• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM FILM MAMA CAKE

Bab ini berisi gambaran umum mengenai latar belakang pembuatan film, visi misi, sinopsis film Mama Cake, profil

sutradara, para crew dan pemeran film serta karakter tokoh dalam film Mama Cake.

BAB IV : ANALISIS ISI PESAN DAKWAH FILM MAMA CAKE

Bab ini berisi mengenai analisis hasil temuan tentang Pesan Dakwah dalam Film Mama Cake dan pesan yang paling dominan dalam film Mama Cake.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.

16

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Analisis Isi

Analisis isi (Content Analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.1 Analisis isi juga dapat dikatakan sebagai suatu teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik dan relevan secara sosiologis, uraian analisisnya boleh saja menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif bahkan keduanya sekaligus.2

Menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan dipilih.3 Kemudian menurut Berelson (1952) mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang obyektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Sedangkan definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu: analisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.4

1

Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), Modul 1-9, edisi ke-2,h.7.9

2

Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 1993), Modul 1-9, edisi ke-2, h 2.13

3

Rachmat Kriyantono,Teknik Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta: Perdana Media Group, 2007), cet. Ke-2, h.228

4

Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 164 dan 171

Dari beberapa definisi di atas maka muncullah prinsip analisis isi5:

1. Prinsip sistematik

Ada perlakuan produser yanag sama pada semua isi yang dianalisis. Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.

2. Prinsip objektif

Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori pesan yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risenya beda. 3. Prinsip Kuantitatif

Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang di definisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.

4. Prinsip isi yang nyata

Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukan adanya sesuatu yang teresembunyi, hal itu sah saja. Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita, radio, televisi, iklan maupun semua

5

bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik metodologi penelitian.6

B. Tinjauan Tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu daa-yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil.7 Warson Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose),mendorong (to urge)dan memohon (to pray).8

Pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa ahli dakwah diantaranya adalah:

a. H.M Arifin mengatakan dakwah adalah kegiatan menyeru, baik dalam bentuk lisan dan tulisan, maupun tingkah laku dan lain sebagainya yang dilakukan secara individual atau kelompok. Supaya timbul dalam dirinya suatu pengetahuan kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama, sebagai pesan yang disampaikan kepada mereka tanpa unsur paksaan.9

b. Menurut Prof. Toha Yahya Oemar, M.A dakwah yaitu mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

6

Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha,Metode Penelitian Komunikasi,h.7.9

7

Firdaus Al. Hisyam dan Rudy Haryono,Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab–Indonesia–

Inggris,(Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 247

8

SamsulMunir Amin,Ilmu Dakwah,(Jakarta: Amzah, 2009), h.1

9

dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.10

c. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf nahi mungkar.11

Maka dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa kegiatan dakwah merupakan kegiatan menyeru atau mengajak orang lain baik secara individu ataupun kelompok, agar menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan Hadist. Dengan tujuan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

2. Pesan Dakwah

Pesan dalam ajaran islam adalah perintah, nasehat, permintaan, amanah yang harus disamapaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Quran dan al-Hadist baik secara tertulis maupun dalam bentuk-bentuk pesan risalah.12

Maka, pesan dakwah mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakana yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadist yang berupa Akidah, Syariah, dan Akhlak yang disampaikan untuk mengajak manusia baik individu ataupun kelompok melalui media lisan maupun tulisan agar mengikuti ajaran Islam dan

10

Toha Yahya Oemar,Ilmu Dakwah,(Jakarta: PT. Widjaya, 1992), h. 1

11

Wahidin Saputra,Pengantar Ilmu Dakwah,(Jakarta: Rajawali Press, 2011), ed. Ke-1, h.1-2

12

mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.

3. Tujuan Dakwah

Secara umum tujuan dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah. Pada dasarnya tujuan dakwah dapat dibedakan dalam dua macam tujuan, yaitu tujuan umum dakwah(Mayor Objective),dan tujuan khusus dakwah(Minor Objective).

a. Tujuan Umum Dakwah(Mayor Objective)

Tujuan umum dakwah(Mayor Objective)merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah uang masih bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkahnya proses dakwah harus ditunjukan dan diarahkan kepadanya. Tujuan utama dakwah adalah nilai-nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan aktivitas dakwah.

