• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM

PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ASSRIANTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ASSRIANTI. Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO.

Provinsi Kalimantan Selatan berada pada peringkat ke-2 dalam menghasilkan batubara di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi 50 sektor yang diagregasi menjadi 20 sektor. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan (keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang), analisis penyebaran (koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran), dan multiplier analisis (multiplier output dan multiplier pendapatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sektor pertambangan batubara memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi dibandingkan nilai keterkaitan ke depannya, (2) koefisien penyebaran pada sektor ini lebih besar dibandingkan dengan kepekaan penyebarannya, dan (3) multiplier pendapatan sektor pertambangan batubara lebih tinggi dibandingkan multiplier outputnya.

Kata kunci: analisis input-output, pertambangan batubara.

ABSTRACT

ASSRIANTI. The Role of Coal Mining Sector in The Economy of South Kalimantan Province. Supervised by ARIEF DARYANTO.

The South Kalimantan is the second province in producing of coal in Indonesia. This paper aims to analyze the role of coal mining sector in the economy of South Kalimantan Province. The analytical method is using the 2010 Input-Output Table of South Kalimantan Province, classification 50 sectors that aggregated into 20 sectors. The analysis of this research is linkage analysis (forward and backward linkages), dispersion analysis (coefficient and sensitivity of dispersions), and multiplier analysis (output multiplier and income multiplier). The result showed that (1) the coal mining sector has larger score for backward linkage than forward linkage, (2) the coefficient of dispersion is higher than the sensitivity of coal mining sector dispersion, and (3) the income multiplier of the coal mining sector is higher than the output multiplier..

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PERAN SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM

PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ASSRIANTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

Nama : Assrianti

NIM : H14090055

Disetujui oleh

Arief Daryanto, Ph.D Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arief Daryanto Ph.D selaku dosen pembimbing, Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr selaku penguji utama, dan Bapak Salahuddin el Ayyubi, MA selaku dosen penguji komdik atas seluruh bimbingan, bantuan, kritik serta saran yang menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis haturkan terima kasih untuk para dosen, staf, dan civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi dan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua penulis yaitu Bapak Sabur dan Ibu Praptiani, adik Linda dan seluruh keluarga maupun sahabat-sahabat Ilmu Ekonomi 46 yang telah mendukung dan memberi motivasi begitu besar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun bagi pihak lain yang membutuhkan.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 6 

Tujuan Penelitian 6 

Manfaat Penelitian 6 

Ruang Lingkup Penelitian 7 

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7

Konsep Pertambangan dan Penggalian 7

Sumberdaya Mineral dan Energi 8 

Konsep Pembangunan Ekonomi 10 

Metode Input-Output 13

Penelitian Terdahulu 18

Kerangka Pemikiran 20

METODE PENELITIAN 22 

Jenis dan Sumber Data 22 

Metode Analisis 22 

GAMBARAN UMUM 26 

Geografi dan Iklim 26 

Pembangunan Manusia, Penduduk, dan Ketenagakerjaan 27 

Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan 29

Sektor Pertambangan Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan 30 

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 

Peranan Sektor Pertambangan Batubara terhadap Perekonomian Kalimantan

Selatan 31 

Analisis Keterkaitan 39

Analisis Penyebaran 42

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

(11)

DAFTAR TABEL

 

1 Pasokan batubara tahun 2004-2011 1  2 Produksi batubara lima provinsi terbesar di Indonesia tahun 2008-2010 2  

3 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi  

Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) 3  4 Produksi bahan tambang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi  

Kalimantan Selatan tahun 2011 (Ton) 4  5 Realisasi produk tambang tahun 2005 dan 2011 4  6 Jenis-jenis sumberdaya beserta penggunaannya 9 

7 Ilustrasi Tabel Input-Output 15

8 Rumus multiplier output dan pendapatan menurut tipe dampak 26 9 Penduduk Kalimantan Selatan usia 15 tahun keatas yang bekerja

menurut lapangan pekerjaan utama Agustus 2009 - Agustus 2011 28 10 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi 

Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) 29  11 PDRB Atas Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi 

Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah) 30  12 Struktur permintaan antara, permintaan akhir, dan jumlah

permintaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2010 32

13 Struktur konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah  

terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 33  14 Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi  

Kalimantan Selatan tahun 2010 34 

15 Struktur nilai dan persentase ekspor bersih Provinsi Kalimantan 

Selatan tahun 2010 36 

16 Struktur nilai tambah bruto Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 37  17 Struktur pembentukkan output terhadap perekonomian Provinsi 

Kalimantan Selatan tahun 2010 39 

18 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung  ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2010 40 

19 Keterkaitan output langsung serta langsung dan tidak langsung 

ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan 

Selatan tahun 2010 41 

20 Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi 

Kalimantan Selatan 43 

21 Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Provinsi 

Kalimantan Selatan 43 

22 Multiplier output sektor-sektor perekonomian Provinsi 

Kalimantan Selatan 45

23 Multiplier pendapatan sektor-sektor perekonomian Provinsi  

Kalimantan Selatan 46

24 Pembagian sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan 47  25 Total nilai multiplier output dan pendapatan sektor-sektor 

(12)

 

DAFTAR GAMBAR

1 Volume ekspor batubara menurut negara tujuan tahun 2011 5

2 From comparative to competitive advantage 11

3 Kerangka Pemikiran 21

4 Peta Provinsi Kalimantan Selatan 27

5 Diagram penetapan sektor kunci 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Klasifikasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 54

2 Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 20 Sektor (Juta Rupiah) 57

3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 20 sektor 61

4 Matriks kebalikan Leontief klasifikasi 20 sektor 63

5 Multiplier output klasifikasi 20 sektor 65

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Alam menyediakan berbagai sumber energi tak terbarukan, antara lain panas bumi, minyak dan gas bumi, serta batubara. Pada saat teknologi belum maju seperti saat ini, batubara sebagai sumber energi yang lebih awal ditemukan merupakan pilihan utama, kemudian disusul minyak bumi yang ditemukan yang ternyata lebih praktis (Sukandarrumidi 2006). Kepraktisan penggunaan sumber energi jenis minyak dan gas bumi telah menggeser penggunaan sumber energi jenis batubara untuk dunia industri. Namun seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, pemanfaatan batubara mulai dilakukan.

Batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dimana Indonesia termasuk ke dalam 10 negara terbesar penghasil batubara yang menempati urutan ke-5 pada tahun 2011 setelah Australia (World Coal Assosiation 2012). Dalam perdagangan dunia, Indonesia menduduki peringkat pertama eksportir batubara dengan jumlah total ekspor sebesar 272 671 351 ton pada tahun 2011. Menurut Departemen Energi Sumberdaya Mineral, produksi batubara dari tahun 2004 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Tabel 1 Pasokan batubara tahun 2004-2011

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Dalam Negeri (Ton)

2004 132 352 025 93 758 806 36 081 734

2005 152 722 438 110 789 700 41 350 736 2006 193 761 311 143 632 865 48 995 069 2007 216 946 699 163 000 000 61 470 000 2008 240 249 968 191 430 218 53 473 252 2009 256 181 000 198 366 000 56 295 000 2010 275 164 196 208 000 000 67 000 000 2011 353 387 341 272 671 351 79 557 800 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral Batubara, Diolah Pusdatin 2013.

