• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Lokasi Petani Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga

Desa Cikarawang merupakan dataran rendah dengan ketinggian 193 mdpl. Luas dari Desa Cikarawang adalah 226.56 Ha dengan topografi berupa daratan dan persawahan. Jenis tanah di desa ini adalah tanah latosol dengan pH tanah bekisar antara 4.5-6. Suhu di Desa Cikarawang bekisar antara 25-30ºC. Desa Cikarawang memiliki sumber irigasi yang sangat baik karena terdapat Sungai Cisadane dan Ciapus yang mengapitnya.

Penduduk Desa Cikarawang relatif seimbang antara pria dan wanita, dengan jumlah pria sebanyak 4 205 jiwa (51 persen) dan wanita 4 040 jiwa (49 persen). Total jumlah penduduk desa ini adalah 8 245 jiwa dengan jumlah kepala keluarga

20

sebanyak 2 114 KK. Petani responden yang memiliki lahan di desa ini berjumlah tiga orang. Mayoritas penduduk Desa Cikarawang memiliki mata pencarian di bidang pertanian, yaitu sebagai petani dan buruh tani sebanyak 535 jiwa. Dapat dikatakan bahwa perekonomian penduduk Desa Cikarawang sangat bergantung pada sektor pertanian.

Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea

Desa Tegal Waru memiliki luas 338 Ha dengan lebih dari separuh luasan, yaitu 220 Ha nya merupakan lahan sawah. Sebanyak 118 Ha sisanya merupakan tanah darat yang digunakan 21 Ha untuk bangunan, 55 Ha untuk pemukiman umum, 15 Ha untuk perkebunan, 20 Ha hutan, 2 Ha untuk perikanan darat dan 6 Ha belum dimanfaatkan. Letak Desa Tegal Waru di ketinggian 600 mdpl membuat desa ini termasuk ke dalam wilayah dataran tinggi dengan suhu rata-rata bekisar antara 20-30ºC. Desa Tegal Waru tidak memiliki lahan yang kritis atau tidak subur, karena 220 Ha lahannya memiliki tingkat kesuburan yang subur, dan 118 Ha sisanya memiliki tingkat kesuburan yang sedang.

Terdapat satu petani responden yang merupakan petani sayur organik mitra ADS dari total jumlah penduduk Desa Tegal Waru sebanyak 11 071 jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak 3 116 KK. Penduduk Desa Tegal Waru, mayoritas berprofesi sebagai petani, yaitu sebanyak 964 jiwa. Oleh karena itu, perekonomian penduduk Desa Tegal Waru, sama seperti Desa Cikarawang, dapat dikatakan sangat bergantung dengan pertanian.

Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea

Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 desa yang terdapat di kecamatan Ciampea. Petani responden yang memiliki lahan di desa ini berjumlah dua orang. Desa Cihideung Ilir memiliki luas wilayah sekitar 192.5 Ha dengan lahan pertanian seluas 165 Ha. Desa Cihideung Ilir terletak di kawasan dataran rendah, dengan ketinggian 180-220 mdpl. Suhu rata-rata di Desa Cihideung Ilir adalah 29-30˚C. Penduduk di Cihideung Ilir berjumlah 9 425 jiwa, yang terdiri atas 4 486 jiwa atau 47.6 persen berjenis kelamin laki-laki dan 4 539 jiwa atau 52.4 persen berjenis kelamin perempuan.

Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang

Desa Karehkel memiliki luas wilayah 120 Ha yang terdiri dari 57 Ha sawah dan 63 Ha tanah darat. Desa ini merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Gunung Kapur Ciampea. Bentang lahan Desa Karehkel berupa dataran rendah dan dataran tinggi, dengan ketinggian antara 300-700 mdpl. Tanah di desa ini termasuk tanah latosol dengan pH tanah bekisar antara 4.5-6 yang berarti memiliki sifat tanah sedang sampai baik. Suhu minimum bekisar antara 20-25ºC, sedangkan suhu tertinggi bisa mencapai sekitar 34ºC. Kondisi tersebut mendukung pertanian di wilayah Desa Karehkel dalam membudidayakan sayuran. Terdapat enam petani responden yang berada di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang. Penduduk Desa Karehkel berjumlah sebanyak 11 640 jiwa, dengan proporsi pria 5 969 jiwa (51 persen) dan wanita 5 671 jiwa (49 persen). Jumlah kepala keluarga sebanyak 2 630 KK. Mayoritas mata pencaharian penduduk desa Karehkel adalah sebagai petani, yaitu sebanyak 1 330 jiwa. Oleh karena itu, pertanian merupakan penopang hidup masyarakat Desa Karehkel.

