commit to user
TERM CFR ( COST AND FREIGHT )
PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL
DI SURAKARTA
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
Pada Program D-3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Woro Sabdyani Kusumastuti
Nim : F3108073
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
v
T uhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor,
engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan
perintah T uhan, A llahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan
dengan setia. (U langan 28:13)
K arena T U H A N lah yang memberikan hikmat, dari mulut-N ya datang
commit to user
Dengan penuh ucapan syukur dan kasih sayang,
karya tulis ini kupersembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa
memberikan hikmat dan ide kepadaku dalam
penyusunan Tugas Akhir ini
2. Papi, Mami, Kakak, dan Keponakan serta
seluruh keluargaku yang tercinta yang telah
memberikan dorongan dan doanya kepadaku.
3. Sahabat dan orang-orang yang aku sayangi
yang selalu membantu dan memberikan
semangat.
commit to user
vii
Salam Sejahtera,
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan hikmat-Nya yang senantiasa tercurah atas kita semua. Begitu juga dengan
hikmat-Nya yang tercurah senantiasa atas penulis sehingga dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dan masih belum sempurna karena keterbatasan di dalam proses
penulisan, maka dari itu penulis berharap kepada setiap pembaca untuk dapat
memakluminya. Penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil jika penulis
bekerja sendirian. Banyak dukungan dan bantuan dari beberapa pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan hikmat dan berkat-Nya
yang melimpah atas penulis.
2. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis
selama penyusunan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Unoversitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Hari Murti, M.Si selaku ketua program studi D3 Bisnis
commit to user
Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Dosen yang telah
membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Papi-Mami terkasih dan semua keluarga yang memberikan doa, kasih
sayang, semangat, serta dukungan yang tak pernah berhenti untuk penulis.
7. Ibu Amy A. Saputra sebagai Branch Manager PT. Agility International
Surakarta yang telah menerima penulis untuk melakukan magang kerja.
8. Pak Totok, Pak Wawan, Pak Tri, Pak Joko, Bu Winda, Bu Yunita, Bu Ayu,
dan semua pegawai di PT. Agility International Surakarta, terima kasih atas
bimbingan, bantuan, dan informasi yang diberikan.
9. Ruben Mahendra yang telah membagikan pengetahuan, wawasan, serta
memberikan kasih sayang dan dukungan dalam bentuk apapun.
10.Teman-teman Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Ekonomi
(PMKFE) UNS dan juga teman-teman di Bisnis Internasional (BI), terima
kasih atas perhatian, doa, dan dukungan kalian.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir yang
penulis buat.
Harapan penulis, Tugas Akhir yang dibuat oleh penulis ini dapat berguna bagi
semua pihak yang membaca dan dapat dijadikan bahan informasi tambahan bagi
yang membaca.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
ix
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penyusunan Tugas Akhir ... 4
D.Manfaat Penyusunan Tugas Akhir ... 5
E.Metode Penyusunan Tugas Akhir ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI A.Pengertian Ekspor ... 10
B.Dokumen-Dokumen yang Terkait dalam Kegiatan Ekspor ... 11
C.Pengertian Freight Forwarding ... 14
commit to user
F.Alur Ekspor yang Ditangani Freight Forwarding ... 29
G.Peran Menggunakan Jasa Freight Forwarding ... 33
H.Ruang Lingkup Freight Forwarding ... 35
BAB III. DESKRIPSI OBJEK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DAN
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah berdirinya PT. Agility International ... 36
2. Lokasi Perusahaan ... 39
3. Struktur Organisasi ... 40
B. Pembahasan
1. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR pada PT. Agility
International ... 45
2. Jenis-Jenis Dokumen yang Diperlukan dalam Term CFR, serta
Kepengurusan Dokumen-Dokumen Tersebut ... 54
3. Analisis Perhitungan Biaya Pengiriman Barang dengan Term
CFR ... 59
BAB IV.PENUTUP
A. KESIMPULAN ... 65
B. SARAN ... 67
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
Gambar 2.1 Prosedur Ekspor yang Ditangani oleh EMKL ... 32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Agility International ... 40
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Agility International Surakarta ... 41
Gambar 3.3 Alur Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui AGEN
TO AGEN pada PT. Agility International Surakarta ... 49
Gambar 3.4 Alur Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui DIRECT
commit to user
1. Surat Pernyataan Tugas Akhir2. Surat Keterangan Magang
3. Contoh Dokumen Shipping Instruction (SI)
4. Contoh Dokumen Booking Instruction
5. Contoh Dokumen Booking Confirmation / Delivery Order (DO)
6. Contoh Dokumen Commercial Invoice
7. Contoh Dokumen Packing List
8. Contoh Dokumen Bill of Lading (B/L)
9. Contoh Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
10.Contoh Dokumen Nota Pelayanan Ekspor (NPE)
11.Contoh Dokumen Standart Operating Procedure (SOP)
12.Contoh Dokumen Document Receipt Note
13.Contoh Dokumen Equipment Interchange Receipt (EIR)
14.Contoh Dokumen Certificate of Origin (COO)
15.Contoh Dokumen Certificate of Fumigation
16.Contoh Dokumen Faktur Pajak
17.Contoh Dokumen Incoming / Outgoing Invoice
18.Contoh Dokumen Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP)
19.Contoh Dokumen Perincian Perhitungan Pembayaran Jaminan Jasa TPKS
melalui Warkat Dana
20.Contoh Dokumen Payment Request
21.Foto Proses Stuffing
commit to user
ABSTRAKSI
PROSES PENGIRIMAN BARANG DENGAN TERM CFR PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA
WORO SABDYANI KUSUMASTUTI F3108073
PT. Agility International adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan pengiriman barang ekspor impor, yang sering disebut dengan Freight Forwarding. Kantor PT. Agility International Surakarta bertempat di Jl. Raya Solo Permai Blok LJ No. 34 Solo Baru, Sukoharjo, Solo 57552, Telp. (0271) 624 361. Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian di PT. Agility International Surakarta pada tanggal 1 Februari 2011 sampai dengan 31 Maret 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International Surakarta. Di samping itu, untuk mengetahui jenis-jenis dokumen apa saja yang digunakan serta analisis biaya yang harus dikeluarkan dalam term CFR ini.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif mengenai proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International sebagai perusahaan freight forwarding. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat melalui wawancara secara langsung kepada pihak PT. Agility International Surakarta dan data sekunder yang diperoleh dari buku ataupun sumber bacaan lainnya yang berkenaan dan relevan dengan pokok bahasan yang diambil.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tentang proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility International Surakarta yaitu berawal dari eksportir yang menyerahkan Shipping Instruction kepada PT. Agility untuk dipesankan ruang kapal dan container, kemudian proses stuffing hingga terbitnya dokumen-dokumen ekspor serta pembayaran biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengiriman dengan term CFR ini.
Saran yang dapat diajukan untuk PT. Agility International Surakarta adalah perlunya penambahan karyawan dan pembagian job-des serta komunikasi yang baik antar divisi. Hal ini sangatlah penting untuk memajukan kinerja perusahaan tersebut.
Kata kunci : freight forwarding, pengiriman, incoterm, cost and freight.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa dekade terakhir ini pertumbuhan ekonomi dunia
meningkat tinggi, hal tersebut tentunya berpengaruh besar terhadap kegiatan
ekspor-impor. Dimana jumlah dan jenis barang yang diekspor maupun yang
diimpor semakin banyak dan bervariasi seiring perkembangan zaman. Sehingga
hal tersebut mendatangkan problema tersendiri bagi kegiatan ekspor-impor yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar, dimana kegiatan tersebut tidak dapat
lagi dilakukan oleh perusahaan itu sendiri tanpa adanya pihak ketiga yang
berperan sebagai “transporter” . Transporter merupakan suatu perusahaan yang
bergerak di bidang pengangkutan barang ekspor atau impor, dimana perusahaan
tersebut memiliki system tersendiri yang harus dijalankan oleh
perusahaan-perusahaan yang menggunakan jasanya. Dalam perdagangan internasional,
perusahaan transporter lebih dikenal dengan sebutan “ Freight Forwarding”.
