UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS DETERMINAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DI INDONESIA, (APLIKASI MODEL ECM)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
LAJU MARADU SIANTURI 060501009
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
ABSTRACT
The aim of this research is to analize the influence factors of Foreign Direct
Investment in Indonesia. The factors that influence the foreign direct investment in
Indonesia is wage, development expenditure, consumer confidence index, and the
amount of people. This research use Error Correction Mechanism (ECM) model and
cointegration to analize the variable with quarter data from 2003 until 2008.
With use eviews 5.1, the result show that in short period the wage,
development expenditure, consumer confidence index, and the amount of people had
significant influence toward the foreign direct investment in Indonesia but in long
period had insignificant influence.
Key Words : Foreign direct Investment ( FDI ), Error Correction Mechanism, and
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Investasi asing langsung di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi
asing langsung di Indonesia adalah tingkat upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks
Kepercayaan Konsumen dan Jumlah Penduduk. Dalam menganalisis hubungan di
antara variabel-variabel tersebut penelitian menggunakan model Error Correction
Mechanism (ECM) dan Kointegrasi dengan menggunakan data kuartal dari tahun
2003 sampai tahun 2008.
Dengan menggunakan Eviews 5.1, diperoleh hasil bahwa dalam jangka
pendek variabel Upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks Kepercayaan Konsumen
dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap FDI di Indonesia sedangkan
dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan.
Kata Kunci : Investasi asing langsung, Error correction Mechanism, dan
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat dan kasihnya yang begitu besar kepada penulis, atas hidup maupun
kesempatan untuk kuliah bahkan menyelesaikan skripsi yang berjudul : Analisis
Determinan Foreign Direct Investmen (FDI) di Indonesia, (Aplikasi Model ECM).
Dengan segala kerendahan hati penulis juga ingin menyampaikan hormat dan
terimakasih kepada kedua orang tua yang paling penulis sayangi yakni Bapak O.
Sianturi dan Ibu S. Br. Lumban Gaol dan kepada abang-abang (Keluarga Bang
Jendri, Keluarga Bang Budi, Keluarga Bang Jusman ) serta Kakak-kakak (
Keluarga Kak Lisnawati dan Kak Lenny Marlina ) atas segala doa, dukungan
yang diberikan baik moril maupun materiil, dan juga telah menjadi inspirasi bagi
penulis.
Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna,
hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
mencapai kesempurnaan skripsi ini pada masa mendatang.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, memberikan bimbingan,
saran dan menjadi inspirasi selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec., sebagai Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsad Lubis, Ph.D, sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof.Dr.Ramli,SE,MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan mulai
dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Paidi Hidayat, Msi, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan
saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Drs. HB. Tarmizi, SU sebagai dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, sebagai dosen wali yang telah menjadi
penasehat akademik selama masa perkuliahan.
8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Ekonomi
Pembangunan dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara khususnya.
9. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, khususnya
bagian perpustakaan yang telah banyak membantu dalam memperoleh data
10. Kepada teman – teman sekaligus saudara di kelompok kecil ( B’
Mangatur,K’luga Laju, Charli, Julkifli, Donal, Tulus dan Helminton ) atas
segala dukungan doa dn bantuannya.
11. Kepada teman sekaligus sahabat-sahabat penulis yakni Irwin, Ari Sandi,
Albert, Irman, Aspri, Lestari, Derma, Natalin, Yuni, Novia beserta seluruh
teman – teman Ekonomi Pembangunan 2006, yang tidak bisa penulis
sebutkan, atas kebersamaan kita selama ini dan juga inspirasi, kerjasama, dan
bantuan ide yang diberikan.
12. Kepada seluruh abang – abang di ekonomi pembangunan khususnya stambuk
2004, dan 2005, dan adik-adik stambuk 2007 dan 2008, atas kerjasama dan
dukungan yang diberikan.
13. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II: URAIAN TEORITIS 2.1 Foreign Direct Investment ... 8
2.1.1 Pengertian Foreign Direct Investement ... 8
2.1.2 Tujuan Foreign Direct Investment ... 8
2.1.3 Metode-metode Dalam Berinvestasi... 9
2.1.3 Pertimbangan Dalam Melakukan Investasi ... 12
2.1.4 Teori-teori Investasi Luar Negeri ... 15
2.1.5 Faktor-faktor yang Menentukan Jumlah Investasi ... 18
2.2.1 Pengertian Upah ... 20
2.2.2 Kriteria Dalam Menentukan Upah ... 20
2.2.3 Status Pekerja dan Sistem Pengupahan ... 21
2.2.4 Mekanisme Penetapan Upah ... 22
2.2.5 Upah Minimum ... 23
2.2.6 Teori yang Mendasari sistem Pengupahan ... 24
2.3 Pengeluaran Pembangunan ... 29
2.3.1 Akibat Ekonomis Pengeluaran Pemerintah ... 31
2.3.2 Infrastruktur ... 32
2.3.3 Teori Pengeluaran Pemerintah ... 34
2.4 Indeks Kepercayaan Konsumen ... 38
2.4.1 Pengertian Indeks Kepercayaan Konsumen ... 38
2.4.2 Metodologi ... 39
2.4.3 Keyakinan dan Sikap Konsumen ... 39
2.4.4 Pengaruh Faktor Bukan Harga Atas Perminaan ... 40
2.5 Jumlah Penduduk ... 41
2.3.1 Penduduk dan Pembangunan Ekonomi ... 41
2.3.2 Posisi Penduduk Dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 44
2.3.3 Teori Batas Pertumbuhan ... 46
2.6 Kerangka Konspetual ... 48
2.7 Hipotesis ... 49
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 50
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.4 Pengolahan Data ... 51
3.5 Model Analisis Data ... 52
3.5.1 Uji Akar-akar Unit (Unit Root Test) ... 52
3.5.2 Uji Derajat Integrasi ... 53
3.5.3 Uji Kointegrasi ... 55
3.5.4 Model Error Correction Mechanism ... 57
3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodnes of Fit) ... 58
3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 58
3.6.2 Uji t-statistik ... 59
3.6.3 Uji f-statistik ... 60
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 61
3.7.1 Multikolinierity ... 61
3.7.2 Autokorelasi ... 61
3.8 Definisi Operasional ... 62
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Negara Indonesia ... 64
4.1.1 Kondisi Geografis ... 64
4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 64
4.1.3 Kondisi Demografi ... 65
4.1.4 Gambaran Perekonomian Indonesia ... 66
4.2.1 Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI) ... 72
4.2.1 Perkembangan Upah ... 75
4.2.2 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan ... 77
4.2.3 Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen ... 79
4.2.4 Perkembangan Jumlah Penduduk ... 81
4.3 Analisis Data ... 83
4.3.1 Uji Akar Unit dan Uji Derjat Integrasi ... 84
4.3.2 Uji Kointegrasi ... 86
4.3.3 Analisis Error Correction Mechanism (ECM) ... 87
