• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Succesfull Aging Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

4.2 Deskripsi Hasil

4.2.1 Gambaran Succesfull Aging Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

depan wisma 11 panti sosial tresna werdha budi luhur jambi dikarena wisma yang lagi ada lanjut usia lain. Setelah dirasa didalam wisma sudah aman wawancara di lanjutkan di dalam wisma.

Pada saat proses wawancara D menggunakan gamis merah dengan jilbab hitam. sebelum dilakukan wawancara, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan, mengapa D diambil jadi partisipan dan dilanjutkan penjelasan informed consent yang ditandatangani oleh partisipan. Setelah informed consent di tandatangani peneliti memohon izin untuk merekam proses percakapan selama wawancara berlangsung.

Pada saat wawancara D terlihat sedih dengan mata yang berkaca ketika menceritakan masa lalunya, selain itu D juga meninggikan suara ketika menceritakan sikap lansia lain yang menuduhnya pacaran dengan lanjut usia lain.

Dan ketika D menceritakan kegiatan apa yang dilakukannya D menujukan arah tempat yang dibersihkannya. Setelah selesainya wawancara, tak lupa peneliti berterima kasih dan meminta persetujuan untuk melakukan wawancara kembali jika ada data yang perlukan. Terkahir, peneliti memberikan reward kepada D sebagai tanda terima kasih.

Pasrtisipan H, dan D juga mengungkapkan kondisi kesehatan yang dialaminya seperti H yang memiliki riwayat penyakit dan D yang merasakan kondisi kesehatan yang membaik walaupun memiliki penyakit dan pantangan makanan.

“rematik, darah tinggi, kepalak sakit, dari darah tinggi tuh lah” (H, 269-271).

“darah tinggi jugo selamo disiko, tambah sakit kepalak selamo disiko lah, kalo dikampung dak, dakdo, kalo demam, demam lah demam ayam, demam tapi awak kerjo nyangkul, ngerumput, dakdo demam malah”(H, 654-660)

“kesehatan sekarang ko sedang elok lah, baik lah, ado darah tinggi lah ado kurang lah, mag aku nih ado lah kurang, kadang tibo-tibo sakit nyucuk-nyucuk”(D, 202-207)

“kalo rematik kan kacang buncis dak boleh makan, jeroan dak boleh makan, santan dak boleh makan, banyak jenis makan, jeroan nih nambah tensi kan, buncis tuh rematik makan tu, dimakan gek mera so”(D, 367-374)

(Jeroan = jamur)

4.2.1.2 Fungctional-well

Fungctional-well merupakan Keberfungsian yang baik, keberfugsiaan disini dibagi menjadi 3 yaitu keberfungsian fisik, kognitif dan psikis. Individu yang dapat dikatakan Succesfull Aging salah satunya adalah memiliki fungctional-well. Keberfungsian fisik adalah kondisi tubuh individu yang dapat beraktivitas secara fisik dengan baik yang dapat dilihat dari aktivitas sehari-hari seperti bergerak, berjalan.

Partisipan A mengungkapkan keberfungsiaan fisik dengan Rajin dalam mengikuti kegiatan yang telah ditetapkan bagi lanjut usia, dan aktivitas yang bermanfaat dengan bersih-bersih, bahkan A menyempatkan waktu di hari minggu untuk jogging dan berjalan kaki pergi ke jamtos.

“kalo senin libur, kalo hari selasa ceramah mushola, kalo rabu ado yang berobat , kamis dinamika kelompok ado masalah gitu atau ape di aula, kalo hari jumat ya gini gotong royong ah, kalo sabtu olahraga.”(A, 377-384)

“lingkungan nih bae,bersihin mushola, bersihin aula, kantor, pokoknya ada waktu itu sehat semua nenek kerjain,”(A, 251-255)

“kalo sabtu olahraga. Kalo minggu kosong pergi jogging jalan-jalan… kadang nenek kalo ado sumbangan duit lebih pergi ke jamtos jalan kaki pulang pergi”(A, 384-386)

Sama halnya dengan partisipan A partisipan H dan D juga memanfaatkan waktu kosong setelah kegiatan dengan melakukan bersih-bersih lingkungan dari lingkungan wisma sampai lingkungan sekitar panti.

