• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor berada kurang lebih lima kilometer dari ibukota kecamatan, tiga puluh kilometer dari ibukota Kabupaten, dan seratus dua puluh kilometer dari ibukota provinsi Jawa Barat. Sebagian jalan sudah diaspal, namun masih ada yang berupa jalan batu.

Desa Rabak memiliki potensi sumber daya alam yang beragam. Untuk topografi sangat bervariasi, mulai dari dataran dan bergelombang. Adapun kemiringan lahan sawah 5 – 8 persen dan lahan kering 6 – 10 persen, pH tanah sawah 4 – 6 dan lahan kering 4 – 5, sedangkan tinggi tempat 125 diatas

permukaan laut dan berada pada suhu panas, curah hujan rata-rata diatas 10 bulan basah, dan jenis tanah termasuk jenis latosol.

Adapun batas-batas wilayah Desa Rabak, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Kampung Sawah, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibodas, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gobang, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Banyu Asih.

Kondisi Kependudukan

Berdasarkan data monografi Desa Rabak tahun 2013, jumlah penduduk Desa Rabak sebanyak 12.977 jiwa yang terdiri dari 6.434 jiwa laki-laki dan 6.543 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.372 kepala keluarga. Sebaran penduduk Desa Rabak hampir merata pada semua golongan usia. Jumlah penduduk yang berada pada usia 0 – 15 tahun sebanyak 3.882 jiwa, jumlah penduduk yang berada pada usia 16 – 30 tahun sebanyak 3.343 jiwa, jumlah penduduk yang berada pada usia 31 – 45 tahun sebanyak 2.992 jiwa, jumlah penduduk yang berada pada usia 46 – 60 tahun sebanyak 1.764 jiwa, dan jumlah penduduk yang berada pada usia 60 tahun ke atas sebanyak 996 jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan usia di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2013

Usia (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) 0 – 15 16 – 30 31 – 45 46 – 60 > 60 3.882 3.343 2.992 1.764 996 29,92 25,76 23,06 13,59 7,68 Jumlah 12.977 100,00

Sumber : Monografi Desa Rabak, 2013

Berdasarkan mata pencaharian penduduk Desa Rabak, jumlah penduduk dengan mata pencaharian terbanyak adalah sebagai petani sebanyak 64,32 persen dari total 3.899 jiwa yang memiliki mata pencaharian. Sebanyak 12,34 persen penduduk dengan mata pencaharian dibidang jasa, sebanyak 10,54 persen penduduk dengan mata pencaharian sebagai pedagang, sebanyak 8,23 persen penduduk dengan mata pencaharian sebagai pegawai swasta, sebanyak 1,03 persen penduduk dengan mata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil, sebanyak 0,08 persen penduduk dengan mata pencaharian sebagai tentara negara Indonesia, dan sebanyak 3,46 persen penduduk dengan mata pencaharian lain-lain. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2013

Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) Petani

Jasa Pedagang Pegawai Swasta Pegawai Negeri Sipil TNI Lain-lain 2.508 481 411 321 40 3 135 64,32 12,34 10,54 8,23 1,03 0,08 3,46 Jumlah 3.899 100,00

Sumber : Monografi Desa Rabak, 2013

Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk Desa Rabak, sebagian besar penduduk Desa Rabak adalah lulusan SD sebanyak 4.341 jiwa. Sebanyak 3.702 penduduk tidak sekolah, sebanyak 349 penduduk adalah lulusan SMP, sebanyak 211 penduduk adalah lulusan SLTA, sebanyak 35 penduduk adalah lulusan D3, dan sebanyak 34 penduduk adalah lulusan S1. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) Tidak Sekolah SD SMP SLTA D3 S1 3.702 4.341 349 211 35 34 42,69 50,06 4,03 2,43 0,40 0,39 Jumlah 8.672 100,00

Sumber : Monografi Desa Rabak, 2013

Karakteristik Responden Petani

Responden petani di daerah penelitian memiliki berbagai karakteristik yang berbeda-beda, seperti perbedaan umur dan pengalaman dalam berusahatani pisang, tingkat pendidikan, luas lahan yang diusahakan, serta status usaha bertani mereka. Hal ini dapat mempengaruhi teknik dan kebiasaan mereka dalam berusahatani.