21 Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang

Desa Ciaruteun Ilir memiliki luas 360 Ha. Luasan tersebut digunakan untuk 56 Ha budidaya padi sawah dan palawija, sekitar 171 Ha budidaya tanaman sayuran, 51 Ha untuk pemukiman, 21 Ha untuk pekarangan, 12 Ha untuk hutan rakyat dan sisanya lahan yang tidak ditanami. Lahan yang terdapat di Desa Ciaruteun Ilir memang didominasi untuk budidaya sayuran. Desa Ciaruteun Ilir berada pada ketinggian 250 mdpl, sehingga termasuk kedalam dataran rendah. Jenis tanah didaerah ini termasuk tanah latosol dengan pH tanah bekisar antara 5- 7 dan suhu rata-rata bekisar antara 22-28ºC.

Berdasarkan data monografi desa, jumlah penduduk Desa Ciaruteun Ilir sampai akhir Desember 2011 sebanyak 10 325 jiwa yang terdiri dari 2 700 Kepala Keluarga (KK), dengan proporsi pria 5 273 jiwa (51 persen) dan wanita 5 052 (49 persen). Jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani mengalami penurunan, dari yang awalnya mencapai 800 jiwa di tahun 2005, menjadi 320 jiwa di penghujung tahun 2011. Terdapat dua petani responden di Desa Ciaruteun Ilir ini.

Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang

Desa Situ Udik memiliki luas wilayah 370.150 Ha. Letak desa ini berbatasan secara langsung dengan Desa Situ Ilir di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasarean, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cimayang, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Karacak. Apabila di lihat dari letak geografisnya, Desa Situ Udik berada pada ketinggian 460 mdpl. Sedangkan suhu rata-rata sepanjang tahun di Desa Situ Udik adalah 19-29°C.

Terdapat tiga responden yang memiliki lahan di Desa Situ Udik. Desa ini dihuni oleh 2 912 KK. Jumlah penduduk Desa Situ Udik adalah sebesar 13 684 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebesar 7 089 jiwa (51.8 persen) dan perempuan sebesar 6 595 jiwa (48.2 persen). Berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga, Desa Situ Udik memiliki statistik sebagai berikut; tidak tamat SD sebanyak 730 jiwa, tamat SD-SLTP 1 519 jiwa, tamat SLTA 567 jiwa, tamat akademi/perguruan tinggi sebanyak 96 jiwa.

Desa Gunung Bunder II Kecamatan Pamijahan

Desa Gunung Bunder II memiliki ketinggian antara 750-1 050 mdpl, dengan banyak hutan produksi milik perhutani yang ditanami dengan pohon pinus. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 683.240 Ha, meliputi luas lahan pertanian seluas 342.230 Ha atau mencapai kurang lebih 50.07 persen dari total luas lahan. Terdapat 3 petani responden yang memiliki lahan di Desa Gunung Bunder II ini. Jumlah penduduk di Desa Gunung Bunder II pada tahun 2012 berjumlah 12 368 jiwa, yang terdiri dari 3 563 KK. Penduduk laki-laki berjumlah 6 432 jjiwa (52 persen) atau lebih dari separuh jumlah penduduk total. Penduduk perempuan berjumlah 5 936 jiwa (48 persen).

22

Gambaran Umum ADS-UF IPB Sejarah dan Profil ADS

Pemerintah Taiwan pada tahun 1997 membentuk sebuah organisasi ekonomi independen yang diberi nama International Cooperation and Development Fund (ICDF). ICDF bertujuan untuk memperkuat kerjasama internasional dan meningkatkan hubungan luar negeri serta mengawasi program- program pengembangan koperasi yang dijalankan Pemerintah Taiwan di luar negeri. ICDF telah bekerja sama dengan banyak organisasi pembangunan internasional, pemerintah asing, organisasi non-pemerintah dan badan hukum. Kompetensi utama dari ICDF yaitu memberikan bantuan teknis, investasi dan pinjaman, pendidikan dan pelatihan, serta bantuan kemanusiaan.