Untuk tercapainya tujuan utama inilah maka semua penyususnan rencana dan tindakan dakwah harus mengarah kesana. Tujuan dakwah di atas masih bersifat global atau umum, oleh karena itu diperlukan perumusan-perumusan secara terperinci pada bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara ini tujuan dakwah yang utama itu menunjukan pengertian bahwa dakwah ditujukan kepada seluruh umat, baik yang sudah memeluk agama maupun yang masih dalam keadaan kafir atau musyrik.

b. Tujuan Khusus Dakwah(Minor Objective)

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan dan penjabaran dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara apa, bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antara juru dakwah yang satu dengan yang lainnya hanya karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.13

4. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), thariqah (metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebuatn mubaligh (orang yang meyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang

13

h.51-menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama,khatib(orang yang berkhotbah), dan sebagainya.

Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah Wa’ad, mubaligh mustama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama islam.14

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.

Muhammad Abduh membagiMad’umenjadi tiga golongan, yaitu: 1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat

berpikir secara kritis, dan cepat menangkap persoalaan.

2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

14

M. Munir, Wahyu Illaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.22

3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.

c. Maddah (Materi) Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u.15 Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:

1) Masalah Akidah (Keimanan)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Yang menjadi materi pada masalah akidah yaitu:16

a) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian seorang Muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain.

b) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh Alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu. Seperti yang dapat kita lihat dalam QS. Al-Hujarat ayat : 13

15

M. Munir Wahyu Illahihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 24

16











































Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha Mengenal.”(QS. Al-Hujarat:13) c) Kejelasan dan kesederhanaan. Seluruh ajaran akidah baik soal

ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah dipahami. d) Ketuhanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.

Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju kepada kesejahteraan. Akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan.

Secara garis besar akidah dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Iman kepada Allah

b. Iman kepada Malaikat Allah c. Iman kepada Kitab-kitab Allah d. Iman kepada Rasul-rasul Allah e. Iman kepada Hari akhir

2) Masalah Syariah

Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah membahas tentang halal, haram, mubah, dan makruh inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di kalangan kaum muslim.

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam adalah, bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dan nonmuslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.

Secara garis besar syariah dikelompokan sebagai berikut: a. Masalah Ibadah 1. Thaharah (Bersuci) 2. Sholat 3. Zakat 4. Puasa 5. Haji

b. Masalah Muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan

mu’amalah lebih besar porsinya dari pada urusan ibadah. Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini jadi masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam Mu’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.

Sehingga muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah. Hal ini beralasan diantaranya:17

a. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifarat-nya (tebusannya) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah. Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah, maka urusan ibadah tidak dapat menutupi.

b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan). c. Dalam Al-Quran atau kitab-kitab hadist, proporsi terbesar

sumber hukum itu berkenaan dengan rumusan muamalah. d. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran

lebih besar dari pada ibadah yang bersifat perorangan. Oleh

17

Moh. Ali Aziz,Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Penada Media Group, 2009), cet. Ke-2, h.115-117

karena itu sholat jamaah lebih tinggi nilainya dari pada shalat munfarid (sendirian) dua puluh tujuh derajat sebagaimana riwayat Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majjah, dan Ubai bin Ka’ab, Rasullullah SAW bersabda: Shalat seorang laki-laki dengan seorang lain lagi lebih suci dari pada shalatnya sendirian, shalatnya dengan dua orang lain lebih suci shalatnya lagi dengan seorang lain makin banyak kawan shalat makin dicintai oleh Allah SWT. Shalat berjamaah, shalat Jumat, zakat karena banyak melibatkan segi sosial mendapatkan perhatian besar dari ajaran Islam.

e. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah sebagaimana yang tertera dalam hadist-hadist berikut:

1. Maukah kamu aku beritahukan derajat apa yang lebih utama dari pada shalat, puasa, dan shadaqah (sahabat menjawab, tentu) yaitu mendamaikan kedua belah pihak yang bertengkar.

