• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Foreign Direct Investment (FDI) Di Indonesia, (Aplikasi Model ECM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Determinan Foreign Direct Investment (FDI) Di Indonesia, (Aplikasi Model ECM)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS DETERMINAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DI INDONESIA, (APLIKASI MODEL ECM)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

LAJU MARADU SIANTURI 060501009

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

(2)

ABSTRACT

The aim of this research is to analize the influence factors of Foreign Direct

Investment in Indonesia. The factors that influence the foreign direct investment in

Indonesia is wage, development expenditure, consumer confidence index, and the

amount of people. This research use Error Correction Mechanism (ECM) model and

cointegration to analize the variable with quarter data from 2003 until 2008.

With use eviews 5.1, the result show that in short period the wage,

development expenditure, consumer confidence index, and the amount of people had

significant influence toward the foreign direct investment in Indonesia but in long

period had insignificant influence.

Key Words : Foreign direct Investment ( FDI ), Error Correction Mechanism, and

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Investasi asing langsung di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi

asing langsung di Indonesia adalah tingkat upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks

Kepercayaan Konsumen dan Jumlah Penduduk. Dalam menganalisis hubungan di

antara variabel-variabel tersebut penelitian menggunakan model Error Correction

Mechanism (ECM) dan Kointegrasi dengan menggunakan data kuartal dari tahun

2003 sampai tahun 2008.

Dengan menggunakan Eviews 5.1, diperoleh hasil bahwa dalam jangka

pendek variabel Upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks Kepercayaan Konsumen

dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap FDI di Indonesia sedangkan

dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan.

Kata Kunci : Investasi asing langsung, Error correction Mechanism, dan

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas

segala berkat dan kasihnya yang begitu besar kepada penulis, atas hidup maupun

kesempatan untuk kuliah bahkan menyelesaikan skripsi yang berjudul : Analisis

Determinan Foreign Direct Investmen (FDI) di Indonesia, (Aplikasi Model ECM).

Dengan segala kerendahan hati penulis juga ingin menyampaikan hormat dan

terimakasih kepada kedua orang tua yang paling penulis sayangi yakni Bapak O.

Sianturi dan Ibu S. Br. Lumban Gaol dan kepada abang-abang (Keluarga Bang

Jendri, Keluarga Bang Budi, Keluarga Bang Jusman ) serta Kakak-kakak (

Keluarga Kak Lisnawati dan Kak Lenny Marlina ) atas segala doa, dukungan

yang diberikan baik moril maupun materiil, dan juga telah menjadi inspirasi bagi

penulis.

Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna,

hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

mencapai kesempurnaan skripsi ini pada masa mendatang.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, memberikan bimbingan,

saran dan menjadi inspirasi selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan

(5)

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec., sebagai Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsad Lubis, Ph.D, sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof.Dr.Ramli,SE,MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan mulai

dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, Msi, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan

saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. HB. Tarmizi, SU sebagai dosen penguji II yang telah memberikan

saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, sebagai dosen wali yang telah menjadi

penasehat akademik selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Ekonomi

Pembangunan dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara khususnya.

9. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, khususnya

bagian perpustakaan yang telah banyak membantu dalam memperoleh data

(6)

10. Kepada teman – teman sekaligus saudara di kelompok kecil ( B’

Mangatur,K’luga Laju, Charli, Julkifli, Donal, Tulus dan Helminton ) atas

segala dukungan doa dn bantuannya.

11. Kepada teman sekaligus sahabat-sahabat penulis yakni Irwin, Ari Sandi,

Albert, Irman, Aspri, Lestari, Derma, Natalin, Yuni, Novia beserta seluruh

teman – teman Ekonomi Pembangunan 2006, yang tidak bisa penulis

sebutkan, atas kebersamaan kita selama ini dan juga inspirasi, kerjasama, dan

bantuan ide yang diberikan.

12. Kepada seluruh abang – abang di ekonomi pembangunan khususnya stambuk

2004, dan 2005, dan adik-adik stambuk 2007 dan 2008, atas kerjasama dan

dukungan yang diberikan.

13. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juni 2010

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II: URAIAN TEORITIS 2.1 Foreign Direct Investment ... 8

2.1.1 Pengertian Foreign Direct Investement ... 8

2.1.2 Tujuan Foreign Direct Investment ... 8

2.1.3 Metode-metode Dalam Berinvestasi... 9

2.1.3 Pertimbangan Dalam Melakukan Investasi ... 12

2.1.4 Teori-teori Investasi Luar Negeri ... 15

2.1.5 Faktor-faktor yang Menentukan Jumlah Investasi ... 18

(8)

2.2.1 Pengertian Upah ... 20

2.2.2 Kriteria Dalam Menentukan Upah ... 20

2.2.3 Status Pekerja dan Sistem Pengupahan ... 21

2.2.4 Mekanisme Penetapan Upah ... 22

2.2.5 Upah Minimum ... 23

2.2.6 Teori yang Mendasari sistem Pengupahan ... 24

2.3 Pengeluaran Pembangunan ... 29

2.3.1 Akibat Ekonomis Pengeluaran Pemerintah ... 31

2.3.2 Infrastruktur ... 32

2.3.3 Teori Pengeluaran Pemerintah ... 34

2.4 Indeks Kepercayaan Konsumen ... 38

2.4.1 Pengertian Indeks Kepercayaan Konsumen ... 38

2.4.2 Metodologi ... 39

2.4.3 Keyakinan dan Sikap Konsumen ... 39

2.4.4 Pengaruh Faktor Bukan Harga Atas Perminaan ... 40

2.5 Jumlah Penduduk ... 41

2.3.1 Penduduk dan Pembangunan Ekonomi ... 41

2.3.2 Posisi Penduduk Dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 44

2.3.3 Teori Batas Pertumbuhan ... 46

2.6 Kerangka Konspetual ... 48

2.7 Hipotesis ... 49

(9)

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 50

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.4 Pengolahan Data ... 51

3.5 Model Analisis Data ... 52

3.5.1 Uji Akar-akar Unit (Unit Root Test) ... 52

3.5.2 Uji Derajat Integrasi ... 53

3.5.3 Uji Kointegrasi ... 55

3.5.4 Model Error Correction Mechanism ... 57

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodnes of Fit) ... 58

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 58

3.6.2 Uji t-statistik ... 59

3.6.3 Uji f-statistik ... 60

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 61

3.7.1 Multikolinierity ... 61

3.7.2 Autokorelasi ... 61

3.8 Definisi Operasional ... 62

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Negara Indonesia ... 64

4.1.1 Kondisi Geografis ... 64

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 64

4.1.3 Kondisi Demografi ... 65

4.1.4 Gambaran Perekonomian Indonesia ... 66

(10)

