• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Subjek Penelitian

Dalam dokumen STUDI AWAL MENGENAI DONGENG SEBAGAI METO (Halaman 64-72)

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Pelaksanaan Penelitian

2. Gambaran Subjek Penelitian

Enam orang anak dipilih peneliti sebagai subjek penelitian dongeng sedangkan wawancara dilakukan kepada significant persons dari keenam anak-anak tersebut.

Significant persons ini terdiri atas orang tua anak baik bapak atau ibu serta guru anak di sekolah (ww.08 dan ww.09) yang bersedia untuk diwawancarai dan menandatangani informed consent penelitian.

Tabel 4.4. Subjek Penelitian

No. Subjek/Signifant Persons An.N/ Ny.Sp An.My/ Tn.S An.Ta/ Ny.Ng An.E/ Ny.Mu An.Ar/ Ny.Sar An.Nd/ Ny.Si Kriteria 1 Traumatic Events 2 Menetap - - 3 Informed Consent 4 Usia 11 th 10 th 10 th 9 th 9 th 9 th 5 Kemampuan mengekspresikan perasaannya 6 Orang tua bersedia diwawancarai

Jadwal Wawancara 16Sept

06 16Sept 06 15Sept 06 15Sept 06 14Sept 06 14Sept 06 Koding pada lampiran

verbatim ww.01. OT.P.P.B ww.02. OT.L.P.B ww.03. OT.P.P.B ww.04. OT.P.P.B ww.05. OT.P.P.B ww.06. OT.P.PB

Penelitian dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan subjek untuk dongeng yang akan diberikan secara intensif selama delapan hari melalui media TPA. Penelitian dalam situasi bencana tidak seperti penelitian lain, karena sangat

dibatasi oleh waktu, sebelum melakukan dongeng peneliti mendapatkan pelatihan dari Bimo Suryono seorang pendongeng nasional.

Dalam melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu membina rapport terhadap significant persons hal ini semakin mudah karena Dusun B, sudah beberapa kali peneliti kunjungi dan dengan bantuan informan dari An.S anak dari Ny.Sp, proses membina rapport juga semakin mudah karena peneliti tinggal di Dusun B, selama 18 hari sejak masa persiapan observasi awal, pemberian dongeng dan masa wawancara, sehingga dapat menambah pengetahuan penelitian tentang gambaran Dusun B pascagempa serta keluarga dalam kembali ke kehidupan pasca bencana.

a. Subjek pertama

An.N berusia sebelas tahun duduk di kelas lima, mempunyai prestasi yang baik di sekolah, An.N mengikuti berbagai kegiatan di sekolah seperti karawitan, pramuka, TPA dan kelas komputer. An.N adalah anak ketiga dari Ny.Sp pada saat terjadinya gempa An.N sedang sarapan pagi di rumahnya bersama Ny.Sp dan An.P kakak laki-lakinya.

Significant persons

Ny.Sp. orang tua dari An.N (11 th) sehari-hari bekerja sebagai guru SD begitu pula dengan suaminya. Di rumahnya ia mempunyai tanggungan keluarga tujuh orang yaitu tiga orang anak: An S (20 th) mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM sekaligus informan peneliti, An.P (16 th) siswa kelas satu SMK Bantul dan An.N (11 th), serta kedua orang tua Ny.Sp (simbok dan bapak).

Ny.Sp sekeluarga merupakan penduduk asli Dusun B, beliau tinggal dalam lingkungan keluarga yang saling bertetanggaan. Pada saat terjadinya gempa 27 Mei 2006 Ny.Sp dan kedua anak (An.N dan An.P) sedang makan pagi sebelum beraktivitas di sekolah lalu mereka merasakan getaran yang sangat keras, mereka spontan lari keluar rumah sampai terjatuh di halaman, suami Ny.Sp mengikuti saat berada di luar Ny.Sp teringat kedua orang tuanya yang masih berada di dalam kamar, simbok tidak sadarkan diri karena kepalanya kejatuhan tembok, lalu Ny.Sp segera membawa simbok ke rumah sakit sedangkan An.N dan An.P mereka titipkan di keluarga besar yang saat itu memilih untuk menyelamatkan diri ke tengah sawah.