Status Usaha Bertani Responden Petani

Pada umumnya responden petani menjadikan pekerjaan berusahatani pisang lampung sebagai usaha sampingan. Dari 30 orang responden petani yang mengusahakan pisang lampung, sebanyak 21 orang menjadikan pekerjaan

berusahatani pisang lampung sebagai usaha sampingan dan sebanyak 9 orang menjadikan pekerjaan berusahatani pisang lampung sebagai usaha utama/pokok. Dalam statusnya sebagai usaha utama/pokok atau sampingan dapat dilihat dalam kepengurusan usahatani pisang yang diusahakan. Petani yang mengusahakan tanaman pisang sebagai usaha utama/pokok maka akan lebih fokus terhadap usahataninya daripada yang mengusahakan tanaman pisang sebagai usaha sampingan karena petani dengan usaha sampingan akan lebih fokus terhadap usaha atau pekerjaan utamanya sebagai pedagang atau pegawai. Sebaran responden petani berdasarkan status usaha bertani pada cabang usahatani pisang lampung di Desa Rabak pada bulan Mei hingga Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Status Usaha Bertani Pada Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013

Status Usaha Bertani Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Mata Pencaharian Utama

Mata Pencaharian Sampingan

9 21

30 70

Jumlah 30 100

Usia Responden Petani

Usia sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Petani yang berumur relatif muda biasanya lebih dinamis, memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dan berani mengambil risiko. Sedangkan petani yang relatif lebih tua biasanya mempunyai pengalaman berusahatani cukup lama sehingga lebih matang dalam pengelolaan usahataninya.

Dari 30 orang responden petani di Desa Rabak, usia responden petani pengusahaan pisang lampung berkisar antara 40 – 55 tahun. Responden petani yang memiliki usia antara 40 – 43 tahun sebanyak 4 orang, responden petani yang memiliki usia antara 44 – 47 tahun sebanyak 4 orang, responden petani yang memiliki usia antara 48 – 51 tahun sebanyak 16 orang, dan responden petani yang memiliki usia antara 52 – 55 tahun sebanyak 6 orang. Sebaran responden petani berdasarkan usia pada cabang usahatani pisang lampung di Desa Rabak pada bulan Mei hingga Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Usia Pada Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013

Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 40 – 43 44 – 47 48 – 51 52 – 55 4 4 16 6 13,33 13,33 53,33 20,00 Jumlah 30 100,00

Tingkat Pendidikan Responden Petani

Tingkat pendidikan responden petani akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh responden petani pernah mengikuti pendidikan formal, namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh responden petani tersebut masih rendah. Selain mengikuti pendidikan formal, responden petani juga pernah mengikuti pendidikan informal, seperti pelatihan- pelatihan dan kursus-kursus yang berhubungan dengan pertanian. Pelatihan- pelatihan dan kursus-kursus ini biasanya diadakan oleh Dinas Pertanian dan PPL setempat.

Mayoritas tingkat pendidikan responden petani adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Sebanyak 29 orang responden petani adalah tamatan SD dan hanya 1 orang dengan tingkat pendidikan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sebaran responden petani berdasarkan tingkat pendidikan pada cabang usahatani pisang lampung di Desa Rabak pada bulan Mei hingga Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) SD SLTA 29 1 96,67 3,33 Jumlah 30 100,00

Pengalaman Berusahatani Pisang Lampung Responden Petani

Tingkat pendidikan atau pengetahuan yang baik tidaklah cukup untuk mendukung keberhasilan seorang petani. Selain dari pendidikan yang baik, dibutuhkan juga pengalaman dalam berusahatani. Rendahnya tingkat pendidikan responden petani tidak mencerminkan rendahnya pengetahuan mereka dalam berusahatani pisang.

