• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Perekonomian

Dalam dokumen BAB IV PEMBANGUNAN EKONOMI (Halaman 47-50)

D. KERANGKA EKONOMI MAKRO 1. Arah Kebijakan Ekonomi Makro

2. Gambaran Umum Perekonomian

Tanda-tanda pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat sejak tahun 1999 seperti tercermin dari: nilai tukar rupiah relatif stabil, antara Rp 7.500-8.000 per US$; laju inflasi cukup rendah, yaitu sebesar 2,0 persen; dan perkembangan sektor riil seperti produksi mobil dan motor, semen, konsumsi listrik, dan usaha retail yang terus meningkat.

Pemulihan dan pertumbuhan ekonomi secara berkesinam bungan akan tergantung pada stabilitas. Pada tahun 2000 laju inflasi diperkirakan akan mencapai sekitar 7-9 persen, kemudian terus menurun hingga mencapai sekitar 3-5 persen pada tahun 2004 (lihat Tabel 1). Laju inflasi yang relatif masih cukup tinggi pada tahun-tahun awal didorong oleh rencana kenaikan harga-harga yang dikendalikan oleh pemerintah (administered prices) seperti harga-harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL). Rencana kenaikan tersebut sulit dihindarkan karena bebannya yang cukup berat bagi keuangan negara.

Stabilitas ekonomi juga terlihat pada rendahnya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama terhadap dolar Amerika. Sejak diberlakukannya regim mengambang bebas (flexible exchange rate regime), stabilitas nilai tukar rupiah hanya dapat dipengaruhi melalui kebijakan fiskal dan moneter melalui pengendalian tingkat inflasi. Secara keseluruhan, kebijakan fiskal yang ditempuh dalam tahun 2001 masih bersifat ekspansif. Sedangkan kebijakan moneter yang ditempuh masih ketat. Dalam tahun-tahun berikutnya, seiring dengan pulihnya sektor perbankan dan sektor riil, arah kebijakan tersebut akan menjadi berbalik mengarah pada anggaran negara yang berkesinambungan (fiscal sustainability). Dengan kombinasi kebijakan fiskal dan moneter tersebut, stabilitas harga diperkirakan dapat terkendali. Sejalan dengan itu, nilai tukar rupiah diperkirakan menguat secara bertahap dan relatif stabil dalam kisaran Rp 6.500-7.500 per US$ dalam tahun 2004.

Prospek ekonomi juga akan dipengaruhi oleh harga ekspor minyak mentah Indonesia. Dalam tahun 2000 harga ekspor minyak mentah diperkirakan sekitar US$ 26,9 perbarel. Dalam tahun-tahun berikutnya harga ekspor minyak mentah diperkirakan menurun secara bertahap menjadi US$ 20 per barel pada tahun 2004.

Awal pemulihan ekonomi akan didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi masyarakat dan pemerintah sebagai stimulus perekonomian. Sejalan dengan meningkatnya kinerja ekspor, makin pulihnya fungsi intermediasi perbankan, dan makin terselesaikannya restrukturisasi utang perusahaan, kegairahan investasi diperkirakan mulai timbul dalam tahun 2001. Ini tercermin pada peran investasi masyarakat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang mulai meningkat dalam tahun 2001, yakni sebesar 1,7 persen. Dalam jangka menengah, peran investasi masyarakat dalam pertumbuhan akan terus meningkat hingga mencapai 3,3 persen pada tahun 2004. Sementara itu, peran konsumsi masyarakat masih relatif tinggi sebagai cerminan dari peningkatan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan kecenderungan di atas, perekonomian nasional diperkirakan berangsur-angsur pulih dan berkembang secara berkelanjutan dengan landasan yang cukup kuat untuk

menghadapi kemungkinan gejolak di masa datang. Pada tahun 2000 perekonomian nasional diperkirakan tumbuh sebesar 4-5 persen. Dalam periode 2001-2004, perekonomian diperkirakan terus tumbuh dalam kisaran 4,5-5,5 hingga 6-7 persen per tahun. Berdasarkan perkiraan harga konstan tahun 1998, pendapatan per kapita pada tahun 2004 diperkirakan meningkat hingga sekitar Rp 5,9 juta, lebih tinggi dibandingkan pendapatan per kapita sebelum krisis (tahun 1996) yang mencapai Rp 5,5 juta.