Ny.Sp dan suami yang saat itu membawa simbok ke rumah sakit (RS) ternyata tidak dilayani karena RS dalam keadaan lumpuh (tidak berjalan), akhirnya kembali berkumpul bersama keluarga besarnya mengungsi di tengah sawah, pada saat terjadinya issu tsunami pun Ny.Sp dan keluarga memilih tidak lari dan hanya bertawakal kepada Allah SWT, mereka tinggal di tengah sawah selama 10 hari pada masa itu mengalami kehujanan, kedinginan, bingung dan sempat mengalami sulit tidur, kemudian mulai kembali kerumah dan membangun bilik (rumah dari bilik bambu). Kondisi rumah Ny.Sp hanya mengalami kerusakan di bagian dapur dan bagian kamar simbok. Dua bulan pasca gempa Ny.Sp sudah mampu memperbaiki rumahnya kembali.

b. Subjek kedua

An.My (10 tahun), ia duduk di kelas empat SD pada saat gempa, kedua orang tuanya juga merupakan penduduk asli dusun B. Ia adalah anak pertama dari tiga

bersaudara, adiknya An.B berusia lima tahun dan An.M berusia tiga tahun. Prestasi di sekolahnya biasa saja, ia mengikuti kegiatan pramuka dan TPA di sekolah sampai dengan tiga bulan pascabencana, An.My masih takut untuk masuk kedalam rumahnya.

Significant persons

Bp.S adalah orang tua dari An.My, pekerjaannya sebelum gempa yakni buruh tani dan buruh bangunan, Bp.S mempunyai tanggungan lima orang yaitu istri dan tiga orang anaknya. Pasca terjadinya gempa Bp.S mengaku kehidupannya semakin sulit karena banyak terjadi pengangguran dan tidak ada lapangan pekerjaan baginya. Sebelum gempa keluarganya terbantu dari hasil warung yang dibuatnya dibagian belakang rumah namun pada saat gempa, dapur, kamar dan warung rumahnya roboh. Bp.S pun tertimpa genting dalam gempa tersebut, keluarga Bp.S sempat berlari kearah utara sampai dengan Patalan pada saat terjadi issu tsunami, mereka kemudian mengungsi di lapangan desa selama sampai kemudian mendirikan tenda di depan rumah mereka pada saat penelitian dilakukan Bp.S dan keluarga mulai menempati rumah mereka di siang hari, namun mereka mengaku bahwa sampai sekarang yang masih membuat takut yaitu issu bahwa Bantul akan terbelah dua dan berubah menjadi danau.

c. Subjek ketiga

An Ta (10 tahun) adalah anak kedua dari empat bersaudara dari Ny.Ng, kedua orang tuanya telah bercerai sehingga An.Ta hanya tinggal bersama kedua adik dan ibunya sedangkan kakak pertama tinggal bersama bapaknya. An.Ta sebelum terjadinya gempa mengikuti kegiatan seperti menari dan TPA di sekolah, prestasi

sekolahnya biasa saja, pada saat terjadinya gempa AN.Ta sedang bersama adik laki-lakinya An.H mencari daun mlinjo untuk dibuat sayur lalu ia merasa seperti ada truk besar lewat dan tanah mulai bergerak-gerak, An.Ta menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam masjid dan ia berdoa di dalam masjid tersebut.

Significant Persons

Ny.Ng ibu dari empat orang anak semenjak bercerai dari suaminya bekerja sebagai juru masak di sebuah rumah makan di Bantul, sebelum terjadinya gempa ia terbantu oleh bapaknya yang menjaga anak-anaknya selama ia bekerja, namun gempa yang terjadi dini hari tersebut menewaskan bapaknya serta mencelakai dirinya dan simboknya. Pada saat ini Ny.Ng belum kembali bekerja karena tidak ada yang mengasuh anak-anaknya, apalagi semenjak gempa An.G masih merasa takut apabila ibunya meninggalkannya, mereka sempat mengungsi di lapangan desa, kondisi rumah Ny.Ng roboh seluruhnya, ia tinggal di tenda putih yang diperuntukkan bagi keluarga yang anggota keluarganya meninggal.

d. Subjek keempat

An.E (8.5 tahun pada saat gempa) duduk di kelas tiga SD, orang tuanya Ny. Mu mempunyai dua orang anak, An.E dan An.A yang berusia empat tahun. An.E tergolong berprestasi di sekolah pada saat gempa terjadi An.E sedang berada di dalam rumah, ibunya lari menyelamatkan diri keluar sementara adiknya An.A diselamatkan oleh simbah (orang tua Ny.Mu) prestasi An.E sempat turun diakui oleh Ny.Mu karena ketiadaan buku dan kondisi belajar yang menurut Ny.Mu tidak kondusif pascagempa.