“masuki galo lah kegiatan, olahraga , berobat, pengajian, masuk galo”(H, 719-721)

“nyapu ngepel, nyapu keliling ko, ngepel, ini belum nyapu budak ko, sapu kemaren lah,”(H, 562-566)

“kalo dakdo gawe yo kerjo dalam rumah lah ni , cabut rumput, tadi pagi lah sudah ngepel”

“Nenek lah yang ngepel ngelap kaco nek lah yang kerjo, lingkungan nih nek lah yang bersih, nek lah galo”(D, 24-26)

“Itulah kegiatan sehari-hari kalo dapek rumah disapu, ngepel 2x seminggu, kalo kaco kotor nak di pel pulak, gorden awak nyuci,”(D, 290-294)

Selanjutnya keberfungsian kognitif yaitu fungsi kognitif pada lanjut usia yang dapat berfungsi dengan baik yang melibatkan aspek memori, baik itu jangka pendek atau jangka panjang. Partisipan A menyebutkan bahwa dirinya tidak pernah lupa dengan kegiatan yang yang ditetapkan oleh panti, A juga menceritakan pengalaman-pengalaman yang telah dialaminya baik itu positif atau negatif dan tempat yang pernah dikunjunginya.

“ndak, kalo nenek insyallah ndak pernah lupe, ape pekerjaan, apa tugas hidup ini, dak pernah.”(A, 434-438)

“ado agustus kan orang hari lansia kan di meriah, di bikin, di panggil ke rumah dinas gubernur tuh disano olahraga, dulu waktu masih guberur zumi zola tuh”(A, 435-440)

“taman seribu payung dihutan ape tuh, sudah lah keliling liling mane tuh temepatnyo”(A, 457-460)

“betengkar, becekak, saling semuo kebun binatang keluar semuonyo, mulut kotor-kotor nauzubilah,”(A, 1141-1146)

Partisipan H juga menjelaskan pengalaman nya semasa sebelum masuk ke panti bersama teman-teman bekerja, pada waktu meninggalnya orangtua H, H menejalaskan tempat tinggal anaknya dan menceritakan kebiasaan yang dilakukan teman siwismanya.

“nunggu kebon katonyo tanamannyo banyak tinggal, biak lah kato aku, sedekah aku”(H, 526-529)

“lah lamo ninggal nyo, sebelum pki masuk, dak lamo dio ninggal pki masuk”(H, 120-123)

“tanjung raden, dekat lah samo ulak kemang dak jauh dak”(D, 189-190)

“dio malam balik malam ngepel, nyuci malam, ngepel malam, nah sore kagek dio ngepel”(D, 828-831)

Partisipan D juga menjelaskan pengalamannya ketika sebelum masuk panti, D juga menjelaskan bahwa dia ditinggal orang tuanya dari kecil. Selain itu D juga mengingat kenangan saat mengurus ketiga anaknya, dan kenangan meninggalnya orang yang menelantarkan anaknya yang 3 karena dijanjikan menyekolahkan.

