• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pengiriman Barang Ekspor Menggunakan Pola Less Than Container Load ( LCL) pada PT. Agility Internasional Cabang Solo MAHARANI F3109046

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Pengiriman Barang Ekspor Menggunakan Pola Less Than Container Load ( LCL) pada PT. Agility Internasional Cabang Solo MAHARANI F3109046"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR

MENGGUNAKAN POLA

LESS THAN CONTAINER LOAD

( LCL) PADA PT. AGILITY INTERNASIONAL

CABANG SOLO

Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III

Manajemen Perdagangan Fakultas Ekonomi

Univesitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

Maharani

F3109046

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ABSTRAKSI

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MENGGUNAKAN POLA LCL (LESS THAN CONTAINER LOAD) PADA PT. AGILITY

INTERNASIONAL CABANG SOLO

MAHARANI

F3109046

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk : (1) memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan pemahaman mengenai proses pengiriman barang ekspor LCL lewat laut pada Freight Forwarder Agility Internasional, (2) mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pihak Agility dalam melakukan proses LCL, (3) mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pihak shipper saat melakukan kegiatan ekspor.

Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif, yaitu mengamati obyek penelitian dan menggambarkan suatu keadaan yang ada dalam obyek penelitian tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara praktek kerja langsung melalui kegiatan yang dilakukan ditempat penelitian Freight Forwarder Agility Cabang Solo khususnya divisi ekspor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku ataupun sumber bacaan lainnya yang berkenaan dan relevan dengan pokok bahasan yang diambil.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) proses ekspor menggunakan pola LCL yang dilakukan Freight Forwarder Agility dimulai dari Shipping Instruction (SI), Booking Instruction ke Co Loader, pengurusan dokumen, proses stuffing dan pengiriman barang, pemuatan barang diatas kapal dan penyerahan dokumen ke negara tujuan, (2) hambatan yang dihadapi Freight Forwarder Agility dalam proses pengiriman LCL antara lain : terjadi penuhnya jadwal kapal, peti kemas yang tersedia memiliki kualitas yang kurang baik, truk pembawa barang ekspor mengalami kecelakaan, perubahan data Invoice dan

Packing List, serta respon Desperindag yang terlalu lama dalam proses pembuatan

COO, (3) hambatan yang dihadapi shipper dalam proses pengiriman LCL antara lain : kesulitan saat penataan barang di dalam peti kemas, complain dari buyer, keterlambatan pengiriman dokumen Invoice Packing List.

Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah PT. Agility perlu membenahi sistem jaringan pada komputer perusahaan agar tidak mengalami masalah sehingga kinerja perusahaan tidak mengalami hambatan dan perlunya menambah ruang yang dapat difungsikan sebagai gudang untuk proses stuffing, sehingga barang yang akan distuffing tidak memenuhi ruang kerja karyawan, serta untuk pihak shipper adalah untuk memperhitungkan waktu produksi dan lebih sering melakukan komunikasi dengan buyer agar terhindar dari miss understanding.

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

MOTTO

Jika kita hanya pasrah dan menerima nasib, kita tidak akan tahu kesempatan apa

yang datang pada kita

(Soe Hok Gie)

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar

(Al Baqarah : 153)

Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri

ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya, membalas dan bersikap

adil ketika kuat

(Khalifah Abdul Malik bin Marwan)

Tak semua yang dapat dihitung dapat diperhitungkan, dan tak semua yang

diperhitungkan dapat dihitung

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini

kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan

rahmat-Nya yaitu dengan

terselesaikannya Tugas Akhir ini.

2. Ibu, Kakak dan Nenek yang telah

memberikan dukungan serta doanya

dalam menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

3. Teman- teman Almamaterku

khususnya keluarga Manajemen

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Magang dengan judul “PROSEDUR PENGIRIMAN

BARANG EKSPOR MENGGUNAKAN POLA LCL (LESS THAN CONTAINER

LOAD) PADA PT. AGILITY INTERNASIONAL CABANG SOLO“. Laporan

ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam pembuatan Tugas Akhir

yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa DIII dan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) bidang Manajemen Perdagangan.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Program dan Sekretaris Program D III Manajemen Perdagangan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Malik Cahyadin, SE Msi selaku pembimbing yang telah

memberikan pengarahan hingga tersusunnya Tugas Akhir ini.

4. Seluruh Staff dan Karyawan Program D III Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Amy Adryana Saputra selaku Pimpinan Freight Forwarder Agility

Cabang Solo yang telah mengizinkan penulis untuk praktek magang kerja

(8)

commit to user

viii

6. Pak Wawan, Pak Totok, Pak Tri, Pak Joko, Ibu Ayu, Ibu Ita, Ibu Winda,

Pak Kismanto dan Pak Agung selaku Staff Freight Forwarder Agility

Cabang Solo yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis

selama melakukan kegiatan magang kerja.

7. Bapak Wahyu Hardiyanto dan Bapak Ari Pujiyanto,SE. selaku narasumber

yang telah memberikan informasi kepada penulis mengenai ekspor yang

dilakukan CV. A CLASS dan PT. JATI AGUNG ARSITAMA.

8. Teman-temanku : Muti, Yeni, Sita, Dias, Tri, Nisa, Dwi, Ajeng, Ivan, Dika

serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir

ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan magang ini masih

belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat

penyusun harapkan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhirnya penyusun mengharap semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Surakarta,

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

(10)

commit to user

x

E. Metode Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Ekspor …... 9

B. Kemasan dan Angkutan Peti Kemas ………... 14

C. Pengangkutan Barang Lewat Laut ………... 20

D. Pihak yang Terkait dalam Proses Pengiriman Barang dengan Kapal Laut ……….………... 26

BAB III. PEMBAHASAN ... 29

A. DISKRIPSI OBYEK PENELITIAN ... 29

1. Sejarah Berdirinya PT. Agility Internasional ... 29

2. Lokasi Perusahaan ... 30

3. Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility ... 31

4. Jam Kerja ... 35

B. LAPORAN MAGANG KERJA ... 36

C. PEMBAHASAN ... 36

(11)

commit to user

xi

2. Hambatan yang Dihadapi PT. Agility Internasional

dalam Proses Pengiriman LCL dan Penyelesaiannya ... 42

3. Hambatan yang Dihadapi Shipper dalam Proses Pengiriman LCL dan Penyelesaiannya ... 48

BAB IV. PENUTUP ... 54

A. KESIMPULAN ... 54

B. SARAN ... 55

DAFTAR PUSTAKA ……… 57

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

4.1 Jam Kerja Freight Forwarder Agility Internasional Cabang

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

3.1 Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility Internasional ... 30

3.2 Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility Internasional Cabang

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara pada Freight Forwarder Agility Internasional

2. Hasil Wawancara pada CV. A CLASS

3. Hasil Wawancara pada PT. JATI AGUNG ARSITAMA

4. Surat Pernyataan

5. Surat Pernyataan Magang

6. Laporan Kegiatan Magang

7. Shipping Instruction (SI)

8. Booking Requested

9. Booking Confirmation

10. Invoice

11. Packing List

12. Nota Persetujuan Ekspor (NPE)

13. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

(15)

commit to user

xv

15. Document Receipt Note

16. Container Warehouse

17. Certificate of Origin (COO) Form D

18. Fumigation Certificate

19. Gas Clearence Certificate

20. Faktur Pajak

21. Surat Setoran Pabean

22. Perhitungan TPKS

23. Payment Request

(16)

commit to user

ABSTRAKSI

PROSEDUR PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MENGGUNAKAN POLA LCL (LESS THAN CONTAINER LOAD) PADA PT. AGILITY

INTERNASIONAL CABANG SOLO

MAHARANI

F3109046

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk : (1) memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan pemahaman mengenai proses pengiriman barang ekspor LCL lewat laut pada Freight Forwarder Agility Internasional, (2) mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pihak Agility dalam melakukan proses LCL, (3) mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pihak shipper saat melakukan kegiatan ekspor.

Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif, yaitu mengamati obyek penelitian dan menggambarkan suatu keadaan yang ada dalam obyek penelitian tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara praktek kerja langsung melalui kegiatan yang dilakukan ditempat penelitian Freight Forwarder Agility Cabang Solo khususnya divisi ekspor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku ataupun sumber bacaan lainnya yang berkenaan dan relevan dengan pokok bahasan yang diambil.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) proses ekspor menggunakan pola LCL yang dilakukan Freight Forwarder Agility dimulai dari Shipping Instruction (SI), Booking Instruction ke Co Loader, pengurusan dokumen, proses stuffing dan pengiriman barang, pemuatan barang diatas kapal dan penyerahan dokumen ke negara tujuan, (2) hambatan yang dihadapi Freight Forwarder Agility dalam proses pengiriman LCL antara lain : terjadi penuhnya jadwal kapal, peti kemas yang tersedia memiliki kualitas yang kurang baik, truk pembawa barang ekspor mengalami kecelakaan, perubahan data Invoice dan

Packing List, serta respon Desperindag yang terlalu lama dalam proses pembuatan

COO, (3) hambatan yang dihadapi shipper dalam proses pengiriman LCL antara lain : kesulitan saat penataan barang di dalam peti kemas, complain dari buyer, keterlambatan pengiriman dokumen Invoice Packing List.

Saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah PT. Agility perlu membenahi sistem jaringan pada komputer perusahaan agar tidak mengalami masalah sehingga kinerja perusahaan tidak mengalami hambatan dan perlunya menambah ruang yang dapat difungsikan sebagai gudang untuk proses stuffing, sehingga barang yang akan distuffing tidak memenuhi ruang kerja karyawan, serta untuk pihak shipper adalah untuk memperhitungkan waktu produksi dan lebih sering melakukan komunikasi dengan buyer agar terhindar dari miss understanding.

(17)

commit to user

ABSTRACT

DELIVERY OF GOODS EXPORT PROCEDURES USING PATTERN LCL (LESS THAN CONTAINER LOAD) IN AGILITY INTERNATIONAL

SOLO BRANCH

MAHARANI

F3109046

Writing the final project has three objectives, namely to : (1) obtain a greater depth and understanding of the process of LCL export shipments by sea to the Freight Forwarder International Agility, (2) knows the obstacles faced by the Agility and (3) the shipper in each process.

This study uses descriptive studies, which observe objects of research and describes a situation that exists in the object of study. The data used in this study were primary and secondary data. Primary data obtained by direct employment practices through research activities carried out in place Freight Forwarder Agility Branch Solo particularly export division. While the secondary data obtained from books or other reading materials pertaining and relevant to the subject being taken.

Based on the research results can be concluded that : (1) export process is done using pattern LCL Freight Forwarder Agility begins from Shipping Instruction (SI), Booking Instruction for Co Loader, document processing, the process of stuffing and delivery of goods, loading of goods on board and submission of documents to the destination country. (2) Barriers faced by Freight Forwarder Agility in the process of LCL shipments include : going full schedule of ships, containers that are available have a poor quality, a truck carrying export goods in an accident, the data changes Invoice and Packing List, and the response is too long from Desperindag in the process of making COO. (3) Barriers faced by shipper in the process of LCL shipments include : difficulty in the arrangement of goods in containers, complain of the buyer, delivery delays Packing List Invoice documents that affect the payment of export, buyers disappeared when the goods have been shipped.

Advice based on the results of this study were PT. Agility needs to reorganize the company's computer network system to avoid performance problems so that companies do not have problems and need for added space that can be used as a warehouse for the stuffing, so items will not meet distuffing office employees, as well as to the shipper is to take into account the time production and more frequent communication with the buyer to avoid the miss understanding.

(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peran transportasi sangat penting dalam perdagangan nasional

maupun internasional. Dalam hal ini yaitu alat transportasi laut (kapal)

yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.

Kelebihan tersebut yaitu kapal dapat mengangkut barang dalam jumlah

yang besar. Namun, jumlah barang yang banyak dan ukuran yang beragam

dapat menyulitkan dalam penanganannya. Oleh karena itu dibuatlah peti

kemas (container) yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu

untuk mempermudah pengemasan barang. Pengangkutan dengan

menggunakan peti kemas telah menjadi bagian kehidupan modern dan

pengoperasiannya pun sudah dijalankan secara efisien dengan bantuan

perangkat komputer.

Ada banyak pihak yang terlibat dalam proses pengiriman barang.

Selain eksportir, ada perusahaan jasa pengiriman barang, perusahaan

pelayaran, kepabeanan, importir di negara-negara tujuan dan

institusi-institusi lain yang berkaitan dengan ekspor-impor baik di negara asal

maupun negara tujuan. Semua pihak tersebut merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam mekanisme ekspor-impor. Dalam proses pengiriman

barang mulai dari seller hingga barang sampai ke buyer diperlukan

(19)

commit to user

2

Dalam proses pengiriman barang ke luar negeri, para pebisnis tidak

mengerjakan sendiri seluruh tugas logistic yang menjadi tanggung

jawabnya. Biasanya kegiatan tersebut dibantu oleh jasa pelayanan atau

pengurusan yang disebut Freight Forwarder. Kegiatan logistic dirasa akan

lebih efisien dan jauh lebih murah jika pengurusannya diserahkan kepada

Freight Forwarder.

Freight Forwarder sendiri memiliki beberapa divisi antara lain

Division Air Freight (Ekspor-Impor), Sea Freight (Ekspor-Impor), dan

Custom Broke Division. Freight Forwarder membantu kegiatan ekspor

seperti pembuatan dokumen ekspor, konsolidasi muatan, dan bertindak

sebagai operator serta bertanggung jawab secara penuh dalam

melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal sendiri.

Bentuk pelayaran pengangkutan muatan dengan peti kemas yang

ditawarkan oleh Freight Forwarder adalah Full Container Load (FCL)

dan Less Than Container Load (LCL). FCL adalah shipper menggunakan

1 (satu) atau lebih peti kemas untuk mengirim barangnya. LCL adalah

shipper mengkonsolidasi / mencampur barangnya dengan barang shipper

lain dalam satu peti kemas. Biasanya barang tersebut dalam volume yang

kecil.

PT. Agility Internasioanal merupakan salah satu Freight

Forwarder yang terdapat di Solo dan telah mengurusi banyak proses

shipment. Dalam hal ini PT. Agility Internasional lebih banyak mengurusi

(20)

commit to user

3

banyak memilih FCL karena FCL memiliki biaya yang lebih murah

dibandingkan dengan LCL. Disamping itu, resiko barang tercecer ataupun

tertukar lebih rendah, sehingga barang bisa lebih aman. Tetapi ada juga

customer PT. Agility Internasional yang lebih memilih pola pengiriman

LCL.

Pilihan pola pengiriman FCL ataupun LCL tergantung kepada

permintaan customer itu sendiri. Biasanya, pola LCL digunakan untuk

mengirim barang yang dipergunakan saat pameran dan barang tersebut

biasanya sejenis. Misalnya pengiriman furniture untuk pameran furniture

yang dikirim oleh lebih dari satu shipper. Tetapi tidak jarang, barang yang

dikonsolidasi tersebut berbeda jenis dengan banyak shipper dan ke banyak

consignee. Selain itu, pola LCL digunakan untuk mengganti barang yang

rusak dalam proses shipment. Misalnya, shipper akan mengirim barang

kepada buyer sebanyak 10 box dengan menggunakan pola pengiriman

FCL, tetapi saat tiba di negara tujuan, barang tersebut tidak sesuai ataupun

rusak sebanyak 2 box. Oleh karena itu, pengiriman pengganti barang yang

rusak sebanyak 2 box tersebut dilakukan dengan pola pengirimn LCL.