(14)

2

diekspor untuk memenuhi kebutuhan negara importir, sedangkan sisanya untuk memenuhi kebutuhan domestik (Nugraha 2010).

Data Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (2012) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki jumlah cadangan batubara nasional sebanyak 28.02 miliar ton yang tersebar di seluruh provinsi. Cadangan batubara terbesar terletak di Pulau Sumatera, dengan jumlah cadangan sebesar 14.80 miliar ton dan Provinsi Sumatera Selatan memiliki jumlah cadangan tertinggi, yaitu sekitar 92.06% dari keseluruhan total jumlah cadangan batubara yang terdapat di Pulau Sumatera atau sekitar 48.63% dari keseluruhan cadangan batubara di Indonesia. Sementara itu Pulau Kalimantan sendiri memiliki cadangan batubara terbesar ke-2 setelah Pulau Sumatera, dengan jumlah cadangan batubara sebanyak 13.22 miliar ton di mana Provinsi Kalimantan Timur memiliki jumlah cadangan sebesar 67.05% (tertinggi pertama) dan Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sekitar 28.58% (tertinggi ke-2) dari keseluruhan total cadangan batubara di Pulau Kalimantan atau sekitar 31.63% dan 13.48% dari total cadangan batubara di Indonesia.

Besarnya cadangan batubara di Pulau Sumatera tidak menjadikan daerah tersebut sebagai sentra produksi batubara, dikarenakan infrastruktur maupun teknologi produksi di Pulau Sumatera masih tergolong rendah dan tidak memadai untuk dijadikan sebagai sentra produksi. Sentra produksi batubara sendiri terletak di Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan.

Tabel 2 Produksi batubara lima provinsi terbesar di Indonesia tahun 2008-2010

Nama Provinsi Tahun

2008 (Ton) 2009 (Ton) 2010 (Ton) Sumatera Selatan 10 728 339 10 869 870 15 365 659

Jambi 4 216 057 2 731 060 3 186 244

Kalimantan Selatan 70 927 675 80 072 888 90 453 999 Kalimantan Tengah 1 443 221 1 549 526 1 687 927 Kalimantan Timur 118 853 758 123 256 163 140 753 374 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 2011.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa setiap tahunnya produksi batubara di 5 provinsi penghasil batubara terbesar terus meningkat. Sentra produksi batubara di Indonesia terletak di Pulau Kalimantan dengan daerah penghasil batubara terbesarnya yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Dalam kurun waktu 3 tahun terlihat bahwa setiap tahunnya produksi batubara di Provinsi Kalimantan Timur terus meningkat. Tak terkecuali di Provinsi Kalimantan Selatan yang menempati urutan ke-2 dalam menghasilkan batubara dengan peningkatan rata-rata 4% setiap tahunnya sampai tahun 2010. Provinsi ke-3 yang merupakan penghasil terbesar batubara ditempati oleh Provinsi Sumatera Selatan, disusul Jambi di posisi ke-4 dan Provinsi Kalimantan Tengah menempati urutan ke-5.

(15)

3 Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar dalam menyumbang pendapatan regional di Kalimantan Selatan sebagaimana terlihat dalam Tabel 3 dimana subsektor pertambangan tanpa minyak dan gas menjadi subsektor yang memiliki kontribusi paling tinggi di dalamnya yang kemudian disusul oleh sektor pertanian. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan di tahun 2012 mencatat bahwa untuk sektor pertanian kontribusi bagi PDRB yang dihasilkan mencapai Rp14.60 triliun sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian menghasilkan sebesar Rp18.01 triliun atau menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDRB sebesar 19.17%.

Tabel 3 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012

Pertanian 11 380 214.21 12 446 620.56 13 696 209.72 14 603 477.66 Pertambangan dan

Penggalian 11 014 923.94 14 107 440.94 16 659 913.71 18 008 900.38 -Minyak dan Gas

Bumi 646 499.61 679 291.57 704 983.77 705 673.33 -Pertambangan

tanpa Migas 981 919.91 12 797 177.85 15 238 019.35 16 489 272.77 -Penggalian 549 232.41 630 971.53 716 910.59 813 954.28 Industri

Pengolahan 5 071 960.70 5 611 080.15 6 270 582.19 6 865 260.06 Listrik, Gas dan

Air Bersih 294 423.72 346 672.96 390 928.55 435 473.90 Bangunan 3 182 653.20 3 569 931.02 3 994 602.18 4 553 773.15 Perdagangan, Hotel

dan Restoran 7 698 123.31 8 999 094.25 10 447 231.32 12 394 973.26 Pengangkutan dan

Komunikasi 4 737 672.87 5 319 610.68 5 993 779.78 6 697 260.05 Keuangan,

persewaaan dan

Jasa Perusahaan 2 623 321.26 3 023 569.36 3438297 .87 3 923 864.40 Jasa-jasa 5 456 882.49 6 399 046.02 7295337 .40 8 440 149.69 PDRB dengan

migas 51 460 175.70 59 823 065.94 68 186 882.70 75 923 132.54 PDRB tanpa migas 50 813 676.09 59 143 774.37 67 481 898.93 75 217 459.21 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

(16)

4

Tabel 4 Produksi bahan tambang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 (Ton)

Kabupaten Batubara Biji Besi Mangan Kromit

Tanah Laut 19 079 539 226 880 400 250

Kotabaru 10 554 886 3 782 003 0 0

Banjar 6 073 065 0 0 0

Barito Kuala 0 0 0 0

Tapin 16 603 630 0 0 0

Hulu Sungai Selatan 350 202 0 0 0

Hulu Sungai Tengah 0 0 0 0

Hulu Sungai Utara 0 0 0 0

Tabalong 26 013 062 0 0 0

Tanah Bumbu 41 480 647 3 156 449 0 0

Balangan 21 654 404 0 0 0

Kotamadya

Banjarmasin 0 0 0 0

Banjarbaru 0 0 0 0

Total 141 809 435 7 165 332 400 250

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012.

Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan secara kumulatif, menurut nilai ekspor Kalimantan Selatan bulan Januari-Desember 2011 mencapai US$9 139.95 juta, yakni naik sebesar 44,72% bila dibandingkan dengan periode yang pada sama tahun 2010 yaitu sebesar US$6 315.71 juta dimana peranan batubara terhadap total ekspor terus menunjukkan tren peningkatan. Sub sesktor pertambangan tanpa migas yang mencakup adanya kegiatan penambangan batubara di dalamnya meningkat rata-rata 25% setiap tahunnya. Keadaan ini mendorong produsen batubara di Kalimantan Selatan untuk melakukan ekspor ke mancanegara. Pada tahun 2005 peranan batubara terhadap ekspor mencapai 77.52% dan mengalami peningkatan menjadi 86.01% pada tahun 2011 yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Realisasi ekspor produk tambang tahun 2005 dan 2011 Jenis

Komoditas

2005 2011 Volume

(Ton)

Nilai (US$ Juta)

Volume (Ton)

Nilai (US$ Juta) Batu Bara 50 928 511.13 1 587 376.95 100 817 475.25 7 722 153.78

Semen 0.00 0.00 0.00 0.00

(17)

5 Terdapat 26 negara tujuan ekspor batubara Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011, negara yang paling banyak mengimpor batubara dari Kalimantan Selatan untuk digunakan sebagai sumber energi ialah China yakni sebesar 29.51 juta ton atau sekitar 29% dari keseluruhan total volume ekspor batubara Kalimantan Selatan ke 26 negara tujuan, disusul oleh India yaitu sebesar 22.07 juta ton, atau 22% dari keseluruhan ekspor, dan negara ke-3 pengimpor terbesar batubara dari Kalimantan Selatan ialah Jepang yang mengimpor sebanyak 13,52 juta ton atau sebesar 14%.

29%

14%

22% 7%

6% 5%

4%3%

3% 3% 4%

China Jepang India

South Korea Taiwan Malaysia Philipina Hongkong Thailand Spanyol Others

Gambar 1 Volume ekspor batubara nenurut negara tujuan tahun 2011 Sumber: Kalimantan Selatan dalam Angka 2012.

(18)

6

Perumusan Masalah

Tingginya produksi batubara di wilayah Kalimantan Selatan tentu memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai komoditas lainnya yang juga mendukung kontribusi terhadap PDRB. Maka dari itu, berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Bagaimana peranan sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan dalam pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral?

2. Bagaimana keterkaitan sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dengan sektor-sektor lainnya?

3. Bagaimana dampak penyebaran dari sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan terhadap sektor-sektor lainnya?

4. Bagaimana besarnya efek multiplier output dan pendapatan sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis kontribusi sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan ditinjau dari pembentukan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto, dan output sektoral.

2. Menganalisis keterkaitan sektor pertambangan batubara dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Menganalisis dampak penyebaran dari sektor pertambangan batubara dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

4. Menganalisis efek multiplier output dan pendapatan sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan mengenai komoditas batubara baik secara regional maupun nasional.

(19)

7 3. Bagi para kalangan akademisi dan masyarakat umum, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai peranan sektor pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Selatan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah analisis peran sektor pertambangan batubara di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Penggunaan batubara sebagai sumber energi tak terbarukan tentu memengaruhi keseimbangan lingkungan. Namun pada penelitian ini peneliti tidak menganalisis dampak lingkungan yang terjadi dan hanya menganalisis dari aspek ekonominya saja.

Penelitian dilakukan menggunakan Tabel Input-Ouput Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 dengan mengklasifikasi Tabel Input-Output menjadi 20 sektor dari 50 sektor yang ada. Klasifikasi sangat menentukan tahap-tahap kegiatan selanjutnya yang bertujuan untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang sangat beraneka ragam ke dalam satuan-satuan sektor yang memiliki persamaan. Klasifikasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peranan sektor pertambangan batubara di dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan.

Data yang dianalisis dari tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen yang kemudian akan dihitung menggunakan aplikasi Input Output Analysis for Practitioners (IOAP) 1.0.1 dan Microsoft Excel 2010. Dalam penelitian ini tidak dapat melihat efek pengganda tenaga kerja dari masing-masing sektor karena keterbatasan data tenaga kerja sesuai dengan klasifikasi pada Tabel Input-Ouput tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, bijih mangan, dan perak. Sementara itu penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia, mineral, dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam (tidak termasuk logam, batubara, mintak dan gas bumi, dan bahan radio aktif). Bahan galian ini biasanya digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor industri maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian antara lain, batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu marmer, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat, dan lain-lain.

(20)

8

padat, cair, dan gas baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan menggunakan benda-benda tersebut adalah menciptakan nilai dari barang tambang dan galian tersebut sehingga memungkinkan dimanfaatkan lebih lanjut, dijual pada pihak lain maupun diekspor.

Tahapan Kegiatan Pertambangan

Tahapan kegiatan pertambangan meliputi prospeksi, eksplorasi, eksploitasi, dan pengolahan/pengilangan/pemurnian.

a. Prospeksi

Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan endapan bahan galian atau mineral berharga.

b. Eksplorasi

Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata, dan besarnya cadangan serta studi kelayakan dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan.

c. Eksploitasi

Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran.

d. Pengolahan/Pemurnian/Pengilangan

Pengolahan/Pemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan/meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dengan yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut (dapat dilakukan dengan cara kimia).

Sumberdaya Mineral dan Energi

(21)

9 zaman revolusi industri, kebutuhan bahan galian mineral semakin meningkat karena manfaat dari berbagai jenis mineral tersebut, misalnya untuk keperluan membuat mesin-mesin industri, alat transportasi, alat komunikasi, dan alat-alat rumah tangga.

Sumberdaya energi adalah sumberdaya geologi yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi. Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa jenis sumberdaya geologi yang terdapat di alam, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi dapat dirubah dan dikonversikan menjadi energi.

Tabel 6 menjelaskan berbagai jenis sumberdaya geologi yang dimanfaatkan sebagai penghasil energi, yaitu: (1) minyak bumi, (2) gas alam (Liquid Natural Gas/LNG), (3) batubara, (4) panas bumi (Geothermal), (5) air, (6) mineral radioaktif, (7) angina, (8) gelombang air laut, dan (9) radiasi matahari. Berikut ini adalah pemanfaatan sumberdaya energi dalam berbagai sektor, baik untuk energi listrik, industri, transportasi, rumah tinggal, dan lain-lain.

Tabel 6 Jenis-jenis sumberdaya beserta penggunaannya

Jenis Sumberdaya Penggunaan

Minyak bumi Energi listrik, rumah tinggal, komersial, industri, transportasi, ekspor/impor

Gas alam Energi listrik, rumah tinggal, komersial, industri, transportasi

Batubara Energi listrik, rumah tinggal, komersial, industri, transportasi, ekspor/impor

Panas bumi (Geothermal) Energi listrik, rumah tinggal, komersial

Air Energi listrik

Mineral radioaktif Energi listrik

Angin Energi listrik

Radiasi matahari Energi listrik, rumah tinggal, komersial Sumber: Sukandarrumidi 2006.

Batubara

Komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, dan P. Hal ini terjadi dikarenakan batubara itu sendiri terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses coalification. Dalam mempelajari cara terbentuknya batubara dikenal dua teori, yaitu teori insitu dan teori drift (Krevelen 1993).