4.3.4 Intepretasi ... 89
4.3.5 Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit) ... 92
4.3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 101
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 104
5.2 Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Perkembangan Foreign Direct Investment di
Indonesia 2003(1)-2008(4) (Juta US $) ………..74
4.2 Perkembangan Upah di Indonesia 2003(1)-2008(4) (Ribu Rupiah) ………..76
4.3 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan 2003(1) – 2008(1) (Triliun Rupiah) ……….78
4.4 Perkembangan IKK 2003(1) – 2008(4) (Persen) ………...80
4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk 2003(1) – 2008 (4) (Ribu) ………82
4.6 Hasil Estimasi ADF dan Derajat Integrasi untuk Uji Akar Unit .... 84
4.7 Hasil Estimasi Uji Kointegrasi ...86
4.8 Hasil Estimasi Model ECM ………..87
4.9 Hasil Uji Multikolienaritas ...102
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Hubungan Antara Sistem Sosial, Ekonomi, Infrastruktur
dan Lingkungan Alam yang Harmoni ………..33
2.2 Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Determinan
Foreign Direct Investment di Indonesi ………..48
3.1 Kurva Uji t – statistik ...60
3.2 Kurva Uji f-statistik ...61
4.1 Perkembangan FDI di Indonesi Tahun 2003(1)-2008(1)
(Juta US $) ………..75
4.2 Perkembangan Upah di Indonesia Tahun
2003(1) – 2008 (4) (Ribu rupiah) ………..77
4.3 Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Tahun
2003(1) – 2008(1) (Triliun Rupiah) ………79
4.4 Perkembangan IKK 2003(1) – 2008(4) (Persen) ………81
4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk
2003(1) – 2008 (4) (Ribu) ………..83
4.6 Uji f-statistik ...93
4.7 Uji t-Statistik Upah Dalam Jangka Pendek ...94
4.8 Uji t-Statistik Pengeluaran Pembangunan Dalam
4.9 Uji t-Statistik Indeks Kepercayaan Konsumen Dalam
Jangka Pendek ...96
4.10 Uji t-Statistik Jumlah Penduduk Dalam Jangka Pendek ...97
4.11 Uji t-Statistik Upah Dalam Jangka Pendek... .98
4.12 Uji t-Statistik Pengeluaran Pembangunan Dalam
Jangka Pendek ...99
4.13 Uji t-Statistik Indeks Kepercayaan Konsumen Dalam
Jangka Panjang ...100
4.14 Uji t-Statistik Indeks Kepercayaan Konsumen Dalam
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Input Data
LAMPIRAN 2 Uji Stasionaritas
LAMPIRAN 3 Uji Kointegrasi
LAMPIRAN 4 Hasil Regres Error Correction Mechanism (ECM)
LAMPIRAN 5 Uji Multikolinieritas
ABSTRACT
The aim of this research is to analize the influence factors of Foreign Direct
Investment in Indonesia. The factors that influence the foreign direct investment in
Indonesia is wage, development expenditure, consumer confidence index, and the
amount of people. This research use Error Correction Mechanism (ECM) model and
cointegration to analize the variable with quarter data from 2003 until 2008.
With use eviews 5.1, the result show that in short period the wage,
development expenditure, consumer confidence index, and the amount of people had
significant influence toward the foreign direct investment in Indonesia but in long
period had insignificant influence.
Key Words : Foreign direct Investment ( FDI ), Error Correction Mechanism, and
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Investasi asing langsung di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi
asing langsung di Indonesia adalah tingkat upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks
Kepercayaan Konsumen dan Jumlah Penduduk. Dalam menganalisis hubungan di
antara variabel-variabel tersebut penelitian menggunakan model Error Correction
Mechanism (ECM) dan Kointegrasi dengan menggunakan data kuartal dari tahun
2003 sampai tahun 2008.
Dengan menggunakan Eviews 5.1, diperoleh hasil bahwa dalam jangka
pendek variabel Upah, Pengeluaran Pembangunan, Indeks Kepercayaan Konsumen
dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap FDI di Indonesia sedangkan
dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan.
Kata Kunci : Investasi asing langsung, Error correction Mechanism, dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar
untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut
terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari
negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia
masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Disamping berupaya
menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber
pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing Langsung
(foreign direct invesment=FDI). Indonesia sangat membutuhkan FDI karena APBN
tidak mampu menutupi kebutuhan pembangunan yang sangat besar, selain itu terjadi
gap antara tabungan dan investasi dan juga untuk memenuhi pembiayaan
barang-barang impor.
FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah
salah satu ciri penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal. Ia bermula saat
sebuah perusahaan dari satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke
sebuah perusahaan di negara lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal
(biasa disebut 'home country') bisa mengendalikan perusahaan yang ada di negara
tujuan investasi (biasa disebut 'host country') baik sebagian atau seluruhnya. Caranya
menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di sana atau membeli
sahamnya sekurangnya 10%.
Biasanya, FDI terkait dengan investasi aset-aset produktif, misalnya
pembelian atau konstruksi sebuah pabrik, pembelian tanah, peralatan atau bangunan;
atau konstruksi peralatan atau bangunan yang baru yang dilakukan oleh perusahaan
asing. Penanaman kembali modal (reinvestment) dari pendapatan perusahaan dan
penyediaan pinjaman jangka pendek dan panjang antara perusahaan induk dan
perusahaan anak atau afiliasinya juga dikategorikan sebagai investasi langsung.
Sebagian besar FDI ini merupakan kepemilikan penuh atau hampir penuh dari
sebuah perusahaan. Termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki bersama
(joint ventures) dan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan lokal. Joint
ventures yang melibatkan tiga pihak atau lebih biasanya disebut sindikasi (atau
'syndicates') dan biasanya dibentuk untuk proyek tertentu seperti konstruksi skala luas
atau proyek pekerjaan umum yang melibatkan dan membutuhkan berbagai jenis
keahlian dan sumberdaya. Istilah FDI tidak mencakup investasi asing di bursa saham.
UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik
investasi asing guna membangun ekonomi nasional. Di Indonesia adalah wewenang
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan
ijin atas investasi langsung luar negeri. Dalam dekade terakhir ini pemodal asing
enggan menanamkan modalnya di Indonesia karena tidak stabilnya kondisi ekonomi
kenaikan FDI di paruh pertama tahun 2005, bersamaan dengan tumbuhnya ekonomi
sebesar 5-6% sejak akhir 2004. Pada awal 2005, Inggris, Jepang, Cina, Hong Kong,
Singapura, Australia, dan Malaysia adalah sumber-sumber FDI yang dianggap
penting. Menurut data statistik UNCTAD, jumlah total arus masuk FDI di Indonesia
adalah US$1.023 milyar pada tahun 2004, sebelumnya US$0.145 milyar pada tahun
2002, $4.678 milyar pada tahun 1997 dan $6.194 milyar pada tahun 1996 (tahun
puncak).