ICDF telah tersebar di 33 negara dunia, salah satunya berdiri di negara Indonesia melalui kerjasama Misi Teknik Taiwan atau yang lebih dikenal Taiwan Technique Mission (TTM) dalam bidang pertanian. Misi Teknik Taiwan atau TTM ini sudah menjalin kerja sama dengan Indonesia sejak tahun 1976, yang mencakup petani pada daerah Jawa Timur, kemudian berkembang sampai dengan Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. Misi Teknik Taiwan telah menjalin kerja sama dengan berbagai instansi setempat seperti, Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia, Dinas Pertanian Provinsi Bali, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, dan Institut Pertanian Bogor. Misi Teknik Taiwan bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2007.

University Farm (UF) ditunjuk oleh Institut Pertanian Bogor sebagai perwakilan untuk melaksanakan kerjasama dengan ICDF. Bentuk kerjasama yang ditawarkan adalan penyediaan pasar bagi petani untuk menjual hasil panennya, serta melakukan pembinaan secara bertahap dan berkelanjutan terhadap petani agar dapat menghasilkan komoditas dengan kualitas terbaik, kuantitas yang banyak dan kontinu. Dalam rangka memperlancar kerjasama tersebut, Misi Teknik Taiwan telah membangun Agribusiness Development Center (ADC) sebagai pusat kegiatan agribisnis yang beralamat di Cikarawang Dramaga, Bogor. Pusat kegiatan agribisnis ini didirikan pada September 2006 dan diresmikan pada 24 Oktober 2007. Pada awal tahun 2014 terjadi pergantian nama menjadi Agribusiness Development Station (ADS)

Pada masa-masa awal berdiri, ICDF bisa dikatakan berjalan sendiri, sedangkan UF IPB hanya berfungsi sebagai legalitas saja. Semua kegiatan yang berjalan di ADS diatur oleh pihak ICDF melalui TTM. ADS masih berupa sebuah proyek dari ICDF dengan tujuan untuk membantu petani di Kabupaten Bogor, belum ada tujuan keuntungan dalam misi tersebut. ADS sebisa mungkin membantu petani dalam memenuhi kebutuhannya dalam melakukan budidaya.

Pada akhir tahun 2013, dilakukan handover atau serah terima ADS dari pihak ICDF ke pihak UF IPB, sehingga saat ini UF IPB bertanggung jawab penuh terhadap setiap kegiatan yang dilakukan di ADS. Status ADS telah berubah, dari yang sebelumnya sebuah proyek bantuan, saat ini beralih menjadi sebuah organisasi bisnis yang harus mulai memikirkan efisiensi dan keuntungan. Pihak ICDF sendiri masih akan berada di ADS hingga akhir tahun 2014, untuk membantu UF IPB dalam masa-masa awal pengelolaan ADS.

23 Kemitraan di ADS

Sejak awal berdiri, petani mitra ADS dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Kelompok Buah, Kelompok Sayuran Organik, dan Kelompok Sayuran Anorganik. Hingga saat ini, kelompok sayuran organik bisa dikatakan sebagai kelompok yang paling kuat dibandingkan dengan kedua kelompok lainnya. Hal ini dapat terlihat dari pemenuhan permintaan sayur organik dari ritel modern yang relatif tinggi dengan rata-rata 80 persen di setiap permintaan. Jumlah petani mitra sayur organik ADS pun relatif tetap dan konsisten bertambah dari sejak awal berdirinya, hanya sedikit yang keluar masuk dari kelompok. Kelompok sayuran organik memiliki tujuh komoditas yang dikembangkan, yaitu kangkung, selada, pakcoy, caisim, kailan, bayam hijau, dan bayam merah.

Pada awalnya, petani sayur organik yang menjadi mitra ADS belum melakukan budidaya sayur dengan perlakuan organik, melainkan masih konvensional menggunakan pupuk dan pestisida kimia, bahkan ada beberapa petani yang pada mulanya tidak berprofesi sebagai petani. Untuk dapat menjaring petani mitra sayuran organik hingga berjumlah 21 orang seperti saat ini, ADS melakukan berbagai cara. Pertama-tama, ADS mengajak petani sayuran yang berlokasi di sekitar kampus IPB Darmaga, namun tidak ada petani yang tertarik untuk melakukan budidaya sayur secara organik. Kemudian, ADS bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor mengadakan sebuah pertemuan dan sosialisasi mengenai budidaya sayuran organik dan tawaran kemitraan dengan mengundang berbagai gabungan kelompok tani yang ada di Kabupaten Bogor. Sejak adanya pertemuan ini, mulai ada petani yang bergabung untuk melakukan budidaya sayuran secara organik.