4.2.1 Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI) ... 72

4.2.1 Perkembangan Upah ... 75

4.2.2 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan ... 77

4.2.3 Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen ... 79

4.2.4 Perkembangan Jumlah Penduduk ... 81

4.3 Analisis Data ... 83

4.3.1 Uji Akar Unit dan Uji Derjat Integrasi ... 84

4.3.2 Uji Kointegrasi ... 86

4.3.3 Analisis Error Correction Mechanism (ECM) ... 87

4.3.4 Intepretasi ... 89

4.3.5 Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit) ... 92

4.3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 101

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 104

5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Perkembangan Foreign Direct Investment di

Indonesia 2003(1)-2008(4) (Juta US $) ………..74

4.2 Perkembangan Upah di Indonesia 2003(1)-2008(4) (Ribu Rupiah) ………..76

4.3 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan 2003(1) – 2008(1) (Triliun Rupiah) ……….78

4.4 Perkembangan IKK 2003(1) – 2008(4) (Persen) ………...80

4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk 2003(1) – 2008 (4) (Ribu) ………82

4.6 Hasil Estimasi ADF dan Derajat Integrasi untuk Uji Akar Unit .... 84

4.7 Hasil Estimasi Uji Kointegrasi ...86

4.8 Hasil Estimasi Model ECM ………..87

4.9 Hasil Uji Multikolienaritas ...102

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Hubungan Antara Sistem Sosial, Ekonomi, Infrastruktur

dan Lingkungan Alam yang Harmoni ………..33

2.2 Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Determinan

Foreign Direct Investment di Indonesi ………..48

3.1 Kurva Uji t – statistik ...60

3.2 Kurva Uji f-statistik ...61

4.1 Perkembangan FDI di Indonesi Tahun 2003(1)-2008(1)

(Juta US $) ………..75

4.2 Perkembangan Upah di Indonesia Tahun

2003(1) – 2008 (4) (Ribu rupiah) ………..77

4.3 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Tahun

2003(1) – 2008(1) (Triliun Rupiah) ………79

4.4 Perkembangan IKK 2003(1) – 2008(4) (Persen) ………81

4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk

2003(1) – 2008 (4) (Ribu) ………..83

4.6 Uji f-statistik ...93

4.7 Uji t-Statistik Upah Dalam Jangka Pendek ...94

4.8 Uji t-Statistik Pengeluaran Pembangunan Dalam

(13)

4.9 Uji t-Statistik Indeks Kepercayaan Konsumen Dalam

Jangka Pendek ...96

4.10 Uji t-Statistik Jumlah Penduduk Dalam Jangka Pendek ...97

4.11 Uji t-Statistik Upah Dalam Jangka Pendek... .98

4.12 Uji t-Statistik Pengeluaran Pembangunan Dalam

Jangka Pendek ...99

4.13 Uji t-Statistik Indeks Kepercayaan Konsumen Dalam

Jangka Panjang ...100

4.14 Uji t-Statistik Indeks Kepercayaan Konsumen Dalam

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Input Data

LAMPIRAN 2 Uji Stasionaritas

LAMPIRAN 3 Uji Kointegrasi

LAMPIRAN 4 Hasil Regres Error Correction Mechanism (ECM)

LAMPIRAN 5 Uji Multikolinieritas

(15)

ABSTRACT

The aim of this research is to analize the influence factors of Foreign Direct

Investment in Indonesia. The factors that influence the foreign direct investment in

Indonesia is wage, development expenditure, consumer confidence index, and the

amount of people. This research use Error Correction Mechanism (ECM) model and

cointegration to analize the variable with quarter data from 2003 until 2008.

With use eviews 5.1, the result show that in short period the wage,

development expenditure, consumer confidence index, and the amount of people had

significant influence toward the foreign direct investment in Indonesia but in long

period had insignificant influence.

Key Words : Foreign direct Investment ( FDI ), Error Correction Mechanism, and

(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Investasi asing langsung di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi

asing langsung di Indonesia adalah tingkat upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks

Kepercayaan Konsumen dan Jumlah Penduduk. Dalam menganalisis hubungan di

antara variabel-variabel tersebut penelitian menggunakan model Error Correction

Mechanism (ECM) dan Kointegrasi dengan menggunakan data kuartal dari tahun

2003 sampai tahun 2008.

Dengan menggunakan Eviews 5.1, diperoleh hasil bahwa dalam jangka

pendek variabel Upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks Kepercayaan Konsumen

dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap FDI di Indonesia sedangkan

dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan.

Kata Kunci : Investasi asing langsung, Error correction Mechanism, dan

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar

untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut

terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia

masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Disamping berupaya

menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber

pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing Langsung

(foreign direct invesment=FDI). Indonesia sangat membutuhkan FDI karena APBN

tidak mampu menutupi kebutuhan pembangunan yang sangat besar, selain itu terjadi

gap antara tabungan dan investasi dan juga untuk memenuhi pembiayaan

barang-barang impor.

FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah

salah satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal. Ia bermula saat

sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke

sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal

(biasa disebut 'home country') bisa mengendalikan perusahaan yang ada di negara

tujuan investasi (biasa disebut 'host country') baik sebagian atau seluruhnya. Caranya

(18)

menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli

sahamnya sekurangnya 10%.

Biasanya, FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya

pembelian atau konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan;

atau konstruksi peralatan atau bangunan yang baru yang dilakukan oleh perusahaan

asing. Penanaman kembali modal (reinvestment) dari pendapatan perusahaan dan

penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang antara perusahaan induk dan

perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan sebagai investasi langsung.

Sebagian besar FDI ini merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari

sebuah perusahaan. Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki bersama

(joint ventures) dan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal. Joint

ventures yang melibatkan tiga pihak atau lebih biasanya disebut sindikasi (atau

'syndicates') dan biasanya dibentuk untuk proyek tertentu seperti konstruksi skala luas

atau proyek pekerjaan umum yang melibatkan dan membutuhkan berbagai jenis

keahlian dan sumberdaya. Istilah FDI tidak mencakup investasi asing di bursa saham.

UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik

investasi asing guna membangun ekonomi nasional. Di Indonesia adalah wewenang

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan

ijin atas investasi langsung luar negeri. Dalam dekade terakhir ini pemodal asing

enggan menanamkan modalnya di Indonesia karena tidak stabilnya kondisi ekonomi

(19)

kenaikan FDI di paruh pertama tahun 2005, bersamaan dengan tumbuhnya ekonomi

sebesar 5-6% sejak akhir 2004. Pada awal 2005, Inggris, Jepang, Cina, Hong Kong,

Singapura, Australia, dan Malaysia adalah sumber-sumber FDI yang dianggap

penting. Menurut data statistik UNCTAD, jumlah total arus masuk FDI di Indonesia

adalah US$1.023 milyar pada tahun 2004, sebelumnya US$0.145 milyar pada tahun

2002, $4.678 milyar pada tahun 1997 dan $6.194 milyar pada tahun 1996 (tahun

puncak).