(22)

10

Sementara itu, teori drift menjelaskan bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat tumbuhan semula berkembang kemudian mati. Bahan pembentuk batubara tersebut telah mengalami proses transportasi, sortasi, dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Hal ini terjadi karena selama proses transportasi yang berkaitan dengan kekuatan arus air, pada saat arus kuat akan terhanyutkan pokok pohon yang besar, sedang pada saat arus air kekuatannya telah mulai berkurang yang diangkut bagian pohon yang lebih kecil (ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan konsep teori drift, mungkin luas ataupun sempit, tergantung pada luasan cekungan sedimentasi (Krevelen 1993).

Wilayah penambangan batubara di Indonesia tersebar dari Provinsi Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Selain memiliki sebaran wilayah yang luas, pelaku penambangan batubara/perusahaan batubara juga merupakan yang terbanyak jumlahnya dibandingkan dengan perusahaan yang mengusahakan komoditas tambang non migas lainnya.

Dahulu batubara banyak digunakan untuk menggerakkan mesin uap yang pada waktu itu digunakan untuk mesin lokomotif kereta api, kapal laut, dan mesin industri lainnya. Dewasa ini batubara banyak digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap dan mesin industri yang memerlukan kalori cukup besar. Ditinjau dari segi pemanfaatannya, batubara dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: (1) batubara untuk bahan bakar, disebut batubara bahan bakar (steaming coal, fuel coal, atau energy coal), (2) batubara bitumen untuk pembuatan kokas, disebut batubara kokas (coking coal), dan (3) batubara untuk dibuat bahan-bahan dasar energi lainnya, disebut batubara konversi (conversion coal).

Konsep Pembangunan Ekonomi

Secara tradisional, pembangunan dapat dikatakan sebagian kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan nasional bruto atau GNI (gross national income). Indeks ekonomi lainnya yang digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita (income per capita) atau GNI per kapita. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI, baik secara keseluruhan maupun per kapita dan akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata atau dapat dikatakan sebagai prinsip ‘efek penetasan ke bawah’ (trickle down effect) (Todaro dan Smith 2006).

(23)

11 berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom for servitude).

Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional ataupun secara regional. Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan indikasi keberhasilan suatu pembangunan ekonomi.

Tahapan Pembangunan Ekonomi

Negara-negara maju sebagian besar kegiatan ekonominya telah sampai pada tahap pembangunan ekonomi yang digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi (innovation driven). Seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 From comparative to competitive advantage Sumber: World Economic Forum 2009.

(24)

12

pada perakitan, industri padat karya, dan eksploitasi sumberdaya alam, dan perekonomian sangat sensitif terhadap siklus perekonomian dunia, harga komoditi, dan nilai tukar.

Tahap yang ke-2 digerakkan oleh penggunaan barang-barang modal dan SDM semi terampil atau capital driven. Pada tahap ini ditandai antara lain oleh peningkatan produktivitas dan nilai tambah sebagai sumber pertumbuhan output total, baik akibat peningkatan penggunaan barang-barang modal maupun akibat peningkatan mutu sumberdaya manusia. Kemampuan penetrasi pasar meningkat, segmen pasar yang dimasuki makin luas (peningkatan pangsa pasar) dan nilai tambah (pendapatan) yang dinikmati rakyat daerah meningkat. Efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa standar adalah sumber dominan keunggulan kompetitif, teknologi diakses melalui lisensi, joint-venture, FDI, dan imitasi, negara tidak hanya mengasimilasi teknologi asing, tetapi mempunyai kapasitas untuk meningkatkannya, adanya dukungan dari investasi besar dalam infrastruktur yang efisien dan proses produksi modern.

Tahap yang ke-3 adalah innovation driven. Pada tahap ini ditandai dengan inovasi teknologi yang secara terus-menerus dan berkelanjutan sehingga akan menghasilkan produk-produk baru dan bernilai tambah tinggi. Barang-barang dan jasa inovatif pada tingkat teknologi dunia mutakhir merupakan sumber keunggulan kompetitif, pembangunan nasional dicirikan oleh kekuatan pada semua area bersamaan dengan keberadaan cluster yang baik, perusahaan bersaing dengan strategi yang unik dan cakupan yang seringkali global, perekonomian mempunyai porsi jasa yang tinggi dan tahan terhadap external shocks.

Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka terjadi pergeseran mengenai konsep pembangunan ekonomi yang tadinya bersifat sentralistis, mengarah pada desentralisasi, yaitu dengan memberikan kekuasaan kepada daerah untuk membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonominya. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Subandi 2011).

(25)

13 jumlah penduduk dan ada kecenderungan bahwa dalam jangka waktu tertentu pertumbuhan itu akan berlanjut.

Pada pertumbuhan ekonomi juga dikenal dengan teori klasik. Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith yang pada awalnya dipaparkan dalam bentuk buku yang berjudul An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations yang diterbitkan pada tahun 1776. Adam Smith menentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Ia menganjurkan kebijaksanaan pasar bebas atau laissez-faire, yaitu kebijaksanaan yang sifatnya memberikan kebebasan yang maksimal kepada para pelaku perekonomian untuk melakukan kegiatan yang disukainya dan meminimalkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Menurut Smith, terdapat “kekuatan yang tidak terlihat” (invisible hands) dalam pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme yang mendorong efisiensi dan membawa ekonomi pada keadaan full employment. Smith berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut.

Teori Klasik Adam Smith menuai kritikan mengenai asumsinya yang tidak realistis tentang pasar bebas. Kenyataan menyebutkan bahwa peranan pemerintah dalam perekonomian selalu ada dan diperlukan untuk mengatur perekonomian.

Teori Klasik lainnya yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi adalah teori dari David Ricardo (1821) yang menyebutkan bahwa penduduk yang berjalan dengan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang lebih rendah. Ricardo juga menjelaskan di sisi lain, jika tadinya proses produksi dilakukan pada lahan yang kualitasnya baik, dengan semakin bertambahnya penduduk maka lahan yang kualitasnya rendah pun akan digunakan yang menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh akan menurun. Teori Ricardo juga menuai kritikan, salah satunya karena mengabaikan peranan teknologi yang dapat menahan laju penurunan hasil, terutama teknologi pertanian yang dapat meningkatkan kualitas lahan dan hasil produksi.

Metode Input-Output (IO)

Teori Input-Output

Baumol dalam Nazara (2005) menyatakan analisis Input-Output sebagai usaha untuk memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi. Analisis Input-Output merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Analisis itu didasarkan suatu situasi perekonomian dan keseimbangan dalam analisis Input-Output didasarkan arus transaksi antar pelaku perekonomian.

(26)

14

oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer.