Peran investasi dalam mendorong perkembangan ekonomi diperkirakan meningkat. Rasio total investasi terhadap Produk Nasional Bruto (PNB) yang merosot menjadi 12,5 persen dalam tahun 1999 akan terus meningkat hingga mencapai 28,3 persen dalam tahun 2004. Adapun investasi masyarakat yang menurun drastis hingga hanya mencapai 7,2 persen dari PNB dalam tahun 1999 akan terus membaik dan mencapai 23,8 persen dalam tahun 2004.

Investasi dibiayai dari tabungan dalam dan luar negeri. Peranan tabungan masyarakat yang menurun hingga sekitar 12 persen dalam tahun 1999 diperkirakan terus membaik hingga mencapai 21,2 persen dari PNB dalam tahun 2004. Di samping peningkatan kesejahteraan masyarakat, kenaikan tabungan ini sekaligus mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan yang terus membaik. Sementara itu, peranan tabungan luar negeri terhadap pembiayaan investasi hingga tahun 2004 masih akan lebih rendah dibandingkan keadaan sebelum krisis, yakni sebesar 1,1 persen dari PNB. Hal ini menandakan bahwa upaya untuk menggali sumber pendanaan dalam negeri terus dilakukan guna membiayai kebutuhan investasinya.

Keberhasilan pembangunan ekonomi seperti diuraikan di atas akan menghasilkan fundamental ekonomi yang semakin kukuh dalam menghadapi gejolak eksternal di masa datang. Hal ini tercermin pada beberapa indikator ekonomi makro sebagai berikut.

Pertama, terjaganya keseimbangan neraca pembayaran. Transaksi berjalan yang dalam masa krisis mengalami surplus akan berbalik menjadi defisit mulai tahun 2004. Defisit ini terjadi akibat impor yang semakin meningkat sejalan dengan pulihnya kegiatan sektor produksi. Pada tahun 2004 rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB diperkirakan sekitar 1,1 persen. Tingkat defisit ini masih dalam batas yang aman serta lebih rendah dibandingkan sebelum krisis. Namun dengan meningkatnya investasi, terutama dalam bentuk penanaman modal asing, secara keseluruhan neraca pembayaran tetap terjaga keseimbangannya. Cadangan devisa akan terus meningkat setara dengan sekitar 5,3 bulan impor pada tahun 2004.

Kedua, meningkatnya ketahanan fiskal. Anggaran negara diperkirakan masih akan mengalami defisit cukup besar pada tahun-tahun awal dan kemudian secara bertahap menjadi surplus pada tahun 2004. Defisit anggaran negara yang cukup besar dalam kurun waktu tersebut diarahkan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional melalui stimulus fiskal mengingat sektor swasta masih dalam tahap rehabilitasi dan konsolidasi. Perubahan struktural dari defisit menjadi surplus tersebut mencerminkan upaya untuk menjaga ketahanan dan kesinambungan APBN (fiscal sustainability).

Ketiga, menurunnya rasio stok utang pemerintah terhadap PDB. Rasio stok utang pemerintah terhadap PDB, yang mencakup utang luar negeri dan dalam negeri, diperkirakan terus menurun dari 101 persen dalam tahun 1999/2000 menjadi sekitar 46 persen dalam tahun 2004. Ini menandakan bahwa pemerintah terus berupaya untuk lebih mandiri dalam membiayai pembangunannya.

Keempat, makin kukuhnya fundamental sektor moneter dan keuangan, tercermin dari terkendalinya laju inflasi pada tingkat yang tidak jauh berbeda dengan laju inflasi dunia; makin

stabilnya nilai tukar mata uang sejalan dengan meningkatnya kepercayaan terhadap rupiah; serta menurunnya suku bunga di dalam negeri seiring dengan berkurangnya faktor resiko investasi.