Perusahaan-perusahaan multinasional yang ingin memanfaatkan sumber daya

alam menguasai pasar (baik yang sudah ada dan menguntungkan maupun yang baru

muncul) dan menekan biaya produksi dengan mempekerjakan buruh murah di negara

berkembang, biasanya adalah para penanam modal asing ini. Contoh 'klasik' FDI

semacam ini misalnya adalah perusahaan-perusahaan pertambangan Kanada yang

membuka tambang di Indonesia atau perusahaan minyak sawit Malaysia yang

mengambil alih perkebunan-perkebunan sawit di Indonesia. Cargill, Exxon, BP,

Heidelberg Cement, Newmont, Rio Tinto dan Freeport McMoRan, dan INCO

semuanya memiliki investasi langsung di Indonesia.

Salah satu aspek penting dari FDI adalah bahwa pemodal bisa mengontrol

atau setidaknya punya pengaruh penting manajemen dan produksi dari perusahaan di

luar negeri. Hal ini berbeda dari portofolio atau investasi tak langsung, dimana

pemodal asing membeli saham perusahaan lokal tetapi tidak mengendalikannya

(20)

dianggap lebih bernilai bagi sebuah negara dibandingkan investasi jenis lain yang

bisa ditarik begitu saja ketika ada muncul tanda adanya persoalan.

Perkembangan FDI di Indonesia beberapa tahun ini sangat rendah, hal ini

dapat dilihat dari kontribusi Investasi terhadap PDB. Berdasarkan laporan Badan

Pusat Statistik, pada tahun 2004 sampai tahun 2008, faktor pendorong pertumbuhan

PDB Indonesia adalah sebagian besar berasal dari sektor Konsumsi. Tahun 2004

kontribusi konsumsi terhadap PDB sebesar 60.62 % dan tahun 2008 sekitar 63.45 %.

Sedangkan kontribusi sektor Investasi pada tahun 2004 adalah sebesar 21.42 % dan

pada tahun 2008 sebesar 20.96 %. Hal ini menunjukkan masih rendahnya minat

investor (khususnya investor asing) untuk berinvestasi di Indonesia. Seorang ekonom

Indonesia yaitu Faisal Basri di salah satu surat kabar nasional (Kompas) pernah

berkata bahwa pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh sebagian besar sektor

konsumsi adalah pertumbuhan yang tidak berkualitas, hal ini disebabkan masyarakat

akan cenderung memliki sifat konsumeristis. Pertumbuhan yang ditopang oleh sektor

investasi lebih bermanfaat karena akan menciptakan lapangan pekerjaan dan bersifat

jangka panjang.

Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber

pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber yang lain.

Sarwedi (2003) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan

pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab

(21)

management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable. Hasil penelitian

Panayotou (1998) selanjutnya menyebutkan bahwa lebih dari 80% modal swasta dan

75% dari FDI sejak tahun 1990 mengalir ke negara-negara dengan pendapatan

menengah (middle income countries). Penelitian Rana dan Dowling (1988) mengenai

pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di

negara-negara sedang berkembang, menyimpulkan bahwa modal asing memiliki

pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan tabungan domestik di negara-negara

berkembang di Asia.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Determinan

Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia (Aplikasi Model ECM)” yang didukung dengan uji akar unit dan Uji Kointegrasi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang

akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah :

(22)

• Apakah ada pengaruh keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Pengeluaran Pembangunan terhadap FDI di

Indonesia?

• Apakah ada pengaruh keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap FDI di

Indonesia?

• Apakah ada pengaruh keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Jumlah Penduduk terhadap FDI di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

• Untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Upah terhadap FDI di Indonesia.

• Untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Pengeluaran Pembangunan terhadap FDI di Indonesia.

• Untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap FDI di Indonesia.

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, dunia usaha, maupum masyarakat

mengenai FDI di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang ada, khususnya mengenai

perkembangan FDI di Indonesia.

3. Untuk memberikan sumbangan ilmu kepada almamater Universitas Sumatera

Utara yang dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang

selanjutnya.

4. Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis

dalam melakukan penelitian.

5. Sebagai salah satu syarat bagi Penulis untuk menyelesaikan pendidikan jenjang

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Foreign Direct Investement

2.1.1. Pengertian Foreign Direct Investement

Keputusan investasi ke luar negeri merupakan hasil dari proses yang

kompleks yang berbeda dari investasi di dalam negeri. Investasi di luar negeri

biasanya di dasari oleh pertimbangan strategic, pertimbangan perilaku dan

pertimbangan ekonomis yang kompleks. Menurut Krugman (1994) yang dimaksud

dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara

mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak

hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control

terhadap perusahaan di luar negeri. UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967)

dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional.di

Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk

memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar negeri

2.1.2. Tujuan Foreign Direct Investment

Tujuan setiap FDI tidaklah sama, perusahaan investor tergerak oleh berbagai

ragam alasan untuk berinvestasi di luar negeri. Mereka memiliki proses pengambilan

keputusan dan prioritas yang berbeda – beda saat memilih sebuah lokasi investasi.

Terdapat lima tujuan utama FDI (Foreign Direct Investment) yaitu:

(25)

2. Mencari pasar,

3. Mencari efesiensi

4. Mencari asset strategis.

5. Mencari keamanan politis

2.1.3. Metode-Metode Dalam Berinvestasi

Bila perusahaan telah memutuskan untuk berinvestasi di luar negeri, maka

yang harus dipertimbangkan cara yang terbaik untuk melakukannya. Cara-cara yang

dapat dipilih untuk melakukan investasi luar negeri antara lain :

1. Malakukan Joint Venture

Melakukan join venture dengan satu atau lebih mitra lokal, Joint venture

adalah kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dan perusahaan

lokal. Join Venture merupakan persekutuan berbadan hukum yang

mengkombinasikan sumber daya yang dimilki oleh masing-masing perusahaan untuk

mencapai tujuan tertentu.

Keunggulan Joint Venture adalah sebagai berikut ini :

• Sekutu lokal lebih memahami adat istiadat, kebiasaan dan Lembaga kemasyarakatan dilingkungan setempat.

(26)

• Sekutu lokal mungkin memilki tehnologi yang cocok untuk lingkungan setempat.

Kelemahan Joint Venture adalah sebagai berikut :

• Jika salah dalam memilih sekutu maka akan meningkatkan resiko politik yang dihadapi.

• Dapat terjadi perbedaan pandangan antara sekutu lokal dengan perusahaan. • Adanya harga transfer produk atau komponen akan menimbulakn konflik

kepentingan antara kedua belah pihak.

2. Melakukan Marger Atau Akuisi Dengan Perusahaan Yang Telah Eksis.

Akuisi terjadi apabila suatu perusahaan memilki saham biasa perusahaan lain,

atau perusahaan menginvestasikan uangnya dalam jangka panjang diperusahaan lain.

Keunggulan melakukan merger dan akuisi :

• Lebih cepat melakukan proses operasi.

• Tidak perlu menyiapkan manajeman baru karena diperusahaan yang diakuisi adalah manajemen, tinggal dilihat kinerjanya.

• Resiko bisnisnya lebih kecil. Kelemahan melakukan merger dan akuisi:

• Membutuhkan dana yang cukup besar.