Berdasarkan deskripsi tersebut maka judul penelitian / Tugas Akhir ini

adalah “Prosedur Pengiriman Barang Ekspor Menggunakan Pola LCL

(21)

commit to user

4

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pengiriman barang ekspor LCL oleh PT. Agility

Internasional Cabang Solo?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi PT. Agility Internasional dalam

melakukan proses pengiriman LCL dan bagaimana penyelesaiannnya?

3. Hambatan apa saja yang dihadapi shipper saat melakukan kegiatan

ekspor dan bagaimana penyelesaiannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pengiriman barang ekspor LCL oleh PT.

Agility Internasional Cabang Solo.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi PT. Agility

Internasional dalam melakukan proses pengiriman LCL dan

penyelesaiannnya.

3. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi shipper saat

(22)

commit to user

5

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Perusahaan

Bisa memberikan masukan / pembelajaran mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan tata cara pengiriman barang ekspor khususnya via

laut / Sea Freight. Sehingga nantinya bisa terjalin hubungan yang baik

dengan banyak instansi.

2. Bagi Pembaca dan Mahasiswa Yang Lain

Bisa memberikan sedikit pengetahuan dan juga gambaran tentang tata

cara pengiriman barang ekspor khususnya via laut / Sea Freight yang

baik dan benar.

3. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan berbagai kebijakan

yang berkaitan dengan kegiatan Ekspor khususnya via laut / Sea

Freight.

4. Bagi Dunia Usaha

Sebagai salah satu pendorong untuk lebih memajukan dunia usaha

(23)

commit to user

6

E. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari

suatu penelitian. Adapun metode penelitian memuat antara lain :

1. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang dilakukan adalah metode penelitian studi deskriptif, yaitu

mengamati obyek penelitian yaitu Freight Forwarder Agility

Internasional Cabang Solo.

2. Jenis dan Alat Pengumpul Data

a. Jenis Data

1) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini

diperoleh dengan cara kerja langsung melalui kegiatan yang

dilakukan di tempat penelitian, yaitu Freight Forwarder

Agility. Misalnya, mempelajari bagaimana proses pengiriman

barang Ekspor pada Freight Forwarder Agility.

2) Data Sekunder

Yaitu data pendukung yang diperoleh dengan membaca

buku-buku literatur dan juga sumber-sumber lainnya yang

berhubungan dengan penulisan Tugas Akhir ini. Misalnya,

(24)

commit to user

7 b. Alat Pengumpul Data

1) Observasi

Dalam penelitian ini, penulis terlibat langsung dalam kegiatan

yang dilakukan oleh Freight Forwarder Agility.

2) Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara dialog dan

juga tanya jawab dengan narasumber baik secara langsung

maupun tidak langsung yang ada hubungannya dengan

bagaimana proses ekspor-impor pada Freight Forwarder

Agility. Wawancara tersebut dilakukan dengan karyawan

Agility Internasional yaitu staff Divisi Air Freight, Sea Freight,

EMKL dan Marketing, serta dengan beberapa pihak shipper

yaitu CV. A CLASS dan PT. JATI AGUNG ARSITAMA.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini

diperoleh dengan cara wawancara langsung pada PT. Agility

(25)

commit to user

8 b. Sumber Data Sekunder

Yaitu data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang

berkaitan dengan penelitian. Data ini diperoleh dari buku maupun

(26)

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekspor

1. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari wilayah pabean

suatu negara keluar wilayah pabean negara yang dituju atau

mengirimkan/menjual bahan baku, komponen barang ke negara lain

(PPEI,2011). Menurut Roselyne, ekspor adalah perdagangan dengan

cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean

Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Sedangkan

menurut Amir MS, ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari

peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai

ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran valuta asing.

Berdasarkan pengertian ekspor dari berbagai sumber diatas, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dari daerah pabean menuju wilayah pabean

negara yang dituju dengan memenuhi ketentuan yang berlaku untuk

memperoleh valuta asing.

Pelaku ekspor sebaiknya mempelajari terlebih dahulu prosedur

ekspor guna meminimalkan kesalahan prosedur saat melakukan

(27)

commit to user

10

2. Dokumen – Dokumen yang Diperlukan dalam Kegiatan Ekspor

a. Shipping Instruction (SI)

Shipping Instruction (SI) adalah dokumen untuk booking kapal dan

juga untuk memesan container. Dokumen ini dikeluarkan oleh

shipper ditujukan kepada pihak carrier sebagai perintah untuk

mengapalan barang. Informasi yang harus dimuat dalam SI adalah

semua data yang diperlukan dalam pembuatan Bill of Lading (B/L).

b. Persetujuan Ekspor (PE)

Persetujuan Ekspor (PE) adalah dokumen ekspor yang dikeluarkan

oleh Bea dan Cukai yang menyatakan bahwa komoditi tersebut

siap untuk diekspor dan tidak ada masalah.

c. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah dokumen ekspor yang

digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor barang yang

isinya antara lain jenis barang ekspor (umum, terkena pajak ekspor,

mendapat fasilitas pembebasan dan pengembalian bea masuk, dan

barang ekspor lainnya), eksportir, importir, NO. Hs, berat barang,

pelabuhan muat, pelabuhan tujuan dll

d. Equipment Interchange Receipt (EIR)

Equipment Interchange Receipt (EIR) adalah surat bukti telah

(28)

commit to user

11 e. Berita Acara Penyegelan

Berita Acara Penyegelan adalah surat bukti bahwa container telah

diperiksa dan disegel oleh petugas.

f. Surat Pengantar Izin Stack

Surat pengantar izin stack adalah surat pengantar untuk memuat

muatan di atas kapal.

g. Warkat Dana

Warkat dana adalah perincian perhitungan pembayaran jaminan

jasa TPKS untuk biaya penumpukan container.

h. Bill of Lading (B/L)

Bill of Lading (B/L) adalah tanda terima pengiriman barang yang

diberikan carrier untuk shipper, yang berisi pernyataan bahwa

barang-barang tersebut telah diterima dan disetujui oleh

pengangkut untuk diangkut ke pelabuhan tujuan dan diserahkan

kepada consignee.

i. Packing List

Packing List adalah dokumen ekspor yang memuat daftar

informasi mengenai barang yang akan diekspor.

j. Invoice

Invoice adalah dokumen ekspor yang memuat mengenai nilai

(29)

commit to user

12

k. Cerfificate of Origin (COO) / Surat Keterangan Asal (SKA)

COO/SKA adalah suatu dokumen yang berdasarkan kesepakatan

dalam perjanjian bilateral, regional dan multilateral serta ketentuan

sepihak dari suatu negara tertentu wajib disertakan pada waktu

barang ekspor dari Indonesia akan memasuki wilayah negara

tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal dan

dihasilkan dan atau diolah di Indonesia.

3. Prosedur Ekspor

a. Eksportir dan importir melakukan korespondensi atau negosiasi.

b. Apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan eksportir,

maka importir dan eksportir membuat dan menandatangani kontrak

dagang (Sales Contract) yang telah disepakati bersama.

c. Setelah Sales Contract ditandatangani, importir mengajukan

permohonan L/C kepada Opening Bank di luar negeri. Opening

Bank meneruskan L/C kepada eksportir melalui Receiving Bank di

Indonesia dan Receiving Bank tersebut memberitahukan

diterimanya L/C tersebut kepada eksportir.

d. Dengan diterimanya L/C tersebut, eksportir melakukan produksi

dan persiapan barang ekspor. Barang-barang yang dipersiapkan

harus sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati dalam

(30)

commit to user

13

e. Eksportir menghubungi pihak pelayaran/penerbangan untuk

memesan ruang kapal.

f. Apabila sudah ada kepastian jadwal pengapalan, maka selanjutnya

eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di

Bea Cukai dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila

ekspornya terkena pajak ekspor.

g. Setelah itu dilakukan pengiriman barang ke pelabuhan. Eksportir

dapat melakukan sendiri pengiriman barang atau menggunakan

jasa perusahaan pengiriman barang (Freight Forwarder atau

EMKL).

h. Apabila importir mewajibkan barang ekspor harus disertai SKA,

maka eksportir harus mengurus dokumen SKA (Surat Keterangan

Asal) pada instansi Penerbit SKA dengan melampirkan fotocopy

PEB yang telah di fiat muat Bea & Cukai dan fotocopy B/L.

i. Apabila barang telah dikapalkan, eksportir dapat mencairkan L/C.