2. Mencari ilmu satu saat adalah lebih baik dari pada sembahyang satu malam, dan mencari ilmu satu hari adalah lebih baik dari pada puasa tiga bulan.

3. Barang siapa bangun di pagi hari dan berniat menolong orang-orang yang teraniaya dan memenuhi keperluan orang Islam, baginya ganjaran seperti haji mabrur. Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling

bermanfaat bagi manusia, dan amal yang paling utama ialah memasukan rasa bahagia pada hati orang-orang yang beriman menutup rasa lapar, membebaskan dari kesulitan, atau membayarkan hutang.

4. Orang-orang yang bekerja untuk menyantuni janda dan orang-orang miskin, adalah seperti pejuang di jalan Allah, (Atau aku kata beliau berkata) dan seperti orang yang terus menerus shalat malam dan terus-menerus puasa.

Dari hadist-hadist di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah sosial seperti menyantuni kaum dhuafa, mendamaikan pihak yang bertengkar, berpikir dan mencari ilmu, meringankan penderitaan orang lain adalah lebih besar ganjarannya dari pada ibadah-ibadah sunah. 5. Masalah Akhlak

Pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperature batin yang memengaruhi perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat menghalangi usaha pencapaian tersebut.

Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak.

Dalam materi akhlak ini sangat luas sekali pembahasannya, tidak hanya bersifat lahiriyah saja tetapi juga sangat melibatkan pikiran. Akhlak dunia (agama) mencakup pada berbagai aspek, dimulai dari akhlak kepada Allah hingga akhlak kepada sesama, akhlak meliputi:

a. Akhlak kepada Allah, akhlak ini bertolak pada pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.

b. Akhlak terhadap sesama manusia.

c. Akhlak terhadap lingkungan, lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang tidak bernyawa lainnya.18

5. Wasilah (Media) Dakwah

Wasillah (Media) dakwah merupakan unsur tambahan dalam kegiatan dakwah.19 Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai macam wasilah. Hamzah Ya’qub

18

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. Ke-2, h.119

19

membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.20

a) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, contohnya: ceramah, pidato, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.

b) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan seperti buku, majalah, surat kabar, spanduk, dan sebagainya.

c) Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.

d) Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film, slide, Internet, dan sebagainya.

e) Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan olehmad’u.

6. Thariqah (Metode) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia.21 Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam.

Prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah tertera dalam QS. An-Nahl ayat :125

20

M. Munir Illaihi,Manajemen Dakwah,h.32

21











































Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. An-Nahl:125)

Secara garis besar dari ayat tersebut ada tiga pokok metode thariqah dakwah, yaitu:

a) Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memerhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. b) Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan dapat menyentuh hati mereka.

c) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.

7. Atsar (Efek) Dakwah

Atsar atau efek merupakan unsur terakhir sebagai perwujudan dari kerjasama seluruh unsur lain.22Atsar (efek) sering disebut juga feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.

Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan pnyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Demikian juga strategi dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan.

C. Tinjauan Tentang Film 1. Pengertian Film

Film adalah gambar hidup, sering juga di sebut dengan movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film merupakan teknologi hiburan massa yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas disamping pers, radio, dan televisi.23

22

Anwar Arifin,Dakwah Kontemporer,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet. Ke-1, h. 177

23

Sean McBridge,Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara Satu Dimensi,(Jakarta:Balai Pustaka, 1983), h.20

Secara harfiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema +tho = phytos(cahaya) +graphie = Graph(tulisan = gambar = citra), jadi film adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.24

Film merupakan media komunikasi massa, media komunikasi massa adalah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu Film. Film dibuat dengan tujuan tetentu kemudian hasilnya ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis.

Definisi film menurut Effendy dalam buku komunikasi massa karya Elvinaro Ardianto memaparkan bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dipandang dan didengar, yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran menurut proses kimiawi, porses elektronik, atau proses lainnya yang dapat dipertunjukan dan ditayangkan dengan sistem secara mekanik dan

Dokumen terkait