• Reaksi politik dari negara tuan rumah mungkin timbul saat perusahaan lokal diakuisisi perusahaan multinasional.

(27)

3. Lisensi

Lisensi merupakan metode yang populer bagi perusahaan untuk mengadakan

ekspansi pemasaran internasioanl,metode ini biasanya dilakukan oleh perusahaan

no-multinasioanal.

Keunggulan melakukan lisesnsi :

• Cara yang mudah bagi produsen untuk mengadakan ekspansi pemasaran internasional.

• Tidak memerlukan dana yang besar.

• Resiko politik yang dihadapi rendah bila seluruh kepemilikan lisensi dipegang produsen lokal.

Kelemahannya melakukan lisensi :

• Penghasilan yang diperoleh dari lisensi lebih rendah daripada laba yang diperoleh jika berinvestasi secara langsung.

• Kurangnya pengendalian kualitas dari pemberian lisensi. • Tehnologi yang dilisensikan mudah ditiru.

4. Kontrak Manajeman

Hampir mirip dengan lisensi, yaitu adanya penerimaan kas dari luar negeri

yang di peroleh tanpa harus menyediakan dana investasi yang signifikan. Namun

kontrak manajemen meiliki resiko politik yang lebih rendah di banding dengan lisensi

(28)

Keunggulan dengan kontrak manajemen:

• Resiko politik lebih rendah karena manajer yang dikontrak dapat dengan mudah ditarik pulang.

• Perusahaan multinasional dapat terus menerima keuntungan melalui kepemilikan saham diperusahaan yang menerima kontrak.

Kelemahannya dengan kontrak manajemen:

• Perusahaan memberi kontrak tidak memperbolehkan perusahaan yang membeli kontrak untuk menetapkan kebijakan operasionalnya selama dalam

jangka waktu tertentu.

• Perusahaan membeli kontrak tidak dapat menunjukkan bakat manajemennya yang mungkin lebih baik dari pada manajemen pemberi kontrak manajemen.

2.1.4. Pertimbangan Dalam Melakukan Investasi

Hal – hal yang perlu di perhatikan untuk dapat menarik investasi asing antara

lain adalah:

a. Memahami Investasi Asing Langsung (FDI), perusahaan investor tergerak

oleh berbagai ragamlasan untuk berinvestasi di luar negeri. Mereka memiliki

proses pengambilan keputusan dan prioritas yang berbeda – beda saat memilih

sebuah lokasi investasi. Terdapat empat jenis utama FDI yaitu pencari sumber

(29)

b. Membangun sebuah Badan Promosi Investasi, IPA berperan sebagai tuan

rumah investasi dalam upaya nasionaluntuk memasarkan lokasinya. Suatu

daerah / lokasi menggunakan berbagai cara untuk menarik para investor.

Salah satu pendekatan paling penting dan umum digunakan adalah memakai

institusi khusus sebuah badan promosi investasi (IPA).

c. Menciptakan Strategi Promosi Investasi, Strategi promosi investasi adalah

peta untuk membantu sebuah IPA mencapai tujuan yang di tetapkan. Strategi

ini harus dimulai dengan sebuah pengertian awal mengenai apa yang dapat

ditawarkan oleh lokasi kepada para calon investor. Strategi promosi harus

tidak hanya berfokus pada sektor industri apa yang akan di bidik dalam jangka

pendek, tetapi juga harus mencerminkan apa yang akan di bidik dalam jangka

menengah dan idealnya dalam jangka panjang, dengan asumsi adanya

perbaikan dalam lingkungan investasi.

d. Membangun kemitraan yang efektif, Keberhasilan dalam promosi investasi

membutuhkan kerjasama yang efektif antara perantara promosi investasi dan

organisasi lain. Saat membangun strategi promosi investasi juga harus

mempertimbangkan badan pemerintahan ataupun swasta lainnya sebagai mitra

kerja yang cukup berpotensi untuk membantu mengembangkan serta

menyampaikan pembangunan citra, pembangkit investasi, dan layanan jasa

investasi

e. Memperkuat citra daerah /lokasi, Kegiatan membangun kesadaran dan citra

(30)

presepsi negatif yang tidak benar atau hanya mengetahui sedikit informasi

tentang sebuah daereah / lokasi dan keuntungan yang di tawarkan, maka

upaya yang harus dilakukan untuk menarik investasi akan menjadi kurang

efektif.

f. Membidik dan membangkitkan peluang investasi, Membangun dan

memelihara hubungan dengan bisnis yang menghasilkan investasi merupakan

fungsi dasar perantara promosi investasi di seluruh dunia. Salah satu

gambaran paling umum yang berhubungan dengan investasi adalah

menghubungi calon investor untuk membahas peluang di daerah lokasinya.

g. Pelayanan investor, dimulai pada saat seorang investor memutuskan untuk

mengunjungi sebuah lokasi. Ini adalah titik awal dimana aktifitas layanan jasa

bagi para investor dimulai. Dengan mengusai dan mengintegrasikan layanan

bagi para investor berarti meningkatkan kemungkinan secara signifikan untuk

mengubah kunjungan para investor menjadi sebuah investasi yang

sesungguhnya.

h. Memonitor dan mengevalusi aktifitas dan hasil

i. Memantau dan melakukan evaluasi tidak dapat mendorong atau membantu

investasi, namun merupakan kegiatan pendukung yang penting dalam menilai

keaktifan badan promosi serta untuk mengembangkan ukuran kinerja

kualitatif dan kuantitatif.

j. Memanfaatkan teknologi informasi. Meningkatnya penggunaan dan

perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara berbisnis pemerintah

(31)

2.1.5. Teori-Teori Investasi Luar Negeri

2.1.5.1 Sthepen Hymer

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer

mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan

keunggulan khas perusahaan dan ketidaksempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan

motivasi yang mendasari perusahaan dalam melakukan investasi.

Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi diluar

negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian

investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui

pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Sehubungan dengan

pengembalian investasi yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang sudah ada atau

potensial dinegara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidakunggulan operasi

perusahaan tersebut diluar negeri.

Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan

timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang ada di

negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya

akses ke sumber modal yang lebih mudah dan besar, adanya pasar bahan mentah

yang diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian

(32)

2.1.5.2.1 R. Vernon

Vernon mengemukakan suatu teori invetasi luar negeri dimana teori ini

dikenal dengan nama teori ”Product Cycle” dalam produksi internasional, model ini

terdiri dari atas beberapa tahap, antara lain:

1. Tahap inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan dipasarkan di dalam

negeri. Perusahaan mempunyai keuntungan teknologi yang bersifat sementara

untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusaha didekat pasar.

2. Tahap dimana perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar-pasar

baru dinegara-negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan

tujuan pada negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala

ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi-strategi

penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multinational

corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.

3. Tahap dimana produk sudah terstandarisasi sehingga riset ketrampilan

manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah

terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak ke

negara-negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih

rendah. Produk-produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan

diimpor kembali kenegara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh

karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak

pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat

(33)

2.1.5.2.2 Kiyoshi Kojima

Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komparatif suatu negara

dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar

negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan keunggulan

tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar

negeri.