“awak umur 3 tahun mak lah mati, samo sapo lah kami tingga samo nenek lanang bini nyo dak beranak nyo lah yang nguruh nenek, ha kalo bapak mak mati dapat betino cantik kawin dengan urang tuh, umur 3 tahun umur awak ditingga wek mak”(D, 409-514)

“ya, mudo dulu lah capek di kampung, capek, apo arti capek ngidup anak 3 laki mati mudo, laki pertamo tuh anak 3, kerjo sawah orang ntah panas ntah hujan, capek 7 tujuh tahun merando”(D, 715-721)

“mati merana bapak urang yang bawanyo tuh, mati surangnyo dirumah, lah bau buntang, apo lah yang bauk kato urang nah dihentang urang pintu rumah nah urang nengok lah mati”(D, 765-771)

(mati sensara bapak orang yang bawanya tuh, mati sendiri dirumah, lah bau Bangkai, apa lah yang bau kata orang nah di tending orang pintu rumah nah orang lihat lah mati)

Selanjutnya Keberfungsian Psikis yaitu mampu mengendalikan emosi dan menggunakan emosi dengan baik. Partisipan A mengungkapkan bahwa dirinya merasakan bahagia dapat melakukan aktivitas bersih-bersih, Partisipan H juga menjelaskan adanya rasa senang dan sedih yang dirasakannya. Selain itu Partisipan D juga merasakan emosi takut, sedih dan marah.

“nenek senang lah”(A, 114)

“jadi yang pernah bantu-bantu nenek tuh orangnya cepat meninggal, nah itu jadi sedih” ( A, 621-624)

“enak lah senang disini”(H, 132)

“mencari makan susah, kalo tempat tiduk tuh banyak, tempat penginapan mencari makan tuh lah susah, sedih diceritoin”(H, 313-317)

“orang Palembang, takut di bikin orang, ilmu tubuh dakdo, dibunuh orang”(D, 75-77)

“y sekarang nak gimano lagi kalo dulu sedih”(D, 599-600)

“nenek yang cerito, nenek lanang ku yang induk nih, adik bapak mak kami, mati dikerjo. itu lah aku dak mau, sedih hati aku cerito”(D, 619-623)

“dijahilin marah lah aku kalo dak yo dak lah”(D,830-831)

4.2.1.3 Penerimaan Diri

Penerimaan diri pada lanjut usia adalah lanjut usia menyadari keadaannya dan mampu menerima kekurangan dan kelebihan.Partispan A menyadari akan kondisi kesehatan dan dan menerima jika dia akan diberikan sakit. Partisipan H juga mengungkapkan bahwa dirinya menyadari dan menikmati keadaaannya yang sekarang. Sama halnya dengan partisipan A dan H, D juga mengungkapkan bahwa dirinya menerima jika diberikan sakit.

“aku tuh gini, ya allah lagi sehat aku, mampu aku kerjain, nanti kalo sudah sakit tak ape, jadi jangan menyesal”(A, 1206-1209)

“dakdo, nikmati be yang sekarang”(H, 575-576)

“mudah-mudahan kalo nek sehat sehat lah, kalo sakit-sakit lah, kalo tuhan nak ngambik e nenek pasrahkan, kalo nyo nak nyruh nek sehat sehat”(D, 488-492)

4.2.1.4 Hubungan Positif Dengan Orang Lain

Pada tema Hubungan positif dengan orang lain menjelaskan pentingnya hubungan yang baik dengan lingkungan dengan siapapun itu. dengan hubungan yang baik menimbulkan adanya rasa peduli, empati, dan suka berbagi. Partisipan H menjelaskan bahwa H sering kumpul dan berbagi cerita dengan teman di wisma lain dan suka berbagi dengan teman sebelum masuk panti.

“sering, kadang kedepan, cerito kesusahan”(H, 285-287)

“datang bawa beras, bawa duit, gulo, kopi, bawa makanan, mintak cabe mintak sayur aku suruh ambik dewek,”(H, 354-360)

“itulah kalo awak apo-apo dibagih, awak gitu pulak ado dapat apo dibagih”(H, 560-563)

“teguran lah, aku teguran galo dakdo yang dak beteguran” (H, 867-868)

“ kami nih elok lah lingkungan semua….. aman be, teman lah banyak”(D, 685-686)

4.2.1.5 Kebersyukuran

Pada tema Kebersyukuran menjelaskan bahwa partisipan meskipun tinggal di panti werdha juga menunjukan rasa syukurnya. Kebersyukuran yang dimiliki lanjut usia mensyukuri keadaanya yang tidak susah bekerja hanya fokus beribadah, bersyukur dengan pemberiaan tuhan dan rasa syukur dengan fasilitas panti. Partisipan A menyebutkan bahwa dirinya bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan tuhan, dapat makan dan minum.