(31)

commit to user

14

B. KEMASAN DAN ANGKUTAN PETI KEMAS

1. Pengertian Peti Kemas

Sejarah perkembangan peti kemas di Indonesia baru dimulai sejak

tahun 1970-an yang ditandai dengan adanya kapal dan pelabuhan peti

kemas pertama di Indonesia. Pada dasarnya, peti kemas merupakan

peti atau kotak yang digunakan untuk memuat barang. Banyak definisi

mengenai peti kemas, antara lain :

a. Peti kemas adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan

teknis sesuai dengan International Organization for

Standardization (ISO) sebagai alat atau perangkat

pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda,

mulai dari moda jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan

kapal petikemas laut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Peti_kemas).

b. Menurut Amir M.S peti kemas adalah peti yang terbuat dari

logam yang memuat barang-barang yang lazim disebut muatan

umum (general cargo) yang akan dikirimkan melalui laut.

Berbeda dengan cara pengangkutan dengan kapal konvensional

maka sejak pemuatan sampai kepada pembongkaran (bahkan

sampai ke tempat yang dituju) barang-barang yang akan

dikirim dengan peti kemas tidak dijamah orang, karena dengan

peti itu dimuat ke atas kapal dan bersama peti itu pula barang

(32)

commit to user

15

c. Menurut F.D.C. Sudjatmiko, peti kemas secara umum

digambarkan sebagai gudang yang dapat dipindahkan (remove

ware house) yang digunakan untuk mengangkut barang,

merupakan perangkat pergudangan dan sekaligus juga

merupakan komponen dari pada sistem pengangkutan.

2. Jenis-jenis Peti Kemas

a. General Purpose Container (Dry/General Cargo Container)

Adalah peti kemas yang seluruh bagian sisinya tertutup dengan

rapat agar tahan terhadap cuaca luar, memiliki dinding atap, sisi

dan lantai yang keras. Salah satu sisinya dilengkapi dengan pintu

untuk pemuatan dan pembongkaran muatan. Kegunaan peti kemas

jenis ini adalah untuk mengangkut berbagai jenis barang dalam

kondisi kering, baik yang telah dikemas dalam karton, sack, pallet,

drum maupun yang menggunakan alat bantu lain seperti hanger

untuk garment. Peti kemas ini biasa dipakai untuk mengangkut

muatan umum (general cargo).

b. Temperature Controlled Container

Adalah peti kemas yang dilengkapi dengan perlengkapan listrik

(heater) atau alat mekanik (refrigeration) untuk kepentingan

pemanasan atau pendinginan udara didalam ruangan peti kemas.

Temperatur yang dapat dikondisikan dengan alat tersebut yaitu

(33)

commit to user

16

adalah untuk mengangkut barang-barang yang memerlukan kondisi

suhu tertentu, agar kualitasnya dapat dipertahankan. Peti kemas

diperlukan untuk barang-barang yang mudah busuk seperti sayur,

udang, ikan, daging atau buah-buahan.

c. Open Top Container

Peti kemas jenis ini memiliki struktur yang hampir sama dengan

general purpose container, hanya saja open top memiliki sisi atap

yang fleksibel dan dapat bergerak secara mekanis untuk membuka

atau menutup. Barang dapat dimasukkan atau dikeluarkan lewat

atas. Kegunaan peti kemas jenis ini terutama untuk mengangkut

cargo yang berat dan/atau besar yang hanya dapat dimasukkan

lewat atas.

d. Open Side Container

Peti kemas yang bagian sampingnya dapat dibuka untuk

memasukkan dan mengeluarkan barang. Sisi samping didesain

dapat dibuka untuk memudahkan forklift memasukkan dan

mengeluarkan barang didalam ruangan peti kemas. Kegunaannya

adalah untuk mengangkut rak botol bir atau minuman maupun

kayu-kayu timber.

e. Ventilated Container

Peti kemas jenis ini memiliki struktur tertutup sama seperti general

purpose container, namun dilengkapi ventilasi agar terjadi sirkulasi

(34)

commit to user

17

kadar air tinggi. Kegunaannya adalah untuk mengangkut

barang-barang organik seperti kopi, cengkeh, biji-bijian atau hasil bumi

lainnya.

f. Tank Container

Adalah peti kemas yang terdiri dari dua elemen dasar yaitu tanki

tempat menampung benda cair, dan kerangka yang berguna untuk

melindungi tanki selama dalam pengangkutan. Kegunaan peti

kemas ini adalah untuk mengangkut muatan benda cair (curah)

yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya. Untuk

memasukkan atau mengeluarkan muatan tidak melalui pintu depan

seperti biasa, tetapi melalui lubang dibagian atas. Lubang diatas

dapat juga digunakan untuk membongkar muatan dengan cara

dihisap.

g. Dry Bulk Container

Adalah peti kemas yang digunakan khusus untuk muatan curah

(bulk cargo) seperti kopi dan kacang-kacangan. Untuk

memasukkan atau mengeluarkan muatan tidak melalui pintu depan

seperti biasanya, tetapi melalui lubang atau pintu dibagian bawah

untuk mengeluarkan muatan (gravity discharge). Lubang atas

dapat juga digunakan untuk membongkar muatan dengan cara

(35)

commit to user

18

h. Platform Container

Adalah peti kemas yang terdiri dari lantai dasar.

Jenis peti kemas ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Flat-rack Container

Ciri khas peti kemas jenis ini adalah sisi dindingnya dapat

dilipat hingga sejajar dengan sisi dasarnya. Sisi dasar peti

kemas ini dirancang untuk mengangkut barang-barang yang

memiliki bobot yang sangat berat. Kegunaannya adalah untuk

pengangkutan barang yang berat, besar dan lebih tinggi dari

ukuran peti kemas.

2) Platform Based Container/Bolster

Definisi Platform atau Bolster adalah peti kemas yang hanya

memiliki sisi dasar (lantai) nya saja. Jenis peti kemas ini

terutama digunakan untuk membawa barang-barang yang berat

dan tebal melebihi ukuran peti kemas standar serta barang

setengah jadi, seperti barrel dan drum, mesin-mesin dan

(36)

commit to user

19 3. Ukuran Peti Kemas

Penyeragaman ukuran peti kemas dilakukan bertujuan untuk

memudahkan pengoperasian peti kemas serta agar peti kemas mudah

untuk diangkut. Badan International Standart Organization (ISO)

telah menetapkan ukuran-ukuran peti kemas, yaitu :

(37)

commit to user

20

Ukuran Dalam : 12.056 x 2.347 x 2.684 m

Kapasitas : Cubic Capacity : 76 Cbm

Pay Load : 29.1 Ton

Ukuran muatan dalam pembongkaran ataupun pemuatan

peti kemas dinyatakan dalam TEU (Twenty Foot Equifalent Unit).

Peti kemas 20’ dinyatakan sebagai 1 TEU, dan peti kemas 40’

dinyatakan 2 TEU atau sering disebut FEU (Fourty Foot

Equifalent Unit).