Sebagai metode kuantitatif Tabel Input-Output memberikan gambaran menyeluruh tentang hal-hal sebagai berikut ini.

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antarsektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri mmaupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh

berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Kegunaan, Prinsip Dasar (Asumsi), dan Keterbatasan

Metode Input-Output telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input-Output, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Berguna untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi.

2. Berguna untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.

3. Berguna untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.

4. Berguna untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Menurut Jensen dan West dalam Priyarsono et al (2007) Tabel Input-Output bersifat statis (state model), dan di dalam penyusunan tabel tersebut diperlukan tiga prinsip dasar atau asumsi-asumsi pokok untuk memudahkan dalam memahami, menyusun, dan menggunakan Tabel Input-Output. Asumsi yang mendasari adalah sebagai berikut :

1. Keseragaman (Homogenity)

Suatu prinsip di mana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda.

2. Kesebandingan (Proportionality)

Suatu prinsip di mana hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dari penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Penjumlahan (Additivity)

(27)

15 Adanya asumsi-asumsi tersebut membuat Tabel Input-Output memiliki keterbatasan, antara lain: karena rasio Input-Output tetap konstan sepanjang periode metode analisis maka produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah prosesnya. Asumsi semacam ini tidak menjelaskan adanya perubahan teknologi ataupun produktivitas yang dapat terjadi dari waktu ke waktu. Walaupun mengandung keterbatasan, model Input-Output tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lebih lengkap dan lebih komprehensif.

Kerangka Umum Tabel Input-Output

Pada dasarnya Tabel Input-Output terdiri atas 4 kuadran, dengan tiap kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks yang berbeda-beda dimensinya. Tabel 7 di bawah ini akan memberikan gambaran lebih lengkap format Tabel Input-Output.

Tabel 7 Ilustrasi Tabel Input-Output Output

Input

Sektor Produksi

Permintaan Akhir

Total Output 1 2 3

.. N

Sektor Produksi

1 z11 z12 z13 .. z1n Y1 X1 2

z21 z22 z23

.. z2n Y2 X2

3 z31 z32 z33 z3n Y3 X3

. . . .

.. . . .

. . . .

.. . . .

n zn1 zn2 zn3 .. znn Yn Xn

Input Primer V V1 V2 V3

.. Vn Total Input X X1 X2 X3 .. Xn

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda 2010.

Ada tiga matriks dasar yang dapat dilihat dalam Tabel 7 yakni: 1. Matriks Z atau matriks transaksi input antara,

2. Matriks Y atau matriks permintaan akhir yang terdiri atas permintaan untuk konsumsi rumah tangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan ekspor (X),

(28)

16

Tabel 7 dapat pula menjelaskan mengenai 4 kuadran yang terdapat dalam suatu Tabel Input-Output, yaitu:

1. Kuadran I (Intermediate Quadrant)

Setiap sel di kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output kuadran ini sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2. Kuadran II (Final Demand Quadrant)

Menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor- sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. Total permintaan akhir adalah jumlah dari total konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor.

3. Kuadran III (Primary Output Quadrant)

Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant)

Merupakan input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

Bila dilihat secara horizontal (baris), setiap isi sel total output pada Tabel 7 menunjukkan bagaimana output suatu sektor itu dialokasikan, yang mana sebagian untuk memenuhi input antara di sektor produksi dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir.

Secara keseluruhan distribusi output pada Tabel Input-Output dapat dituliskan sebagai berikut:

=

i

j 1

zij + Yi = Xi untuk i = 1, 2, 3,..., n

dimana zij adalah banyaknya output sektor i yang dialokasikan sebagai input

antara pada sektor j, sedangkan Yi adalah jumlah permintaan akhir terhadap sektor

i. Sedangkan isi sel menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi, dan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

=

j

i 1

zij + Vj = Xj untuk j =1, 2, 3,..., n

dimana zij adalah banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang

digunakan oleh sektor j, sedangkan Vj menunjukkan jumlah input primer yang

(29)

17 Analisis Penerapan Sektor Kunci

Model Input-Output dapat digunakan juga sebagai alat pengambil keputusan dalam merencanakan pembangunan sektoral, di mana dari hasil analisisnya dapat diketahui sektor-sektor yang dijadikan leading sector (sektor pemimpin) atau dapat juga dikatakan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi. Suatu sektor kunci dianggap memiliki kemampuan daya sebar yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian, sehingga efek yang diberikannya bersifat ganda. Disatu sisi sektor tersebut dapat mendorong permintaan agregat (aggregate demand) yang lebih tinggi, dan disisi lain dapat meningkatkan penawaran agregat (aggregate supply) untuk pemenuhan kebutuhan domestik.

Menurut Arsyad (1999) suatu sektor yang dapat menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan, memiliki ciri-ciri yakni: (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung, (3) memiliki keterkaitan tinggi, dan (4) inovatif, dapat pula dijadikan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor tersebut paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan (sustainability).

Arief (1993) mengemukakan bahwa metode Input-Output dapat digunakan untuk melihat sektor-sektor apa saja yang dapat menjadi sektor pemimpin dalam pembangunan daerah. Sektor-sektor tersebut dapat dideteksi dengan 4 cara, yaitu:

1. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi dengan melakukan dua metode tradisioanl pengukuran keterkaitan antar sektor, yaitu metode Chenery-Watanabe (1958) dan metode Rasmussen (1956).

2. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula.

3. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.

4. Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Analisis Keterkaitan

(30)

18

ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matriks kebalikan Leontief.

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang/Daya Menarik) Digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari mekanisme pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya.

2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan/Daya Mendorong) Bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini.

Analisis Mutliplier

Analisis mutliplier mencakup mutliplier output, multiplier pendapatan, multiplier tenaga kerja, dan multiplier tipe I dan II.

1. Multiplier Output

Dihitung dalam per unit perubahan output sebagai initial effect, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter.

2. Multiplier Pendapatan

Mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian, termasuk upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan di sini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga tetapi juga dividen dan bunga bank.

3. Multiplier Tenaga Kerja

Menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Tidak dapat ditemukan dalam Tabel Input-Output dikarenakan pada Tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja.

4. Multiplier Tipe I dan II

Digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah.

Penelitian Terdahulu

(31)

19 bahwa Provinsi Jambi sangat mengandalkan sumberdaya tak terbarukan khususnya sektor pertambangan dan penggalian yang berorientasi ekspor dalam menopang kehidupan perekonomiannya. Hasil analisis menyebutkan bahwa pembatasan ekspor batubara sangat berdampak pada kinerja perekonomian Provinsi Jambi yang bercorak ekonomi primer (primary sector). Dampak penurunan ekspor pertambangan non-migas dapat dieliminir dengan paket kebijakan pengalihan kelebihan kuota ekspor batubara menjadi sumber energi listrik, atau dengan peningkatan investasi pada beberapa sektor kunci diikuti relokasi konsumsi rumah tangga. Paket kebijakan dalam rangka mengeliminir penurunan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebagai dampak pembatasan ekspor batubara nasional yaitu dengan memanfaatkan kelebihan produksi batubara yang tidak dapat diekspor untuk bahan baku pembangkit energi listrik diikuti dengan pengembangan sektor kunci dalam perekonomian Provinsi Jambi. Paket kebijakan ini memberikan dampak positif terhadap kinerja perekonomian Provinsi Jambi secara menyeluruh di semua sektor dan mampu mengeliminir dampak negatif pemberlakuan kuota ekspor batubara.

