• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 GAMBARAN UMKM GULA AREN di KABUPATEN LOMBOK BARAT

Kondisi UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat

Pohon aren (Arenga pinnata Merr) ditemukan tumbuh di daerah Asia Tenggara sampai kepulauan Ryukyu di Jepang dan menyebar ke Vietnam hingga Himalaya bagian timur. Pohon aren biasanya tumbuh soliter atau tidak berumpun. Tinggi pohon aren sekitar 10-20 meter dan diameter batang mencapai 30-65 centimeter. Batangnya diselubungi oleh serabut-serabut hitam kasar yang disebut ijuk. Pohon aren sebagai tumbuhan multiguna dikenal luas di Indonesia. Buah aren dimanfaatkan untuk menjadi kolang- kaling. Ijuk aren dapat dimanfaatkan menjadi tali tambang, batangnya dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tepung sagu, akarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak dan nira aren yang diperoleh dari penyadapan tandan bunga jantan pohon aren dapat dimanfaatkan menjadi gula aren. Tandan bunga betina tidak bisa disadap karena nira aren yang dihasilkan sangat sedikit dan tidak sebaik air nira dari tandan bungan jantan. Tandan bunga betina dibiarkan berkembang hingga menghasilkan buah untuk dijadikan kolang kaling (Mujahidin et al. 2003).

Berbagai upaya sebelum penyadapan untuk memperlancar keluarnya nira aren di Kabupaten Lombok Barat masih dilakukan oleh wirausaha dengan cara tradisional menurut kepercayaan yang diajarkan secara turun temurun. Sebelum disadap, tandan bunga jantan yang telah mekar dipukul dengan sebatang kayu pada tangkai bunganya dengan arah memutar mulai dari ujing hingga arah pangkal dan sebaliknya. Pemukulan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama 3-4 minggu secara berselang seling. Jika hari ini telah dipukuli, keesokan harinya tidak, begitu seterusnya selama 3-4 minggu. Kemudian tandan bunga diris, jika nira aren menetes hingga keesokan harinya. Hal ini berarti tandan sudah siap untuk disadap. Wirausaha juga dilarang mandi menggunakan sabun dan wewangian ketika akan menyadap nira aren. Menurut kepercayaanya, jika menggunakan wewangian akan mengurangi jumlah air nira yang keluar.

Wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat rata-rata dalam sehari bekerja selama 8-9 jam. Wirausaha menyadap pohon aren sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Nira aren yang diperoleh pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan yang diperoleh pada sore hari. Nira aren yang diperoleh pada pagi hari langsung dimasak menjadi gula aren, sedangkan nira aren yang diperoleh pada sore hari hanya didihkan saja agar tidak berubah menjadi asam. Nira yang diperoleh pada sore hari baru dimasak hingga menjadi gula aren pada keesokan harinya dicampur dengan nira aren yang diperoleh pada pagi hari. Wirausaha dalam sehari dapat memperoleh sekitar 20-30 liter nira aren dari 3-5 pohon yang disadap (diambil niranya). Kadar konsentrasi gula dalam nira aren mempengaruhi jumlah gula aren yang dihasilkan. Nira aren sebanyak 7-8 liter rata-rata dapat menghasilkan 1 kg gula aren. Saat musim panas rendemen gula lebih tinggi dibandingkan dengan saat musim hujan (Mujahidin et al. 2003).