“Makonyo nenek tuh sehat selalu sakit tuh dak kurasekan (ketawa) jadi itu bikin nenek sangat bahagia, bahagianya ada di hati, jiwa tenang. Kebahagiaan tuh allah sudah memberinyo. Apo yang nenek mintak di kasih”(A, 297-303)

“nenek punya pekerjaan , itu lah menjadi nenek senang hati menjadi bahagia. Kalo orang yang susah hati dak bisa kerjoin, kalo nenek bahagia nenek bisa kerjain semua, semampunya”(A, 466-471)

“Walaupun tempatnyo ini sudah bersyukur dakdo keno hujan, dakdo keno panas, bersyukur be lah kepado allah. Perasaan tuh bahagia lah dakdo apo-apo lagi, dakdo masalah buat aku.”(A, 280-289)

“Jadi perasaan tuh bahagia tuh lah dakdo mikiran apa-apa, makan tuh dak perlu milih-milih yang penting ado isi perut sudah lah , itu ja lah”(A, 444-448)

Partisipan H juga menyebutkan kebersyukuran dengan keadaannya yang sekarang karena diberikan makan dan keperluannya, Sama hal nya dengan partisipan H, D juga menyebutkan dirinya bersyukur dengan keadaannya sekarang.

“dakdo nyaman galo lah, bersyukur lah samo yang ado sekarang, makan dibagih, semuo dibagih”(H, 748-751)

“tuhan yang tau T, itu lah tuhan yang tau pikiran nenek tuh, yang jelas sekarang syukuri be lah apo yang ado”(D, 495-498)

4.2.1.6 Coping Stres

Pada tema Koping stres partisipan meraskan stres pada dirinya ketika awal masuk panti sosial dikarenakan kegiatan yang membosankan dan melakukan coping stres dengan kegiatan yang lebih bermanfaat untuk kesehatan. Partisipan A menjelaskan bahwa merasakan stres dengan keadaannya yang hanya makan tidur dan mengatasinya dengan banyak aktivitas

“jadi pengen nak keluar tuh dah gitu nenek mulai lah keluar jalan keliling-keliling ini , semua disini tuh semak kotor nah mulai lah nenek bergerak, mulai saat itu mulai lah nenek senang jadinya, jadi sudah tenang pikiran, abis tuh lanjut shalat, mengaji”(A, 233-235)

4.2.1.7 Kemandirian

Lanjut Usia yang tinggal di panti dituntut untuk dapat beraktivitas sendiri atau mandiri. Penyediaan layanan yang mengurus lanjut usia hanya diberikan kepada lanjut usia yang memang tidak dapat beraktivitas seperti biasanya atau memiliki sakit seperti dimensia atau lumpuh yang tidak dapat melakukan aktivitas dengan sendiri. Partisipan A mengungkapkan bahwa dia melakukan semua pekerjaan sendiri tanpa disuruh dan tidak merepotkan orang lain ketika sakit.

“nenek suke makan bubur, masak dewek…. sendiri lah dengan siape, kayak yang tadi tuh karno didesak oleh pegawai be tuh ikut, nenek sendiri-sendiri lah”(A, 533-534)

“dak usah nak nyusahin orang, kita pengen makan itu nyuruh orang itu dak boleh, kita berusaha sendiri….. 3 bulan nenek ngesot dak keluar-keluar kamar,”(A, 894-897)

Partisipan H juga menjelaskan dirinya lebih memilih untuk tinggal dikebun sebelum masuk panti sosial dari pada merepotkan anak yang memiliki banyak anak. Selain itu partispan D juga merasakan hal yang sama dengan partisipan H yaitu tidak ingin merepotkan anak dan memilih untuk menjalankan hidup sendiri, dan melakukan pekerjaan bersih-bersih sendiri.