Perusahaan-perusahaan multinasional yang ingin memanfaatkan sumber daya
alam menguasai pasar (baik yang sudah ada dan menguntungkan maupun yang baru
muncul) dan menekan biaya produksi dengan mempekerjakan buruh murah di negara
berkembang, biasanya adalah para penanam modal asing ini. Contoh 'klasik' FDI
semacam ini misalnya adalah perusahaan-perusahaan pertambangan Kanada yang
membuka tambang di Indonesia atau perusahaan minyak sawit Malaysia yang
mengambil alih perkebunan-perkebunan sawit di Indonesia. Cargill, Exxon, BP,
Heidelberg Cement, Newmont, Rio Tinto dan Freeport McMoRan, dan INCO
semuanya memiliki investasi langsung di Indonesia.
Salah satu aspek penting dari FDI adalah bahwa pemodal bisa mengontrol
atau setidaknya punya pengaruh penting manajemen dan produksi dari perusahaan di
luar negeri. Hal ini berbeda dari portofolio atau investasi tak langsung, dimana
pemodal asing membeli saham perusahaan lokal tetapi tidak mengendalikannya
dianggap lebih bernilai bagi sebuah negara dibandingkan investasi jenis lain yang
bisa ditarik begitu saja ketika ada muncul tanda adanya persoalan.
Perkembangan FDI di Indonesia beberapa tahun ini sangat rendah, hal ini
dapat dilihat dari kontribusi Investasi terhadap PDB. Berdasarkan laporan Badan
Pusat Statistik, pada tahun 2004 sampai tahun 2008, faktor pendorong pertumbuhan
PDB Indonesia adalah sebagian besar berasal dari sektor Konsumsi. Tahun 2004
kontribusi konsumsi terhadap PDB sebesar 60.62 % dan tahun 2008 sekitar 63.45 %.
Sedangkan kontribusi sektor Investasi pada tahun 2004 adalah sebesar 21.42 % dan
pada tahun 2008 sebesar 20.96 %. Hal ini menunjukkan masih rendahnya minat
investor (khususnya investor asing) untuk berinvestasi di Indonesia. Seorang ekonom
Indonesia yaitu Faisal Basri di salah satu surat kabar nasional (Kompas) pernah
berkata bahwa pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh sebagian besar sektor
konsumsi adalah pertumbuhan yang tidak berkualitas, hal ini disebabkan masyarakat
akan cenderung memliki sifat konsumeristis. Pertumbuhan yang ditopang oleh sektor
investasi lebih bermanfaat karena akan menciptakan lapangan pekerjaan dan bersifat
jangka panjang.
Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber
pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber yang lain.
Sarwedi (2003) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan
pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab
management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable. Hasil penelitian
Panayotou (1998) selanjutnya menyebutkan bahwa lebih dari 80% modal swasta dan
75% dari FDI sejak tahun 1990 mengalir ke negara-negara dengan pendapatan
menengah (middle income countries). Penelitian Rana dan Dowling (1988) mengenai
pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di
negara-negara sedang berkembang, menyimpulkan bahwa modal asing memiliki
pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan tabungan domestik di negara-negara
berkembang di Asia.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Determinan
Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia (Aplikasi Model ECM)” yang didukung dengan uji akar unit dan Uji Kointegrasi.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah :
• Apakah ada pengaruh keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Pengeluaran Pembangunan terhadap FDI di
Indonesia?
• Apakah ada pengaruh keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap FDI di
Indonesia?
• Apakah ada pengaruh keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Jumlah Penduduk terhadap FDI di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
• Untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Upah terhadap FDI di Indonesia.
• Untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Pengeluaran Pembangunan terhadap FDI di Indonesia.
• Untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada variabel Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap FDI di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, dunia usaha, maupum masyarakat
mengenai FDI di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang ada, khususnya mengenai
perkembangan FDI di Indonesia.
3. Untuk memberikan sumbangan ilmu kepada almamater Universitas Sumatera
Utara yang dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang
selanjutnya.
4. Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis
dalam melakukan penelitian.
5. Sebagai salah satu syarat bagi Penulis untuk menyelesaikan pendidikan jenjang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Foreign Direct Investement
2.1.1. Pengertian Foreign Direct Investement
Keputusan investasi ke luar negeri merupakan hasil dari proses yang
kompleks yang berbeda dari investasi di dalam negeri. Investasi di luar negeri
biasanya di dasari oleh pertimbangan strategic, pertimbangan perilaku dan
pertimbangan ekonomis yang kompleks. Menurut Krugman (1994) yang dimaksud
dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara
mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak
hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control
terhadap perusahaan di luar negeri. UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967)
dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional.di
Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk
memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar negeri
2.1.2. Tujuan Foreign Direct Investment
Tujuan setiap FDI tidaklah sama, perusahaan investor tergerak oleh berbagai
ragam alasan untuk berinvestasi di luar negeri. Mereka memiliki proses pengambilan
keputusan dan prioritas yang berbeda – beda saat memilih sebuah lokasi investasi.
Terdapat lima tujuan utama FDI (Foreign Direct Investment) yaitu:
2. Mencari pasar,
3. Mencari efesiensi
4. Mencari asset strategis.
5. Mencari keamanan politis
2.1.3. Metode-Metode Dalam Berinvestasi
Bila perusahaan telah memutuskan untuk berinvestasi di luar negeri, maka
yang harus dipertimbangkan cara yang terbaik untuk melakukannya. Cara-cara yang
dapat dipilih untuk melakukan investasi luar negeri antara lain :
1. Malakukan Joint Venture
Melakukan join venture dengan satu atau lebih mitra lokal, Joint venture
adalah kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dan perusahaan
lokal. Join Venture merupakan persekutuan berbadan hukum yang
mengkombinasikan sumber daya yang dimilki oleh masing-masing perusahaan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Keunggulan Joint Venture adalah sebagai berikut ini :
• Sekutu lokal lebih memahami adat istiadat, kebiasaan dan Lembaga kemasyarakatan dilingkungan setempat.
• Sekutu lokal mungkin memilki tehnologi yang cocok untuk lingkungan setempat.
Kelemahan Joint Venture adalah sebagai berikut :
• Jika salah dalam memilih sekutu maka akan meningkatkan resiko politik yang dihadapi.
• Dapat terjadi perbedaan pandangan antara sekutu lokal dengan perusahaan. • Adanya harga transfer produk atau komponen akan menimbulakn konflik
kepentingan antara kedua belah pihak.