C. PENGANGKUTAN BARANG LEWAT LAUT

Dalam perkembangannya, pengangkutan barang melalui laut telah

menjadi pilihan yang paling diminati oleh masyarakat, karena dirasa lebih

efisien dibandingkan dengan pengangkutan yang lain. Disamping itu,

unsur biayanya pun relatif murah. Keamanan terhadap kerusakan dan

pencurian pun lebih terjaga, terutama untuk barang-barang kecil atau

berharga. Selain itu, peti kemas dapat mengangkut barang dengan volume

besar. Kualitas barangpun dapat terjaga jika diangkut dengan

menggunakan peti kemas, terutama komoditi pertanian seperti biji cokelat

(38)

commit to user

21

Menurut Hamdani yang dimaksud angkutan muatan laut adalah suatu

usaha pelayaran yang bergerak dalam bidang jasa angkuatan muatan laut

dan karenanya merupakan bidang usaha yang luas bidang kegiatannya dan

memegang peranan penting dalam usaha memajukan perdagangan dalam

dan luar negeri.

1. Pengapalan Barang Ekspor dengan Peti Kemas

Kondisi pengapalan dengan peti kemas berdasarkan pengirim dan

penerimanya dibagi menjadi sebagai berikut:

a) FCL / FCL = CY / CY (Full Container Load/Full Container

Load).

Artinya muatan dalam 1 peti kemas dikirim oleh 1 shipper untuk

ditujukan pada 1 consignee di negara tujuan. Ongkos angkutnya

biasanya dihitung per peti kemas, meskipun peti kemas mungkin

hanya diisi 10 MT.

b) FCL / LCL = CY / CFS (Full Container Load/Less Container

Load).

Artinya muatan dalam 1 peti kemas dikirim oleh 1 shipper untuk

beberapa consignee di negara tujuan yang sama. Ongkos

angkutnya biasanya dihitung per peti kemas, meskipun peti kemas

(39)

commit to user

22

c) LCL / LCL = CFS / CFS (Less Container Load/Less Container

Load).

Artinya muatan dalam 1 peti kemas dikirim oleh beberapa shipper

dari negara asal yang sama yang ditujukan untuk beberapa

consignee di negara tujuan yang sama. Ongkos angkutnya biasanya

dihitung per MT/M3 berdasarkan berat atau volume, tergantung

ukuran/satuan yang lebih besar.

d) LCL / FCL = CFS / CY (Less Container Load/Full Container

Load).

Artinya muatan dalam 1 peti kemas dikirim oleh beberapa shipper

untuk 1 consignee di negara tujuan. Ongkos angkutnya biasanya

dihitung per MT/M3 berdasarkan berat atau volume, tergantung

ukuran/satuan yang lebih besar.

Konsolidasi barang (cargo consolidation) adalah pengumpulan

beberapa kiriman barang dari beberapa shipper dari negara asal untuk

beberapa consignee di negara tujuan. Di tempat penerima, agen

konsolidasi baru dibagikan kepada consignee yang bersangkutan

Peti kemas LCL dikirim sebagai FCL untuk kemudian dijadikan atau

dipecah menjadi LCL lagi. Kegiatan tersebut dilakukan di CFS.

Pengiriman LCL akan lebih mudah jika diurus oleh Freight Forwarder

yang akan mengurus langsung ke berbagai tujuan daripada shipper

(40)

commit to user

23

freight lebih rendah daripada bila langsung berhubungan dengan carrier

terutama shipper dengan muatan sedikit.

Konsolidasi memberikan “door to door service” yang tidak dilakukan

oleh perusahaan pelayaran. Untuk perusahaan pelayaran juga ada

keuntungan karena kebanyakan muatan dikirim dengan cara FCL sehingga

tidak begitu banyak memerlukan pegawai untuk mengerjakan muatan

seperti LCL.

2. Pengamanan Peti Kemas Selama dalam Perjalanan

Pengamanan peti kemas harus tetap dilakukan, walaupun peti kemas

terbuat dari lembaran metal yang kuat, akan tetapi jangan pernah lalai

mengamankan barang ekspor yang ada di dalamnya. Langkah-langkah

pengaman berupa pengaman fisik container dan pengamanan kualitas

barang.

a. Pengamanan Fisik Peti Kemas:

1) Periksa bagian dalam dan luar peti kemas sebelum memuat

barang. Tolak peti kemas bila terdapat cacat, terutama

lubang/bocor yang dapat menyebabkan masuknya air ke dalam

peti kemas.

2) Tutup dan gembok pintu peti kemas setelah pemuatan barang

(41)

commit to user

24

3) Pastikan Seal (segel pengaman) dari Pelayaran telah terpasang

dengan baik pada tempatnya di pintu peti kemas (setelah

pemeriksaan Bea dan Cukai dan sebelum barang diangkat ke

atas kapal).

b. Pengamanan kualitas barang.

1) Susun barang dengan rapi dan jangan terdapat ruang kosong

dibagian kanan dan kiri ruang peti kemas, sehingga barang

tersebut tidak dapat goyang saat diperjalanan.

2) Tempeli seluruh dinding/atap dalam peti kemas dengan cargo

save atau kertas penyerap air/embun. Hal ini perlu

diperhatikan karena selama perjalanan kemungkinan akan

terjadi perubahan temperatur di dalam dan di luar container,

sehingga akan terjadi pengembunan di dalam container.

3. Alat Angkutan Laut dengan Kapal Conventional

Untuk mengakomodasikan pengiriman barang diperlukan alat atau

sarana transportasi. Dalam hai ini terdapat banyak berbagai alat

trasnportasi, baik melalui darat, laut dan udara. Namun yang sering

digunakan sebagai alat angkut barang dalam kegiatan ekspor-impor

(42)

commit to user

25

Secara umum terdapat beberapa tipe kapal laut:

a) Conventional Liner Vesell adalah jenis kapal pengangkut yang

belum menggunakan peti kemas.

b) Semi Container Vesell adalah jenis kapal pengangkut yang

sebagian menyediakan tempat untuk peti kemas.

c) Full Container Vesell adalah jenis kapal yang khusus

mengangkut barang-barang yang dikemas dalam peti kemas

dan berlabuh di dermaga atau pelabuhan peti kemas.

Sedangkan bila dilihat dari Jenis Layanan dari Kapal

Pengangkut tersebut, dapat terbagi menjadi:

a) Conference Line adalah jenis pelayanan kapal yang memiliki

jadwal tetap berdasarkan persetujuan diantara anggota-anggota

perusahaan pelayaran dan adanya kesamaan dalam penentuan

tarif B/L.

b) Non Conference Line adalah perusahaan pelayaran yang tidak

bergabung dalam kelompok perusahaan pelayaran dan tarif

ditentukan berdasarkan harga pasar.

c) NVOCC (Non Vesell Operating Common Carrier) adalah

perusahaan yang tidak memiliki armada pelayaran nemun

menyediakan jasa pengurusan trasportasi.

d) Tramper Service yaitu jenis pelayanan kapal carter untuk

(43)

commit to user

26

D. PIHAK YANG TERKAIT DALAM PROSES PENGIRIMAN

BARANG DENGAN KAPAL LAUT.

Selain shipper, Bea Cukai dan Maskapai Pelayaran, biasanya

proses pengiriman akan melibatkan Perusahaan Freight Forwarder,

EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), Perusahaan Pengurusan Jasa

Kepabeanan (PPJK) dan Surveyor/Perusahaan Fumigasi.

Freight Forwarder adalah pihak yang ditunjuk untuk mengurus

semua kegiatan yang diperlukan untuk terlaksananya pengiriman dan

penerimaan barang melalui transportasi darat, laut dan udara yang dapat

mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan,

penimbangan barang, pengurusan, penyelesaian dan penerbitan dokumen

angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim, asuransi, penyelesaian

tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang

sampai dengan diterimanya oleh pihak yang berhak. Freight forwarder

bertanggung jawab mulai dari barang diterima di tempat pengirim sampai

barang diserahkan di tempat penerima (consignee) dan akan mengatur

pengangkutan menggunakan beberapa moda transportasi laut, darat dan

udara.