Penelitian yang dilakukan oleh Kencana (2011) menganalisis tentang peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan Tabel Input-Output tahun 2006. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pariwisata Provinsi DKI Jakarta mempunyai peranan yang relatif besar. Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini berarti sektor pariwisata dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain baik sektor hulu maupun hilirnya. Dilihat dari dampak penyebaran di mana dampak penyebaran itu dibagi menjadi koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran menjelaskan sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai kepekaan penyebarannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata ini mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan output sektor hulunya dibandingkan sektor hilirnya. Berdasarkan hasil analisis mutliplier output, pendapatan, dan tenaga kerja diketahui bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi mempunyai nilai tertinggi untuk masing-masing nilai mutliplier-nya.

(32)

20

pendapatan terjadi penurunan nilai sebesar 0.01 dari tahun 1999 sampai tahun 2007.

Kerangka Pemikiran

Dalam perkembangannya, pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan. Suatu wilayah dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Keberhasilan suatu pembangunan perekonomian suatu wilayah tak lepas dari keberadaan sumberdaya ekonomi yang terdapat di wilayah tersebut, baik itu berupa sumberdaya manusia, sumberdaya modal, maupun sumberdaya alam.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang kaya akan sumberdaya alamnya, khususnya batubara, dan termasuk ke dalam sentra pertambangan batubara di Indonesia serta berperan sebagai penyumbang PDRB. Keberadaan pertambangan batubara ini diharapkan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan. Pada penelitian ini peneliti akan lebih memfokuskan penelitiannya mengenai peran sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Kalimantan Selatan.

(33)

21

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Perekonomian Provinsi Kalimanta Selatan

Pertambangan Batubara di Kalimantan Selatan Selatan

[image:33.595.107.511.75.820.2]

Analisis Input-Output

Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010

Keterkaitan Sektor Pertambangan Batubara dengan

Sektor Lain

Dampak Penyebaran

Sektor Pertambangan Batubara dengan

Sektor Lain

Besarnya Efek

Multiplier

Output dan Pendapatan

Sektor Pertambangan

Batubara

Analisis Keterkaitan

Analisis Dampak

Penyebaran Analisis Multiplier

Peran Sektor Pertambangan Batubara dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

Analisis Penerapan Sektor

(34)

22

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi lima puluh sektor yang diagregasi menjadi 20 sektor, data-data pendukung lainnya yang didapat dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pusat Statistik Pusat serta sumber-sumber lainnya. Dalam analisis ini dibantu oleh perangkat lunak Microsoft Excel 2010 dan Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP) 1.0.1 untuk mendapatkan nilai multiplier, keterkaitan serta dampak penyebaran.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui peran sektor pertambangan batubara dalam perekonomian Kalimantan Selatan adalah metode analisis Input-Output. Tabel Input-Output yang digunakan dalam penelitian ini ialah Tabel Input Output transaksi domestik atas dasar harga produsen Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010. Dari tabel tersebut dapat dilihat peran sektor pertambangan batubara terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan dan sebagai dasar untuk melakukan analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis multiplier.

Koefisien Input

Tabel 7 pada bab sebelumnya dapat dituliskan melalui persamaan di bawah ini yang menjelaskan mengenai output suatu sektor dialokasikan (bagian horizontal), sebagian untuk memenuhi permintaan antara sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir, sedangkan isian angka menurut garis vertikal menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan sektor-sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Persamaan alokasi output dapat dirumuskan dalam persamaan di bawah ini.

X11 + x12 + ... + x1n + F1 = X1 X21 + x22 + ... + x2n + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . . . .

Xn1 + x2n + ... + xnn + Fn = Xn ... (a)

Koefisien input teknis dapat didefinisikan sebagai jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Rumus koefisien input teknis adalah sebagai berikut berdasarkan persamaan (a) di atas:

αij =

j ij X x

... (b)

Untuk jumlah sektor sebanyak n, seluruh koefisien input αij dapat

(35)

23 A = nn n2 n1 2n 22 21 1n 12 11 a ... a a a ... a a a ... a a

Maka setelah didapat matriks koefisien teknis tersebut, persamaan di bawah ini juga dapat ditulis setelah mensubtitusi persamaan (b) ke persamaan (a) adalah sebagai berikut:

An1X1 + an2X2 + ... + annXn + Fn = Xn ... (c)

Apabila persamaan di atas ditulis dalam bentuk matriks maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut ini:

nn n2 n1 2n 22 21 1n 12 11 a ... a a a ... a a a ... a a n 2 1 X X X + n 2 1 F F F = n 2 1 X X X

A X F = X AX + F = X atau (I – A) X = F

X = (I – A)-1F ... (d) di mana:

I = matriks identitas yang elemennya memuat angka 1 pada diagonalnya dan nol pada selainnya

F = permintaan akhir X = jumlah output (I – A) = matriks Leontief

(I – A)-1 = matriks kebalikan Leontief

Dari persamaan di atas terlihat bahwa output setiap sektor memiliki hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I – A)-1 sebagai koefisien antaranya. Matriks kebalikan ini mempunyai peranan penting sebagai alat analisis ekonomi menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat permintaan akhir terhadap tingkat produksi.

Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya. Keterkaitan terdiri atas keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang.

1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut.

F(d)i =

= n j ij a 1 di mana:

F(d) = Keterkaitan ke depan

αij = unsur matriks koefisien teknis

(36)

24

2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk mencari keterkaitan ini ialah sebagai berikut.