Dari 30 orang responden petani, pengalaman berusahatani pisang responden petani berkisar antara 0 – 30 tahun. Sebanyak 8 orang responden petani memiliki pengalaman berusahatani pisang berkisar antara 0 – 10 tahun, sebanyak 16 orang responden petani memiliki pengalaman berusahatani pisang berkisar antara 11 – 20 tahun, dan sebanyak 6 orang responden petani memiliki pengalaman berusahatani pisang berkisar antara 21 – 30 tahun. Sebaran responden petani berdasarkan pengalaman berusahatani pada cabang usahatani pisang lampung di Desa Rabak pada bulan Mei hingga Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pada Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013

Pengalaman (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 0 – 10 11 – 20 21 – 30 8 16 6 26,67 53,33 20,00 Jumlah 30 100,00

Luas dan Status Pengusahaan Pisang Lampung Responden Petani

Pada umumnya status pengusahaan pisang responden petani sebagai petani penggarap dengan menggarap lahan milik Perum Perhutani. Luas lahan yang digarap dengan pengusahaan tanaman pisang rata-rata seluas 6.600 m2. Dari 30 orang responden petani, sebanyak 1 orang responden petani yang mengusahakan tanaman pisang dengan lahan < 5.000 m2, sebanyak 21 orang responden petani yang mengusahakan tanaman pisang dengan lahan 5.000 m2, dan sebanyak 8 orang responden petani yang mengusahakan tanaman pisang dengan lahan > 5.000 m2. Sebaran responden petani berdasarkan luas dan status pengusahaan pada cabang usahatani pisang lampung di Desa Rabak pada bulan Mei hingga Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Luas dan Status Pengusahaan Pada Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013

Luas Lahan (m2) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) < 5.000 5.000 > 5.000 1 21 8 3,33 70,00 26,67 Jumlah 30 100,00

Teknik Budidaya Pisang Lampung di Desa Rabak

Teknik budidaya pisang lampung yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan jenis pisang lainnya yang meliputi kegiatan pengolahan tanah, kegiatan penanaman, kegiatan pemupukan, kegiatan penyiangan, kegiatan pemberantasan hama penyakit, serta kegiatan pemanenan.

Pengolahan Tanah

Kegiatan pengolahan tanah yang biasa dilakukan di Desa Rabak, yaitu dengan menebang pohon pisang yang telah dipanen atau membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman yang ada dan membersihkan lahan dari gulma-gulma. Setelah lahan bersih dari tanaman dan juga gulma, kemudian dilanjutkan dengan mencangkul tanah hingga tanah yang akan ditanami pisang menjadi gembur dan

diratakan. Pengolahan tanah bukan kegiatan yang mutlak harus dilakukan, khususnya pada lahan yang masih gembur dan tidak terdapat gulma. Untuk tanah yang beralang-alang perlu dicangkul sedalam 50 x 50 sentimeter. Alang-alang merupakan gangguan utama untuk tanaman pisang karena dapat menyebabkan kompetisi perolehan kebutuhan hara dan mineral-mineral tanah antar tanaman pisang dengan gulma. Proses pengolahan tanah sampai siap tanam berlangsung cukup lama, yaitu sekitar 2 – 3 bulan.