Perusahaan freight forwarding melakukan kegiatan pengangkutan
(pengiriman) barang ekspor atau impor melalui darat, laut, dan udara (Multimodal
Transport). Dengan adanya system pengangkutan multimodal transport tersebut,
commit to user
2000. Incoterm 2000 terdiri dari 13 term yang mengatur proses pengiriman barang
dengan multimodal transport. Adapun jalur laut / sungai memiliki 6 term
(Incoterm 2000) dalam pengiriman barang, antara lain : Free Along Ship (FAS),
Free On Board (FOB), Cost and Freight (CFR), Cost Insurance and Freight
(CIF), Delivery Ex Ship (DES), Delivery Ex Quay (DEQ). Dari sekian term
tersebut, yang tidak kalah popular adalah term CFR.
CFR merupakan term dimana eksportir (shipper) mempunyai kewajiban
membayar biaya angkutan (freight) hingga ke pelabuhan tujuan (port of
unloading/discharges/destination). Dari sinilah peran freight forwarding berasal,
dimana freight forwarding membantu dalam proses pengiriman barang tersebut.
Dalam beberapa kegiatan pengiriman barang, term inilah yang paling
sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai negara, terutama
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Term ini memberikan kemudahan
bagi perusahaan yang mengekspor maupun mengimpor barang. Dari sisi eksportir,
term ini memberikan kemudahan bagi mereka untuk mengontrol barang yang
dikirim selama dalam perjalanan dan memastikan barang tersebut tiba di
pelabuhan tujuan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan kondisi barang tetap
baik. Di sisi lain,dari term CFR ini, eksportir dapat me-mark up keuntungan lebih
tinggi lagi dibanding dengan term FOB (Free On Board) maupun Exwork. Dari
sisi importir (consignee), term ini memberikan kemudahan dimana importir tidak
menanggung biaya pengapalan serta tidak bertanggungjawab dalam proses
baik itu biaya, risiko, serta tanggung jawab lainnya, importir tidak menanggung
hal-hal tersebut.
Adapun eksportir dan importir hendaknya memahami benar apa yang
dimaksud dengan pengiriman barang menggunakan term CFR, serta mengetahui
segala proses yang harus dijalankan pada saat menggunakan term CFR tersebut.
Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir kesalahan karena miss understanding
antara eksportir dan importir. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis
mengangkat judul PROSES PENGIRIMAN BARANG DENGAN TERM CFR
PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL SURAKARTA, dimana penulis
berusaha memaparkan pengertian term CFR beserta hal-hal penting lain yang
terkait berdasarkan penyusunan Tugas Akhir yang dilakukan pada PT. AGILITY
commit to user
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pedoman bagi penulis dalam melakukan
penyusunan Tugas Akhir secara tepat dan cermat. Di sisi lain, dengan perumusan
masalah, penyusunan Tugas Akhir dapat dilakukan secara terarah dan sesuai
dengan masalah yang sedang diteliti. Rumusan masalah juga digunakan sebagai
acuan dalam pembahasan masalah.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengangkat beberapa
masalah yang terkait dengan objek yang diteliti. Rumusan masalah tersebut antara
lain :
1. Bagaimana proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility
International?
2. Dokumen apa saja yang diperlukan dalam term CFR, serta bagaimana
kepengurusan dokumen-dokumen tersebut?
3. Bagaimana analisis perhitungan biaya pengiriman barang term CFR yang
dilakukan oleh PT. Agility International?
C. Tujuan Penyusunan Tugas Akhir
Dengan adanya rumusan masalah, penyusunan Tugas Akhir ini memiliki
beberapa tujuan yang terkait dengan rumusan masalah tersebut. Dari tujuan
tersebut, penyusunan Tugas Akhir ini memberikan manfaat yang dikehendaki.
1. Untuk mengetahui proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT.
Agility International.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam term CFR,
serta kepengurusan dokumen-dokumen tersebut.
3. Untuk mengetahui analisis perhitungan biaya pengiriman barang dengan
term CFR yang dilakukan oleh PT. Agility International
D. Manfaat Penyusunan Tugas Akhir
Penyusunan Tugas Akhir ini memiliki beberapa manfaat. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan
Melalui penyusunan Tugas Akhir ini, perusahaan memperoleh masukan
tentang proses pengiriman barang ekspor dan aktivitas lainnya yang
terkait. Di sisi lain, penyusunan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi dalam mengembangkan usahanya dan dalam mengambil
kebijakan untuk meningkatkan kinerja usaha tersebut
2. Bagi pemerintah
Pemerintah dapat mengetahui arus keluar masuknya barang ekspor
maupun barang impor (jumlah dan komoditi barang), sehingga pemerintah
commit to user
Dimana dari kegiatan ekspor-impor tersebut dapat mendatangkan devisa
bagi negara.
3. Bagi akademisi
Memberikan informasi mengenai proses pengiriman barang ekspor kepada
para akademisi, khususnya kepada mahasiswa Program Studi Diploma 3
Bisnis Internasional dalam penerapan ilmu ekonomi mengenai pengiriman
barang ekspor yang diperoleh pada masa kuliah dalam prakteknya atau
keadaan yang ada di lapangan.
4. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui alur proses pengiriman barang ekspor-impor
yang cukup panjang dan kompleks. Dimana hal tersebut sangat
mempengaruhi tinggi rendahnya nilai suatu barang ekspor maupun impor.
Sehingga hal tersebut dapat memberikan pengetahuian lebih kepada
masyarakat mengenai kegiatan ekspor-impor. Serta dapat membangun dan
membawa masyarakat ekonomi kepada ekonomi global yang memiliki
E. Metode Penyusunan Tugas Akhir
Bahwasanya penyusunan Tugas Akhir merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pencarian, pengumpulan, pengolahan (seleksi), serta
penyusunan data secara sistematis. Adapun metode penyusunan Tugas Akhir
adalah suatu pendekatan ilmiah yang di dalamnya berupa langkah-langkah untuk
mendukung tercapainya hasil penyusunan Tugas Akhir yang dapat
dipertanggungjawabkan. Metode ini terdiri dari :
1. Ruang Lingkup Penyusunan Tugas Akhir
Ruang lingkup penyusunan Tugas Akhir merupakan suatu cakupan
wilayah penyusunan Tugas Akhir (bidang penyusunan Tugas Akhir) yang akan
dianalisis untuk kemudian dideskripsikan dalam bentuk data-data riil. Oleh karena
itu, metode penyusunan Tugas Akhir yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah
deskriptif analisis yaitu mencari gambaran umum kegiatan kemudian dianalisa
secara mendalam dan terperinci dengan memfokuskan pada satu masalah.
Sedangkan ruang lingkup yang akan diteliti adalah proses pengiriman barang
dengan term CFR beserta kepengurusan dokumen-dokumennya pada PT. Agility
International Surakarta.
2. Jenis dan Alat Pengumpul Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diterbitkan langsung oleh orang
commit to user
wawancara langsung pada staff / karyawan PT. Agility International
Surakarta.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dipublikasikan oleh orang yang
bukan mengumpulkan data tersebut. Data ini penulis peroleh dari buku
maupun sumber bacaan lain yaitu data tentang sejarah perusahaan serta
struktur organisasi dan rangkaian kegiatannya.
b. Metode Pengumpulan Data
1) Wawancara
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tatap
muka dengan pihak PT. Agility International.
2) Observasi
Merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati
secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh PT. Agility
International.