2.1.5.2.3 S. Hirsch

Menurut Hirsch, Investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan

yang diharapakan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan

pengawasan di luar negeri. Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri

tersebut lebih rendah daripada biaya produksi dalam negeri ditambah

biaya-biaya pemasaran ekspor. Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi

biaya pemasaran menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate goods

dalam negeri dapat terlaksana.

Hirsch berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan

spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi penghasilan

atau pembentukan pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya

serendah-rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar

(34)

2.1.5.5 J.H. Dunning

Dunning melakukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba

elektrik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori

perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional. Dunning

berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan

dan investasi) atau negara mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan lebih memilih

untuk berproduksi di luar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi

tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.

Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat

mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif,

sifat-sifat di dalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan

persaingan di dalam negeri, kendala-kendala perdagangan baik tarif maupun non

tarif, jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik, sosial dan

ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional

dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan.

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Menentukan Jumlah Investasi

Muana Nanga, (2001). Adapun faktor-faktor yang menentukan jumlah

investasi adalah sebagai berikut :

a. Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan

tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik level investasi akan berkurang,

sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah orang akan berbondong-bondong

(35)

b. Inovasi dan teknologi, adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan

cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisisen. Untuk itu

perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin dan

peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.

c. Tingkat perekonomian, makin banyak aktifitas perekonomian makin besar

pendapatan nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat

ditabung. Yang pada akhirnya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang

menguntungkan.

d. Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa datang, jika

oarang meramal perekonomian dimasa yang akan datang cerah, oarang akan

giat melakukan investasi sekarang.

e. Tingkat keuntungan perusahaan, makin besar tingkat keuntungan perusahaan

makin banyak bagian laba yang dapat ditahan (retained earnings) dan bagian

laba yang ditahan ini dapat digunakan untuk tujuan investasi.

f. Situasi politik, jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan

kemudahan-kemudahan bagi perusahaan maka tingkat investasi akan tinggi.

Dan sebaliknya jika pemerintah tidak banyak memberikan kemudahan bagi

perusahaan banyak menghadapi birokrasi yang berbelit-belit maka tingkat

(36)

2.2. Upah

2.2.1. Pengertian Upah

Yang dimaksud dengan upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari

pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan,

dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan

atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja

antara pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun

keluarganya. (PP No 8 Tahun 1981).

Kedudukan dan fungsi upah adalah sebagai hak bagi pekerja dan kewajiban

bagi perusahaan yang merupakan sarana untuk memelihara, melestarikan dan

meningkatkan kebutuhan hidup manusia, ditetapkan atas dasar nilai-nilai tugas

seorang pekerja dengan memperhatikan keseimbangan prestasi, kebutuhan pekerja

dan kemampuan perusahaan.

2.2.2. Kriteria Dalam Menentukan Upah

Dalam menentukan upah perusahaan harus memperhatikan beberapa kriteria

yaitu (Suprihanto, 1986 : 52)

• Struktur upah perlu disederhanakan dan diupayakan agar upah pokok lebih besar dari tunjangan lainnya.

• Idealnya diperlukan komponen upah secara umum yang dapat digunakan untuk setiap pekerjaan dan keperluan. Tetapi kenyataanya hal ini sukar

(37)

diperlukan perkataan komponen upah menurut keperluannya masing-masing

yaitu :

Untuk keperluan penghitungan upah pada waktu tidak masuk bekerja dengan

hak upah, antara lain hak upah lembur, pensiunan, tunjangan hari tua atau bonus

tahunan, cuti tahunan, sakit di rumah sakit dan lain sebagainya sebagai bahan

pertimbangan pemerintah.Mengingat bahwa di Indonesia klasifikasi jabatan belum

dilaksanakan secara meluas sehingga bagi perusahaan tertentu tidak ada sistem yang

jelas dalam menentukan jumlah pengupahan,.

2.2.3. Status Pekerja dan Sistem Pengupahan

Pada dasarnya sistem pengupahan dapat ditetapkan menurut waktu atau

berdasarkan upah potongan atau borongan atau kombinasi-kombinasinya. Dengan

demikian jelas sistem pengupahan tidak boleh dikaitkan dengan status atau

kedudukan pekerja. Apabila suatu pekerja oleh perusahaan diserahkan kepada

kontraktor maka perusahaan yang mengontrakkan pekerja tersebut wajib mengetahui

tentang status hukum dari perusahaan kontraktor itu bahwa perusahaan kontraktor

tersebut telah menjalankan wajib lapor perusahaan. Hal ini penting sekali demi

perlindungan pekerja yang bekerja pada perusahaan kontraktor tersebut. Apabila

perusahaan menggunakan kontraktor yang tidak berbadan hukum dan belum

melakukan wajib lapor perusahaan maka perusahaan yang menggunakan seperti itu

bertanggung-jawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh pekerja akibat

kelalaian kontraktor tersebut atau dengan kata lain para pekerja dari kontraktor tadi

(38)

berbadan hukum dan sudah melakukan wajib lapor, menyerahkan lagi pekerjaan

kepada suatu kontraktor lain yang tidak berbadan hukum maka kontraktor yang

menyerahkan pekerjaan tadi bertanggung-jawab atas kerugian yang diderita oleh

pekerja.

2.2.4. Mekanismen Penetapan Upah.

Pada dasarnya upah dapat ditetapkan atau ditentukan melalui :

• Perjanjian kerja • Peraturan perusahaan • Kesepakan kerja bersama

• Apabila ada perselisihan ditetapkan melalui P4 daerah atau P4 Pusat. Ukuran Kenaikan Upah

Kenaikan upah dimusyawarahkan antara pekerja dan pengusaha menurut

kriteria sebagai berikut :

• Prestasi kerja pekerja

• Kebutuhan hidup pekerja yang penyesuaiannya didasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK)

• Perkembangan perusahaan

(39)

Untuk dapat mencapai ratio upah terendah dan tertinggi yang lebih seimbang

dan memadai secara bertahap jarak terendah dan tertinggi perlu didekatkan antara lain

dengan cara :

• Diberlakukan skala upah secara landai

• Diadakan pertimbangan antara upah pokok dan tunjangan • Peninjauan upah minimum secara konsisten.

2.2.5. Upah Minimum

Fungsi upah minimum

• Sebagai jaring pengaman

• Untuk mengangkat taraf hidup dan martabat golongan penerima upah terendah

• Untuk pemerataan pendapatan dalam upaya mewujudkan keadilan sosial Dalam penetapan upah minimum perlu diperhatikan :

• Kemampuan perusahaan

• Keadaan perekonomian daerah atau nasional • Tingkat pengupahan di sektor atau nasional

• Tingkat pengupahan di sektor atau sub sektor sejenis di suatu wilayah atau wilayah yang berdekatan.