2. Melakukan Marger Atau Akuisi Dengan Perusahaan Yang Telah Eksis.
Akuisi terjadi apabila suatu perusahaan memilki saham biasa perusahaan lain,
atau perusahaan menginvestasikan uangnya dalam jangka panjang diperusahaan lain.
Keunggulan melakukan merger dan akuisi :
• Lebih cepat melakukan proses operasi.
• Tidak perlu menyiapkan manajeman baru karena diperusahaan yang diakuisi adalah manajemen, tinggal dilihat kinerjanya.
• Resiko bisnisnya lebih kecil. Kelemahan melakukan merger dan akuisi:
• Membutuhkan dana yang cukup besar.
• Reaksi politik dari negara tuan rumah mungkin timbul saat perusahaan lokal diakuisisi perusahaan multinasional.
3. Lisensi
Lisensi merupakan metode yang populer bagi perusahaan untuk mengadakan
ekspansi pemasaran internasioanl,metode ini biasanya dilakukan oleh perusahaan
no-multinasioanal.
Keunggulan melakukan lisesnsi :
• Cara yang mudah bagi produsen untuk mengadakan ekspansi pemasaran internasional.
• Tidak memerlukan dana yang besar.
• Resiko politik yang dihadapi rendah bila seluruh kepemilikan lisensi dipegang produsen lokal.
Kelemahannya melakukan lisensi :
• Penghasilan yang diperoleh dari lisensi lebih rendah daripada laba yang diperoleh jika berinvestasi secara langsung.
• Kurangnya pengendalian kualitas dari pemberian lisensi. • Tehnologi yang dilisensikan mudah ditiru.
4. Kontrak Manajeman
Hampir mirip dengan lisensi, yaitu adanya penerimaan kas dari luar negeri
yang di peroleh tanpa harus menyediakan dana investasi yang signifikan. Namun
kontrak manajemen meiliki resiko politik yang lebih rendah di banding dengan lisensi
Keunggulan dengan kontrak manajemen:
• Resiko politik lebih rendah karena manajer yang dikontrak dapat dengan mudah ditarik pulang.
• Perusahaan multinasional dapat terus menerima keuntungan melalui kepemilikan saham diperusahaan yang menerima kontrak.
Kelemahannya dengan kontrak manajemen:
• Perusahaan memberi kontrak tidak memperbolehkan perusahaan yang membeli kontrak untuk menetapkan kebijakan operasionalnya selama dalam
jangka waktu tertentu.
• Perusahaan membeli kontrak tidak dapat menunjukkan bakat manajemennya yang mungkin lebih baik dari pada manajemen pemberi kontrak manajemen.
2.1.4. Pertimbangan Dalam Melakukan Investasi
Hal – hal yang perlu di perhatikan untuk dapat menarik investasi asing antara
lain adalah:
a. Memahami Investasi Asing Langsung (FDI), perusahaan investor tergerak
oleh berbagai ragamlasan untuk berinvestasi di luar negeri. Mereka memiliki
proses pengambilan keputusan dan prioritas yang berbeda – beda saat memilih
sebuah lokasi investasi. Terdapat empat jenis utama FDI yaitu pencari sumber
b. Membangun sebuah Badan Promosi Investasi, IPA berperan sebagai tuan
rumah investasi dalam upaya nasionaluntuk memasarkan lokasinya. Suatu
daerah / lokasi menggunakan berbagai cara untuk menarik para investor.
Salah satu pendekatan paling penting dan umum digunakan adalah memakai
institusi khusus sebuah badan promosi investasi (IPA).
c. Menciptakan Strategi Promosi Investasi, Strategi promosi investasi adalah
peta untuk membantu sebuah IPA mencapai tujuan yang di tetapkan. Strategi
ini harus dimulai dengan sebuah pengertian awal mengenai apa yang dapat
ditawarkan oleh lokasi kepada para calon investor. Strategi promosi harus
tidak hanya berfokus pada sektor industri apa yang akan di bidik dalam jangka
pendek, tetapi juga harus mencerminkan apa yang akan di bidik dalam jangka
menengah dan idealnya dalam jangka panjang, dengan asumsi adanya
perbaikan dalam lingkungan investasi.
d. Membangun kemitraan yang efektif, Keberhasilan dalam promosi investasi
membutuhkan kerjasama yang efektif antara perantara promosi investasi dan
organisasi lain. Saat membangun strategi promosi investasi juga harus
mempertimbangkan badan pemerintahan ataupun swasta lainnya sebagai mitra
kerja yang cukup berpotensi untuk membantu mengembangkan serta
menyampaikan pembangunan citra, pembangkit investasi, dan layanan jasa
investasi
e. Memperkuat citra daerah /lokasi, Kegiatan membangun kesadaran dan citra
presepsi negatif yang tidak benar atau hanya mengetahui sedikit informasi
tentang sebuah daereah / lokasi dan keuntungan yang di tawarkan, maka
upaya yang harus dilakukan untuk menarik investasi akan menjadi kurang
efektif.
f. Membidik dan membangkitkan peluang investasi, Membangun dan
memelihara hubungan dengan bisnis yang menghasilkan investasi merupakan
fungsi dasar perantara promosi investasi di seluruh dunia. Salah satu
gambaran paling umum yang berhubungan dengan investasi adalah
menghubungi calon investor untuk membahas peluang di daerah lokasinya.
g. Pelayanan investor, dimulai pada saat seorang investor memutuskan untuk
mengunjungi sebuah lokasi. Ini adalah titik awal dimana aktifitas layanan jasa
bagi para investor dimulai. Dengan mengusai dan mengintegrasikan layanan
bagi para investor berarti meningkatkan kemungkinan secara signifikan untuk
mengubah kunjungan para investor menjadi sebuah investasi yang
sesungguhnya.
h. Memonitor dan mengevalusi aktifitas dan hasil
i. Memantau dan melakukan evaluasi tidak dapat mendorong atau membantu
investasi, namun merupakan kegiatan pendukung yang penting dalam menilai
keaktifan badan promosi serta untuk mengembangkan ukuran kinerja
kualitatif dan kuantitatif.
j. Memanfaatkan teknologi informasi. Meningkatnya penggunaan dan
perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara berbisnis pemerintah
2.1.5. Teori-Teori Investasi Luar Negeri
2.1.5.1 Sthepen Hymer
Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer
mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan
keunggulan khas perusahaan dan ketidaksempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan
motivasi yang mendasari perusahaan dalam melakukan investasi.
Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi diluar
negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian
investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui
pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Sehubungan dengan
pengembalian investasi yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang sudah ada atau
potensial dinegara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidakunggulan operasi
perusahaan tersebut diluar negeri.
Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan
timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang ada di
negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya
akses ke sumber modal yang lebih mudah dan besar, adanya pasar bahan mentah
yang diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian
2.1.5.2.1 R. Vernon
Vernon mengemukakan suatu teori invetasi luar negeri dimana teori ini
dikenal dengan nama teori ”Product Cycle” dalam produksi internasional, model ini
terdiri dari atas beberapa tahap, antara lain:
1. Tahap inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan dipasarkan di dalam
negeri. Perusahaan mempunyai keuntungan teknologi yang bersifat sementara
untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusaha didekat pasar.
2. Tahap dimana perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar-pasar
baru dinegara-negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan
tujuan pada negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala
ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi-strategi
penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multinational
corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.
3. Tahap dimana produk sudah terstandarisasi sehingga riset ketrampilan
manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah
terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak ke
negara-negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih
rendah. Produk-produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan
diimpor kembali kenegara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh
karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak
pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat
2.1.5.2.2 Kiyoshi Kojima
Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komparatif suatu negara
dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar
negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan keunggulan
tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar
negeri.
2.1.5.2.3 S. Hirsch
Menurut Hirsch, Investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan
yang diharapakan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
pengawasan di luar negeri. Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri
tersebut lebih rendah daripada biaya produksi dalam negeri ditambah
biaya-biaya pemasaran ekspor. Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi
biaya pemasaran menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate goods
dalam negeri dapat terlaksana.
Hirsch berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan
spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi penghasilan
atau pembentukan pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya
serendah-rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar
2.1.5.5 J.H. Dunning
Dunning melakukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba
elektrik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori
perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional. Dunning
berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan
dan investasi) atau negara mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan lebih memilih
untuk berproduksi di luar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi
tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.
Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat
mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif,
sifat-sifat di dalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan
persaingan di dalam negeri, kendala-kendala perdagangan baik tarif maupun non
tarif, jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik, sosial dan
ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional
dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan.
2.1.6. Faktor-Faktor Yang Menentukan Jumlah Investasi
Muana Nanga, (2001). Adapun faktor-faktor yang menentukan jumlah
investasi adalah sebagai berikut :
a. Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan
tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik level investasi akan berkurang,
sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah orang akan berbondong-bondong
b. Inovasi dan teknologi, adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan
cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisisen. Untuk itu
perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin dan
peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.
c. Tingkat perekonomian, makin banyak aktifitas perekonomian makin besar
pendapatan nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat
ditabung. Yang pada akhirnya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang
menguntungkan.
d. Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa datang, jika
oarang meramal perekonomian dimasa yang akan datang cerah, oarang akan
giat melakukan investasi sekarang.
e. Tingkat keuntungan perusahaan, makin besar tingkat keuntungan perusahaan
makin banyak bagian laba yang dapat ditahan (retained earnings) dan bagian
laba yang ditahan ini dapat digunakan untuk tujuan investasi.
f. Situasi politik, jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan
kemudahan-kemudahan bagi perusahaan maka tingkat investasi akan tinggi.
Dan sebaliknya jika pemerintah tidak banyak memberikan kemudahan bagi
perusahaan banyak menghadapi birokrasi yang berbelit-belit maka tingkat
2.2. Upah
2.2.1. Pengertian Upah
Yang dimaksud dengan upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan
atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun
keluarganya. (PP No 8 Tahun 1981).
Kedudukan dan fungsi upah adalah sebagai hak bagi pekerja dan kewajiban
bagi perusahaan yang merupakan sarana untuk memelihara, melestarikan dan
meningkatkan kebutuhan hidup manusia, ditetapkan atas dasar nilai-nilai tugas
seorang pekerja dengan memperhatikan keseimbangan prestasi, kebutuhan pekerja
dan kemampuan perusahaan.
2.2.2. Kriteria Dalam Menentukan Upah
Dalam menentukan upah perusahaan harus memperhatikan beberapa kriteria
yaitu (Suprihanto, 1986 : 52)
• Struktur upah perlu disederhanakan dan diupayakan agar upah pokok lebih besar dari tunjangan lainnya.
• Idealnya diperlukan komponen upah secara umum yang dapat digunakan untuk setiap pekerjaan dan keperluan. Tetapi kenyataanya hal ini sukar
diperlukan perkataan komponen upah menurut keperluannya masing-masing
yaitu :
Untuk keperluan penghitungan upah pada waktu tidak masuk bekerja dengan
hak upah, antara lain hak upah lembur, pensiunan, tunjangan hari tua atau bonus
tahunan, cuti tahunan, sakit di rumah sakit dan lain sebagainya sebagai bahan
pertimbangan pemerintah.Mengingat bahwa di Indonesia klasifikasi jabatan belum
dilaksanakan secara meluas sehingga bagi perusahaan tertentu tidak ada sistem yang
jelas dalam menentukan jumlah pengupahan,.
2.2.3. Status Pekerja dan Sistem Pengupahan
Pada dasarnya sistem pengupahan dapat ditetapkan menurut waktu atau
berdasarkan upah potongan atau borongan atau kombinasi-kombinasinya. Dengan
demikian jelas sistem pengupahan tidak boleh dikaitkan dengan status atau
kedudukan pekerja. Apabila suatu pekerja oleh perusahaan diserahkan kepada
kontraktor maka perusahaan yang mengontrakkan pekerja tersebut wajib mengetahui
tentang status hukum dari perusahaan kontraktor itu bahwa perusahaan kontraktor
tersebut telah menjalankan wajib lapor perusahaan. Hal ini penting sekali demi
perlindungan pekerja yang bekerja pada perusahaan kontraktor tersebut. Apabila
perusahaan menggunakan kontraktor yang tidak berbadan hukum dan belum
melakukan wajib lapor perusahaan maka perusahaan yang menggunakan seperti itu
bertanggung-jawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh pekerja akibat
kelalaian kontraktor tersebut atau dengan kata lain para pekerja dari kontraktor tadi
berbadan hukum dan sudah melakukan wajib lapor, menyerahkan lagi pekerjaan
kepada suatu kontraktor lain yang tidak berbadan hukum maka kontraktor yang
menyerahkan pekerjaan tadi bertanggung-jawab atas kerugian yang diderita oleh
pekerja.
2.2.4. Mekanismen Penetapan Upah.
Pada dasarnya upah dapat ditetapkan atau ditentukan melalui :
• Perjanjian kerja • Peraturan perusahaan • Kesepakan kerja bersama
• Apabila ada perselisihan ditetapkan melalui P4 daerah atau P4 Pusat. Ukuran Kenaikan Upah
Kenaikan upah dimusyawarahkan antara pekerja dan pengusaha menurut
kriteria sebagai berikut :
• Prestasi kerja pekerja
• Kebutuhan hidup pekerja yang penyesuaiannya didasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK)
• Perkembangan perusahaan
Untuk dapat mencapai ratio upah terendah dan tertinggi yang lebih seimbang
dan memadai secara bertahap jarak terendah dan tertinggi perlu didekatkan antara lain
dengan cara :
• Diberlakukan skala upah secara landai
• Diadakan pertimbangan antara upah pokok dan tunjangan • Peninjauan upah minimum secara konsisten.