F(d+i)i =

=

n

j ij

a 1 di mana:

F(d+i)i = Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sector

3. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BLi =

=

n

j ij

a 1 di mana:

BLi = Keterkaitan ke belakang sektor i

αij = unsur matriks koefisien teknis

n = jumlah sector

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus untuk keterkaitan ini ialah sebagai berikut:

B(d+i)i =

=

n

j ij

a 1 di mana:

B(d+i)i = Keterkaitan langsung dan tak langsung sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sektor

Analisis Dampak Penyebaran

Analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua, yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Kepekaan Penyebaran

Digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari 1,

(37)

25

Sdi =

∑ ∑

= = = n i n j ij n j ij

a

a

n

1 1 1 di mana:

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i

αij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sector 2. Koefisien Penyebaran

Distribusi manfaat dari suatu pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input dapat diketahui melalui konsep ini. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj nilainya lebih

besar dari 1, begitupun sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Pdj =

∑ ∑

= = = n i n j ij n i ij

a

a

n

1 1 1 di mana:

Pdj = koefisien penyebaran sektor j

αij = unsur matriks kebalikan Leontief.

n = jumlah sektor Analisis Mutliplier

Nazara (2005) mengatakan bahwa analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen, yaitu output sektoral, apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir dalam perekonomian. Ada dua jenis multiplier yang akan dibahas di dalam penelitian ini yakni multiplier output dan multiplier pendapatan dan untuk mengukur efek dari output maupun pendapatan masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam jumlah output dan pendapatan yang ada di suatu wilayah ialah menggunakan multiplier tipe I dan II. Untuk mengukur efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output dan pendapatan maka dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II sebagai berikut. Tipe I =

Awal Efek Industri Dukungan Efek Pertama Putaran Efek Awal

Efek + +

Tipe II =

Awal Efek Konsumsi Induksi efek Industri Dukungan Efek Pertama Putaran Efek Awal

Efek + + +

(38)

26

Sedangkan berdasarkan matriks Leontief terbuka (gij) maupun tertutup (g*ij)

dapat ditentukan nilai-nilai mutliplier output dan pendapatan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Rumus multiplier output dan pendapatan menurut tipe dampak

Tipe Dampak Multiplier

Output Pendapatan

Dampak Awal 1 Pj

Pengaruh Langsung

ij

a

aij pj

Pengaruh Tidak

Langsung

− − ij

ij a

g 1

gijpipi

a Dampak Imbasan

Konsumsi

− ) *

(g ij gij

(g*ij pigijpi)

Dampak Total

ij

g*

g* pij i

Dampak Luberan

* 1

ij

g

g*ij pipi

Sumber: Daryanto dan Hafizrianda 2010. Di mana:

αij = koefisien langsung,

gij =koefisien invers Leontief terbuka,

g*ij = koefisien invers Leontief tertutup, dan

pi = koefisien pendapatan rumah tangga.

Analisis Penerapan Sektor Kunci

Pada penelitian kali ini, analisis yang akan digunakan untuk menentukan sektor kunci pada perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan akan menggunakan Total Income Multiplier (TIM) atau Total Output Multiplier (TOM) yang didapatkan dari hasil penjumlahan multiplier tipe I dengan multiplier tipe II yang kemudian akan dicari rataannya dan akan dibandingkan dengan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan rataannya untuk masing-masing sektor agar dapat terlihat sektor apa saja yang termasuk ke dalam sektor kunci di Provinsi Kalimantan Selatan.

GAMBARAN UMUM

Geografi dan Iklim

(39)
[image:39.595.121.470.115.449.2]

27 tengah, memiliki 11 kabupaten dan 2 kota dengan Ibu Kotanya ialah Banjarmasin. Berikut di bawah ini disajikan peta wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 4 Peta Provinsi Kalimantan Selatan

Batas-batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makassar, sebelah selatan dengan Laut jawa, dan sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sehingga kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar. Kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi oleh pemerintah. Sumberdaya alam yang terdapat di Kalimantan Selatan ialah: Kehutanan: Hutan Tetap (139,315 ha), Hutan Produksi (1,325,024 ha), Hutan Lindung (139,315 ha), Hutan Konvensi (348,919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229,541 ha), Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll.

Pembangunan Manusia, Penduduk, dan Ketenagakerjaan

(40)

28

aspek kesehatan diwakili oleh angka rasio hidup dan aspek ekonomi direpresentasikan oleh kemampuan daya beli. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, IPM Kalimantan Selatan tahun 2011 adalah sebesar 70.44% di mana terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 69.3%. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terjadi kenaikan IPM secara rata-rata 0.2% setiap tahunnya. Peningkatan ini terutama dipicu oleh semakin membaiknya mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan secara umum.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, penduduk Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 3,695,124 jiwa yang terdiri dari 1,824,209 perempuan dan 1,870,915 laki-laki dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 37,530.52 km2 penyebaran penduduk masih tergolong belum merata. Jumlah penduduk yang besar menjadi salah satu modal dasar yang efektif bagi pembangunan bila diikuti dengan kualitas baik. Masalah penduduk sangat berkaitan dengan masalah tenaga kerja. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan tenaga kerja yang cukup, akan menimbulkan dampak yaitu pengangguran. Hasil SAKERNAS 2010 mencatat bahwa penduduk Kalimantan Selatan yang berusia 15 tahun ke atas sebanyak 2,626,733 jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 69.48% berstatus bekerja, sedangkan pengangguran sebanyak 3.84%. Penduduk yang bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, menurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya sebanyak 26.69% dari total penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

Tabel 9 Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan usia 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama Agustus 2009 - Agustus 2011

Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009 (%)

Agustus 2010 (%)

Agustus 2011 (%) Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Perburuan, dan Perikanan 42 .66 41 .76 41 .45

Industri 6 .69 7 .44 6 .42

Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa

Akomodasi 22 .04 22 .28 21 .38

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan

Perorangan 14 .51 14 .06 15 .03

Lainnya*) 14 .11 14 .45 15 .73

Total 100 .00 100 .00 100 .00

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2012.

(41)

29 perseorangan, disusul oleh sektor industri, dan untuk sektor lainnya seperti sektor pertambangan, bangunan/konstruksi, angkutan, maupun sektor-sektor lain dikarenakan porsi tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor tersebut sangatlah kecil, maka digabungkan menjadi sektor lainnya pada tabel.

Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan

[image:41.595.114.514.315.622.2]

Pertumbuhan ekonomi regional merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Perkembangan perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan yang digambarkan dengan Produk Domestik Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk periode 2009 sampai dengan 2012 menurut lapangan usaha (sektor perekonomian) disajikan dalam Tabel 10 berikut.

Tabel 10 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 Pertanian 11 380 214.21 12 446 620.56 13 696 209.72 14 603 477.66 Pertambangan

dan Penggalian 11 014 923.94 14 107 440.94 16 659 913.71 18 008 900.38 Industri

Pengolahan 5 071 960.70 5 611 080.15 6 270 582.19 6 865 260.06 Listrik, Gas dan

Air Bersih 294 423.72 346 672.96 390 928.55 435 473.90 Bangunan 3 182 653.20 3 569 931.02 3 994 602.18 4 553 773.15 Perdagangan,

Hotel dan Restoran

7 698 123.31 8 999 094.25 10 447 231.32 12 394 973.26 Pengangkutan

dan Komunikasi 4 737 672.87 5 319 610.68 5 993 779.78 6 697 260.05 Keuangan,

persewaaan dan Jasa Perusahaan

2 623 321.26 3 023 569.36 3 438 297.87 3 923 864.40 Jasa-jasa 5 456 882.49 6 399 046.02 7 295 337.40 8 440 149.69 PDRB dengan

migas 51 460 175.70 59 823 065.94 68 186 882.70 75 923 132.54 PDRB tanpa

migas 50 813 676.09 59 143 774.37 67 481 898.93 75 217 459.21 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

(42)

30

[image:42.595.76.491.178.435.2]

kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian yang terus menunjukkan tren peningkatan positif dari tahun ke tahunnya. Peningkatan ini merupakan pertumbuhan perekonomian secara riil di mana faktor inflasi/deflasi sudah dihilangkan.