3) Studi Pustaka
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari buku /
referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3. Sumber Data
Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini
diperoleh dengan wawancara langsung pada staff / karyawan PT. Agility
International.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang
berkaitan dengan penyusunan Tugas Akhir. Data ini diperoleh dari buku
maupun sumber bacaan lain yaitu Buku Petunjuk Ekspor Indonesia serta
data tentang sejarah perusahaan serta struktur organisasi dan rangkaian
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Ekspor
Dari berbagai sumber,ekspor memiliki pengertian yang bermacam-macam,
yaitu diantaranya:
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki
kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran
dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa
asing (Amir MS, 2004 : 1)
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam
keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku
(Roselyne Hutabarat 1996 : 306)
Dalam Wikipedia Indonesia, ekspor adalah proses transportasi barang atau
komoditas dari suatu negara ke negara lain. Kemudian kegiatan ekspor ini
dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Ekspor Langsung
Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui
perantara / eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan
ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan
penjualan perusahaan
2. Ekspor Tidak Langsung
Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui
tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor (export management
companies) dan perusahaan pengekspor (export trading companies).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspor)
Pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan
mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud
terdiri dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar
negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru.
(http://www.anneahira.com/artikel-umum/ekspor-impor.htm)
Berdasarkan dari beberapa pengertian ekspor di atas, penulis
menyimpulkan bahwa ekspor adalah suatu kegiatan perdagangan
internasional yakni menjual barang / komoditi dari satu negara ke negara
lain dengan cara mengeluarkan barang dari wilayah pabean dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku.
B. Dokumen-Dokumen yang Terkait dalam Kegiatan Ekspor
Secara teori dokumen yang diperlukan freight forwarding dalam aktivitas
ekspor adalah :
1. Shipping Instruction (SI)
Merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir mengenai pemesanan
ruang kapal berikut container yang dapat pula menjadi dasar pembuatan
commit to user
consignee, notify party, final destination, volume, delivery term, L/C No,
date of stuffing, closing time, vessel.
2. Bill of lading (B/L)
Bill of lading merupakan dokumen pengapalan yang paling penting karena
mempunyai sifat jaminan. Fungsi bill of lading adalah sebagai tanda
terima (kuitansi) barang-barang, sebagai bukti kepemilikam barang, serta
sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan laut.
3. Packing list
Dokumen ini adalah dokumen ekspor yang memuat informasi mengenai
barang yang akan diekspor. Informasi tersebut berupa tulisan packing list
beserta nomor packing list, tanggal dibuatnya packing list, data lengkap
nama eksportir dan alamatnya, data lengkap nama importir dan alamatnya,
data lain jika disyaratkan dalam L/C, misalnya nomor purchase order,
nomor L/C, description of goods (deskripsi barang), quantity (jumlah
barang), gross weight dan nett weight (berat kotor dan berat bersih), dan
measurement (ukuran dimensi dalam volume meter atau cubic meters /
cbm)
4. Invoice
Invoice merupakan dokumen ekspor yang memuat data dan informasi
barang yang akan diekspor serta nilai barangnya dalam mata uang asing.
Invoice berisi tentang tulisan invoice beserta nomor invoice, tanggal
dibuatnya invoice, data lengkap nama eksportir dan alamatnya, data
L/C, misalnya description of goods (deskripsi barang), quantity, unit price,
total amount.
5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Dokumen yang dibuat eksportir dan harus mendapat persetujuan petugas
bea cukai sebelum dilakuan pemuatan ke atas kapal. PEB menyebutkan
jenis barang ekspor (umum, terkena pajak ekspor, mendapat fasilitas
pembebasan dan pengembalian bea masuk, dan barang ekspor lainnya),
nama importir, NPWP, izin khusus, berat barang, negara tujuan, provinsi
asal barang, cara penyerahan barang, merk kemasan dan lain sebagainya.
6. Certificate of Origin (COO) / Surat Keterangan Asal (SKA)
COO dikeluarkan oleh Disperindag yang mewakili pemerintah yang
menyatakan bahwa barang yang diekspor benar-benar diproduksi di
Indonesia. Surat ini menjelaskan keterangan-keterangan barang, pada
transaksi dimana baranag-barang tersebut dikaitkan , keterangan asal
barang dan bahwa barang-barang tersebut benar hasil atau produksi dari
negara eksportir.
7. Dokumen Asuransi
Melindungi pengiriman barang ke luar negeri. Dalam transaksi ekspor
impor, dokumen asuransi juga tidak kalah penting karena membuktikan
bahwa barang-barang yang disebut di dalamnya telah diasuransikan.
Apabila terdapat kerusakan atau kehilangan dalam perjalanan, pihak
commit to user
8. Dokumen Fumigasi
Dokumen yang menunjukkan bahwa barang yang diekspor yang ada di
dalam container aman, bebas dari hama dan jamur karena telah
difumigasi.
9. Equipment Interchange Receipt (EIR)
EIR adalah surat bukti telah mengambil container kosong di tempat
prnumpukan / depo.
10.Warkat Dana
Merupakan perincian perhitungan pembayaran jaminan jasa TPKS untuk
biaya penumpukan container.
11.Berita Acara Penyegelan (BAP)
BAP adalah surat bukti bahwa container telah diperikasa dan disegel oleh
petugas bea cukai.
C. Pengertian Freight Forwarder
Freight forwarder adalah badan usaha yang bertujuan untuk memberikan
jasa pelayanan atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan bagi
terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan
menggunakan multimodal transport baik melalui darat, laut maupun udara.
Freight forwarder juga menyelesaikan biaya-biaya yang timbul sebagai
akibat dari kegiatan-kegiatan transportasi, penanganan muatan di pelabuhan
umumnya diperlukan oleh pemilik barang (Capt. R.P. Suyono, 2003 :
155-156)
D. Incoterms 2000
1. Pengertian
Incoterms adalah kodefikasi dari peraturan internasional untuk
keseragaman interpretasi pasal-pasal kontrak dalam perdagangan
internasional. (Capt. R.P. Suyono, 2003:351)
Incoterms merupakan perjanjian antara seller dan buyer, dan bukan
persoalan dari nahkoda maupun pemilik kapal (owner).
Peraturan, standart, dan variasi perjanjian tersebut dimuat dalam
incoterms (international commercial terms), yang pertama kali dibuat oleh
Kamar Dagang Internasional (International Chamber of Commerce
disingkat ICC) tahun 1936 dan terakhir Incoterms 2000.
Biasanya terms (istilah) dan abbreviations (singkatan) dari incoterms
tersebut dimasukkan dalam sale contract. Istilah dan singkatan ini
menunjukkan obligasi atau kewajiban yang harus dilakukan oleh
pihak-pihak yang mengadakan kontrak.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Incoterms
Tujuan incoterms adalah menyediakan seperangkat peraturan
internasional untuk memberikan penafsiran atas sejumlah istilah
commit to user
ketidakpastian dari aneka penafsiran istilah perdagangan di berbagai
negara dapat dihindari atau setidaknya dapat dikurangi secara berarti.
Ruang lingkup incoterms terbatas hanya pada pihak-pihak terkait
dalam kontrak jual-beli (sales contract) dari barang yang diperdagangkan.
Incoterms hanya menegaskan hubungan antara seller dan buyer dalam hal
angkutan barang, dan tidak menyangkut hubungan dengan pelayaran
(carrier), baik secara langsung maupun tidak langsung.
Incoterms berkaitan dengan sejumlah kewajiban, seperti kewajiban
penjual untuk menempatkan barang-barangnya dalam kewenangan
pembeli atau menyerahkan ketempat tujuan. Juga berhubungan dengan
pembagian risiko antara pihak-pihak terkait dalam kasus ini.