2.2.5. Upah Minimum
Fungsi upah minimum
• Sebagai jaring pengaman
• Untuk mengangkat taraf hidup dan martabat golongan penerima upah terendah
• Untuk pemerataan pendapatan dalam upaya mewujudkan keadilan sosial Dalam penetapan upah minimum perlu diperhatikan :
• Kemampuan perusahaan
• Keadaan perekonomian daerah atau nasional • Tingkat pengupahan di sektor atau nasional
• Tingkat pengupahan di sektor atau sub sektor sejenis di suatu wilayah atau wilayah yang berdekatan.
Upah minimum yang ditetapkan yang telah ditetapkan harus diumumkan
kepada pekerja melalui papan pengumuman perusahaan atau tempat kerja. Bagi
setelah diperiksa akuntan publik, pemerintah perlu memberikan bantuan bimbingan
atau dorongan agara perusahaan dimaksud dapat mampu memulai ketentuan upah
minimum. Dalam ketetapan upah minimum harus diperjelas pengertian upah, yang
maksudnya untuk mencegah terjadinya perbedaan pengertian atau penafsiran. Dalam
jangka panjang dengan memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebijaksanaan
pemerintah mengenai pembangunan serta faktor kemampuan dunia usaha dan
produktivitasnya, tingkat atau standar upah minimum diusahakan mencapai anggaran
belanja pekerja dengan satu istri dan tiga anak. Untuk kepentingan dokumentasi dan
pengawasan terhadap upah secara efektif, maka setiap perusahaan diwajibkan
menyelenggarakan administrasi upah secara teratur dan dilengkapi dengan daftar
keluarga dari pekerja yang dicatat secara tersendiri dalam kartu pekerja. Setiap
pembayaran upah pekerja harus didasarakan atas upah bruto sebelum dipotong pajak
pendapatan, kecuali apabila perusahaan tersebut diberi wewenang dan inspeksi pajak
untuk memotong pajak dari pekerja.
2.2.6. Teori yang Mendasari Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan di suatu negara biasanya didasarkan falsafah yang dianut
negara tersebut. Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dapat
dibedakan menurut dua ekstrim. Ekstrim yang pertama didarkan atas ajaran Karl
Marx mengenai teori nilai dan pertentangan kelas. Ekstrim yang kedua didasarkan
pada teori pertambahan produk marginal berlandaskan asumsi perekonomian bebas.
penganut paham komunis, sedangkan sistem pengupahan dari ekstrim kedua
umumnya dilaksanakan oleh negara-negara penganut paham kapitalis atau liberal
1. Upah Menurut Kebutuhan
Ajaran karl Marx pada dasarnya berpusat pada tiga hal, yang pertama adalah
mengenai teori nilai. Marx berpendapat hanya buruh yang merupakan sumber nilai
ekonomi, jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja
yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi pandangan yang
demikian adalah :
1. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk
seluruh proses produksi barang tersebut.
2. Jumlah jasa yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang adalah
kira sama, oleh sebab itu harganya pun di beberapa tempat menjadi
kira-kira sama.
3. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian
hanya buruh/pekerja yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional
tersebut.
Pandangan ini tidak cocok dengan kenyataan, walaupun manusia menjadi
yang paling utama dalam proses produksi, namun peranaan faktor modal maupun
mesin-mesin ternyata besar. Peranaan sektor modal ini tidak dipertimbangkan dalam
teori Karl Marx. Kedua peranaan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata
menyangkut pertentangan kelas. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu berusaha
menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh, dengan
demikian akan muncul pengangguran besar-besaran. Dengan adanya pengangguran
yang sangat besar ini maka pengusaha dapat menekan upah.
Konsekuensi dari pemikiran yang demikian ini maka tiada jalan bagi buruh
kecil kecuali untuk bersatu untuk merebut kapital dari pengusaha menjadi milik
bersama. Pandangan yang salah mengenai sikap pengusaha atau setidak-tidaknya
mengenai mengenai nasib pekerja yang digambarkan demikian jeleknya dapat
dibantah dengan berbagai kenyataan yang dapat disajikan misalnya :
1. Terutama sejak awal abad 20, telah berkembang aliran pendekatan manusia,
(human approach) dalam manajemen perusahaan. Tujuan utama pendekatan
ini adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan namun yang
yang ditekankan mengenai perbaikan penghasilan, insentif, lingkungan kerja,
dll.
2. Adanya campur tangan pemerintah dalam penentuan sistem upah mengatasi
pengangguran melalaui proyek2 pemerintah.
3. Hadirnya serikat pekerja dan ikut berpeeran mendampingi pengusaha ddalam
menenntukan sistem upah.
Yang ketiga, sebagai konsekuensi dari dua ajaran Karl Marx, adalah
terbentuknya masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini seseorang tidak menjualkan
mengatur apa dan berapa jumlah produksi. Dalam masyrakat impian Marx tersebut,
setiap orang harus bekerja menurut kemampuannya, dan setiap orang memperoleh
menurut kebutuhannya.
Implikasi pandangan Marx tersebut dalam sistem pengupahan dan
pelaksanaanya adalah :
1. Bahwa tiap-tiap orang mempunyai macam dan jumlah kebutuhan konsumsi
yang kira-kira sama. Nilai setiap barang yang sama (walaupun terdapat di
tempat yang berbeda) adalah juga sama Oleh sebab itu upah tiap-tiap orang
juga kira-kira sama. Dalam hal ini sistem upah hanya sekedar menjalankan
fungsi sosial, yaitu memenuhi kebutuhan konsumtif dari buruh.
2. Sistem pengupahan di sini tidak mempunyai fungsi pemberian insenstif yang
sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan
nasional.
3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang
betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya. Ini memerlukan sentralisasi
kekuasaan dan sistem paksaan, yang dipandang bertentangan dengan asas-asas
kemanusiaan.
2. Upah Sebagai Imbalan
Teori Neoklasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan
keuntungan, tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi yang
dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah
karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marjinal seseorang sama
dengan upah yang diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang
dibayarkan pengusaha adalah :
W = VMPPL = MPPL X P
W = tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada
pekerja.
P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang
MPPL = marginal physical product of labour I atau pertambahan hasil marginal
pekerja, diukur dlam unit barang per unit waktu
V MPPL = value of marginal physical labour atau nilai pertambahan hasil marginal
pekerja atau karyawan.