Ny.Mu merupakan penduduk asli dusun B, namun ia sempat bekerja di Jakarta kemudian menikah, setelah menikah ia tinggal di jakarta dan sempat delapan bulan tinggal di Kalimantan. Suaminya saat ini bekerja sebagai karyawan di sebuat toko di Bantul. Jumlah tanggungan di rumahnya enam orang yaitu: simbah, adik Ny.Mu, dan Ny.Mu dan kedua orang anak yaitu An.E dan An.A, untuk membantu ekonomi keluarga Ny.Mu mengerjakan sawah milik ibunya (simbah). Kondisi rumahnya pasca gempa mengalami kerusakan di bagian dapur yaitu dindingnya roboh, pada saat terjadinya gempa suami Ny.Mu sudah berangkat bekerja saat itu di jalan raya ia melihat mobil terguling, dan ia panik lari ke rumah karena teringat istri dan anak-anaknya, sementara itu Ny.Mu sedang di dapur mencuci piring saat ia mendengar suara yang sangat keras seperti suara helikopter, Ny.Mu pun menyadari keadaan berbahaya dan langsung lari keluar, An.A dibawa oleh simbah sedangkan An.E bisa menyelamatkan dirinya sendiri, adik Ny.Mu sempat terjebak dalam rumah dan baru keluar setelah gempa berlangsung. Ny.Mu pun bertemu dengan suaminya, ia merasa sangat bersyukur keluarganya selamat, mereka menyelamatkan diri ke atas sekolah SMP saat terjadi issu tsunami, Ny.Mu beserta keluarga pun kemudian mengungsi di lapangan desa selama 18 hari kemudian mereka kembali ke desa dan membangun rumah gedhek.

e. Subjek kelima

An.Ar (8 th) duduk di kelas tiga sekolah dasar, mengikuti banyak kegiatan di sekolah seperti pramuka, TPA dan mempunyai prestasi sekolah yang baik, pada saat terjadinya gempa An.Ar sedang berada di rumah untuk sarapan pagi sebelum berangkat, tiba-tiba terasa getaran yang sangat keras, An.Ar pun keluar bersama

ibu dan An.An kakaknya dan seorang sepupunya. Saat menyelamatkan diri Ny.Sar hampir tertimpa dinding rumah tetangga yang roboh pengalaman ini membuat An A sangat takut untuk kembali ke rumah.

Significant Persons

Ny.Sar ibu dari dua oranga anak: An.An dan An.Ar sebelum gempa bekerja di pabrik peci di Bantul sedangkan suaminya bekerja di pabrik rokok, jumlah tanggungan keluarga lima orang, pasca gempa Ny.Sar tidak lagi bekerja namun ia membuka usaha kios pulsa didepan rumahnya. Gempa yang terjadi dini hari tidak merobohkan rumahnya hanya retakan pada beberapa tembok, namun Ny.Sar masih sering pusing apabila ada orang yang menceritakan tentang gempa. Hal ini disebabkan karena Ny.Sar memiliki lemah jantung dan sering pingsan apabila mendengar sesuatu yang mengejutkan. Pasca gempa Ny.Sar sempat berlari kearah utara karena khawatir akan tsunami, mereka pun mengungsi di lapangan Dwi windu, Bantul, namun tidak lama karena An.Ar ingin kembali sekolah dan bermain bersama teman-temannya. Mereka pun membangun rumah dari bilik di halaman rumahnya, rumah sudah mulai dipakai pada siang hari.

