• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.2.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik

Pengetahuan tentang obat generik merupakan hal perlu yang diketahui oleh masyarakat untuk menunjang pelayanan kesehatannya, terutama masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Dapat dilihat bahwa dari 100 orang responden yang ikut dalam penelitian ini, 54 orang (54%) memiliki pengetahuan yang sedang dan 18 orang (18%) memiliki pengetahuan yang kurang, sebaliknya hanya 28 orang (28%) saja yang memiliki pengetahuan yang baik. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tersebut masih tergolong sedang tetapi belum maksimal. Jumlah tingkat pengetahuan responden yang baik seharusnya lebih tinggi dan bisa mencapai angka maksimal yaitu 100%. Hal ini dapat terwujud bila responden mendapat penjelasan mengenai obat generik dari dokter, penyuluhan kesehatan ataupun kebijakan pemerintah serta kerja sama dari pihak farmasi, seluruh petugas kesehatan dan seluruh lapisan masyarakat dalam mensosialisasikan obat generik.

Salah satu yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah mengenai pengertian dari obat generik itu sendiri. Responden yang menjawab benar pertanyaan tentang pengertian obat generik yaitu obat dengan nama resmi berdasarkan zat berkhasiat yang dikandungnya hanya 36 orang (36%). Sedangkan 55 orang (55%) menjawab obat yang disubsidi pemerintah yang harganya murah dan hanya 9 orang (9%) tidak tahu. Jawaban ini menunjukkan bahwa mayoritas responden belum mengerti betul tentang pengertian obat generik tersebut. Dengan mengetahui pengertian dari obat generik, maka responden bisa membedakan mana obat generik dan yang bukan obat generik sesuai dengan zat yang dikandung obat tersebut.

Pengertian obat generik essensial adalah obat generik yang paling banyak dibutuhkan masyarakat untuk pelayanan kesehatan. Responden yang menjawab benar sebanyak 71 orang (71%), sebanyak 15 orang (15%) menjawab obat yang paling banyak beredar di masyarakat dan 14 orang (14%) menjawab tidak tahu. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden cukup baik, mengingat bahwa pentingnya peredaran obat generik essensial seperti antibiotik, analgetik bisa membantu pelayanan kesehatan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan kesehatannya.

Pengetahuan obat generik lainnya adalah mengenal logo obat generik. Ciri logo obat generic yaitu logo yang bertuliskan GENERIK di tengah garis-garis horizontal

hijau yang membentuk lingkaran. Responden yang menjawab benar hanya 37 orang (37%) saja, sedangkan yang menjawab logo yang bertuliskan GENERIK di dalam lingkaran berwarna hijau sebanyak 25 orang (25%) dan menjawab tidak tahu 38 orang (38%). Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden cukup rendah untuk mengenal logo obat generik. Pentingnya untuk mengenal logo obat generik yang tertera di kemasan obat akan sangat membantu masyarakat untuk membedakan obat generik dengan yang bukan obat generik sehingga mereka tidak bingung untuk membeli obat generik.

Pengetahuan lainnya tentang obat generik yaitu meminta peresepan obat generik kepada dokter, sebanyak 37 orang (37%) menjawab selalu meminta resep obat generik, namun sebaliknya sebanyak 37 orang (37%) tidak pernah untuk memintanya, Pertanyaan peresepan obat generik tanpa resep dokter, 45 orang (45%) menjawab tidak pernah memintanya, sebaliknya hanya 28 orang (28%) selalu meminta obat generik. Dari atas bisa dilihat bahwa masyarakat yang meminta resep obat generik kepada dokter atau tanpa resep dokter masih tergolong rendah padahal kualitas dari obat generik sama bagusnya dengan obat paten. Hal ini disebabkan karena rendahnya minat masyarakat untuk mencari tahu informasi tentang obat generik, jadi para dokter/petugas kesehatan hendaknya lebih meningkatkan sosialisasi obat generik.

Contoh-contoh obat generik adalah Paracetamol, Asetosal, Ibuprofen, sebanyak 53 orang (53%) menjawab dengan benar. dan sebanyak 20 orang (20%) menyebutkan contoh-contoh obat generik yang salah. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tersebut masih tergolong sedang untuk menyebutkan contoh-contoh obat generik. Hal ini harus menjadi perhatian masyarakat agar lebih paham mengenal contoh-contoh obat generic sehingga lebih memudahkan mereka untuk memilih obat.

Informasi tempat pembelian resmi obat generik adalah di apotik. Mayoritas responden menjawab benar, yaitu 73 orang (73%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat cukup mengetahui dengan baik tempat pembelian resmi obat generik. Informasi singkat tentang obat seperti obat generik dapat dilihat di leaflet (pembungkus) pada kemasan obat. Informasi singkat ini biasanya berisi dosis, efek samping, indikasi, kontraindikasi, cara pemakaian dari obat tersebut, hanya 39 orang (39%) yang menjawab dengan benar.