Upah minimum yang ditetapkan yang telah ditetapkan harus diumumkan

kepada pekerja melalui papan pengumuman perusahaan atau tempat kerja. Bagi

(40)

setelah diperiksa akuntan publik, pemerintah perlu memberikan bantuan bimbingan

atau dorongan agara perusahaan dimaksud dapat mampu memulai ketentuan upah

minimum. Dalam ketetapan upah minimum harus diperjelas pengertian upah, yang

maksudnya untuk mencegah terjadinya perbedaan pengertian atau penafsiran. Dalam

jangka panjang dengan memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebijaksanaan

pemerintah mengenai pembangunan serta faktor kemampuan dunia usaha dan

produktivitasnya, tingkat atau standar upah minimum diusahakan mencapai anggaran

belanja pekerja dengan satu istri dan tiga anak. Untuk kepentingan dokumentasi dan

pengawasan terhadap upah secara efektif, maka setiap perusahaan diwajibkan

menyelenggarakan administrasi upah secara teratur dan dilengkapi dengan daftar

keluarga dari pekerja yang dicatat secara tersendiri dalam kartu pekerja. Setiap

pembayaran upah pekerja harus didasarakan atas upah bruto sebelum dipotong pajak

pendapatan, kecuali apabila perusahaan tersebut diberi wewenang dan inspeksi pajak

untuk memotong pajak dari pekerja.

2.2.6. Teori yang Mendasari Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan di suatu negara biasanya didasarkan falsafah yang dianut

negara tersebut. Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dapat

dibedakan menurut dua ekstrim. Ekstrim yang pertama didarkan atas ajaran Karl

Marx mengenai teori nilai dan pertentangan kelas. Ekstrim yang kedua didasarkan

pada teori pertambahan produk marginal berlandaskan asumsi perekonomian bebas.

(41)

penganut paham komunis, sedangkan sistem pengupahan dari ekstrim kedua

umumnya dilaksanakan oleh negara-negara penganut paham kapitalis atau liberal

1. Upah Menurut Kebutuhan

Ajaran karl Marx pada dasarnya berpusat pada tiga hal, yang pertama adalah

mengenai teori nilai. Marx berpendapat hanya buruh yang merupakan sumber nilai

ekonomi, jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja

yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi pandangan yang

demikian adalah :

1. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk

seluruh proses produksi barang tersebut.

2. Jumlah jasa yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang adalah

kira sama, oleh sebab itu harganya pun di beberapa tempat menjadi

kira-kira sama.

3. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian

hanya buruh/pekerja yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional

tersebut.

Pandangan ini tidak cocok dengan kenyataan, walaupun manusia menjadi

yang paling utama dalam proses produksi, namun peranaan faktor modal maupun

mesin-mesin ternyata besar. Peranaan sektor modal ini tidak dipertimbangkan dalam

teori Karl Marx. Kedua peranaan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata

(42)

menyangkut pertentangan kelas. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu berusaha

menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh, dengan

demikian akan muncul pengangguran besar-besaran. Dengan adanya pengangguran

yang sangat besar ini maka pengusaha dapat menekan upah.

Konsekuensi dari pemikiran yang demikian ini maka tiada jalan bagi buruh

kecil kecuali untuk bersatu untuk merebut kapital dari pengusaha menjadi milik

bersama. Pandangan yang salah mengenai sikap pengusaha atau setidak-tidaknya

mengenai mengenai nasib pekerja yang digambarkan demikian jeleknya dapat

dibantah dengan berbagai kenyataan yang dapat disajikan misalnya :

1. Terutama sejak awal abad 20, telah berkembang aliran pendekatan manusia,

(human approach) dalam manajemen perusahaan. Tujuan utama pendekatan

ini adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan namun yang

yang ditekankan mengenai perbaikan penghasilan, insentif, lingkungan kerja,

dll.

2. Adanya campur tangan pemerintah dalam penentuan sistem upah mengatasi

pengangguran melalaui proyek2 pemerintah.

3. Hadirnya serikat pekerja dan ikut berpeeran mendampingi pengusaha ddalam

menenntukan sistem upah.

Yang ketiga, sebagai konsekuensi dari dua ajaran Karl Marx, adalah

terbentuknya masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini seseorang tidak menjualkan

(43)

mengatur apa dan berapa jumlah produksi. Dalam masyrakat impian Marx tersebut,

setiap orang harus bekerja menurut kemampuannya, dan setiap orang memperoleh

menurut kebutuhannya.

Implikasi pandangan Marx tersebut dalam sistem pengupahan dan

pelaksanaanya adalah :

1. Bahwa tiap-tiap orang mempunyai macam dan jumlah kebutuhan konsumsi

yang kira-kira sama. Nilai setiap barang yang sama (walaupun terdapat di

tempat yang berbeda) adalah juga sama Oleh sebab itu upah tiap-tiap orang

juga kira-kira sama. Dalam hal ini sistem upah hanya sekedar menjalankan

fungsi sosial, yaitu memenuhi kebutuhan konsumtif dari buruh.

2. Sistem pengupahan di sini tidak mempunyai fungsi pemberian insenstif yang

sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan

nasional.

3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang

betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya. Ini memerlukan sentralisasi

kekuasaan dan sistem paksaan, yang dipandang bertentangan dengan asas-asas

kemanusiaan.

2. Upah Sebagai Imbalan

Teori Neoklasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan

keuntungan, tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi yang

(44)

dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah

karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marjinal seseorang sama

dengan upah yang diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang

dibayarkan pengusaha adalah :

W = VMPPL = MPPL X P

W = tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada

pekerja.

P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang

MPPL = marginal physical product of labour I atau pertambahan hasil marginal

pekerja, diukur dlam unit barang per unit waktu

V MPPL = value of marginal physical labour atau nilai pertambahan hasil marginal

pekerja atau karyawan.

Nilai pertambahan hasil marginal pekerja (VMMPL) merupakan nilai jasa

yang diberikan oleh pekerja kepada pengusaha. Sebaliknya upah (W) dibayarkan oleh

pengusaha kepada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa yang diberikan kepada

pngusaha.

Selama nilai pertambahan hasil marginal pekerja lebih besar dari upah yang

dibayarkan oleh pengusaha (VMMPL > W) pengusaha dapat membawa keuntungan

dengan menambah pekerja. Di pihak lain, pengusaha tentu tidak bersedia membayar

upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja kepada

pengusaha. Dilihat dari sisi pekerja mereka tidak bersedia menerima upah lebih

rendah dari pada nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang

(45)

pekerjaan ditempat lain yang mampu membayar sama denngan usaha

kerjanya.,degnan kata lain asumsi adanaya mobilitas sempurna, pekerja akan

memperoleh upah senilai pertambahan hasil marginalnya sebagai mana dinyatakan

dalam persamaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori neoklasik pekerja

memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Dengan kata lain,

upah dalam hal ini berfunngsi sebagai imbaalan atas usaha kerja yang diberikan

seseorang tersebut kepada pengusaha

2.3. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan merupakan salah satu pengeluaran pemerintah

selain pengeluaran rutin. Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang

digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum,

baik pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan

lebih ditekankan pada upayn penciptaan kondisi yang stabil dan kondusif bagi

berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi

pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kaitan dengan pengelolaan APBN secara

keseluruhan dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia, maka pencapaian

sasaran-sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal mungkin. Sehubungan

dengan hal tersebut, formulasi distribusi alokasi dan penentuan besarnya pengeluaran

memegang peranan penting dalam target kebijakan fiskal.