Freight forwarder dapat bertindak atas nama pengirim barang dan

dapat pula atas nama penerima barang. Peranan freight forwarder dalam

dunia angkutan makin penting dan besar peranannya karena terdapat

kecenderungan pemilik barang lebih senang hanya berhubungan dengan

(44)

commit to user

27

barang diserahkan di gudang pengirim sampai barang diterima di gudang

penerima (one stop shipping), berperan membantu shipper atas segala hal

yang terkait dengan pihak pelabuhan, pemesan tempat di kapal,

pembayaran ongkos angkut, pengeluaran peti kemas dari terminal peti

kemas (ke tempat pemuatan barang) dan penjaminan peti kemas, hingga

memonitor pengangkatan peti kemas ke dalam kapal.

EMKL adalah pihak yang ditunjuk untuk mengurus dokumen dan

muatan yang akan diangkut melalui kapal atau pengurusan dokumen dan

muatan yang berasal dari kapal. EMKL mendapat kuasa secara tertulis dari

pemilik untuk mengurus barangnya. Di pelabuhan muat, EMKL akan

membantu pemilik barang membukukan muatan pada agen pelayaran,

mengurus dokumen dengan Bea Cukai dan instansi terkait lainnya dan

membawa barang dari gudang pemilik barang ke gudang di dalam

pelabuhan. EMKL bergerak sesuai SK Menhub No. KM 82/AL

305/PHB-85. Di pelabuhan bongkar, EMKL membantu pemilik barang mengurus

pemasukan barang dengan Bea Cukai, menerima muatan dari pelayaran

dan membawa barang dari pelabuhan ke gudang pemilik barang.

PPJK, berperan membantu shipper dalam hal pengurusan PEB,

ijin pemuatan barang dan lain-lain yang terkait dengan Bea dan Cukai.

Surveyor, berperan membantu shipper menghitung jumlah dan

menimbang berat barang di Pelabuhan Muat, atau memberikan pelayanan

fumigasi. Sebaiknya instruksi kepada Surveyor dilakukan sendiri oleh

(45)

commit to user

28

Freight Forwarder yang berpengalaman dapat mengkoordinasi

seluruh aktifitas yang terkait dengan Maskapai Pelayaran, PPJK dan

Surveyor tersebut di Pelabuhan Muat. Dengan demikian proses pemuatan

barang akan berjalan lebih lancar, meskipun shipper harus mengeluarkan

(46)

commit to user

29

BAB III

PEMBAHASAN

A. Diskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya PT. Agility Internasional

Agility didirikan di Kuwait pada tahun 1979. Pada tahun 2004

Agility tumbuh menjadi penyedia logistik terbesar di Timur Tengah. Grup

perusahaan PWC Logistics memiliki beberapa nama yang terkenal dalam

industri logistik global, termasuk Geologistics, Transoceanic, dan

Trans-Link dan pada tanggal 13 November 2006 bertempat di Kuwait, Grup

perusahaan PWC Logistics menggabungkan semua perusahaan yang telah

diakuisisi dengan memperkenalkan sebuah nama dan logo perusahaan

baru, yaitu Agility.

Visi Agility adalah “To be a new type of logistics leader meeting

the challenges of global trade”, dan misi Agility adalah “To facilitate

trade through innovative supply chain solutions”. Keunggulan yang

ditawarkan Agility adalah “Integrity, personal ownership, teamwork and

excellence”. Dengan nama Agility dan tema Pemimpin Logistik Baru,

PWC Logistic mempunyai tujuan untuk menyempurnakan integrasi

(penyatuan) layanan-layanan antar grup perusahan dan merefleksikan

muka tunggal perusahaan tersebut kepada konsumen dan dedikasinya

(47)

commit to user

30

Kata “Agility” menjelaskan budaya organisasi, kecepatan dan

ketangkasannya dalam menanggapi kebutuhan konsumen; sementara

ikonnnya, seekor Naga merupakan sebuah metafora yang kuat, yang

umum antar kebudayaan yang berbeda di dunia. Hal ini melambangkan

kebijaksanaan, kemandirian, warisan, pemberdayaan, kepemimpinan,

perdagangan, kekuatan dan kecepatan.

Grup perusahaan PWC Logistics memiliki banyak merk logistik

yang terkenal dan terkemuka, sehingga nama merk baru harus menjadi

deskriptor (penjelas) yang sempurna bagi karakter, misi, visi dan sasaran.

Hal ini merupakan sebuah tantangan karena pesan ”Pemimpin” yang akan

disampaikan harus tepat sasaran. Saat ini, Agility memiliki 22.000

karyawan dengan lebih dari 550 kantor di lebih dari 100 negara.

2. Lokasi Perusahaan

Pada awalnya PT. Agility Internasional Cabang Solo berlokasi di

kompleks ruko Jl. Raya Solo Permai Blok HH No.12 Solo Baru, Sukoharjo.

Namun sekarang pindah di Jl. Raya Solo Permai Blok LJ No.34 Solo Baru,

(48)

commit to user

31 A.

3. Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility

a) Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility internasional

Gambar 3.1.Struktur Organisasi Freight Forwader Agility Internasional

Sumber : Freight Forwader Agility Cabang Solo

(49)

commit to user

32

b) Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility Internasional

Cabang Solo

Gambar 3.2.Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility Internasional

Cabang Solo

Sumber : Freight Forwarder Agility Cabang Solo

SALES MARKETING DEPARTEMENT

FINANCE AND

ACCOUNTING

CUSTOMS BROKER EMKL

SEA FREIGHT AIR

FREIGHT

BRANCH MANAGER

(50)

commit to user

33

Menurut struktur organisasi yang ada di Freight Forwarder Agility

Internasional Cabang Solo, kekuasaan dipegang oleh seorang kepala

cabang yang merupakan pimpinan dari perusahaan tersebut. Pimpinan

disini membawahi 4 departemen, yaitu:

1) Departemen Penjualan (Sales and Marketing Departement)

Departemen ini bertugas mencari konsumen, membuat penawaran

kepada konsumen, menjaga hubungan baik dengan konsumen,

mencari harga sewa terhadap direct transporter termasuk

didalamnya terhadap airline, shipping lane, trucker serta mampu

melakukan analisa pasar. Secara administrasi harus menyiapkan

SOP (Standard Operating Procedure) membuat permohonan kredit

konsumen (credit application request), dan menyiapan laporan

secara periodik.

2) Departemen Operasional

Departemen operasional meliputi beberapa divisi, yaitu :

(a) Divisi Air Freight Ekspor - Impor

Divisi ini bertugas melaksanakan pengiriman melalui armada

pesawat udara, yang meliputi pemrosesan dokumen ekspor -

impor, pengambilan barang, pengawasan barang serta

pembuatan tagihan ke konsumen.

(b) Divisi Sea Freight Ekspor – Impor

Divisi ini bertugas melaksanakan pengiriman melalui armada

(51)

commit to user

34

pengambilan barang, pengawasan barang serta pembuatan

tagihan ke konsumen.

(c) Divisi EMKL

Divisi ini bertugas melaksanakan pengiriman barang di dalam

negeri menggunakan truk, yang meliputi pemrosesan dokumen

sampai pembuatan tagihan ke konsumen.

(d) Divisi Customs (Custom Broker Divisi)

Divisi ini bertugas menangani pelaksanaan pengeluaran barang

masuk (impor) maupun keluar (ekspor) dari kawasan Pabean,

baik di pelabuhan laut maupun pelabuhan udara, yang meliputi

pemrosesan dokumen kepabeanan. Divisi ini merupakan

pendukung dari divisi lainya.

Departemen operasional bertanggung jawab langsung kepada Branch

Manager.

3) Departemen Keuangan (Finance and Accounting )

Departemen ini bertugas membuat laporan keuangan, mengatur cash

flow, mengontrol piutang, melakukan penagihan kepada konsumen,

menyiapkan laporan-laporan lain atas kegiatan perusahaan yang harus

dilaporkan ke kantor pusat, serta mengontrol arus pengiriman

(52)

commit to user

35 4) Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku pada Freight Forwarder Agility

Internasional Cabang Solo, dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu, tetapi

hari efektif yang digunakan adalah hari Senin sampai dengan hari Jum’at.