Berdasarkan hasil wawancara permasalahan yang dihadapi wirausaha yaitu berkaitan dengan cuaca yang tidak menentu dan ketersediaan kayu bakar. Faktor cuaca adalah salah satu masalah yang dihadapi wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dalam menjalankan usahanya. Cuaca yang tidak menentu akan mempengaruhi jumlah nira aren yang dihasilkan pohon aren. Saat cuaca panas, nira aren yang dihasilkan lebih banyak dan lebih manis, sedangkan saat turun hujan nira aren yang dihasilkan kurang manis dan terkadang air nira yang dikumpulkan tercampur dengan air hujan. Risiko lainnya yang dihadapi wirausaha UMKM gula aren saat turun hujan yaitu pohon aren menjadi licin dan lebih susah dipanjat. Kekurangan kayu bakar untuk memasak nira aren menjadi gula aren juga merupakan permasalahan yang dikeluhkan oleh wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dalam menjalankan usahanya. Hal ini karena 99.16 persen wirausaha masih memasak gula aren menggunakan kayu bakar. Wirausaha lebih menyukai menggunakan kayu bakar untuk membuat gula aren. Menurut mereka kayu bakar lebih mudah didapat disekitar tempat memasak gula aren dan kalaupun harus membeli kayu sisa bangunan, harganya lebih murah daripada harus menggunakan kompor gas dan membeli gas.

Beberapa wirausaha pernah mengikuti pelatihan cara membuat gula aren yang diberikan oleh dinas terkait, namun pelatihan seperti itu tidak sering diadakan. Sesama wirausaha gula aren jarang berkumpul bertukar informasi dan permasalahan usaha yang dihadapi, karena sesama wirausaha gula aren belum membentuk kelompok usaha bersama. Padahal banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan membentuk kelompok usaha bersama. Wirausaha dapat saling bertukar informasi dan saling memberikan masukan jika ada wirausaha yang menghadapi masalah dalam usahanya. Wirausaha juga dapat bertukar informasi harga gula aren saat ini dan dapat bekerja sama untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar. Keberadaan kelompok usaha bersama juga dapat memudahkan wiraushaa untuk meminta pendampingan serta pembinaan dari dinas terkait dan mengajukan bantuan alat serta pinjaman modal untuk memajukan usahanya.

Gula aren dibuat dengan cara dan peralatan yang sederhana yaitu hanya menggunakan wajan, tungku yang dibuat dari batu dan semen. Alat pengaduk yang dibuat dari batang pohon kelapa dan cetakan yang dibuat dari tempurung buah kelapa. Bangunan dapur untuk membuat gula aren terpisah dari rumah. Bentuk bangunan dapur terbuka tanpa tembok karena proses gula aren masih dilakukan secara tradisional menggunakan kayu bakar. Bahan baku utama pembuatan gula aren yaitu nira aren yang diperoleh dengan cara menyayat bunga jantan dari pohon aren. Kualitas nira aren sangat mempengaruhi kualitas gula aren yang dihasilkan. Proses pembuatan gula aren melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Pemasakan

Nira aren yang telah dikumpulkan wirausaha dari pohon aren, dituangkan kedalam wajan besar sambil disaring agar tidak ada kotoran yang ikut tercampur. Nira aren kemudian direbus sekitar 5-6 jam tergantung jumlah nira aren. Selama proses perebusan, buih

yang mengapung dibuang agar gula aren yang dihasilkan tidak berwarna gelap dan gula yang dihasilkan lebih tahan lama.

2. Pencetakan

Saat cairan gula mulai mengental, gula harus terus diaduk kearah tepian wajan untuk mempercepat pengentalan gula. Setelah cairan gula mengental, wajan diturunkan dari tungku agar gula tidak hangus. Selanjutnya cairan gula dituangkan ke dalam cetakan yang sebelumnya telah direndam dalam air. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pendinginan dan memudahkan mengeluarkan gula aren dari cetakan.

3. Pengemasan

Gula aren yang telah mengeras dikeluarkan dari cetakan. Selanjutnya gula aren yang telah dingin dikemas menggunakan daun pisang kering atau plastik.