Nilai pertambahan hasil marginal pekerja (VMMPL) merupakan nilai jasa
yang diberikan oleh pekerja kepada pengusaha. Sebaliknya upah (W) dibayarkan oleh
pengusaha kepada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa yang diberikan kepada
pngusaha.
Selama nilai pertambahan hasil marginal pekerja lebih besar dari upah yang
dibayarkan oleh pengusaha (VMMPL > W) pengusaha dapat membawa keuntungan
dengan menambah pekerja. Di pihak lain, pengusaha tentu tidak bersedia membayar
upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja kepada
pengusaha. Dilihat dari sisi pekerja mereka tidak bersedia menerima upah lebih
rendah dari pada nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang
pekerjaan ditempat lain yang mampu membayar sama denngan usaha
kerjanya.,degnan kata lain asumsi adanaya mobilitas sempurna, pekerja akan
memperoleh upah senilai pertambahan hasil marginalnya sebagai mana dinyatakan
dalam persamaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori neoklasik pekerja
memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Dengan kata lain,
upah dalam hal ini berfunngsi sebagai imbaalan atas usaha kerja yang diberikan
seseorang tersebut kepada pengusaha
2.3. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan merupakan salah satu pengeluaran pemerintah
selain pengeluaran rutin. Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang
digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum,
baik pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan
lebih ditekankan pada upayn penciptaan kondisi yang stabil dan kondusif bagi
berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi
pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kaitan dengan pengelolaan APBN secara
keseluruhan dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia, maka pencapaian
sasaran-sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal mungkin. Sehubungan
dengan hal tersebut, formulasi distribusi alokasi dan penentuan besarnya pengeluaran
memegang peranan penting dalam target kebijakan fiskal.
Disamping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap
ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan APBN yang sehat,
luar negeri tanpa mengurangi upaya menciptakan pertumbuhan yang
berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber
pembiayaan dalam negeri, dan pinjaman program. Pengelolaan dana tersebut akan
dialokasikan kepada departemen di tingkat pusat termasuk Departemen Hankam, dan
pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola
daerah.
Dalam kebijakan penyusunan APBN dikenal ada beberapa kebijakan
anggaran, yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam
pengertian umum, anggaran berimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan
sama dengan pengeluaran (G=T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari
penerimaan (G<T), sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana pengeluaran
lebih besar dari penerimaan (G>T).
Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi,
sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah
pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan
kemampuan dana dalam negeri maka pembiayaan proyek masih tetap dibutuhkan.
Pembiayaan pembangunan dengan dana yang bersumber dari luar negeri diupayakan
untuk dikurangi secara bertahap. Untuk itu, pembiayaan proyek harus dimanfaatkan
secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan
dilaksanakan secara lebih transfaran, efektif dan efisien. Persentase pembiayaan
ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri, sekaligus mencerminkan adanya
upaya untuk mencapai fiscal sustainability sebagai sasaran strategis dari APBN.
Pembiayaan proyek dimanfaatkan untuk pembangunan sumber daya manusia di
bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahtraan sosial, penyediaan sarana dan
prasarana transportasi, di bidang pertanian, tenaga listrik, dan pengairan. Di samping
itu juga akan dimanfaatkan untuk pengadaan prasarana pendukung Hankam,
telekomunikasi, dan pembangunan prasarana perkotaan.
2.3.1. Akibat Ekonomis Pengeluaran Pemerintah
Pengusahaan kegiatan ekonomis oleh pemerintah (melalui pengeluaran
pemerintah) serta pemindahan daya beli dari satu kelompok orang ke kelompok yang
lain secara potensial, dapat mempunyai pengaruh yang berarti terhadap rumah tangga
dan sektor swasta dalam perekonomian, antara lain :
a. Efek yang bersifat alokasi dan efisiensi
Secara sadar pemerintah mengalokasikan kembali sumber-sumber ekonomi
dan berbagai barang dan jasa dengan memproduksi barang-barang umum dan
jasa-jasa umum yang mempunyai keuntungan eksternal. Kegiatan alokasi ini
mengubah pengalihan sumber-sumber ekonomi karena pemberi dan penerima
masing-masing mempunyai pola-pola pengeluaran yang berlainan. Secara
langsung pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi kesejahteraan melalui
realokasi dari faktor-faktor produksi. Pemerintah dapat mempengaruhi
pemerintah dari alokasi ini dapat ditempuh dengan cara seperti penyediaan
barang-barang publik, kegiatan transfer dan pengenaan pembangunan pajak.
b. Efek yang menyangkut penyediaan factor-faktor produksi
pemerintah dapat mempengaruhi tingkat GNP rill dengan mengubah
persediaan dari berbagai faktor yang dapat dipakai dalam produksi melalui
program-program pembiayaannya, yang dapat mengubah kesediaan dari
pemilik faktor-faktor untuk menyediakan faktor-faktor tersebut.
c. Efek yang menyangkut redistribusi/pembagian pendapatan dari
pendapatan nasional.
Pemerintah mempengaruhi pola redistribusi pendapatan rill melalui
penyediaan keuntungan di satu pihak dan pengeluaran pendapatan rill dari
sektor swasta atau pendapatan dipihak lain, hasil akhirnya adalah satu pola
pendapatan yang lain daripada bila tidak ada campur tangan pemerintah.
d. Efek mengenai stabilitas
Pertumbuhan program pengeluaran serta pembiayaan akan mempengaruhi
tingkat pencapaian full employment dengan mengubah pengeluaran total
dalam perekonomian dan juga mampu meningkatkan GNP yang berarti
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
2.3.2. Infrastruktur
Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang menyediakan transportasi,
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan
ekonomi (Robert, 2005:8)
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastrukut
dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar,
peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibuthkan untuk berfungsinya
sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Robert, 2005:9). Definisi teknik juga
memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan
infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan
pelayanan publik yang penting.
Sebagai salah satu konsep pola pikir dibawah ini diilustrasikan diagram
sederhana bagaimana peran infrastruktur. Diagram ini menunjuk bahwa secara ideal
lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi
diduku ng oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai obyek dan sasaran didukung
oleh sistem ekonomi.
Sumber : Pengantar Manajemen infrastruktur (Robert : 9)
Gambar 2.1
Hubungan antara sistem sosial, ekonomi, infrastruktur dan lingkungan alam yang harmoni.
Social System
Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan alam merupakan
pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur sebagai mediator
antara sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dengan
lingkungan alam menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang akan memberikan
dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya, infrastruktur yang terlalu berlebihan
untuk kepentingan umat manusia tanpa memperhatikan kapasitas daya dukung
lingkungan akan merusak alam yang pada hakekatnya akan merugikan manusia
termasuk makhluk hidup lain. Berfungsi sebagai suatu sistem sosial dan sistem
ekonomi, maka infrastruktur perlu dipahami dan dimengerti secara jelas terutama
bagi penentu kebijakan
2.3.3. Teori Pengeluaran Pemerintah
1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes
Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y= C+I+G merupakan
pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam
perekonomian tertutup. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional. Y
merupakan pendapatan nasional, C merupakan pengeluaran konsumsi, dan G
merupakan Pengeluaran pemerintah. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y
serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi
Pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional.
