• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Daerah Terkait dengan Pelayanan SKPD

Dalam dokumen BAB I P E N D A H U L U A N (Halaman 29-33)

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RSJ MUTIARA SUKMA

3.1. Gambaran Umum Daerah Terkait dengan Pelayanan SKPD

Sesuai Peraturan Daerah Nusa Tenggara Barat Nomor 8 tahun 2008 tanggal 25 Agustus 2008, yang diubah dengan Perda Nomor 12 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi NTB, tugas RSJ Mutiara Sukma NTB adalah melaksanakan upaya kesehatan khusus jiwa secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan khusus jiwa, pencegahan penyakit khusus jiwa dan melaksanakan upaya rujukan kesehatan khusus jiwa serta melaksanakan pelayanan bermutu sesuai standar pelayanan Rumah Sakit Jiwa Kelas B.

Dalam melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, RSJ Mutiara Sukma NTB menyelenggarakan fungsi: melaksanakan pelayanan pencegahan, pemulihan dan rehabilitasi kesehatan jiwa; melaksanakan upaya kesehatan jiwa masyarakat; melaksanakan pelayanan upaya pencegahan, terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; melaksanakan pelayanan rujukan; melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang kesehatan jiwa; melaksanakan pengkoordinasian dan pembinaan Rumah sakit Jiwa; melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Nusa Tenggara Barat dengan penduduk tahun 2013 berjumlah 4.630.302 jiwa merupakan peluang yang cukup signifikan bagi perkembangan pelayanan kesehatan jiwa. Terlebih-lebih RSJ Mutiara Sukma NTB merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa di Provinsi NTB. Hasil Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa prevalensi gangguan jiwa berat di Provinsi NTB mencapai 2,1‰ masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional yang hanya 1,7‰. Demikian

Rencana Strategis RSJ Mutiara Sukma 2013-2018

30

pula dengan prevalensi gangguan mental emosional di NTB juga masih berada diatas angka nasional yaitu 6,4%, sementara angka untuk Indonesia hanya 6%.

Keadaan ini menggambarkan adanya kesenjangan pelayanan kesehatan jiwa, yang mungkin disebabkan oleh stigma dan pengekangan HAM (pemasungan, penelantaran), akses ke RSJ yang sulit dijangkau karena kondisi geografis NTB, sementara Puskesmas tidak siap memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan tidak menjadi prioritas program, sehingga tidak ada program khusus terkait kesehatan jiwa, bahkan belum ada poli jiwa di Puskesmas se-NTB, kecuali Puskesmas Gerung yang pernah dibina oleh RSJ.

Kesenjangan pelayanan kesehatan jiwa ini juga menyebabkan angka kekambuhan pasien gangguan jiwa cukup tinggi, akibat pasien drop out (berhenti berobat) sehingga pasen setiap kali datang ke RSJ dalam keadan kekambuhan yang berat. Masalah utama adanya kesejangan pelayanan ini adalah tidak adanya komunikasi antara RSJ dengan Puskesmas, yang merupakan mata rantai pelayanan rujukan. Akibatnya setiap pasien paska rawat di RSJ, tidak ada yang memonitor apakah pasien minum obat, kontrol teratur atau tidak.

Sejak tahun 2008, RSJ Mutiara Sukma NTB melalui program Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas) telah memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang dapat menjangkau masyarakat sampai ke pelosok. Berbagai kegiatan Keswamas yang telah dijalankan antara lain integrasi pelayanan di Puskesmas se NTB, mobile clinic, home visit, pelatihan Community Mental Health Nursing (CMHN) bagi petugas Puskesmas dan kader kesehatan jiwa dan pelayanan kesehatan jiwa gratis di beberapa desa.

Dari berbagai upaya layanan kesehatan jiwa yang ada, maka muncullah gagasan untuk menjembatani masalah di atas yang tujuan utamanya “mendekatkan akses meningkatkan mutu” yaitu dengan membangun sistem rujukan, yang diberi nama “SISTEM RUJUKAN MODEL NTB” (sistem rujukan komunikatif). Model ini menyatukan mata rantai pelayanan kesehatan jiwa masarakat di RSJ melalui Tim Assertive Community Treatment (ACT), membentuk tim Community Mentah Health Nursing di Puskesmas dan Self Help Group (SHG/ Kelompok Swa Bantu) yang merupakan kelompok yang berasal dari pasen dan keluarganya.