Proses pembuatan gula semut dari tahap awal sama dengan pembuatan gula bumbung, gula batok dan briket. Perbedaannya hanya terletak pada tahap pemasakannya. Pemasakan nira aren untuk membuat gula semut dilakukan hingga tahap pengkristalan. Saat gula mulai mengkristal, pengadukan terus dilakukan hingga terbentuk gumpalan, kemudian wajan didinginkan. Pengadukan terus dilanjutkan hingga terbentuk butiran kristal. Selanjutnya, butiran kristal gula diayak dengan ayakan berukuran 20 mesh untuk menghasilkan butiran-butiran gula semut. Gula semut dikemas dalam plastik kemudian di press agar kedap udara.

Gula aren yang diproduksi oleh wirausaha gula aren di Kabupaten Lombok Barat ada empat bentuk yaitu gula bumbung yang berbentuk panjang, cetakannya terbuat dari batang bambu dengan ukuran sekitar 400 gram per butirnya. Gula batok yang berbentuk bundar cetakannya terbuat dari batok tempurung kelapa dengan ukuran 450-500 gram per butirnya. Gula briket yang berbentuk seperti pipa dengan ukuran kecil sepanjang 2.5 centimeter dan gula semut yang berbentuk serbuk (Gambar 11).

Gula bumbung Gula batok

Gula briket Gula semut

Gambar 11 Jenis gula aren hasil produksi wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat

Karakteristik Wirausaha UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat

Penelitian ini menggunakan responden wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 120 orang. Seluruh responden telah memenuhi kriteria untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kriteria untuk menjadi responden dalam penelitian ini yaitu (1) pelaku UMKM gula aren adalah pengelola sekaligus pemilik UMKM gula aren, (2) kegiatan UMKM gula aren minimal telah berjalan selama 2 tahun, dan (3) wirausaha yang dipilih dinilai cukup dewasa untuk diwawancarai serta mampu untuk mengisi kuesioner (berusia 17 tahun keatas).

Jenis kelamin responden

Jenis kelamin wirausaha didominasi oleh laki laki sebesar 96.67 persen (Tabel 11). UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh wirausaha berjenis kelamin laki-laki, karena seluruh proses produksi masih dikerjakan sendiri oleh wirausaha. Laki-laki memiliki fisik yang lebih kuat untuk melakukan semua proses produksi mulai tahapan mengambil nira aren di pohon hingga memasak gula aren.

Tabel 11 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Pria 116 96.67

Wanita 4 3.33

Jumlah 120 100

Usia responden

UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dijalankan oleh wirausaha dengan kisaran usia yang masih produktif. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM gula aren merupakan sumber mata pencaharian yang menarik bagi tenaga kerja usia produktif di Kabupaten Lombok Barat. Jumlah responden terbanyak berada pada kategori dewasa madya I (40-49 tahun) sebesar 39.17 persen (Tabel 12). Ciri wirausaha yang berada pada kategori dewasa madya I yaitu telah mencapai keberhasilan dalam pekerjaan. Keberhasilan itu biasa dicapai pada usia 40 tahun keatas. Wirausaha pada masa ini memiliki usaha yang lebih baik dari usaha pada masa mudanya, karena telah memiliki cukup pengalaman dalam mengelola suatu usaha.

Tabel 12 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan kelompok usia

Kelompok usia Rentang usia Jumlah (orang) Persentase (%)

Dewasa akhir ≥ 60 tahun 4 3.33

Dewasa madya II 50-59 tahun 11 9.17

Dewasa madya I 40-49 tahun 47 39.17

Dewasa awal II 30-39 tahun 44 36.67

Dewasa awal I 18-29 tahun 14 11.67

Jumlah 120 100

Jumlah anggota keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang diberi nafkah oleh wirausaha. Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi seberapa besar pendapatan wirausaha yang dialokasikan untuk membiayai kebutuhan keluarga. Hal ini berkaitan dengan seberapa besar pendapatan yang tersisa setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat diinvestasikan kembali untuk UMKM gula aren. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi pula pengeluaran yang dikeluarkan oleh wirausaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa jumlah anggota keluarga terbanyak yaitu pada kisaran 0-5 orang (81.67 persen). Wirausaha yang memiliki tanggungan keluarga yang besar (6-10 orang) karena ada orang tua dan saudara ipar yang ikut tinggal bersama keluarga mereka. Hal ini berarti jumlah tanggungan keluarga wirausaha cukup banyak dan pengeluaran yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya juga cukup banyak.