Menurut Keynes, untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian,
dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional, sehingga dapat
mengimbangi kecendrungan mengkonsumsi (C) dalam perekonomian.
Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam pengertian
fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara keseluruhan.
Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda dari peningkatan
pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana pemerintah melaksanakan
anggaran surplus dalam menekan pengeluaran pemerintah. Jika tujuannya adalah
untuk meningkatkan pengeluaran, maka pemerintah mengoperasikan anggaran defisit
dengan mengurangi pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah. Suatu
penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran
sirkulasi pendapatan nasional akan mengurangi permintaan agregat dan melalui
proses pengganda (multiplier effect) akan memberikan penurunan tekanan inflasi
ketika perekonomian mengalami peningkatan kegiatan yang berlebihan
(over-heating). Sebaliknya adanya peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan
penurunan dalam pajak, maka suatu suntikan (injection) ke dalam aliran sirkulasi
pendapatan nasional akan menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda
akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan.
2. Teori Wagner
Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang
semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian
apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan
timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan, dan sebagainya.
Hukum tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :
PPk
PkPP = Pengeluaran pemerintah per kapita
PPk = Pendapatan nasional per kapita
1,2,..,n = Indeks waktu (tahun)
Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic
theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas
bertindak, terlepas dengan masyarakat yang lain. Menurut Wagner, ada lima hal yang
menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu :
a. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan,
b. Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat,
c. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi,
d. Perkembangan demografi,
e. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan
pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industri-industri dan
hubungan antara industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks
Namun teori Wagner memiliki kelemahan yaitu tidak didasari pada teori pemilihan
barang-barang publik.
3. Teori Peacock dan Wiseman
Peacock dan wiseman mengemukakan perkembangan pengeluaran pemerintah
yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk
memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang
semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar,
sehingga teori peacock dan wiseman merupakan dasar dari pemungutan suara.
Peacock dan wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat
mempunyai tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat
memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah
membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka memiliki
kesediaan untuk membayar pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi
pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.
Dalam teorinya peacock dan wiseman menyatakan bahwa perkembangan
ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif
pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran
pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal,
meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang menjadi semakin
Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena ada perang,
maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang.
Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga harus meningkat, dan pemerintah
meningkatkan penerimaannya dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana
sawsta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek
pengalihan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan
aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Selain itu banyak aktivitas
pemerintah yang baru kelihatan setelah terjadinya perang, yang disebut efek inspeksi
(inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya
konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, yang disebut efek konsentrasi
(concentration effect).
Efek atau gangguan lain dari adanya gangguan sosial adalah apa yang disebut
dengan efek inspeksi yang timbul karena masyarakat sadar akan adanya hal-hal yang
perlu ditangani pemerintah setelah selesainya gangguan sosial tersebut.
Dalam teori peacock dan wiseman mereka mengemukakan bahwa adanya
toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan tetapi mereka tidak menyatakan
pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut.
2.4. Indeks Kepercayaan Konsumen
2.4.1. Pengertian Indeks Kepercayaan Konsumen
Indeks Kepercayaan Konsumen adalah indeks yang mengukur tingkat
akan menentukan kesehatan ekonomi dan bisnis suatu negara (Bank Indonesia).
Indikator ini disusun oleh Bank Indonesia.
2.4.2. Metodologi
Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan sejak
Oktober 1999. Sejak Januari 2007 survei dilaksanakan terhadap kurang lebih 4.600
rumah tangga sebagai responden (stratified random sampling) di 18 kota : Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang,
Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal
Pinang, Ambon dan Banten. Secara statistik dengan tingkat kepercayaan 99%, jumlah
sample tersebut memiliki sampling error 2%. Pengumpulan data dilakukan sebagian
melalui wawancara telepon dan sebagian lagi secara langsung kepada responden
secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100),
sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti
pesimis.
2.4.3. Keyakinan Dan Sikap Konsumen
Keyakinan dan sikap konsumen merupakan komponen psikologi konsumen
yang mempengaruhi perilaku konsumen baik itu dalam proses pengambilan
keputusan pembelian maupun perilaku dalam hal keputusan untuk tidak lagi
menggunakan produk. (Erna, 2008 : 93).
Secara sadar maupun tidak tindakan konsumen dipengaruhi oleh sikap dan
memiliki ekspektasi negatif terhadap kondisi perekonomian masa mendatang maka
secara sadar maupun tidak sadar akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk
melakukan pembelian. Konsumen cenderung menahan uang yang dimiliki sampai
benar-benar yakin kondisi ekonomi akan baik. Walaupun begitu beberapa ahli masih
berpendapat bahwa bagaimana sikap terbentuk dan sejauh mana pengaruhnya masih
merupakan misteri karena keseluruhan proses ini terjadi dalam benak konsumen.
2.4.4. Pengaruh Faktor Bukan Harga Atas Permintaan.
Hukum permintaan hanya menekankan perhatiannya kepada pengaruh harga
suatu barang kepada jumlah barang yang akan diminta sedangkan dalam kenyataan
sebenarnya banyaknya permintaan atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor
lain. Faktor-faktor tersebut adalah (Sahat, 2007 : 12) :
1. Selera
2. Banyaknya konsumen pembeli
3. Pendapatan konsumen
4. Harga barang-barang lain
5. Ekspektasi
Ekspektasi atau ramalan mengenai masa mendatang merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi permintaan yang berkaitan dengan kepercayaan
konsumen. Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa yang
akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa
harga-harga akan menjadi bertambah tinggi di masa depan akan mendorong mereka untuk
akan datang. Sebaliknya bahwa ramalan bekerja akan bertambah sukar diperoleh dan
kegiatan ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang lebih berhemat
dalam pengeluarannya dadn mengurangi permintaan.
2.5. Jumlah Penduduk
2.5.1. Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
Pertambahan penduduk bukanlah merupakan suatu masalah, melainkan
sebaliknya justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan
ekonomi. Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber
permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan
menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala
ekonomi (economics of scale) produk yang menguntungkan semua pihak,
menurunkan biaya–biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran
tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya
merangsang produksi agregat yang lebih tinggi lagi (Todaro, 2003 ).
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam
perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sumber daya alam, dan kapasitas produksi yang terpasang, dalam
masyarakat yang bersangkutan. Keempat faktor dinamika itu harus dilihat dalam
kaitan interaksinya satu dengan yang lainnya. Namun diantaranya peranan sumber