Rencana Strategis RSJ Mutiara Sukma 2013-2018

31

Sistem ini mulai diujicobakan melalui “Pilot Project” di Puskesmas Keruak Lotim pada tahun 2011-2013 melalui anggran APBD, dan terus berkembang sampai sekarang. Saat ini telah ada 15 Puskesmas yang mempunyai Tim Terlatih (CMHN) yang tersebar di 10 Kabupaten/ Kota, melalui anggran APBN, APBD I dan II yang ada di Dinas Kesehatan.

Keutamaan sistem ini adalah terjalinnya sistem komunikasi antara RSJ-Puskesmas-pasien atau keluarga, sehingga mata rantai yang terputus antara RSJ, Puskesmas dan keluarga pasen dapat terjaga untuk mengatasi kesenjangan pelayanan kesehatan jiwa di NTB. Melalui model ini, sumberdaya lain yang ada di daerah juga diberdayakan. Kader kesehatan dilatih untuk menjadi kader kesehatan jiwa, sehingga mereka juga ikut memantau pasien dan keluarganya yang sedang menjalani terapi, dan dapat mendeteksi sedini mungkin gangguan jiwa yang ada di masyarakat sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas.

Dengan terlatihnya Tim dan dibukanya poli Jiwa di Puskesmas maka akses pelayanan menjadi lebih dekat ke masyarakat dan mutu pelayanan juga lebih baik. Dampak lain untuk RSJ adalah meningkatnya angka kunjungan, BOR

Rencana Strategis RSJ Mutiara Sukma 2013-2018

32

meningkat dari tahun ke tahun, yang semula dibawah 50 persen, pada tahun 2012 dan 2013 meningkat menjadi diatas 90 persen. Harapannya anggaran untuk mengembangkan poli jiwa dan melatih TIM CMHN menjadi prioritas juga di Dikes, sehingga semua Puskesmas di NTB dapat membuka poli Jiwa.

Gambaran pelayanan yang diuraikan di atas merupakan gambaran peran RSJ Mutiara Sukma NTB dibidang kesehatan terutama kesehatan jiwa yang merupakan bagian dari pelaksanaan Renstra RSJ Mutiara Sukma. Pelaksanaan Rencana Strategis sebelumnya (2009-2013) dan Rencana Strategis Bisnis (RSB) 2011-2015 yang tergambarkan oleh indikator kinerja sebagian telah mencapai target. Namun, ada beberapa yang belum terealisir di akhir tahun 2013. Sejumlah permasalahan atau kendala telah diidentifikasi, baik yang internal maupun eksternal. Berikut permasalahan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi di masing-masing seksi RSJ Mutiara Sukma NTB :

1. Sekretariat/Tata Usaha :

a. Administrasi keuangan terutama pencatatan dan pengelolaan keuangan belum tertib

b. Belum terintegrasinya sistim akuntansi BLUD yang accrual basic dengan akuntansi Pemda yang menggunakan cash basic

c. Perencanaan dan penganggaran belum sepenuhnya berdasarkan analisa kebutuhan dan belum didukung oleh sistem IT yang handal

d. Usulan perencanaan yang telah disusun dan diusulkan belum sepenuhnya mendapat kepastian penganggarannya

e. Pelaporan kadang-kadang tidak tepat waktu

f. Pengelolaan asset dan administrasi kepegawaian belum optimal.

g. Sistim administrasi umum terutama surat menyurat, kearsipan belum terkelola dengan baik

h. Setiap tahun RSJ Mutiara Sukma memiliki piutang dari klaim pelayanan i. Belum tersedianya SIM RS

j. Belum semua pembuat dan pengambil kebijakan di tingkat provinsi memiliki persepsi yang sama tentang implementasi BLUD

Rencana Strategis RSJ Mutiara Sukma 2013-2018

Dalam dokumen BAB I P E N D A H U L U A N (Halaman 29-33)

Dokumen terkait