Tabel 13 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)

0-5 orang 98 81.67

6-10 orang 22 18.33

Jumlah 120 100

Pendidikan formal responden

Tingkat pendidikan formal responden mencerminkan kualitas sumber daya manusia, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusianya. Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan hingga setingkat SD sebesar 74.17 persen (Tabel 14). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden termasuk kategori rendah. Tingkat pendidikan yang rendah menggambarkan tingkat kemajuan dan kemampuan sumber daya manusia yang relatif rendah.

Alasan wirausaha tidak melanjutkan sekolah adalah keterbatasan biaya yang dimiliki. Alasan lain yang dikemukakan wirausaha yaitu usaha ini adalah usaha turun temurun, sehingga anak anak mereka perlu dilatih agar terampil menentukan tandan bunga jantan yang sudah siap disadap, cara menyadap nira aren hingga membuat gula aren. Anak-anak mereka yang telah lulus SD juga merupakan tenaga kerja potensial untuk membantu orang tuanya, sambil mempersiapkan anak anak mereka memulai usahanya sendiri.

Tabel 14 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan tingkat pendidikan formal

Tingkat pendidikan formal Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak Sekolah 6 5

0-6 tahun/ setingkat SD 89 74.17

7-9 tahun/ setingkat SLTP 16 13.33

10-12 tahun/ setingkat SMU 7 5.83

13-16 tahun/ setingkat Diploma/Sarjana 2 1.67

Jumlah 120 100

Bentuk usaha

UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat paling banyak dikelola dalam skala usaha mikro yaitu sebesar 98.33 persen (Tabel 15). Usaha mikro yaitu usaha yang dijalankan dengan modal kecil, memiliki aset usaha tidak termasuk tanah dan bangunan kurang dari Rp50 000 000 dan omset per tahun kurang dari Rp300 000 000 (UU no 20 Tahun 2008). UMKM gula aren sebagian besar masih dijalankan dalam bentuk usaha mikro, karena wirausaha yang menjalankannya berpendidikan hanya setingkat SD. Pendidikan ini mempengaruhi pola pikir dan orientasi usahanya. Wirausaha tidak ingin terlilit hutang dan ingin menjalankan usahanya tanpa diperintah oleh orang lain, sehingga wirausaha lebih memilih menjalankan usahanya dengan modal sendiri dan dalam jumlah kecil.

Tabel 15 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan bentuk usaha

Bentuk usaha Jumlah (orang) Persentase (%)

Mikro 118 98.33

Kecil 2 1.67

Menengah 0 0

Jumlah 120 100

Jumlah tenaga kerja

Responden yang menjalankan usahanya tanpa memiliki tenaga kerja sebesar 98.33 persen (Tabel 16) karena usaha yang dijalankan dalam skala usaha mikro dengan kapasitas produksi kecil. Wirausaha untuk menghemat biaya produksi mengerjakan seluruh proses produksi sendiri dan terkadang di bantu oleh istri dan anak sebagai tenaga kerja tambahan.

Tabel 16 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja Jumlah (orang) Persentase (%)

Tanpa tenaga kerja 118 98.33

1-5 1 0.83

6-10 1 0.83

Jumlah 120 100

Pekerjaan utama

Pekerjaan utama responden dalam penelitian ini yaitu sebagai wirausaha gula aren sebesar 99.17 persen (Tabel 17). Hal ini menunjukkan bahwa UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat menjadi pilihan mata pencaharian utama masyarakat di Kabupaten Lombok Barat. Wirausaha gula aren sebagian besar pendidikannya hanya setingkat SD dan UMKM gula aren dengan skala usaha mikro tidak sulit untuk dijalankan terlebih lagi ini merupakan usaha turun temurun. Sehingga, wirausaha menjadikan UMKM gula aren sumber mata pencaharian utama untuk menopang hidupnya.

