21,20% dari total output seluruh sektor.

Sektor kedua yang mempunyai nilai output terbesar adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau diikuti dengan sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai masing-masing sebesar Rp22.17 triliun dan Rp17.12

39 triliun. Hal ini berarti ke-3 sektor tersebut mampu menghasilkan output dalam jumlah yang besar.

Tabel 17 Struktur pembentukkan output terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor Nilai Output Sektoral

(Juta Rupiah) %

Padi 5 584 914 3.76

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 1 681 139 1.13

Tanaman Perkebunan Lainnya 2 679 324 1.80

Perkebunan Kelapa Sawit 3 368 921 2.27

Peternakan dan Hasil-hasilnya 1 620 575 1.09

Kehutanan dan Hasil-hasilnya 804 716 0.54

Perikanan dan Hasil-hasilnya 3 320 537 2.23

Pertambangan Minyak Bumi 664 050 0.45

Pertambangan Batubara 31 501 408 21.20

Pertambangan Non Migas Lainnya 995 654 0.67

Penggalian 899 996 0.61

Industri Makanan dan Minuman serta

Tembakau 22 178 154 14.92

Industri Pengolahan Lainnya 10 051 610 6.76

Industri Kimia 393 208 0.26

Listrik dan Air Minum 2 094 130 1.41

Bangunan/Konstruksi 11 508 490 7.74

Perdagangan, Hotel dan Restoran 17 035 695 11.46

Angkutan dan Komunikasi 17 128 640 11.53

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 6 337 616 4.26

Jasa-jasa Lainnya 8 758 992 5.89

Total 148 607 769 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi backward linkage yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri/sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan forward linkage yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarindustri/sektor dalam penjualan terhadap total output yang dihasilkannya. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)

Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua kategori. Pertama keterkaitan langsung ke depan yang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Nilai keterkaitan langsung ke depan memiliki pengertian bahwa jika terdapat peningkatan akhir sebesar satu satuan, maka output

40

suatu sektor tersebut dan sektor-sektor lainnya juga akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Kedua adalah keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, di mana keterkaitan jenis ini menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa suatu sektor memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Besarnya nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.

Tabel 18 memperlihatkan analisis keterkaitan output langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010. Dilihat dari keterkaitan output langsung ke depan, sektor yang memiliki nilai keterkaitan terbesar adalah sektor angkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 0.71625 dan untuk keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang memiliki nilai tertinggi yaitu sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai sebesar 2.04822.

Tabel 18 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor

Keterkaitan ke Depan Langsung Langsung dan

Tidak Langsung

Padi 0.29682 1.45392

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.06102 1.07941 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.34015 1.47578 Perkebunan Kelapa Sawit 0.17273 1.25774 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.03767 1.05522 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.04696 1.06160 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.03656 1.04963 Pertambangan Minyak Bumi 0.11528 1.13030 Pertambangan Batubara 0.14223 1.17897 Pertambangan Non Migas Lainnya 0.19414 1.22746

Penggalian 0.07453 1.10148

Industri Makanan dan Minuman serta

Tembakau 0.39739 1.55777

Industri Pengolahan Lainnya 0.27262 1.38494

Industri Kimia 0.07116 1.08848

Listrik dan Air Minum 0.20733 1.28461

Bangunan/Konstruksi 0.25989 1.35800

Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.62219 1.86329 Angkutan dan Komunikasi 0.71625 2.04508 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.67575 2.04822 Jasa-jasa Lainnya 0.15140 1.22554 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

Sektor pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan output langsung ke depan sebesar 0.14223 yang berarti jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pertambangan batubara yang dijual atau dialokasikan secara langsung pada sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan

41 meningkat sebesar Rp0.14223 juta. Sementara itu untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan sektor pertambangan batubara adalah sebesar 1.17897. Nilai keterkaitan output langsung maupun tidak langsung ke depan dari sektor tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pertambangan batubara yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan meningkat sebesar Rp1.17897 juta.

Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)

Sama seperti keterkaitan ke depan, pada keterkaitan ke belakang pun dibagi menjadi dua kategori, yaitu keterkaitan langsung ke belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Besarnya nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun sektor itu sendiri jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan.

Tabel 19 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor

Keterkaitan ke Belakang Langsung Langsung dan

Tidak Langsung

Padi 0.17945 1.23508

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.08989 1.11826 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.18698 1.25022 Perkebunan Kelapa Sawit 0.23726 1.32654 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.20536 1.35753 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.10073 1.14124 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.10862 1.16740 Pertambangan Minyak Bumi 0.11734 1.13345 Pertambangan Batubara 0.25879 1.36023 Pertambangan Non Migas Lainnya 0.14321 1.18457

Penggalian 0.12148 1.17166

Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau 0.71582 2.08818 Industri Pengolahan Lainnya 0.42867 1.57841

Industri Kimia 0.33322 1.45123

Listrik dan Air Minum 0.36282 1.51726 Bangunan/Konstruksi 0.41081 1.58319 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.30548 1.44566 Angkutan dan Komunikasi 0.26574 1.37166 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 0.25450 1.34965 Jasa-jasa Lainnya 0.06590 1.09604 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (diolah).

42

Tabel 19 menunjukkan bahwa di antara sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, sektor yang paling tinggi nilai keterkaitan langsung ke belakang adalah sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai sebesar 0.71582 dan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang juga sektor industri makanan dan minuman serta tembakau dengan nilai keterkaitannya sebesar 2.08818.

Berdasarkan Tabel 19 di atas juga dapat kita lihat bahwa sektor pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0.25879, yang artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pertambangan batubara akan secara langsung meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya termasuk sektor pertambangan batubara itu sendiri sebesar Rp0.25879 juta. Sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pertambangan batubara memiliki nilai sebesar 1.36023 yang artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pertambangan batubara akan meningkatkan terhadap permintaan inputnya maupun terhadap sektor lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar Rp1.36023 juta.

Jika dilihat secara keseluruhan untuk sektor pertambangan batubara, nilai keterkaitan langsung ke belakang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan langsung ke depannya. Hal itu menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya dibutuhkan oleh sektor yang lainnya. Output sektor pertambangan batubara ini cenderung dijadikan sebagai permintaan akhir atau dengan kata lain output sektor pertambangan batubara ini dikonsumsi

Dokumen terkait