Pada hari Senin sampai dengan hari Jum’at, jam kerja dimulai pukul 08.30

WIB sampai pukul 17.30 WIB dan untuk hari Sabtu dimulai pukul 08.30

WIB sampai pukul 12.00 WIB.

Khusus untuk hari Minggu dan Hari Besar Nasional, semua

karyawan diliburkan, namun jam kerja sewaktu-waktu dapat berubah

dikarenakan kinerja perusahaan dalam handling job menyesuaikan jadwal

kedatangan kapal. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan bongkar muat

untuk menciptakan efektivitas serta efisiensi waktu bagi perusahaan. Secara

garis besar tabel jam kerja Freight Forwarder Agility Internasional Cabang

Solo sebagai berikut:

Hari Jam Kerja Jam Istirahat

Senin 08.30 WIB- 17.30 WIB 12.00 WIB -13.00 WIB

Selasa 08.30 WIB -17.30 WIB 12.00 WIB-13.00 WIB

Rabu 08.30 WIB -17.30 WIB 12.00 WIB -13.00 WIB

Kamis 08.30 WIB -17.30 WIB 12.00 WIB -13.00 WIB

Jumat 08.30 WIB -17,30 WIB 12.00 WIB -13.00 WIB

Sabtu 08.30 WIB -12.00 WIB -

Tabel 4.1.Jam Kerja Freight Forwarder Agility Intemasional Cabang Solo

(53)

commit to user

36

B. Laporan Magang Kerja

Dalam kegiatan magang kerja, penulis melakukan kegiatan tersebut

diperusahaan Freight Forwader Agility Internasional cabang Solo yang

berlokasikan : Jl. Raya Solo Permai Blok LJ No. 34 Solo Baru, Sukoharjo.

Kegiatan magang kerja tersebut dilaksanakan dan dimulai oleh penulis pada

tanggal 16 Januari - 16 Maret 2012. Jadwal masuk yang diikuti penulis di

sesuaikan dengan jam kerja karyawan, dan kegiatan yang diikuti penulis

selama magang di Freight Forwader Agility Internasional Cabang Solo lebih

difokuskan pada judul Tugas Akhir yang penulis ambil.

C. Pembahasan

1. Proses Pengiriman Barang Ekspor LCL oleh Freight Forwarder Agility

Internasional Cabang Solo.

a) Shipping Instruction (SI)

Agility membuka SOP (Standard Operational Procedure) yang

telah ditetapkan oleh marketing Agility. Shipper sebelumnya telah

melakukan negosiasi dengan consignee mengenai data-data barang

yang akan diekspor, termasuk peti kemas apa dan ukuran berapa yang

akan digunakan. Setelah shipper dan consignee sepakat, shipper

mengirimkan SI kepada pihak Agility. SI tersebut memuat data

diantaranya mengenai nama dan alamat shipper, nama dan alamat

(54)

commit to user

37

b) Booking Instruction ke Co Loader

Agility melakukan booking tempat ke Co Loader atas perintah

shipper. Co Loader memberikan Delivery Order (DO) kepada Agility

untuk pengambilan peti kemas kosong. Schedule barang harus

disesuaikan dengan hari sfuffing dan penetapan waktu closing time nya

harus diketahui dengan jelas. Pemilihan schedule dianjurkan tidak

terlalu dekat dengan waktu closing, agar jika timbul masalah masih

tersisa cukup waktu untuk menyelesaikannya.

c) Proses Stuffing dan Pengiriman Barang

Agility mengambil peti kemas kosong dan membawanya ke

dilakukan proses fumigasi. Biasanya barang yang dilakukan fumigasi

adalah barang yang berbahan kayu ataupun rotan. Fumigasi dilakukan

untuk mensterilkan barang yang akan diekspor.

Setelah itu dilakukan proses marking dan labeling pada

masing-masing colli untuk membedakan barang tersebut dengan

barang lain yang dikonsolidasikan pada peti kemas yang sama (tanda

pengenal atau identifikasi). Disamping itu, marking dan labeling

(55)

commit to user

Kapal pengangkut barang konsolidasi tersebut nantinya akan

transit dan dibongkar di Singapura, dan barang-barang tersebut akan

dipilah-pilah menurut negara tujuan masing-masing. Misalnya, barang

dari berbagai shipper yang akan dikirim ke Italy akan dijadikan satu

peti kemas untuk dikapalkan menuju ke Italy. Tugas Co Loader adalah

memberitahukan pihak Agility jika terjadi pergantian peti kemas atau

seal.

d) Commercial Invoice dan Packing List dari Shipper

Shipper memberikan atau mengirimkan melalui fax atau email

dokumen Commercial Invoice dan Packing List kepada Agility.

Agility juga dapat membuatkan Invoice dan Packing List jika shipper

hanya memberikan SI.

e) Pengurusan Custom Clearance (Kepabeanan) dan Permohonan PEB

Agility Solo mengirimkan Invoice dan Packing List kepada

Agility Semarang untuk dapat dilakukan proses custom clearance,

karena pengurusan custom clearance dikerjakan oleh Agility

Semarang. Setelah custom clearance selesai dilakukan, Agility

(56)

commit to user

39

Barang (PEB), dan Pemberitahuan Konsolidasi Barang Ekspor (PKBE)

ke Agility Solo.

f) Proses Draft House Bill of Lading (HBL) dan Harus Mendapatkan

Persetujuan (Confirm OK) dari Shipper

Agility Solo membuat HBL sesuai dengan data yang tercantum

dalam SI kemudian dikirim ke shipper lewat fax atau email dan

meminta shipper untuk melakukan pengecekan. Setelah data akurat

dan mendapat confirm OK dari shipper, Agility Solo menerbitkan

HBL. Shipper membayar Invoice Tagihan untuk ditukar dengan HBL.

Invoice tagihan dibuat oleh Agility atas dasar SOP (Standard

Operation Procedure). HBL original tersebut menjadi pegangan

shipper, sedangkan HBL copy digunakan untuk pembuatan COO.

g) Proses Draft Master Bill of Lading (MBL) dan Harus Mendapat

Persetujuan (Confirm OK) dari Agility

Co Loader membuatkan draft MBL yang ditujukan untuk

Agility sesuai dengan SI yang diberikan oleh Agility Solo. Setelah

mendapatkan persetujuan (confirm OK) dari Agility Solo, Co Loader

menerbitkan MBL original.

h) Pemuatan Barang diatas Kapal

Pemuatan barang dari gudang pelayaran ke atas kapal

dilakukan oleh pihak pelayaran. Sopir peti kemas menyertakan NPE

dan surat bongkar yang dibuat Agility agar peti kemas dapat memasuki

(57)

commit to user

40

kapal dan pihak Co Loader akan mengirimkan tally sheet ke Agility

untuk pengecekan jumlah barang.

i) Proses Certificate of Origin (COO)

Agility Solo membuatkan draft COO dan mengirimkannya

kepada shipper untuk dilakukan pengecekan. Setelah mendapatkan

persetujuan (confirm OK) dari shipper, Agility melakukan proses

sending COO via online ke IPSKA (Instansi Penerbit Surat Keterangan

Asal), dalam hal ini Desperindag. Setelah permohonan SKA disetujui,

Agility melakukan proses pengurusan dokumen COO ke Desperindag.

Syarat pengurusan COO adalah Packing List, Invoice, PEB, Surat

Pernyataan Pengajuan Surat Keterangan Asal, dan Kartu Kendali SKA.