Prosedur untuk menjadi mitra sayur organik ADS dapat dikatakan prosedur yang sederhana dan tidak terlalu sulit. Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah petani yang ingin bermitra memperlihatkan keinginan dan kesungguhannya dengan mengajukan diri kepada pihak ADS. Pada tahapan ini, petani diminta untuk memberikan berbagai informasi mengenai potensi yang dimilikinya. Potensi tersebut meliputi letak lokasi lahan, riwayat lahan, luas dan ketinggian lahan, kondisi di sekitar lahan, ketersediaan sumber air, dan lain sebagainya. Lokasi lahan yang akan diusahakan petani untuk budidaya sayuran organik haruslah cukup jauh dari lalu lintas kendaraan bermotor dan tidak boleh di luar wilayah Kabupaten Bogor, karena wilayah inilah yang menjadi konsentrasi ADS. Ketersediaan sumber air, dan adanya penampungan air di lahan menjadi salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh petani agar dapat bermitra dengan ADS, hal ini berkaitan dengan keberlanjutan dari kegiatan budidaya itu sendiri.

Tahapan kedua yang harus dilewati adalah survey ke lokasi lahan oleh ADS. Survey dilakukan untuk menyesuaikan informasi yang diberikan oleh petani sebelumnya dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan. Apabila kondisi lahan petani sesuai dan cocok untuk budidaya, maka prosedur dilanjutkan. Pada tahapan ketiga petani melakukan uji coba budidaya komoditas sayur organik konsentrasi ADS, yaitu selada, caisim, pakcoy, kailan, kangkung, bayam hijau, dan bayam merah. Tujuan dari ADS melakukan tahapan ini adalah, untuk melihat bagaimana kesesuaian komoditas dengan lahan petani, dan bagaimana pengetahuan dasar bertani petani.

24

Tahapan selanjutnya, yang merupakan tahapan akhir dari prosedur adalah keputusan ADS untuk menerima atau tidaknya petani yang mengajukan diri sebagai petani mitra. Apabila pengajuan petani diterima, akan ada perjanjian dan peraturan yang harus dilaksanakan oleh petani mitra, yang disampaikan secara lisan oleh pihak ADS. Perjanjian dan peraturan tersebut meliputi kewajiban petani mitra untuk mengikuti dan menaati rapat bulanan petani, serta tata cara dan anjuran budidaya sayuran secara organik dalam bentuk SOP dengan pendampingan dari ADS. Secara umum, SOP budidaya sayuran organik dari ADS terdiri dari 7 tahapan, dan disetiap tahapan terdapat aspek-aspek yang lebih rinci. Ketujuh tahapan budidaya yang terdapat pada SOP adalah konversi dan kontaminasi, benih dan pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pencegahan HPT, pengendalian HPT, dan panen.

Kegiatan ADS

ADS memiliki luas area 6 Ha di pusat kegiatan agribisnisnya, dimana pada area tersebut dibangun tempat pembibitan, lahan demonstrasi, packing house, serta tempat pelatihan. ADS memang tidak hanya menampung hasil panen dari petani kemudian memasarkannya, tetapi juga melakukan budidaya di lahannya. Hal ini dilakukan untuk memberikan percontohan kepada setiap petani yang bermitra dengan ADS.

Pembibitan komoditas selada, pakcoy, caisim, kailan dilakukan di dalam green house. Setiap petani mitra sayur organik ADS mengambil bibit dari ADS dengan kuota bibit yang telah ditentukan oleh ADS disesuaikan dengan permintaan ritel modern yang menjadi pelanggan ADS. Selain bibit, benih kangkung, bayam hijau dan bayam merah pun disediakan oleh ADS untuk petani mitranya. Terkadang, ADS kehabisan stok bibit dan benih. Dalam kondisi seperti itu, petani mitra diperbolehkan untuk melakukan pembibitan sendiri, namun dengan catatan kegiatan tersebut harus dilaporkan kepada ADS. Pelaporan tersebut bertujuan agar tidak terjadi kelebihan hasil panen.