Tabel 17 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan pekerjaan utama

Pekerjaan utama Jumlah (orang) Persentase (%)

Pembuat Gula Aren 119 99.17

Guru 1 0.83

Jumlah 120 100

Lama menjalankan usaha

Pengalaman menjalankan usaha menjadi modal yang penting bagi wirausaha. Wirausaha yang telah memiliki pengalaman dalam menjalankan usaha akan semakin mampu menghadapi berbagai masalah dan tantangan dalam menjalankan usaha. Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman dalam menjalankan usaha merupakan indikator terbaik dalam mengukur kinerja usaha, terutama pengalaman yang berkaitan dengan usaha

sebelumnya. Responden dalam penelitian ini telah menjalankan usaha selama 11-15 tahun sebesar 38.33 persen (Tabel 18). Hal ini menunjukkan responden telah berpengalaman dalam menjalankan UMKM gula aren, baik dari proses pembuatan gula aren hingga pemasaran gula aren. Responden menjalankan usaha selama 11-15 karena responden sejak kecil telah dibiasakan membantu orang tua membuat gula aren dan ketika mereka telah cukup dewasa, responden memulai usahanya sendiri.

Tabel 18 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan lama menjalankan usaha

Lama menjalankan usaha Jumlah (orang) Persentase (%)

1-5 tahun 17 14.17 6-10 tahun 26 21.67 11-15 tahun 46 38.33 16-20 tahun 18 15.00 >20 tahun 13 10.83 Jumlah 120 100 Sumber modal

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung kegiatan usaha. Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa wirausaha gula aren di Kabupaten Lombok Barat yang menjadi responden dalam penelitian ini seluruhnya (100 persen) memulai usaha dengan modal sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini mandiri dalam menjalankan usahanya dan tidak ingin terikat dengan lembaga pembiayaan atau pihak lain. Sumber modal yang berasal dari wirausaha dalam jumlah kecil. Jumlah modal yang kecil berkaitan dengan skala usaha yang dibangun oleh wirausaha dan akan berimplikasi pada besarnya pendapatan wirausaha UMKM gula aren.

Tabel 19 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan sumber modal

Sumber modal Jumlah (orang) Persentase (%)

Sendiri 120 100

Pinjaman 0 0

Sendiri dan pinjaman 0 0

Jumlah 120 100

Keuntungan usaha per bulan

Perhitungan keuntungan usaha per bulan dihitung dengan analisis pendapatan. Analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung produksi gula aren per hari selama sebulan, hasil penjualan gula aren per hari selama sebulan, kemudian dikurangi dengan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama sebulan oleh wirausaha. Sebaran keuntungan usaha per bulan wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Sebaran persentase karaktersitik responden berdasarkan keuntungan usaha

Keuntungan usaha per bulan Jumlah (orang) Persentase (%)

< Rp1 000 000 53 44.16 Rp1 000 000- Rp1 500 000 15 12.50 Rp1 5000 000- Rp2 000 000 42 35.00 Rp2 000 000- Rp2 500 000 7 2.50 >Rp2 500 000 3 2.50 Jumlah 120 100

Keuntungan usaha per bulan wirausaha UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat kurang dari Rp1 000 000 (44.16 persen). Wirausaha dengan keuntungan per bulan kurang dari Rp1 000 000 jumlahnya lebih banyak karena gula aren yang diproduksi tergantung pada jumlah nira aren yang diperoleh. Gula aren hasil produksi biasanya langsung dijual kepada pedagang pengumpul yang mendatangi tempat produksi wirausaha setelah gula selesai dibuat, namun ada juga yang menjualnya di pasar pada keesokan harinya.

6

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN,

KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN dan KINERJA

Dokumen terkait