Tabel 11 PDRB Atas Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 Pertanian 7 087 238 7 259 481.76 7 534 324.55 7 805 272.54 Pertambangan dan

Penggalian 6 331 865 6 811 199.68 7 256 241.35 7 447 870.28 Industri Pengolahan 3 157 343 3 247 973.75 3 351 184.86 3 485 904.61 Listrik, Gas dan Air

Bersih 144 309

155 552.82 166 337.95 177 866.82 Konstruksi 1 603 457 1 707 343.74 1 838 543.18 2 019 648.46 Perdagangan, Hotel

dan Restoran 4 426 975

4 731 901.96 5 129 508.89 5 631 058.69 Pengangkutan dan

Komunikasi 2 522 355 2 684 843.70 2 872 516.05 3 075 250.68 Keuangan, Real

Estate dan Jasa Persh 1 175 552 1 260 123.08 1 342 551.05 1 452 927.41 Jasa-jasa 2 602 535 2 815 703.36 3 061 388.96 3 322 737.40 PDRB dengan migas 29 051 631 30 674 123.86 32 552 596.84 34 418 536.89 PDRB tanpa migas 28 578 333 30 204 509.76 32 101 102.95 33 986 939.48 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan 2013.

Sektor Pertambangan Batubara di Provinsi Kalimantan Selatan

(43)

31 (jumlah kalori kurang dari 7,000 kkal/kg dan memiliki kadar air di atas 10%) dan diekspor dalam keadaan mentah, yakni hanya berupa bongkahan batubara tanpa ada pengolahan lebih lanjut sehingga batubara belum mampu berdayasaing.

Selain itu, keberadaan batubara sebagai salah satu energi alternatif belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah di Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya daerah-daerah di Provinsi Kalimantan Selatan yang masih belum mendapatkan pasokan listrik padahal keberadaan desa dekat dengan daerah tambang batubara itu sendiri.

Masyarakat tidak mendapatkan dampak positif secara langsung dengan besarnya potensi batubara yang terdapat di wilayah mereka, dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dirasa hanya bersifat eksklusif bukan merupakan pertumbuhan inklusif, yaitu pertumbuhan ekonomi inklusif pada dasarnya adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi seluruh lapisan masyarakat dan sebagai sarana mencapai kemakmuran bersama. Pertumbuhan ekonomi inklusif juga dapat berarti pertumbuhan ekonomi yang disertai kebijakan publik yang dapat berbuat banyak dalam mengurangi angka pengangguran dan ketimpangan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang eksklusif merupakan pertumbuhan ekonomi yang bersifat semu di mana pertumbuhan ekonomi bersumber pada konsumsi dalam negeri maupun modal asing yang masuk ke sektor-sektor extractive seperti pertambangan dan perkebunan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Sektor Pertambangan Batubara terhadap Perekonomian Kalimantan Selatan

Struktur Permintaan

Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010 klasifikasi 50 sektor yang telah diagregasi menjadi 20 sektor menunjukkan total permintaan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2010, di mana total permintaan merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara dengan permintaan akhir, adalah sebesar Rp148.60 triliun, dengan permintaan antara sebesar Rp49.45 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp99.15 triliun, yang dapat dilihat pada Tabel 12. Dari angka tersebut, sektor yang memiliki nilai permintaan antara paling tinggi adalah sektor angkutan dan komunikasi, yaitu dengan nilai sebesar Rp8.98 triliun atau 18.16% dari total permintaan antara. Posisi ke-2 ditempati oleh sektor bank dan lembaga keuangan lainnya dengan nilai sebesar Rp6.28 triliun atau 12.7% dari total permintaan antara. Sektor industri makanan dan minuman serta tembakau menempati urutan 3 dengan nilai permintaan antara Rp5.59 triliun atau 11.31% dari keseluruhan total permintaan antara.

(44)

32

[image:44.595.66.495.126.766.2]

hotel, dan restoran dengan nilai sebesar Rp11.56 triliun atau 11.64% dari total permintaan akhir seluruh sektor.

Tabel 12 Struktur permintaan antara, permintaan akhir, dan jumlah permintaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2010

Sektor

Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Permintaan Total

(Juta Rupiah)

%

Total (Juta Rupiah)

% Total (Juta

Rupiah) % Padi 5 411 344 10.94 173.570 0.18 5 584 914 3.76 Tanaman Bahan

Makanan Lainnya 558 325 1.13 1 122 814 1.13 1 681 139 1.13 Tanaman

Perkebunan

Lainnya 2

Gambar

Tabel 1  Pasokan batubara tahun 2004-2011
Tabel 2  Produksi batubara lima provinsi terbesar di Indonesia tahun 2008-2010
Tabel 3 PDRB Atas Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 (Juta Rupiah)
Tabel 4 Produksi bahan tambang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 (Ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sinyal Masukan (Sampel Suara) Ekstraksi Ciri (Pitch, Energi, Formant) Klasifikas i (HMM) Hasil Klasifikasi (Emosi) Sinyal Masukan (Sampel Suara) Nada Rendah Nada

Fanatisme para babes dalam mendukung Manchester United ditunjukkan dari aspek-aspek fanatisme yang disampaikan Goddard (2001:7) pertama, yaitu tentang kegiatan dan

Dengan memanfaatkan fasilitas bawaan seperti ini maupun program yang dirancang khusus untuk overclock kartu grafis, Anda dapat menaikkan nilai clock dari core maupun memori

banyak berdiri bangunan kolonial baik dalam kategori kawasan utama yang paling prioritas maupun kawasan lain baik kota maupun pedesaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan

Penelitian ini menggunakan 5 dimensi yang diwakilkan dalam beberapa variabel, yaitu dana peserta diwujudkan dengan variabel komposisi tabarru' , dana pemegang saham diwujudkan

Berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan bahwa dodol yang disimpan pada hari ke-0 dan ke-5 pada perlakuan yang dilapisi kitosan, baik 1% dan 2% tidak berbeda nyata dengan

Bertujuan untuk mengetahui proses dan type difusi yang terjadi pada industri batik di kecamatan Laweyan, mengetahui pola keterkaitan dalam usaha industri batik dan

Dengan demikian gejala tari popular ini menjadi budaya bagi masyarakat saat ini, artinya tarian penemuan baru yang berakar dari tari tradisional dapat disebut