Tabel 1

Ringkasan Perkiraan Kerangka Ekonomi Makro1) Proyeksi Indikator

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Perkiraan Indikator Pokok

Laju Inflasi, Indeks Harga

Konsumen (%) 2,0 7-9 6-8 5-7 4-6 3-5

Nilai Tukar (Rp/US$) 7.809 7.000- 7.000- 6.500- 6.500- 6.500- 8.000 8.000 7.500 7.500 7.500 Perubahan Kurs Riil Rupiah

(%) 2)

Tahunan -6,2 -3,1 -10,2 -3,9 -9,3 -1,9

Terhadap Tahun 1996/97 62,0 54,2 38,5 33,2 20,7 18,4 Suku Bunga Deposito 6

Bulan (%) 21,5 12,0 11,2 11,1 11,0 10,9 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0,3 4-5 4,5-5,5 5-6 6-7 6-7 PDB per Kapita Nominal (US$) 691 760 912 1.011 1.196 1.312 Riil (ribu Rp) 3) 4.785 4.929 5.111 5.328 5.583 5.873 Transaksi Berjalan/PDB (%) 4,0 4,8 3,7 1,8 -0,0 -1,1 Surplus/Defisit APBN/PDB (%) 4) -3,9 -3,4 -3,7 -2,2 -0,7 1,5

Stok Utang Pemerintah/PDB (%) 4)

101,2 99,2 86,3 76,3 63,9 45,7

Utang Luar Negeri 46,3 48,6 41,1 35,5 28,5 24,8

Sumbangan thd Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi (%) 0,3 4-5 4,5-5,5 5-6 6-7 6-7 Konsumsi 2,6 0,9 1,0 2,6 3,0 3,8 Masyarakat 2,5 1,4 1,8 2,6 3,0 3,8 Pemerintah 0,0 -0,5 -0,8 -0,0 -0,1 0,0 Investasi -5,3 0,4 2,0 2,6 3,6 3,1 Masyarakat (termasuk perubahan stok) -5,6 0,6 1,7 2,4 3,1 3,3 Pemerintah 0,4 -0,2 0,3 0,2 0,5 -0,2 Ekspor, Neto 3,0 3,2 2,2 0,5 -0,2 -0,2 Ekspor -11,3 1,3 2,3 1,1 0,8 1,0 Impor 14,3 1,9 -0,1 -0,6 -1,0 -1,3 Investasi dan Sumber

Pembiayaan (%)

(Rasio terhadap PNB)

Investasi Total (termsk perubahan stok) 12,5 19,3 20,5 22,2 24,7 28,3 Pemerintah 5,3 4,7 4,9 4,8 5,1 4,5 Masyarakat 7,2 14,6 15,7 17,4 19,6 23,8 Tabungan Total 12,5 19,3 20,5 22,2 24,7 28,3 Tabungan Nasional 13,3 24,1 24,2 24,0 24,7 27,2 Pemerintah 1,7 0,3 1,1 2,7 4,5 5,9 Masyarakat 11,6 23,8 23,1 21,3 20,2 21,2

Tabungan Luar Negeri -0,8 -4,8 -3,7 -1,8 0,0 1,1

1)Perbedaan satu digit di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.

2)Tanda positif menunjukkan depresiasi dan tanda negatif menunjukkan apresiasi. 3)Berdasarkan perkiraan harga konstan tahun 1998.

4)Tahun 1999 merupakan tahun anggaran 1999/2000 (1 April 1999 – 31 Maret 2000). Adapun tahun anggaran 2000 berlaku 1 April 2000 – 31 Desember 2000. Untuk tahun 2001 dan seterusnya, tahun anggaran sama dengan tahun kalender.

Dalam dokumen BAB IV PEMBANGUNAN EKONOMI (Halaman 47-50)

Dokumen terkait