Penanaman

Pada umumnya responden petani menanam pisang dengan cara yang bervariasi, dimana menanam pisang dipinggiran-pinggiran sawah atau kebun yang mereka tanami padi atau tanaman lain. Ada juga yang menanam pisang disela-sela tanaman lain, seperti pepaya, durian, jambu biji, dan lain-lain sebagai tanaman tumpang sari. Jarak tanam yang digunakan oleh responden petani dalam menanam pisang adalah 2 x 3 meter atau 3 x 3 meter. Hal ini dilakukan untuk mencegah daun pisang saling bersinggungan satu sama lain sehingga tanaman pisang dapat tumbuh dengan optimal. Teknik budidaya yang diterapkan oleh responden petani di Desa Rabak pada umumnya masih belum intensif, sehingga tidak ada perawatan atau perlakuan khusus yang diberikan pada tanaman pisang tersebut. Pada umumnya pisang ditanam, kemudian ditinggal untuk langsung menunggu berbuah saja.

Pisang-pisang yang dihasilkan oleh repsonden petani di Desa Rabak sangat beragam. Pada umumnya responden petani menanam pisang secara tidak teratur secara jenis dan varietasnya sehingga dalam satu tempat bisa terdapat bermacam-macam jenis pisang. Pisang yang dihasilkan oleh responden petani di Desa Rabak antara lain pisang lampung, pisang ambon, pisang nangka, dan lainnya. Tetapi pisang yang paling banyak ditanam oleh responden petani adalah pisang lampung.

Pemupukan

Pemupukan yang intensif selalu diberikan untuk tanaman yang responden petani anggap lebih penting dan utama dibandingkan pisang, seperti padi dan palawija. Hal itu menunjukkan bahwa responden petani memiliki keterbatasan modal serta keterbatasan ilmu pengetahuan tentang budidaya pisang itu sendiri. Responden petani tidak menggunakan pupuk kimia kepada tanaman pisang dengan pertimbangan bahwa tanaman pisang telah memperoleh pupuk dari tanaman utama yang ditanam disekitarnya dengan cara tumpangsari, karena pada saat pupuk diberikan pada tanaman utama, seperti padi dan palawija, pupuk juga akan diserap oleh perakaran tanaman pisang. Sebagian responden petani hanya menggunakan pupuk kandang yang lebih ekonomis.

Penyiangan

Kegiatan penyiangan tanaman pisang dilakukan jika responden petani memiliki waktu luang atau jika memang sedang berada di tempat yang sama dengan tanaman pisang tersebut ditanam. Tidak ada waktu khusus bagi responden

petani untuk melakukan kegiatan penyiangan ini. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma-gulma yang berada disekitar tanaman pisang tersebut dengan menggunakan alat sabit atau cangkul. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar tanaman pisang dapat tumbuh dengan baik tanpa ada gangguan dari gulma-gulma.

Pemberantasan Hama Penyakit

Pada umumnya responden petani di Desa Rabak tidak melakukan pemberantasan hama penyakit tanaman pisang secara intensif. Jika tanaman mengalami serangan hama dan penyakit, tanaman dibiarkan saja atau ditebang dan dibakar sebagai teknik meminimalisasi serangan hama dan penyakit agar tidak menular ke tanaman lain. Perlakuan tersebut dilakukan karena terdapatnya keterbatasan modal repsonden petani pisang lampung.

Pemanenan

Pada umumnya responden petani melakukan pemanenan pisang ketika pisang masih dalam keadaan mentah, namun ada juga yang memanennya dalam keadaan yang sudah matang, tergantung dari kebutuhan atau keperluan. Pemanenan pisang dilakukan secara bertahap dan tidak dilakukan secara keseluruhan karena tanaman pisang juga tidak berbuah secara serentak meskipun waktu penanaman dilakukan secara bersamaan. Waktu pemanenan pisang dilakukan rata-rata satu hingga dua minggu sekali. Cara panen yang biasa dilakukan oleh responden petani adalah secara manual, yaitu buah pisang yang akan dipanen tersebut dipotong dan kemudian bisa langsung dijual. Pisang sudah mulai berproduksi dan bisa dipungut hasilnya pada umur 12 – 15 bulan setelah tanam atau 4 – 6 bulan setelah tanaman berbunga.

Dokumen terkait