3. Struktur Incoterms 2000
Dalam Incoterms 1990, untuk memudahkan pengertian,
syarat-syarat dikelompokkan dalam 4 kategori, mulai dengan syarat-syarat E (EXW), F
(FCA, FAS, dan FOB), C (CFR, CIF, CPT, dan CIP), sampai D (DAF,
DES, DEQ, DDU, dan DDP). Dalam Incoterms 2000 skemanya adalah
sebagai berikut :
INCOTERMS 2000
Group E Pemberangkatan :
EXW Ex Works (…disebut tempat)
Group F Angkutan Utama belum dibayar
FCA Free Carrier (…disebut tempat)
pengapalan)
FOB Free On Board (…disebut pelabuhan pengapalan)
Group C Angkutan Utama Dibayar
CFR Cost and Freight (…disebut pelabuhan tujuan)
CIF Cost, Insurance and Freight (…disebut pelabuhan
tujuan)
CPT Carriage Paid to (…disebut tempat tujuan)
CIP Carrier and Insurance Paid to (…disebut tempat
tujuan)
Group D Sampai Tujuan
DAF Delivered At Frontier (…disebut tempat)
DES Delivered Ex Ship (…disebut pelabuhan tujuan)
DEQ Delivered Ex Quay (…disebut pelabuhan tujuan)
DDU Delivered Duty Unpaid (…disebut tempat tujuan)
DDP Delivered Duty Paid (…disebut tempat tujuan)
4. Syarat Perdagangan
Tujuan pokok memilih syarat perdagangan dalam perdagangan
internasional adalah untuk menentukan titik atau tempat dimana penjual
harus memenuhi kewajiban melakukan penyerahan barang secara fisik
atau yuridis kepada pembeli.
Titik atau tempat penyerahan juga merupakan titik batas dimana
commit to user
Gambaran secara lengkap mengenai masing-masing syarat
perdagangan adalah sebagai berikut :
EXW : Ex Works (…disebut nama tempat)
“Ex Works” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang, bila
dia menempatkan barang-barang itu untuk pembeli di tempat kediaman
penjual atau tempat lain yang ditentukan (yakni tempat kerja, pabrik,
gudang dan lain-lain), belum diurus formalitas ekspornya dan juga tidak
dimuat ke atas kendaraan pengangkut manapun.
Syarat ini merupakan kewajiban yang paling ringan bagi penjual, dan
pembeli wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan
kewajiban untuk mengambil barang-barang tersebut dari tempat penjual.
FCA : Free Carrier (…disebut nama tempat)
“Free Carrier” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, yang sudah mendapat ijin ekspor, kepada pengangkut yang
ditunjuk pembeli di tempat yang disebut. Harus dicatat bahwa pemilihan
tempat penyerahan mempunyai dampak pada kewajiban muat bongkar
barang-barang di tempat tersebut. Jika penyerahan terjadi di tempat
penjual, maka penjual bertanggung jawab untuk memuat. Jika penyerahan
terjadi ditempat lain, penjual tidak bertanggung jawab untuk membongkar.
Syarat ini dapat dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut,
termasuk alat angkut aneka wahana.
Pengangkut berarti setiap orang dalam kontrak angkutan, yang
dengan kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi
dari alat angkut tersebut.
Jika pembeli menunjuk orang selain dari pengangkut untuk menerima
barang-barang tersebut, maka penjual dianggap telah memenuhi
kewajibannya untuk menyerahkan barang bila barang tersebut telah
diserahkannya kepada orang tersebut.
FAS : Free Alongside Ship (…disebut nama pelabuhan
pengapalan)
“Free Alongside Ship” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, bila barang-barang tersebut ditempatkan di samping kapal
di pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini berarti bahwa pembeli
wajib memikul semua biaya dan semua risiko kehilangan atau kerusakan
atas barng-barang mulai saat itu.
Syarat FAS menuntut penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini
berlawanan dengan versi incoterms sebelumnya yang menuntut pembeli
untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat FAS hanya dapat dipakai untuk
angkutan laut dan sungai saja.
FOB : Free On Board (…disebut nama pelabuhan pengapalan)
“Free On Board” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan
commit to user
semua biaya dan risiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari
titik itu. Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.
Jika pihak-pihak bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan
barang melewati pagar kapal, maka syarat FCA yang harus dipakai.
CFR : Cost and Freight (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Cost and Freight” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan
barang-barang, bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan
pengapalan. Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos angkut yang
perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut sampai ke pelabuhan
tujuan yang disebut.
Tetapi risiko hilang atau kerusakan atas barang-barang, termasuk
setiap biaya tambahan sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah
waktu penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli.
Syarat CFR menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika
pihak-pihak terkait tidak bermaksud melakukan penyerahan barang melewati
pagar kapal, maka sebaiknya memakai syarat CPT.
CIF : Cost, Insurance, and Freight (…disebut nama pelabuhan
tujuan)
“Cost, Insurance, and Freight” berarti bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang, bila barang-barang tersebut melewati pagar
ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang tersebut
sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi risiko kehilangan atau
kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan
sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu
berpindah dari penjual kepada pembeli. Namun dalam syarat CIF, penjual
wajib pula menutup asuransi angkutan laut terhadap risiko rugi atau
kerusakan atas barng-barang yang mungkin diderita pembeli selama
barang dalam perjalanan.
Berkenaan dengan itu, penjual wajib menutup asuransi dan membayar
premi. Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIF, penjual wajib
pula menutup asuransi hanya dengan syarat pertanggungan minimum.
Sekiranya pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar,
maka pembeli perlu mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas,
atau pembeli sendiri harus mengurus asuransi tambahan itu.
Syarat CIF menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.
Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika
pihak-pihak bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang melewati
pagar kapal, maka syarat CIP yang harus dipakai.
CPT : Carriage Paid To (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Carriage Paid To …” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib
barang-commit to user
pembeli memikul semua risiko dan membayar setiap ongkos yang timbul
setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian.
“Carrier” berarti setiap orang dalam kontrak angkutan, yang
berjanggung jawab untuk mengangkut atau menjamin untuk mengangkut
dengan kereta api, jalan raya, udara, laut, sungai atau dengan kombinasi
dari alat angkut itu.
Sekiranya dipakai pengangkut-pengangkut pengganti untuk
meneruskan pengangkutan sampai ke tempat tujuan yang dijanjikan, maka
risiko (penjual) berakhir bila barang-barang telah diserahkan kepada
pengangkut pertama.
Syarat CPT mewajibkan penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat
ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka
wahana (multimodal transport).
CIP : Carriage and Insurance Paid To (…disebut nama
pelabuhan tujuan)
“Carriage and Insurance Paid To …” berarti bahwa penjual
menyerahkan barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri,
tetapi penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk
mengangkut barang-barang tersebut sampi ke tempat tujuan yang disebut.
Hal ini berarti bahwa pembeli memikul semua risiko dan membayar setiap
ongkos yang timbul setelah barang-barang yang diserahkan secara
terhadap risiko rugi dan kerusakan atas barang yang menimpa pembeli
selama barang dalam perjalanan.
Pembeli perlu mencatat bahwa dengan syarat CIP, penjual dituntut
untuk menutup asuransi hanya dengan syarat minimum. Sekiranya
pembeli menginginkan perlindungan yang lebih besar, maka pembeli perlu
mengadakan persetujuan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri
harus mengurus asuransi tambahan itu.
DAF : Delivered At Frontier (…disebut nama tempat)
“Delivered At Frontier” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang, bila barang-barang tersebut telah ditempatkan ke dalam
kewenangan pembeli pada saat datangnya alat angkut, belum dibongkar,
sudah diurus formalitas ekspornya, namun belum diurus formalitas
impornya, di tempat atau pada titik yang disebut di wilayah perbatasan
tetapi belum memasuki wilayah pabean dari negara yang bertetangga.