COO dibuat untuk menyatakan bahwa barang yang akan diekspor

adalah barang yang berasal dari Indonesia serta untuk mengurangi

pajak di negara tujuan.

j) Proses Pengajuan Karantina

Perlakuan karantina dilakukan untuk pengawasan serta

perlindungan atas barang yang akan diekspor maupun yang akan

diimpor berkaitan dengan produk tumbuhan dan hewan, misalnya

pupuk. Perlakukan karantina dilakukan untuk mengawasi layak

tidaknya barang yang akan diekspor maupun diimpor. Syarat

pengajuan karantina adalah Invoice, Packing List dan dokumen lain

yang mungkin diminta. Jika barang tersebut dianggap tidak layak

(58)

commit to user

41

k) Proses Pengajuan PPBE (Permintaan Pemeriksaan Barang Ekspor)

Jika barang yang akan diekspor merupakan bahan setengah jadi

atau terbuat dari rotan, bahan gazebo dan bahan flooring, maka harus

dilakukan PPBE melalui SUCOFINDO. Pengajuan PPBE

dimaksudkan untuk pembatasan barang yang akan diekspor. Syarat

pengajuan PPBE antara lain NPWP, SIUP, TDP. ETPIK, Proforma

Invoice, Packing List, dan mengisi formulir pengajuan PPBE. Formulir

PPBE berisi mengenai antara lain data pemohon (nama dan alamat

eksportir, nomor NPWP, nomor dan tanggal perijinan), barang yang

diekspor (nomor HS, nomor dan tanggal invoice, pelabuhan muat,

pelabuhan tujuan, negara tujuan), kesiapan barang (tempat menyimpan

barang (dipabrik atau gudang konsolidator)) dan cara pengapalan. Jika

pengajuan PPBE disetujui, maka akan terbit Laporan Surveyor (LS).

l) Legalisasi Kadin (Kamar Dagang Indonesia)

Dokumen yang di legalisasi Kadin tidak menentu, tergantung

permintaan negara tujuan. Negara konflik seperti Timur Tengah

biasanya meminta untuk melegalisasi dokumen. Syarat legalisasi

Kadin adalah BL, Packing List, Invoice dan PEB.

m) Penyerahan Dokumen ke Negara Tujuan

Agility Solo melakukan pengiriman dokumen-dokumen ekspor

ke negara tujuan ekspor, diantaranya Invoice, Packing List, MBL,

HBL dan dokumen pendukung lainnya ke agent destination untuk

(59)

commit to user

42

2. Hambatan yang Dihadapi PT. Agility Internasional dalam Proses

Pengiriman LCL dan Penyelesaiannya.

Sebagai pihak yang menawarkan jasa pelayanan untuk mengurus

semua kegiatan yang diperlukan untuk terlaksananya pengiriman dan

penerimaan barang, PT. Agility Internasional sering menemui hambatan

dalam pelaksanannya. Hambatan tersebut dapat muncul dari berbagai hal,

tetapi sebisa mungkin Agility menyelesaikan masalah-masalah yang

timbul dengan baik.

a) Shipping Instruction (SI)

Didalam SI telah tercantum kapal atau pelayaran apa yang akan

digunakan untuk pengiriman barang (shipment nominasi). Tetapi

sering kali terjadi penuhnya jadwal kapal, sehingga tidak terdapat

kapal kosong yang dapat disewa. Barang tersebut akan dimuat dikapal

yang lain, tetapi masih dalam lingkup pelayaran yang sama. Jika

terjadi hal semacam ini, pihak Agility wajib menginformasikan hal ini

kepada shipper dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada

shipper mengapa harus pindah kapal. Oleh sebab itu, pemesanan kapal

sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari untuk menghindari tidak adanya

(60)

commit to user

43

b) Booking Instruction ke Co Loader

Sering kali peti kemas yang tersedia memiliki kualitas yang

kurang baik menurut pihak Agility. Tugas Agility adalah

memberitahukan hal tersebut kepada shipper. Jika shipper setuju untuk

menggunakan peti kemas tersebut, maka Agility akan melanjutkan ke

proses selanjutnya, dan segala resiko yang mungkin akan muncul

ditanggung oleh shipper. Tetapi jika shipper ingin mengganti peti

kemas tersebut dengan peti kemas yang memiliki kualitas yang baik,

maka akan diusahakan kembali oleh Agility. Berbeda jika Agility telah

mengetahui kualitas buruk peti kemas tersebut, tetapi pihak Agility

tetap menggunakan peti kemas tersebut dan jika saat proses

pengirimannya shipper melakukan komplain, maka segala resiko yang

muncul adalah tanggung jawab pihak Agility.

c) Proses Stuffing dan Pengiriman Barang

Saat proses pengiriman barangpun tidak luput dari masalah.

Salah satu contohnya adalah truk yang membawa barang yang akan

diekspor mengalami kecelakaan. Proses perjalanan pengambilan peti

kemas kosong menuju ke gudang shipper dan perjalanan dari gudang

shipper menuju pelabuhan merupakan tanggung jawab pihak Agility

tetapi Agility menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada pihak

trucking atau vendor. Terjadinya kecelakaan tersebut menjadi

penghambat proses perjalanan peti kemas, apalagi jika truk tersebut

(61)

commit to user

44

melanjutkan perjalanan sehingga hal ini dapat mempengaruhi jadwal

selanjutnya. Oleh karena itu pihak vendor berkewajiban untuk

melakukan pengambilan peti kemas tersebut. Biaya yang timbul dapat

dibebankan kepada pihak vendor.

d) Comercial Invoice dan Packing List dari Shipper

Shipper terkadang belum bisa memberikan kepastian data

Invoice dan Packing List, padahal waktu closing mepet. Invoice dan

Packing List tersebut digunakan untuk membuat PEB dan NPE, dan

peti kemas barang tidak bisa memasuki get in apabila tidak dibarengi

dengan NPE dan surat bongkar. Oleh sebab itu, Agility

memperkirakan data Invoice dan Packing List dengan persetujuan

shipper agar NPE dapat dibuat. Tetapi sebenarnya hal ini tidak

dianjurkan.

Perubahan data pun biasa terjadi, misalnya perubahan jumlah

barang yang semula diperkirakan akan ekspor sebanyak 100 box, tetapi

dalam kenyataannya shipper hanya bisa mengirim 95 box. Agility pun

akan memperbaiki kembali Invoice beserta Packing List nya. Oleh

sebab itu, Booking Instruction yang berisikan antara lain volume, net

weight dan gross weight sangat diperlukan untuk memperkirakan peti

(62)

commit to user

45

e) Pengurusan Custom Clearance (Kepabeanan) dan Pembuatan

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Proses pembuatan PEB dan Custom Clearance dilakukan oleh

pihak Agility Semarang. Selama dokumen lengkap, maka proses

tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tetapi jika terjadi masalah,

pihak Agility Semarang menghubungi pihak Agility Solo untuk

menghubungi shipper. Dengan kata lain, Agility Solo hanya sebagai

penghubung antara Agility Semarang dengan shipper.

f) Proses Draft House Bill of Lading (HBL)

Respon/confirm OK dari shipper yang terlalu lama menjadi

sedikit kendala dalam penerbitan HBL. Tetapi hal ini jarang terjadi,

secara keseluruhan proses HBL dapat berjalan dengan lancar.

g) Proses Draft Master Bill of Lading (MBL)

Secara keseluruhan, proses penerbitan MBL dapat berjalan

dengan lancar.

h) Pemuatan Barang ke Atas Kapal

Pemuatan ke atas kapal adalah tanggung jawab dari Agility,

tetapi sering kali kapal tidak memiliki space kosong atau kapal penuh.

Dengan demikian pengiriman barang harus dilakukan dengan kapal

berikutnya. Biaya yang muncul akan ditanggung oleh shipper.

Sebenarnya besar muatan kapal telah diperkirakan terlebih dahulu,

tetapi terkadang perhitungannya tidak sesuai. Perhitungan muatan

Gambar

TABEL
GAMBAR
Gambar 3.1.Struktur Organisasi Freight Forwader Agility Internasional
Gambar 3.2.Struktur Organisasi Freight Forwarder Agility Internasional
+2

Referensi

Dokumen terkait