• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Negara Indonesia 1Kondisi Geografis

4.1.4. Gambaran Perekonomian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama enam tahun terakhir ini berada di kisaran empat sampai enam persen per tahun. Menurut lapangan usaha sektor industri tetap menjadi sektor penyumbang terbesar terhadap PDB. Sedangkan menurut pengeluaran sektor konsumsi menjadi penyumbang terbesar terhadap PDB. Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 4,3%, meningkat 0,4% dibanding pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 yang berada di angka 3,7%. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan nilai ekspor sebesar 4,0 %. Berdasarkan pengeluaran, kontribusi sektor konsumsi tetap yang terbesar dalam menentukan PDB yaitu sebesar 68,7 % dan selanjutnya sektor ekspor sebesar 38,0 %, dan berdasarkan lapangan usaha sektor industri menyumbang 28 % terhadap PDB dan selanjutnya sektor industri sebesar 15.2 %. Sementara itu inflasi dapat ditekan menjadi 5,06 % turun dari 4,97 % dari tahun sebelumnya yang berada pada angka 10.03 %. Sementara itu cadangan devisa Indonesia berada pada angkat US $ 40.6 milliar, mengalami peningkatan sebesar US $ 5.4 milliar dari tahun 2002 sebesar US $ 35.2 milliar. Nilai tukar rupiah terhada dollar Amerika berada di kisaran Rp. 8.487. Pendapatan perkapita Indonesia per tahun berdasarkan harga konstan adalah Rp. 9.429.501

Perekonomian Indonenesia pada tahun 2004 menunjukkka perkembangan yang positif. Pertumbuhan ekonomi meningkat disertai pola ekspansi yang semakin seimbang. Perkembangan tersebut didukng oleh semakin terjaganya kondisi makro ekonomi dan respon positif pasar terhadap pemilih presiden yang berlangsung demokratis, aman dan lancer. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar 5.1 % mengalami peningkatan sebesar 8 % dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan pengeluaran, kontribusi sektor kosumsi tetap yang terbesar dalam menentukan PDB yaitu sebesar 68.2 %, sedangkan menurut lapangan usaha kontribusi sektor industri tetap yang terbesar yaitu sebesar 28,4 %. Sementara itu inflasi berada di kisaran 6,4 %, naik 0,98 % dari tahun sebelumnya. Sementara itu cadangan devisa indonesia sebesar US $ 42, 9 milliar. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berada di kisaran Rp. 9.223. Pendapatan perkapita Indonesia per tahun berdasarkan harga konstan adalah Rp. 10.610.081.

Perekonomian Indonesia tahun 2005 tidak menunjukkan prestasi yang baik seperti tahun 2004. Meskipun pertumbuhan ekonomi tahun 2005 lebih tinggi dari tahun 2004 namun terjadi tekanan yang kuat terhadap kestabilan makroekonomi. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada sektor konsumsi dan investasi serta menurunkan daya beli masyarakat akibat inflasi yang naik sangat tinggi dibanding tahun 2004 dan terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah. Penyebab utama tingginya inflasi adalah pemerintah menaikkan harga BBM akibat naiknya harga minyak dunia. Besarnya subsidi yang harus disediakan pemerintah dengan tingginya harga minyak dunia telah menimbulkan sentiment negatif para pelaku pasar terhadap kondisi fiskal. Berbagai perkembangan ini telah menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah hampir mendekati ke level Rp. 12.000 per dollar AS pada bulan agustus 2005. Pertumbuhan ekonomi berada pada level 5,6 %, naik 0,5 % dari tahun sebelumnya. Berdasarkan pengeluaran PDB Indonesia, kosumsi tetap yang terbesar dalam menyumbang PDB yaitu sebesar 59,6 % sedangkan berdasarkan sektoral, sekor Industri menyumbang 27,8 %. Inflasi berada pada level 17.11 %, naik 10.71 % dari

tahun sebelumnya. Rata-rata nilai tukar rupiah berada pada level Rp. 9.713/US $ dan tingkat pengangguran naik ke level 10,84 %.

Ditengah berlangsungnya penyesuaian ketidakseimbangan perekonomian global dan menurunnya daya beli masyarakat pasca naiknya harga minyak (BBM) bulan Oktober tahun 2005, perekonomian Indonesia pada tahun 2006 secara keseluruhan menunjukkan perbaikan. Dalam perkembangannya sampai akhir paro pertama tahun 2006, wajah perekonomian di sektor rill belum menunjukkan gambaran yang mengembirakan, tetapi kondisi makroekonomi menunjukkan perkembangan yang baik. Berbagai macam indikator ekonomi seperti konsumsi, investasi dan produksi masih tumbuh lambat. Sementara itu, realisasi pembayaran baik bersumber dari perbankan maupun dalam bentuk investasi asing langsung (FDI), masih tetap terbatas. Baik perbankan maupun investor asing cenderung mengambil sikap menunggu atau wait and see perekonomian bergerak ke arah yang lebih baik dan implementasi berbagai kebijakan terkait dengan perbaikan iklim investasi dan penguatan daya dukung infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun 0,2 % dari tahun sebelumnya ke level 5,5 %. Berdasarkan sektornya pertumbuhan ekonomi tahun 2006 terutama dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan pada sektor primer seperti pertanian dan sektor tersier seperti sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sementara itu, pertumbuhan sektor industri pengolahan yang memiliki pangsa terbesar dalam pembentukan PDB tumbuh dalam tren meningkat terutama sejak triwulan III-2006. Tingkat inflasi IHK yang pada awal tahun sangat tinggi secara berangsur-angsur turun menjadi 6,60 % pada tahun 2006. Hal ini ditunjang oleh membaiknya ekspektasi inflasi, terjaganya kestabilan nilai tukar rupiah

serta terkendalinya kesenjangan antara permintaan dan penawaran agregat. Nilai tukar juga berhasil meningkat ke level Rp. 9.167/US $.