Disamping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap

ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan APBN yang sehat,

(46)

luar negeri tanpa mengurangi upaya menciptakan pertumbuhan yang

berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber

pembiayaan dalam negeri, dan pinjaman program. Pengelolaan dana tersebut akan

dialokasikan kepada departemen di tingkat pusat termasuk Departemen Hankam, dan

pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola

daerah.

Dalam kebijakan penyusunan APBN dikenal ada beberapa kebijakan

anggaran, yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam

pengertian umum, anggaran berimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan

sama dengan pengeluaran (G=T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

penerimaan (G<T), sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana pengeluaran

lebih besar dari penerimaan (G>T).

Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi,

sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah

pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan

kemampuan dana dalam negeri maka pembiayaan proyek masih tetap dibutuhkan.

Pembiayaan pembangunan dengan dana yang bersumber dari luar negeri diupayakan

untuk dikurangi secara bertahap. Untuk itu, pembiayaan proyek harus dimanfaatkan

secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan

dilaksanakan secara lebih transfaran, efektif dan efisien. Persentase pembiayaan

(47)

ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri, sekaligus mencerminkan adanya

upaya untuk mencapai fiscal sustainability sebagai sasaran strategis dari APBN.

Pembiayaan proyek dimanfaatkan untuk pembangunan sumber daya manusia di

bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahtraan sosial, penyediaan sarana dan

prasarana transportasi, di bidang pertanian, tenaga listrik, dan pengairan. Di samping

itu juga akan dimanfaatkan untuk pengadaan prasarana pendukung Hankam,

telekomunikasi, dan pembangunan prasarana perkotaan.

2.3.1. Akibat Ekonomis Pengeluaran Pemerintah

Pengusahaan kegiatan ekonomis oleh pemerintah (melalui pengeluaran

pemerintah) serta pemindahan daya beli dari satu kelompok orang ke kelompok yang

lain secara potensial, dapat mempunyai pengaruh yang berarti terhadap rumah tangga

dan sektor swasta dalam perekonomian, antara lain :

a. Efek yang bersifat alokasi dan efisiensi

Secara sadar pemerintah mengalokasikan kembali sumber-sumber ekonomi

dan berbagai barang dan jasa dengan memproduksi barang-barang umum dan

jasa-jasa umum yang mempunyai keuntungan eksternal. Kegiatan alokasi ini

mengubah pengalihan sumber-sumber ekonomi karena pemberi dan penerima

masing-masing mempunyai pola-pola pengeluaran yang berlainan. Secara

langsung pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi kesejahteraan melalui

realokasi dari faktor-faktor produksi. Pemerintah dapat mempengaruhi

(48)

pemerintah dari alokasi ini dapat ditempuh dengan cara seperti penyediaan

barang-barang publik, kegiatan transfer dan pengenaan pembangunan pajak.

b. Efek yang menyangkut penyediaan factor-faktor produksi

pemerintah dapat mempengaruhi tingkat GNP rill dengan mengubah

persediaan dari berbagai faktor yang dapat dipakai dalam produksi melalui

program-program pembiayaannya, yang dapat mengubah kesediaan dari

pemilik faktor-faktor untuk menyediakan faktor-faktor tersebut.

c. Efek yang menyangkut redistribusi/pembagian pendapatan dari

pendapatan nasional.

Pemerintah mempengaruhi pola redistribusi pendapatan rill melalui

penyediaan keuntungan di satu pihak dan pengeluaran pendapatan rill dari

sektor swasta atau pendapatan dipihak lain, hasil akhirnya adalah satu pola

pendapatan yang lain daripada bila tidak ada campur tangan pemerintah.

d. Efek mengenai stabilitas

Pertumbuhan program pengeluaran serta pembiayaan akan mempengaruhi

tingkat pencapaian full employment dengan mengubah pengeluaran total

dalam perekonomian dan juga mampu meningkatkan GNP yang berarti

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

2.3.2. Infrastruktur

Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang menyediakan transportasi,

(49)

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan

ekonomi (Robert, 2005:8)

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial

dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastrukut

dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar,

peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibuthkan untuk berfungsinya

sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Robert, 2005:9). Definisi teknik juga

memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan

infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan

pelayanan publik yang penting.

Sebagai salah satu konsep pola pikir dibawah ini diilustrasikan diagram

sederhana bagaimana peran infrastruktur. Diagram ini menunjuk bahwa secara ideal

lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi

diduku ng oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai obyek dan sasaran didukung

oleh sistem ekonomi.

Sumber : Pengantar Manajemen infrastruktur (Robert : 9)

Gambar 2.1

Hubungan antara sistem sosial, ekonomi, infrastruktur dan lingkungan alam yang harmoni.

Social System

(50)

Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan alam merupakan

pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur sebagai mediator

antara sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dengan

lingkungan alam menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang akan memberikan

dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya, infrastruktur yang terlalu berlebihan

untuk kepentingan umat manusia tanpa memperhatikan kapasitas daya dukung

lingkungan akan merusak alam yang pada hakekatnya akan merugikan manusia

termasuk makhluk hidup lain. Berfungsi sebagai suatu sistem sosial dan sistem

ekonomi, maka infrastruktur perlu dipahami dan dimengerti secara jelas terutama

bagi penentu kebijakan

2.3.3. Teori Pengeluaran Pemerintah

1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes

Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y= C+I+G merupakan

pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam

perekonomian tertutup. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional. Y

merupakan pendapatan nasional, C merupakan pengeluaran konsumsi, dan G

merupakan Pengeluaran pemerintah. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y

serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi

Pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional.

Menurut Keynes, untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian,

(51)

dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional, sehingga dapat

mengimbangi kecendrungan mengkonsumsi (C) dalam perekonomian.

Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam pengertian

fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara keseluruhan.

Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda dari peningkatan

pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana pemerintah melaksanakan

anggaran surplus dalam menekan pengeluaran pemerintah. Jika tujuannya adalah

untuk meningkatkan pengeluaran, maka pemerintah mengoperasikan anggaran defisit

dengan mengurangi pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah. Suatu

penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran

sirkulasi pendapatan nasional akan mengurangi permintaan agregat dan melalui

proses pengganda (multiplier effect) akan memberikan penurunan tekanan inflasi

ketika perekonomian mengalami peningkatan kegiatan yang berlebihan

(over-heating). Sebaliknya adanya peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan

penurunan dalam pajak, maka suatu suntikan (injection) ke dalam aliran sirkulasi

pendapatan nasional akan menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda

akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan.