“anak nyo banyak gek dio marah-marah samo anak nyo awak tesinggung itu lah dak enak e, enak kalo anak cowok, ini anak cewek”(H, 180-184)

“ iyo sebelumnyo itu lah numpang di anak, itu lah aku dak enak numpang anaknyo banyak”(H, 398-405)

“dak lah, anak awak yang betino lakinyo anak urang”(D, 148-149)

“nyapu, negepel, ngelap kaco, nyapu lingkungan umah, kalo rumput tumbuh di cabutin nah mako nek tolong nek tolong lah nyabut tuh tadi”(D, 443-448)

4.2.1.8 Tolong Menolong

Lanjut usia yang tinggal di panti tentunya mempunyai lingkup lingkungan yang kecil dan jarang berinteraksi dengan masyarakat, tentunya orang-orang di lingkungan panti lah sebagai tempat komunikasi, berbagi, dan bercerita. Partisipan A menjelaskan bahwa dia membantu teman sewisma yang sudah pikun dengan membersihkan kamar lanjut usia tersebut dan ikut mengurus jenazah lanjut usia yang meninggal. Partisipan D juga menyebutkan bahwa dia membantu lanjut usia lain dalam membersihkan lingkungan panti.

“kalo orang meninggal nenek ngurusin ikut mandiin”(A, 611-613)

“aku ape-ape bersihin kamarnye, cuci pakaiannya aku lah bantu, dakdo mikirin apo-apo Cuma kasian orang macam itu”(A, 683-685)

“nolong bantu-bantu bae jangan Nampak awak dak mau bantu kan, gawe awak banyak jugo tuh sampe yang belakang sudah, nah tuh bantu-bantu bae”(D, 302-305)

4.2.1.9 Tidak Memperdulikan Kritik Negatif

Setiap hal yang dikerjakan tentunya bukan hal dapat di pandang positif oleh orang lain, berbagai respon negatif yang diberikan kepada individu. Lanjut usia yang mendapatkan respon negatif menanggapi dengan mengabaikan atau tidak memperdulikan komentar dari orang sekitar.

Partisipan A menjelaskan ketika adanya komentar atau respon negatif yang didengarnya ketika melakukan kegiatan yang positif, A hanya diam dan tidak memperdulikan komentar tersebut.

“abaiin be lah, nenek dak pernah ini,, ado perlu baru ngomong, dak perlu dak , nenek ngmong seperlunya be, orang nanyo jawab, dak sudah nak ngapoin repot-repot”(A, 819-824)

“Nenek dak pernah nak jawab omongan orang, ado satu lagi ini salah itu salah semua salah biarin be untuk dirinya sendiri,bukan untuk aku, yang capek aku, yang dituduh aku, semuanya di aku”(A, 1088-1094)

Partisipan H juga mengungkap responnya ketika mendapatkan komentar negatif dari lingkungan. Sama dengan A dan Partispan H, tema Tidak memperdulikan kritik negatif juga di temukan pada partisipan D. Partisipan D mengungkapkan bahwa dirinya hanya membuat dosa jika merespon komentar negatif orang.

“yo kalo ado orang marah-marah awak nyap be, lantak lah situ”(H, 646-648)

“aku nyap lah, talak lah, biak lah dio ngomel ngomong,”(H, 783-789)

“kalo kuping aku dak denga serah lah situ, kalo dengar dak aku jawek alhamdulilah bae, untuk apo nyaweknyo dosa, diambik lah pahalo ngomongin orang”(D, 460-463)

4.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Succesfull Aging Pada Lanjut Usia

Dokumen terkait