Bila obat generik yang dibutuhkan oleh responden maka tindakan responden seharusnya menggantinya dengan obat generik lain yang sesuai dengan penyakitnya. Mayoritas responden menjawab benar, yaitu 57 orang (57%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tergolong baik, karena banyak merek obat generik lain yang masih satu golongan dengan obat generic tersebut. Tetapi pemilihannya harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi obat tersebut.

Manfaat obat generik sama baiknya dengan obat paten karena zat yang dikandungnya sama dengan obat paten yang membedakannya hanya merek dan harganya saja. Mayoritas responden menjawab benar, yaitu 45 orang (45%), sebanyak 38 orang (38%) menyatakan bahwa khasiat obat paten jauh lebih baik, dan sebanyak 17 orang (17%). Kemudian alasan yang tepat kenapa kita memilih obat generik karena harganya yang murah dan kualitasnya yang baik, 68 orang (68%) menjawab benar, Hal ini menunjukkan bahwa responden cukup mengetahui dengan baik manfaat obat generik, yaitu harganya yang murah tetapi kualitas terjamin.

Pengetahuan obat generik bisa dikatakan baik jika responden mengetahui pengertian, manfaat dan mengaplikasikannya/menggunakan obat tersebut. Responden yang menjawab selalu menganjurkan keluarganya untuk menggunakan obat generik sebagai pengobatan, yaitu sebanyak 40 orang (40%) saja, 24 orang (24%) menjawab tidak pernah dan 36 orang (36%) menjawab jarang menganjurkan . Angka ini tergolong baik, akan tetapi penggunaan obat generik harus sejalan dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan pengertiannnya.

Pengetahuan tentang pedoman penggunaan obat/obat generik. Sebagian besar responden 51 orang (51%) menjawab selalu menanyakannya kepada dokter, 22 orang (22%) menjawab jarang menanyakannya, sebaliknya 27 orang (27%) responden tidak pernah untuk menanyakannya. Angka ini tergolong baik, karena pedoman penggunaan obat/obat generik seperti pemakaian dosis yang tepat, waktu pemakaian obat, lamanya pemakaian obat dan cara pemakaian obat adalah informasi penting bagi pasien yang diberikan dokter untuk mengobati keluhan penyakit pasien.

Obat generik yang diresepkan tidak membuat responden sembuh adalah masalah yang paling sering penyebab gagalnya pengobatan. Sebagian besar responden akan berkonsultasi kembali ke dokter, yaitu sebanyak 81 orang (81%) menjawab benar . Sedangkan sebanyak 9 orang (9%) responden menjawab akan membeli lagi obat

generik yang sama dan sebanyak 10 orang (10%) responden menjawab membiarkan saja kondisi penyakitnya tersebut. .

Salah satu contoh efek samping obat/obat generik adalah alergi, sakit kepala, mual, 52 orang (52%) menjawab dengan benar, 27 orang (27%) menjawab tidak tahu efek samping salah satu obat generik 21 orang (21%) responden menjawab keracunan, overdosis . Mengetahui dengan baik efek samping suatu obat tertentu bisa membantu responden untuk menghindari efek samping obat yang tidak diinginkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat generik tanpa resep dokter adalah memilih obat yang sesuai dengan kondisi penyakit dan kondisi tubuh seseorang karena tidak semua pasien bisa menggunakan obat yang sama. Mayoritas responden menjawab benar, yaitu sebanyak 72 orang (72%) dan sebanyak 15 orang (15%) responden menjawab memilih obat berdasarkan yang paling banyak dipakai orang. Sedangkan sebanyak 13 orang (13%) responden menjawab tidak tahu.

Hal yang perlu dihindari mengenai penggunaan dosis obat adalah meningkatkan dosis pemakaian agar cepat sembuh. Karena pemakaian dosis yang berlebih bisa menyebabkan toksisitas (keracunan) dalam tubuh manusia, jadi meningkatkan dosis obat harus dari petunjuk dokter. Responden yang menjawab benar hanya 30 orang (30%), 44 orang (44%) menjawab memakai dosis yang sama ketika dulu berobat kedokter dan sebanyak 26 orang (26%) responden menjawab tidak tahu.

Kontraindikasi adalah obat tertentu yang tidak boleh digunakan orang yang sakit oleh karena keaadaan penyakitnya atau kondisi tubuhnya. Memperhatikan kontraindikasi obat/obat bisa memudahkan pasien dalam memilih obat dengan aman. Responden menjawab benar contoh kontraindikasinya seperti obat ini tidak bisa digunakan pada wanita hamil sebanyak 45 orang (45%). Sedangkan sebanyak 29 orang (29%) responden menjawab bahwa obat ini tidak bisa dipakai oleh orang yanga alergi obat, sebaliknya 29 orang (29%) responden menjawab tidak tahu hal-hal mengenai kontraindikasi obat tersebut.

Penggolongan obat berdasrkan penamaanya dibagi 3, yaitu obat nama kimia, obat paten dan obat generik. Responden yang menjawab benar sebanyak 53 orang (53%), sebaliknya 30 orang tidak tahu penamaan obat. Sedangkan yang menjawab obat tradisional, obat bebas, obat keras sebanyak 17 orang (17%).

BAB 6

Dokumen terkait