2. Teori Wagner

Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang

semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian

apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan

(52)

timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan, dan sebagainya.

Hukum tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

PPk

PkPP = Pengeluaran pemerintah per kapita

PPk = Pendapatan nasional per kapita

1,2,..,n = Indeks waktu (tahun)

Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic

theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas

bertindak, terlepas dengan masyarakat yang lain. Menurut Wagner, ada lima hal yang

menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu :

a. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan,

b. Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat,

c. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi,

d. Perkembangan demografi,

e. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan

pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industri-industri dan

hubungan antara industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks

(53)

Namun teori Wagner memiliki kelemahan yaitu tidak didasari pada teori pemilihan

barang-barang publik.

3. Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan wiseman mengemukakan perkembangan pengeluaran pemerintah

yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk

memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang

semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar,

sehingga teori peacock dan wiseman merupakan dasar dari pemungutan suara.

Peacock dan wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat

mempunyai tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat

memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah

membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka memiliki

kesediaan untuk membayar pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi

pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.

Dalam teorinya peacock dan wiseman menyatakan bahwa perkembangan

ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif

pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran

pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal,

meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang menjadi semakin

(54)

Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena ada perang,

maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang.

Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga harus meningkat, dan pemerintah

meningkatkan penerimaannya dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana

sawsta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek

pengalihan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan

aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Selain itu banyak aktivitas

pemerintah yang baru kelihatan setelah terjadinya perang, yang disebut efek inspeksi

(inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya

konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, yang disebut efek konsentrasi

(concentration effect).

Efek atau gangguan lain dari adanya gangguan sosial adalah apa yang disebut

dengan efek inspeksi yang timbul karena masyarakat sadar akan adanya hal-hal yang

perlu ditangani pemerintah setelah selesainya gangguan sosial tersebut.

Dalam teori peacock dan wiseman mereka mengemukakan bahwa adanya

toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan tetapi mereka tidak menyatakan

pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut.

2.4. Indeks Kepercayaan Konsumen

2.4.1. Pengertian Indeks Kepercayaan Konsumen

Indeks Kepercayaan Konsumen adalah indeks yang mengukur tingkat

(55)

akan menentukan kesehatan ekonomi dan bisnis suatu negara (Bank Indonesia).

Indikator ini disusun oleh Bank Indonesia.

2.4.2. Metodologi

Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan sejak

Oktober 1999. Sejak Januari 2007 survei dilaksanakan terhadap kurang lebih 4.600

rumah tangga sebagai responden (stratified random sampling) di 18 kota : Jakarta,

Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang,

Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal

Pinang, Ambon dan Banten. Secara statistik dengan tingkat kepercayaan 99%, jumlah

sample tersebut memiliki sampling error 2%. Pengumpulan data dilakukan sebagian

melalui wawancara telepon dan sebagian lagi secara langsung kepada responden

secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100),

sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti

pesimis.

2.4.3. Keyakinan Dan Sikap Konsumen

Keyakinan dan sikap konsumen merupakan komponen psikologi konsumen

yang mempengaruhi perilaku konsumen baik itu dalam proses pengambilan

keputusan pembelian maupun perilaku dalam hal keputusan untuk tidak lagi

menggunakan produk. (Erna, 2008 : 93).

Secara sadar maupun tidak tindakan konsumen dipengaruhi oleh sikap dan

(56)

memiliki ekspektasi negatif terhadap kondisi perekonomian masa mendatang maka

secara sadar maupun tidak sadar akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk

melakukan pembelian. Konsumen cenderung menahan uang yang dimiliki sampai

benar-benar yakin kondisi ekonomi akan baik. Walaupun begitu beberapa ahli masih

berpendapat bahwa bagaimana sikap terbentuk dan sejauh mana pengaruhnya masih

merupakan misteri karena keseluruhan proses ini terjadi dalam benak konsumen.

2.4.4. Pengaruh Faktor Bukan Harga Atas Permintaan.

Hukum permintaan hanya menekankan perhatiannya kepada pengaruh harga

suatu barang kepada jumlah barang yang akan diminta sedangkan dalam kenyataan

sebenarnya banyaknya permintaan atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor

lain. Faktor-faktor tersebut adalah (Sahat, 2007 : 12) :

1. Selera

2. Banyaknya konsumen pembeli

3. Pendapatan konsumen

4. Harga barang-barang lain

5. Ekspektasi

Ekspektasi atau ramalan mengenai masa mendatang merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi permintaan yang berkaitan dengan kepercayaan

konsumen. Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa yang

akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa

harga-harga akan menjadi bertambah tinggi di masa depan akan mendorong mereka untuk

(57)

akan datang. Sebaliknya bahwa ramalan bekerja akan bertambah sukar diperoleh dan

kegiatan ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang lebih berhemat

dalam pengeluarannya dadn mengurangi permintaan.

2.5. Jumlah Penduduk

2.5.1. Penduduk dan Pembangunan Ekonomi

Pertambahan penduduk bukanlah merupakan suatu masalah, melainkan

sebaliknya justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan

ekonomi. Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber

permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan

menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala

ekonomi (economics of scale) produk yang menguntungkan semua pihak,

menurunkan biaya–biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran

tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya

merangsang produksi agregat yang lebih tinggi lagi (Todaro, 2003 ).

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam

perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sumber daya alam, dan kapasitas produksi yang terpasang, dalam

masyarakat yang bersangkutan. Keempat faktor dinamika itu harus dilihat dalam

kaitan interaksinya satu dengan yang lainnya. Namun diantaranya peranan sumber

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan antara sistem sosial, ekonomi, infrastruktur dan lingkungan alam yang
Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Determinan Gambar 2.2 Foreign Direct Investment
Gambar.3.1. Kurva Uji t – Statistik
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan garapan tari kontemporer Magitar adalah ingin menyampaikan cerita serta tema dari pengalaman pribadi penata yang diangkat sebagai karya seni tari,

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil uji statistik didapatkan korelasi negatif dan p &gt; 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat persepsi risiko kecelakaan pengendara motor di UIN Maliki Malang yang paling tinggi berada pada kategori

Hasil penelitian menunjukan lebih dari separuh contoh kelas akselerasi (88,5%), kelas SBI (73,3%), dan kelas reguler (63,3%) memiliki motivasi intrinsik dalam kategori sedang dan

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Citra (2011) menunjukkan bahwa sikap siswa sebelum dan sesudah penyuluhan baik dengan metode ceramah terdapat perbedaaan rerata nilai

Konten-konten yang terdapat dalam media pembelajaran ini juga masih sangat tergantung dari buku-buku yang biasa digunakan siswa untuk belajar, sehingga apabila memungkinkan,

12 Anton Runaweri 50 tahun, laki-laki Ditembak di leher, yang menembus ke rahang Patah tulang rahang dan luka-luka berat Senjata Api Petugas Distrik Komando Militer

Permasalahan yang dihadapi dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menganalisa keandalan, keamanan , evaluasi resiko dari komponen-komponen unit PLTG dengan menggunakan