f. Subjek keenam

An.Nd anak ketiga dari tiga bersaudara putri Ny.Si, saat gempa berada di dalam rumah, Ny.Si sehari-hari bekerja sebagai pedagang ikan keliling pada saat gempa terjadi sedang berangkat ke pasar, Ny.Si pun merasa tidak enak dan kembali kerumahnya, suaminya tertimpa tembok di kepalanya sehingga mendapatkan perawatan yang cukup serius, sampai saat ini An.Nd masih takut untuk masuk kedalam rumah kondisi rumahnya roboh , dan mereka tinggal di sisa

rumahnya dengan mendirikan tenda. Ny.Sar sempat tinggal dirumah saudaranya di Godean dan terpikir untuk menetap namun anak-anaknya merasa tidak betah dan tidak punya teman sehingga walaupun sudah didaftarkan sekolah disana Ny.Si kembali ke dusun B.

g. Subjek ketujuh (guru sebagai significant persons anak)

Bp.Wr 56 tahun adalah kepala sekolah di SD Panjang, di SD inilah keenam orang anak korban gempa bumi 27 Mei 2006 mengenyam pendidikan. Bp.Wr tinggal di daerah Srihardono di dusun Piring, dusun ini terletak berbatasan langsung dengan dusun Badan di sebelah barat. Wawancara dilakukan dengan Bp.Wr untuk mengungkap bagaimana kondisi sekolah sebelum dan sesudah terjadinya gempa 27 Mei 2006. Termasuk didalamnya mengenai kegiatan-kegiatan sekolah yang aktif dilakukan sebelum terjadinya gempa, perubahan perilaku anak-anak serta mengenai keadaan Bp.Wr sebagai seorang survivor. Pasca terjadinya gempa 27 Mei 2006 SD Panjang mendapatkan bantuan berupa tenda maupun permainan dari Kardi Foundation. Bp.Wr merasa bantuan ini berperan penting untuk mengembalikan keceriaan siswa-siswi SD Panjang. Pasca terjadinya gempa belum banyak kegiatan sekolah yang berjalan hal ini disebabkan banyaknya anak-anak yang takut untuk masuk ke ruangan sekolah serta rusaknya fasilitas sekolah seperti : buku, lemari, fasilitas drum band, karawitan dsb. Wawancara dilakukan dalam suasana yang cukup akrab, berlokasi di dalam ruangan kepala sekolah Bp.Wr berusaha keras untuk membuat anak tidak takut masuk ke dalam kelas, dalam wawancara sempat terganggu akan adanya interupsi dari guru yang masuk, Bp.Wr mengungkapkan keinginannya

yang sangat dalam agar para guru-guru di SD nya bisa mendapatkan pelatihan mendongeng sehingga dapat memberikan penghiburan kepada anak-anak serta mengembalikan kembali keceriaan anak-anak didik.

h. subjek kedelapan (guru sebagai significant persons anak)

Ny.Sj, 42 tahun telah menjadi guru sejak tahun1980, pada saat ini tinggal di Kretek. Ny.Sj sendiri asli dari Magelang, mempunyai dua orang anak yang masih berada di bangku SMP dan TK. Pada saat terjadinya gempa Ny.Sj sedang melakukan aktivitas sehari-hari, sempat merasa panik karena anak sulungnya terjebak di kamar mandi, ia kemudian mengungsi di tempat keluarganya di Magelang. 15 hari pasca terjadinya gempa Ny.Sj mulai bergerak mencari bantuan dari posko Merapi di Magelang, ia pun aktif membantu tetangga-tetangganya dengan mencarikan bantuan tenda, makanan maupun relawan.

Wawancara ini bertujuan untuk mengungkap perubahan perilaku anak-anak sebelum dan sesudah terjadinya gempa 27 Mei 2006. Selaian itu dalam wawancara ini pula diungkap reaksi Ny.Sj yang juga seorang survivor gempa. Wawancara dilakukan di waktu istirahat sampai waktu masuk pelajaran, beberapa kali terdengar suara anak-anak yang riuh karena belajar di halaman sekolah, sebelum gempa Ny.Sj mengampu kelas 5 sedang pasca terjadinya gempa mengampu kelas 6. Ia dan guru-guru lain merasa sangat prihatin kepada murid-murid maupun fasilitas sekolah yang turut rusak akibat terjadinya gempa.

Dalam dokumen STUDI AWAL MENGENAI DONGENG SEBAGAI METO (Halaman 64-72)

Dokumen terkait