Perekonomian Indonesia tahun 2007 mulai menunjukkan titik terang dengan pencapain yang cukup baik pada variabel-variabel makroekonomi, walaupun masih banyak tantangan yang dihadapi terutama dari sisi eksternal. Pencapaian terbesar adalah dalam hal pertumbuhan ekonomi. Untuk pertama kali sejak krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas 6 %, dengan stabilitas yang terjaga cukup baik. Pencapain lain yang menjadi prestasi adalah dari sisi neraca pembayaran, cadangan devisa, nilai tukar, pertumbuhan kredit dan inflasi yang terkendali. Tantangan dari sisi eksternal adalah tingginya harga minyak dunia dan bermulanya krisis keuangan di Amerika Serikat. Stabilitas makroekonomi yang menopang tingginya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 bahkan mencapai tingkat tertinggi di priode pascakrisis yakni mencapai 6,32 %, naik 0,8 % dari periode sebelumnya. Akselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didukung oleh tingginya pertumbuhan permintaan domestik, baik konsumsi masyarakat maupun investasi, konsumsi masyarakat meningkat seiring dengan membaiknya daya beli yang tercermin dari inflasi yang menurun. Semnentara itu pertumbuhan investasi didukung oleh membaiknya persepsi investor, meningkatnya imbal hasil investasi, dan ketersediaan pembiayaan yang memadai termasuk dari perbankan maupun pasar keuangan pada umumnya. Perkembangan nilai tukar rupiah secara keseluruhan tahun tetap relatif stabil. Nilai tukra rata-rata berada pada level Rp. 9.140/US $. Kestabilan nilai tukar tahun 2007 didukung oleh perkembangan positif fundamental ekonomi nasional, neraca pembayaran Indonesia yang masih positif dan inflasi IHK yang

relatif stabil.Inflasi tidak banyak berubah dari tahun sebelumnya yakni berada pada level 5,59 %.

Pada tahun 2008 perekonomian Indonesia kembali menghadapi tantangan yang cukup berat, dan memang semua negara di dunia mengalami hal yang sama. Dinamika perekonomian Indonesia tahun 2008 dibayangi oleh tekanan yang cukup berat. Terimbas oleh ketidakpastian pasar finansial global yang meningkat, proses perlamabatan ekonomi dunia yang signifikan dan perubahan harga komoditas global yang sangat drastis. Meskipun secara keseluruhan tahun mampu tumbuh hampir menyamai tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 cenderung melambat dengan tekanana stabilitas ekonomi makro yang semakin tinggi terutama di paruh kedua tahun 2008. Kuatnya tekanan yang berasal dari sumber eksternal tercermin pada kinerja neraca pembayaran yang menurun, nilai tukar yang cenderung melemah, dan inflasi yang tinggi. Namun demikian perkembangan ekonomi Indonesia tidaklah terlampau buruk dibandingkan negara lain. Hal itu terutama terutama terkait dengan masih kuatnya permintaan domestik akibat pemilihan umum yang didukung oleh respon kebijakan fiskal dan moneter yang relatif berhati-hati dan konsisten. Disamping itu kebijakan itu diperkuat oleh berbagai kebijakan di sektor rill dan keuangan yang diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 masih tetap dijaga pada level di atas 6 % yaitu 6,1 %, kurang 0,1 % dari tahun sebelumnya. Namun hal masih merupakan prestasi jika dibandingkan dengan pertumbuhan negara-negara lain yang bahkan mencapai titik minus, serta didukung oleh tidak terlalu besarnya kontribusi ekspor terhadap PDB. Distribusi konsumsi tetap yang terbesar dalam mempengaruhi PDB yaitu sebesar 57,2

%. Dampak krisis global juga tercermin pada perkembangan nilai tukar yang ditandai oleh tekanan depresiasi yang tinggi dan volatilitas yang meningkat, terutama sejak Oktober 2008. Perkembangan tersebut menyebabkan rupiah tertekan hingga sempat mencapai Rp. 12.150 per dollar AS di November 2008 disertai melonjaknya volatilitas yang mencapai 4,67 %. Secara rata-rata nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 5,4 % dari Rp. 9.140 (2007) menjadi Rp. 9.666 (2008) per dollar AS. Sementara itu, melonjaknya harga minyak dan komoditas pangan dunia berimbas pada tingginya inflasi IHK Indonesia yang mencapai 11,06 % pada tahun 2008. Sementara itu cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya ke level 51.639 juta dollar AS. Penurunan ini disebabkan intervensi Bank Indonesia untuk menjaga agar nilai tukar tidak terlalu jatuh.

Dokumen terkait