“Frontier” boleh dipakai untuk daerah perbatasan mana saja, termasuk
perbatasan dari negara pengekspor itu sendiri. Oleh karena itu adalah
penting sekali untuk merumuskan secara tepat tentang perbatasan itu,
dengan selalu menyebut titik dan tempat dalam syarat itu.
Namun, bila pihak-pihak terkait menginginkan penjual untuk
bertanggung jawab membongkar barang-barang dari alat angkut yang baru
sampai itu dan memikul risiko dan biaya pembongkaran, maka hal ini
commit to user
Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja bilamana
barang-barang itu harus diserahkan di perbatasan daratan. Bila penyerahan itu
harus dilakukan di pelabuhan tujuan, di atas kapal atau di dermaga, supaya
dipakai syarat DES atau DEQ.
DES : Delivered Ex Ship (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Delivered Ex Ship” berarti bahwa penjual menyerahkan barang bila
barang-barang itu ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas
kapal, belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan yang
disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait
dengan pengangkutan barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang
disebut sebelum dibongkar. Bila pihak-pihak mengingini penjual memikul
biaya dan risiko pembongkaran barang-barang itu, maka sebaiknya dipakai
syarat DEQ.
Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang-barang akan diserahkan
melalui laut atau sungai atau dengan alat angkut aneka wahana di atas
kapal di pelabuhan tujuan.
DEQ : Delivered Ex Quay (…disebut nama pelabuhan tujuan)
“Delivered Ex Quay” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang itu ditempatkan ke dalam kewenangan pembeli di atas dermaga,
belum diurus formalitas impornya, di pelabuhan tujuan tersebut. Penjual
wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait dengan pengangkutan
barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut dan
Syarat DEQ menuntut pembeli mengurus formalitas impor dan
membayar semua biaya resmi, bea masuk, pajak-pajak dan biaya-biaya
lain yang dipungut atas impor. Syarat ini adalah kebalikan dari versi
incoterms sebelumnya yang mengharuskan penjual untuk mengurus
formalitas impor.
Jika pihak-pihak terkait menginginkan semua atau sebagian dari biaya
pengimporan atas barang menjadi tanggungan pihak penjual, maka hal ini
harus dijelaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang tegas di dalam
kontrak jual beli.
Syarat ini hanya dapat dipakai bila barang-barang itu akan diserahkan
melalui laut, sungai atau alat angkut aneka wahana yang dibongkar dari
suatu kapal ke atas dermaga di pelabuhan tujuan. Namun bila pihak-pihak
terkait mengingini memasukkan menjadi tanggung jawab penjual, semua
risiko dan biaya pengelolaan barang-barang mulai dari dermaga ke
tempat-tempat lain (gudang, terminal, stasiun angkutan, dll) di dalam kawasan
pelabuhan atau di luar kawasan pelabuhan atau di luar kawasan, supaya
dipakai syarat DDU atau DDP.
DDU : Delivered Duty Unpaid (… disebut nama tempat tujuan)
“Delivered Duty Unpaid” berarti bahwa penjual menyerahkan
barang-barang kepada pembeli, belum diurus formalitas impornya, dan belum
dibongkar dari atas alat angkut yang baru dating di tempat tujuan yang
commit to user
masuk (istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean,
pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya
lainnya) yang diperlukan di negara tujuan. Bea masuk semacam itu harus
dipikul oleh pembeli termasuk semua biaya dan risiko yang disebabkan
oleh kegagalannya mengurus formalitas impor pada waktunya. Namun,
bila pihak-pihak terkait mengingini penjual yang akan mengurus
formalitas kepabeanan dan memikul biaya dan risiko yang
ditimbulkannya, termasuk biaya impor lainnya, maka hal ini harus
ditegaskan dengan cara menambahkan kata-kata yang jelas di dalam
kontrak jual beli.
Syarat ini dapat dipakai untuk alat angkut apa saja, tetapi bila
penyerahan barang akan dilakukan pelabuhan tujuan di atas kapal atau di
atas dermaga, supaya dipakai syarat DES atau DEQ.
DDP : Delivered Duty Paid (… disebut nama tenpat tujuan)
“Delivered Duty Paid” berarti bahwa penjual menyerahkan barang-barang
kepada pembeli, sudah diurus formalitas impornya, namum belum
dibongkar dari atas alat angkut yang baru dating di tempat tujuan yang
disebut. Penjual wajib memikul semua biaya dan risiko yang terkait
dengan pengangkutan barang itu sampai ke sana, termasuk bea masuk
apapun (istilah ini termasuk tanggung jawab mengurus formalitas pabean,
pembayaran biaya resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya
Sementara syarat EXW menggambarkan tanggung jawab yang
minimal dari penjual, maka syarat DDP memberikan gambaran suatu
tanggung jawab yang maksimal kepada penjual. Syarat ini janganlah
dipakai bila secara langsung atau tidak langsung penjual tidak akan
mungkin memperoleh izin impor. Namun, bila pihak-pihak terkait ingin
untuk mengeluarkan dari tanggung jawab penjual beberapa jenis biaya
yang dikenakan atas impor barang-barang (seperti Pajak Pertambahan
Nilai atau VAT), maka hal ini harus dijelaskan dengan cara menambahkan
kata-kata yang jelas di dalam kontrak jual-beli.
Bila pihak-pihak terkait mengingini pembeli yang akan memikul
semua risiko dan biaya pengimporan ini, maka dipakai syarat DDU. Syarat
ini boleh dipakai untuk jenis alat angkut mana saja, tetapi bila penyerahan
barang akan dilakukan di pelabuhan tujuan di atas sebuah kapal atau di
atas dermaga, maka dipakai syarat DES atau DEQ.
E. Aktivitas Freight Forwarding
Freight forwarding memiliki aktivitas utama yaitu sebagai transporter.
Akan tetapi freight forwarding memiliki peran yang berbeda, bergantung pada
lingkup pekerjaan (scope of work) yang tercantum dalam kontrak kerja yang
telah disetujui antara kedua belah pihak yaitu antara freight forwarding dan
pemberi order kerja. Dimana freight forwarding dapat berperan sebagai
commit to user
aktivitas apa saja yang dilakukan oleh freight forwarding berdasarkan
peranannya tersebut.
Dalam bukunya, Capt. R.P. Suyono menjelaskan aktivitas-aktivitas freight
forwarding secara keseluruhan. Aktivitas-aktivitas tersebut berupa :
1. Memilih rute perjalanan barang, moda transportasi dan pengangkutan yang
sesuai, kemudian memesan ruang kapal,
2. Melaksanakan penerimaan barang, menyortir, mengepak menimbang
berat, mengukur dimensi kemudian menyimpan barang ke dalam gudang,
3. Mempelajari Letter of Credit barang, peraturan negara tujuan ekspor,
negara transit, negara impor kemudian mempersiapkan dokumen-dokumen
lain yang diperlukan,
4. Melaksanakan transportasi barang ke pelabuhan laut / udara, mengurus
izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan barang kepada pihak
pengangkut,
5. Membayar biaya-biaya handling serta membayarkan freight,
6. Mendapatkan B/L dan atau AWB dari pengangkutan,
7. Mengurus asuransi transportasi barang dan membantu mengajukan klaim
kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan atau kerusakan atas barang,
8. Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima, berdasarkan info
dari pihak pengangkut dan agen forwarder di negara transit / tujuan,
9. Melaksanakan penerimaan barang dari pihak pengangkut,
10.Mengurus izin masuk pada Bea dan Cukai serta menyelesaikan bea masuk
11.Melaksanakan transportasi barang dari pelabuhan ke tempat penyimpanan
barang di gudang,
12.Melaksanakan penyerahan barang kepada pihak consignee, dan
melaksanakan pendistribusian barang bila diminta.
Biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh freight forwarding kemudian
akan dibayar kembali oleh pemberi order ditambah dengan biaya jasa
pelayanan.
F. Alur Ekspor yang Ditangani Freight Forwarding
Dalam kegiatan ekspor, terdapat berbagai tahapan-tahapan dalam prosedur
pengiriman barang ekspor. Berikut adalah tahapan pengiriman barang ekspor
yang ditangani oleh Freight forwarding dimana bertindak sebagai EMKL
(Ekspedisi Muatan Kapal Laut) :
1. Setelah eksportir menerima LC dari bank, mengirim SI ke EMKL.
2. EMKL menyerahkan SI kepada perusahaan pelayaran yang ditunjuk
untuk persetujuannya, dan apabila booking itu diterima maka perusahaan
pelayaran menerbitkan Delivery Order (DO) untuk mengambil container
kosong sesuai yang dibutuhkan beserta seal-nya.
3. EMKL mengirimkan container kosong ke gudang eksportir untuk
pelaksanaan stuffing. Setelah selesai maka pintu container ditutup,
commit to user
sudah dapat diangkut menuju ke pelabuhan untuk ditimbun di lapangan
penimbunan atau Container Yard (CY).
4. Berdasarkan hasil stuffing maka eksportir menerbitkan invoice, packing
list dan shipping instruction definitive sebagai ganti proforma dokumen
yang telah diserahkan terlebih dahulu.
5. Merekam data-data barang yang akan diekspor dan keterangan lainnya
sesuai dengan yang tercantum dalam invoice, packing list, shipping
instruction, dsb pada program aplikasi PEB EDI. Pengisian PEB harus
dilakukan secara lengkap dan benar untuk bisa mendapatkan respon dari
bea cukai. Memasukkan full container di CY dan penyelesaian PEB di
kantor bea cukai tidak boleh melewati batas waktu (closing time) yaitu 6
jam sebelum kedatangan kapal.
6. Dengan terpenuhinya prosedur pengurusan penyelesaian dokumen maka
barang ekspor telah siap dimuat ke kapal (stevedoring) untuk diangkut
ke pelabuhan tujuan, barang yang akan diangkut dapat diterima oleh
maskapai pelayaran melalui dua cara, yaitu :
a. Barang diserahkan alongside (di samping kapal), maka mualim
kapal mengeluarkan tanda terima yang disebut mate’s receipt /
resi mualim
b. Barang diserahkan di gudang perusahaan pelayaran yang
berada di kawasan pelabuhan, maka kepala gudang
memberikan tanda terima yang lazim disebut deck’s receipt /
7. Setelah kapal berangkat, B/L (konosemen) diterbitkan oleh perusahaan
pelayaran, kemudian B/L tersebut diserahkan kepada EMKL, setelah
membayar THC (Terminal Handling Charges), Doc Fee, dll. Original
B/L digunakan untuk melakukan negosiasi wesel di bank untuk
commit to user
Peran Menggunakan Jasa Freight forwarding
Peran freight forwarding dibagi menjadi :
1. Peran freight forwarding dalam konsolidasi muatan
Konsolidasi muatan (cargo consolidation) atau juga disebut
groupage, adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari beberapa
eksportir / shipper di tempat asal yang akan dikirimkan untuk beberapa
consignee di tempat tujuan, yang dikemas dalam satu unit paket muatan,
lalu muatan terkonsolidasi tersebut dikapalkan dan ditujukan ke agen
konsolidator di tempat tujuan. Agen kemudian melaksanakan
penyerahan barang kepada pihak consignee masing-masing.
Sebagai contoh : pengapalan petikemas terkonsolidasi
Muatan dari beberapa shipper dikonsolidasi oleh freight forwarding
dalam petikemas LCL (Less Container Load) dan dikapalkan ke negara
tujuan sebagai muatan petikemas FCL (Full Container Load) yang
ditujukan kepada agen konsolidator. Oleh agen konsolidator petikemas
tersebut statusnya dijadikan sebagai petikemas LCL kembali kemudian
muatan diserahkan kepada masing-masing consignee.
Freight forwarding sebagai konsolidator pada umumnya
menggunakan namanya sendiri dan menerbitkan House Bill of lading.
Organisasi FIATA menghimbau agar freight forwarding lebih baik
menerbitkan FIATA multimodal transportBill of lading.
commit to user
rate lebih rendah), pengangkut (mendapat keuntungan karena tidak perlu
menangani masing-masing kiriman yang hanya memakan waktu dan
tenaga), maupun freight forwarding (mendapat keuntungan dari biaya
dan freight rate sebagai muatan terkonsolidasi menjadi lebih murah
dibandingkan apabila mengapalkan masing-masing kiriman).
Konsolidasi muatan memberikan door-to-door service yang tidak dapat
diberikan oleh perusahaan pelayaran.
2. Peran freight forwarding sebagai pengangkut
Banyak freight forwarding yang bertindak sebagai operator dan
bertanggungjawab penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun
tidak memiliki kapal sendiri. Selain itu, freight forwarding juga
bertindak sebagai :
a. Vessel-Operating Multimodal Transport Operator secara penuh
yang melaksanakan berbagai jenis pengangkutan dengan cara
door-to-door dengan satu dokumen intermodal yang biasanya
berbentuk FBL.
b. Non-Vessel Operator yaitu operator muatan yang mengurus
pengangkutan lewat laut dari pelabuan ke pelabuhan dengan
menggunakan satu House Bill of lading (HBL) atau Ocean Bill of
lading yang juga dapat mencakup transport darat dan berfungsi
sebagai non-vessel operating multimodal transport.
c. Non-Vessel-Operating Common Carrier (NVOCC) yang
konsolidasi muatan atau melayani multimodal transport dengan
HBL atau Bill of lading dari FIATA
H. Ruang Lingkup Freight Forwarding
Freight forwarding sering disebut dengan Usaha Jasa Transportasi,
dimana jasa usaha transportasi tersebut adalah usaha yang ditunjukkan untuk
mewakili kepentingan pengirim / penerima barang (shipper & consignee)
antar negara dalam mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi
terlaksananya pengiriman barang sebagian atau seluruhnya melalui laut, darat
dan udara dengan ruang lingkup kegiatan meliputi (Amir MS., 2000:67) :
1. Menerima
2. Menyerahkan barang
3. Menyimpan
4. Menyiapkan
5. Menyelesaikan biaya / tagihan biaya asuransi, biaya angkutan darat / laut,
claim dan lain-lain kegiatan berkenaan dengan pengiriman barang ekspor /
impor.
6. Sortasi
7. Mengepak
8. Mengukur
commit to user
BAB III
DESKRIPSI OBJEK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR DAN
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah Berdirinya PT. Agility International
Kuwait, 13 November 2006. Grup perusahaan PWC Logistics, yang
meliputi beberapa nama yang paling terkenal dalam industri logistik
global, termasuk Geologistics, Transoceanic, dan Trans-Link, saat ini
mengumumkan re-branding (pemberian nama merk ulang) untuk
perusahaannya dengan memperkenalkan sebuah nama dan logo
perusahaan baru, yaitu Agility.
Re-branding Agility dan tema namanya, Pemimpin Logistik Baru,
menyempurnakan integrasi (penyatuan) layanan-layanan antar grup
perusahaan PWC Logistics dan merefleksikan muka tunggal perusahaan
tersebut kepada konsumen dan dedikasinya kepada jasa personal.