Apabila permintaan ritel modern belum bisa dipenuhi dengan hasil panen petani mitra, maka hasil panen dari ADS akan digunakan. Oleh karena itu, ADS tidak hanya menyediakan bibit bagi petani, namun juga melakukan usahatani sayur seperti petani mitranya. Meskipun demikian, hasil panen petani selalu menjadi prioritas ADS, sehingga apabila hasil panen petani telah memenuhi permintaan ritel modern pada hari itu, hasil panen dari kebun ADS tidak digunakan.

ADS selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan petani mitranya. Setelah menjadi mitra, petani akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan secara bertahap dan berkelanjutan dalam melakukan budidaya sayuran organiknya. Dalam pembinaan dan pendampingan tersebut, petani mendapatkan Standard Operational Procedure (SOP) berupa anjuran dan pedoman budidaya sayuran organik yang baik. Panduan tersebut dibuat oleh pihak ADS dengan merujuk dari berbagai pedoman budidaya dan sertifikasi organik, dan menyederhanakannya agar mudah dimengerti oleh petani. Pembinaan bertujuan agar pengetahuan petani dapat meningkat, begitupun wawasan dan pola pikir petani dalam melakukan teknik dan manajemen pertanian, khususnya pertanian organik yang baik. Dengan begitu, diharapkan agar sayuran yang dihasilkan oleh petani dapat berproduksi

25 secara optimal sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan petani dari budidaya sayuran organik yang dilakukannya.

Pendampingan oleh ADS dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan, tidak terlalu kaku dan formal. Dalam satu bulan, penyuluh melakukan kunjungan ke lahan petani minimal dua kali. Dalam kunjungan tersebut, petani menceritakan kendala-kendala yang ditemuinya selama melakukan budidaya, kemudian bersama-sama mencari solusinya, berdasarkan teori serta berdasarkan pengalaman dari petani lainnya. Setiap akhir bulan, petani selalu dikumpulkan dalam satu forum, dan pada forum tersebut petani dan ADS bertatap muka untuk membahas kondisi terkini dari ADS dan pasar. Hal ini dilakukan untuk memunculkan rasa percaya dari petani.

ADS mempunyai packing house untuk kegiatan menerima hasil panen petani, menyortirnya, menyimpannya, serta mengemasnya. Sebelum membawa hasil panen ke packing house, petani memilah dan mengira-ngira terlebih dahulu mana sayuran yang memenuhi kualitas yang diinginkan ADS, mana yang tidak. Setelah terkumpul sayuran yang dikira memenuhi standar kualitas, sayuran tersebut dimasukkan ke dalam keranjang khusus dan dibawa ke packing house. Di packing house dilakukan penyortiran lebih lanjut dari hasil panen yang diberikan oleh petani. Daun akan dikurangi apabila telalu banyak, memiliki lubang yang terlalu besar, atau telah berwarna kekuningan. Petani tidak langsung mendapatkan bayaran dari jumlah hasil panen yang diberikannya ke packing house. Bayaran yang didapatkan petani dihitung dari banyaknya sayuran sesuai SOP kualitas yang di kemas oleh petugas packing house. Apabila nantinya pada saat pengiriman ke ritel modern terdapat kendala sehingga tidak semua sayuran yang telah berada di dalam kemasan dapat diterima, pihak ADS yang akan menanggung kerugian itu, sedangkan petani tetap mendapatkan bayaran dari banyaknya sayur yang dikemas. Pembayaran kepada petani atas hasil panennya bisa dilakukan kapan saja, dengan catatan bahwa data hasil panen yang dikemas sudah tercatat. ADS memiliki dana talangan untuk membayar hasil panen petani sebelum ritel modern membayar pembeliannya. Harga yang dibayarkan ADS kepada petani untuk setiap kilogram hasil panen berbeda-beda sesuai dengan komoditas. Komoditas selada dan kailan dihargai dengan harga yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu Rp10 000/kg. Komoditas caisim dan pakcoy dihargai sebesar Rp9 000/kg. Begitu pula dengan bayam merah, petani akan mendapatkan Rp9 000 untuk setiap kilogramnya. Bayam hijau dihargai lebih rendah dua ribu rupiah, yaitu sebesar Rp7 000/kg. Komoditas kangkung adalah komoditas yang paling murah, petani mendapatkan Rp5 000 untuk setiap kilogram hasil panennya yang sesuai dengan standar kualitas.

26

Dokumen terkait