Saat ini, Agility merupakan sebuah perusahaan dengan 20.000
karyawan dengan lebih dari 450 kantor di lebih dari 100 negara. Hal ini
diperdagangkan secara publik, dengan penerimaan tahunan sebesar
US$4,5 milyar dan menawarkan sebuah portofolio yang lengkap tentang
Kata “Agility” menjelaskan budaya organisasi, kecepatan dan
ketangkasannya dalam menanggapi kebutuhan konsumen; sementara
ikonnya, seekor Naga merupakan sebuah metafora yang kuat, yang umum
antar kebudayaan yang berbeda di dunia. Hal ini melambangkan
kebijaksanaan, kemandirian, warisan, pemberdayaan, kepemimpinan,
perdagangan, kekuatan dan kecepatan.
Di dalam grup perusahaan PWC Logistics memiliki banyak merk
logistik yang terkenal dan terkemuka. Nama baru barus menjadi descriptor
(penjelas) yang sempurna bagi karakter, misi, visi dan sasaran yang
merupakan sebuah tantangan yang luar biasa karena dalam menyampaikan
semua itu hanya dengan satu kata, “Pemimpin”.
Pengumuman peluncuran tentang merk Agility baru merupakan fase
pertama dari rencana untuk bermigrasi dari nama-nama yang ada menjadi
Agility. Transisi ini diharapkan akan benar-benar selesai pada tahun 2008.
Agility (kecerdasan mental / ketangkasan) meliputi beberapa
penawaran jasa yang dirancang secara khusus termasuk Jasa Pertahanan
dan Pemerintahan, Logistik Proyek, serta Pameran dan Perlombaan.
Masing-masing bisnis tersebut memiliki “deskriptor merk” tambahan.
Jasa Pertahanan dan Pemerintahan Agility merupakan pemimpin
logistik perdana yang memenuhi persyaratan jasa yang unik untuk pasar
yang kritis ini. Ini merupakan sebuah penyedia solusi jaringan pasokan
commit to user
Proyek logistik Agility merupakan salah satu pemimpin pasar dalam
menangani pengangkutan kargo yang berat dan berkontainer untuk
perusahaan-perusahaan teknik dan konstruksi yang terkemuka di dunia.
Pameran dan Perlombaan Agility memiliki pengalaman telah
menangani ribuan pameran dan pertandingan olahraga di seluruh dunia.
Hal ini merupakan pemimpin yang diakui dalam manajemen eksposisi
global dan transportasi pameran dagang yang penuh layanan.
Sebagai pemimpin logistik global, Agility akan terus menjadi
anggota perusahaan yang bertanggung jawab dengan relief kemanusiaan
dan jasa pembangunan, inisiatif yang berasal dari masyarakat, dan Progran
Logistik Darurat dan Kemanusiaan (HELP) mereka. HELP adalah sebuah
program pro-bono yang dirancang untuk membawa keahlian Agility dalam
ekspedisi logistik dalam lingkungan yang menantang dimana hal ini paling
dibutuhkan kesiapan dan respon bencana kemanusiaan global.
Agility akan terus bekerja dengan pemerintah dan organisasi bantuan
darurat di seluruh dunia untuk memberikan materi-materi yang penting.
Tim ahlinya memberikan makanan, perumahan dan pakaian dimana hal itu
mungkin dibutuhkan dengan pemberitahuan mendadak.
Meskipun Agility berkonsentrasi terhadap konsumen dunia, layanan
global dan jangkauan global, Agility tidak melupakan pelayanan terhadap
masyarakat lokal. Kehadirannya di dunia membawa tanggung jawab dan
2. Lokasi Perusahaan
Pada awalnya PT. Agility International Surakarta berlokasikan di
kompleks ruko Jl. Raya Solo Permai Blok HH No. 12 Solo Baru,
Sukoharjo. Namun sekarang kantor tersebut pindah di Jl. Raya Solo
Permai Blok LJ No. 34 Solo Baru, Sukoharjo, hanya pindah beberapa blok
commit to user
3. Struktur Organisasi PT. Agility International
[image:52.612.107.550.154.610.2]a. Struktur Organisasi PT. Agility International
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Agility International
Sumber : PT. Agility International Surakarta Director Senior Technical Advisor Assistant Manager Administration General Manager Technical Advisor Sales & Marketing Technical Advisor Quality Logistics Technical Advisor Project Technical Administration Advisor CFO Manager H.R.D & Legal Manager Accounting & Finance Manager
Treasury Indonesian
b. Struktur Organisasi PT. Agility International Surakarta
FREIGHT FORWARDER PT. AGILITY INTERNASIONAL
[image:53.612.107.545.212.471.2]SURAKARTA
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Agility International Surakarta
Sumber : PT. Agility International Surakarta BRANCH MANAGER
OPERATIONAL MANAGER
ACCOUNTING & CHASIER SALES MANAGER
AIR FREIGHT
SEA FREIGHT
EMKL CUSTOMS
commit to user
Menurut struktur organisasi yang ada pada PT. Agility International
Surakarta, jabatan tertinggi dipegang oleh seorang kepala cabang yang
merupakan pimpinan dari perusahaan tersebut. Pimpinan di sini
membawahi 4 departemen, yaitu :
1) Departemen Penjualan (Sales and Marketing Departement)
Departemen ini bertugas mencari konsumen, membuat penawaran
kepada konsumen, menjaga hubungan baik dengan konsumen,
mencari harga sewa terhadap direct transporter termasuk di
dalamnya airline, shipping line, trucker serta mampu melakukan
analisa pasar. Secara administrasi harus menyiapkan SOP
(Standart Operating Procedure) membuat permohonan kredit
konosemen (credit application request), dan menyiapkan laporan
secara periodik.
2) Departemen Operasional
Departemen operasional meliputi beberapa divisi, yaitu :
a) Divisi Air Freight Ekspor-Impor
Divisi ini melaksanakan pengiriman melalui armada pesawat
udara. Pekerjaannya meliputi pemrosesan dokumen
ekspor-impor, pengambilan barang, serta pengawasan barang sampai
pembuatan tagihan ke konsumen.
b) Divisi Sea Freight Ekspor-Impor
Divisi ini melaksanakan pengiriman barang melalui armada
ekspor-impor, pengambilan barang, serta pengawasan barang
sampai pembuatan tagihan ke konsumen.
c) Divisi EMKL
Divisi ini melaksanakan pengiriman barang di dalam negeri
menggunakan truck. Tugasnya meliputi pemrosesan dokumen,
sampai pembuatan tagihan ke konsumen.
d) Divisi Customs (Custom Broker Division)
Divisi ini menangani pelaksanaan pengeluaran barang masuk
(impor) maupun keluar (ekspor) dari kawasan Pabean, baik di
pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Tugasnya meliputi
pemrosesan dokumen kepabeanan. Divisi ini merupakan
pendukung dari divisi lainnya.
Di dalam departemen operasional tersebut bertanggung jawab
langsung kepada pimpinan opeerasional (operational manager).
Tugas dari operational manager adalah mengontrol semua
kegiatan dari divisi-divisi operasional di bawahnya dan
melaporkannya kepada pimpinan cabang (branch manager).
3) Departemen Keuangan (Accounting and Chasier Departement)
Departemen ini bertugas membuat laporan keuangan, mengatur
cash flow, mengontrol piutang, melakukan penagihan kepada
konsumen, menyiapakan laporan-laporan lain atas kegiatan
commit to user
4) Depertemen KreditDepartemen ini bertugas memberikan otoritas kredit kepada
konsumen. Sementara ini, departemen ini masih di pegang
langsung oleh pimpinan cabang dengan control dari direktur
B. PEMBAHASAN
1. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR pada PT. Agility
International
Proses pengiriman barang dengan term CFR pada PT. Agility
International dibagi menjadi :
a. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui AGEN to
AGEN (melalui Agen Agility) :
1) Eksportir menghubungi pihak Agility (forwarding) dengan
menyerahkan Shipping Instruction (SI) untuk menginstruksikan
bahwa akan ada pengapalan barang.
2) Agility menerima SI dari eksportir, untuk kemudian Agility
melakukan pemesanan ruang kapal dan empty container kepada
Shipping Company. Dalam hal ini, Agility menyerahkan Booking
Instruction kepada Shipping Company.
3) Setelah Shipping Company menerima booking instruction,
Shipping Company melakukan konfirmasi jika ruang kapal dan
empty container telah disiapkan. Dalam konfirmasi ini, Shipping
Company menyerahkan Booking Confirmation / Delivery Order
(DO) kepada Agility.
4) Agility melakukan pengambilan container di depo container
dengan menyerahkan DO dan pembayaran Lift On kepada pihak
commit to user
5) Pihak depo container memberikan seal / segel dan menyerahkan
dokumen Equipment Interchange Receipt (EIR) kepada Agility,
untuk kemudian container dikirim ke tempat eksportir.
6) Setelah container tiba di tempat eksportir, eksportir
mempersiapkan barang-barang yang akan diekspor, untuk
selanjutnya proses stuffing. Dalam hal ini, eksportir membuat
dokumen Commercial Invoice dan Packing List, dimana dokumen
tersebut yang dijadikan acuan dalam pembuatan PEB dan NPE.
Selain itu, apabila eksportir mempunyai kawasan berikat (eksportir
kaber), maka eksportir harus membuat surat Berita Acara
Penyegelan (BAP) atas barang yang telah dimuat ke dalam
container dan disegel. Sedangkan untuk eksportir yang tidak
memiliki kawasan berikat (eksportir biasa), tidak mengeluarkan
BAP.
7) Setelah container selesai stuffing, eksportir menyerahkan final SI
kepada Agility untuk menerbitkan House BL. Disamping itu,
agility juga menerbitkan Outgoing Invoice (tagihan) yang dibuat
berdasarkan Standart Operational Prosedure (SOP).
8) Dengan menggunakan system Elektronic Data Interchange (EDI)
a) Eksportir kaber menerbitkan PEB dan NPE untuk kemudian
disyahkan oleh Bea Cukai.
b) Sedangkan pada eksportir biasa, PEB dan NPE diterbitkan oleh
9) Eksportir kaber menyerahkan PEB, NPE dan BAP kepada Agility
untuk keperluan Get In di pelabuhan muat. Sedangkan pada
eksportir biasa, PEB dan NPE sudah berada di tangan Agility.
10)Kemudian PEB, NPE, dan BAP yang telah lengkap disertakan
pada saat container diberangkatkan menuju pelabuhan muat.
Setibanya container di pelabuhan muat, dilakukan pemeriksaan
barang dan dokumen oleh pihak Bea Cukai yang berada di
pelabuhan muat. Apabila barang dan dokumen tersebut telah sesuai
dengan ketentuan, Bea Cukai memberikan tanda tangan
persetujuan pemuatan ke kapal.
11)Apabila telah mendapatkan ijin dari Bea Cukai, barang siap dimuat
ke atas kapal beserta dokumen kelengkapannya.
12)Setelah kapal berangkat, Agility mengirimkan Outgoing Invoice
dan copy House BL kepada eksportir dan dokumen akan diliris
setelah eksportir melakukan pembayaran Ocean Freight (OF)
kepada Agility.
13)Di sisi lain, Shipping Company juga mengirimkan Invoice / tagihan
kepada Agility guna pembayaran Ocean Freight yang harus
dilakukan oleh Agility kepada Shipping Company.
14)Apabila Ocean Freight tersebut telah dibayar, Shipping Company
pun mengirimkan draft Sea Way Bill (SWB) kepada Agility untuk
commit to user
15)Agility mengirimkan 1set Master SWB & copy original House BL
commit to user
b. Proses Pengiriman Barang dengan Term CFR melalui DIRECT
MASTER (langsung kepada Shipping Company,tanpa perantara Agen
Agility) :
1) Eksportir menghubungi pihak Agility (forwarding) dengan
menyerahkan Shipping Instruction untuk menginstruksikan bahwa
akan ada pengapalan barang.
2) Agility menerima SI dari eksportir, untuk kemudian Agility
melakukan pemesanan ruang kapal dan empty container kepada
Shipping Company. Dalam hal ini, Agility menyerahkan Booking
Instruction kepada Shipping Company.
3) Setelah Shipping Company menerima booking instruction,
Shipping Company melakukan konfirmasi jika ruang kapal dan
empty container telah disiapkan. Dalam konfirmasi ini, Shipping
Company menyerahkan Booking Confirmation / Delivery Order
(DO) kepada Agility.
4) Agility melakukan pengambilan container di depo container
dengan menyerahkan DO dan pembayaran Lift On kepada pihak
depo container.
5) Pihak depo container memberikan seal / segel dan menyerahkan
dokumen Equipment Interchange Receipt (EIR) kepada Agility,
untuk kemudian container dikirim ke tempat eksportir.
6) Setelah container tiba di tempat eksportir, eksportir
selanjutnya proses stuffing. Dalam hal ini, eksportir membuat
dokumen Commercial Invoice dan Packing List, dimana dokumen
tersebut yang dijadikan acuan dalam pembuatan PEB dan NPE.
Selain itu, apabila eksportir mempunyai kawaasan berikat, maka
eksportir harus membuat surat Berita Acara Penyegelan (BAP) atas
barang yang telah dimuat ke dalam container dan disegel.
Sedangkan untuk eksportir yang tidak memiliki kawasan berikat
(eksportir biasa), tidak mengeluarkan BAP.
7) Dengan menggunakan sistem Elektronic Data Interchange (EDI)
a) Eksportir kaber menerbitkan PEB dan NPE untuk kemudian
disyahkan oleh Bea Cukai.
b) Sedangkan pada eksportir biasa, PEB dan NPE diterbitkan oleh
Agility, kemudian disyahkan oleh Bea Cukai
8) Eksportir menyerahkan PEB, NPE dan BAP kepada Agility untuk
keperluan Get In di pelabuhan muat. Sedangkan pada eksportir
biasa, PEB dan NPE suda berada di tangan Agility
9) Kemudian PEB, NPE, dan BAP yang telah lengkap disertakan
pada saat container diberangkatkan menuju pelabuhan muat.
Setibanya container di pelabuhan muat, dilakukan pemeriksaan
barang dan dokumen oleh pihak Bea Cukai yang berada di
pelabuhan muat. Apabila barang dan dokumen tersebut telah sesuai
commit to user
10)Apabila telah mendapatkan ijin dari Bea Cukai, barang siap dimuat
ke atas kapal beserta dokumen kelengkapannya.
11)Setelah container selesai dimuat di atas kapal
a) Eksportir menyerahkan final SI kepada Agility
b) Agility mengirimkan final SI tersebut kepada Shipping
Company.
12)Setelah kapal berangkat, Agility mengirimkan Outgoing Invoice /
tagihan kepada eksportir dan dokumen akan diliris setelah eksportir
melakukan pembayaran Ocean Freight (OF) kepada Agility.
13)Di sisi lain, Shipping Company juga mengirimkan Invoice / tagihan
kepada Agility guna pembayaran Ocean Freight yang harus
dilakukan oleh Agility kepada Shipping Company.
14)Apabila Ocean Freight tersebut telah dibayar, Shipping Company
pun mengirimkan draft Sea Way Bill (SWB) kepada eksportir
untuk dicek kesesuaiannya. Apabila telah sesuai, Shipping
Company mengirimkan Master SWB kepada eksportir.
15)Eksportir mengirimkan 1set Master SWB dan dokumen lain yang
diperlukan, kepada Bank di negara eksportir, dimana bank tersebut
berperan sebagai flow of document (bank dalam negeri yang
ditunjuk menyerahkan dokumen kepada bank korespondennya
commit to user
2. Jenis-Jenis Dokumen yang Diperlukan dalam Term CFR, Serta
Kepengurusan Dokumen-Dokumen Tersebut.
Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam term CFR pada