• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Tinjauan Tentang Dakwah

4. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), thariqah (metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebuatn mubaligh (orang yang meyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang

13

h.51-menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama,khatib(orang yang berkhotbah), dan sebagainya.

Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah Wa’ad, mubaligh mustama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama islam.14

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.

Muhammad Abduh membagiMad’umenjadi tiga golongan, yaitu: 1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat

berpikir secara kritis, dan cepat menangkap persoalaan.

2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

14

M. Munir, Wahyu Illaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.22

3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.

c. Maddah (Materi) Dakwah

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u.15 Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:

1) Masalah Akidah (Keimanan)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Yang menjadi materi pada masalah akidah yaitu:16

a) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian seorang Muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain.

b) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh Alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu. Seperti yang dapat kita lihat dalam QS. Al-Hujarat ayat : 13

15

M. Munir Wahyu Illahihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 24

16











































Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha Mengenal.”(QS. Al-Hujarat:13) c) Kejelasan dan kesederhanaan. Seluruh ajaran akidah baik soal

ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah dipahami. d) Ketuhanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.

Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju kepada kesejahteraan. Akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan.

Secara garis besar akidah dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Iman kepada Allah

b. Iman kepada Malaikat Allah c. Iman kepada Kitab-kitab Allah d. Iman kepada Rasul-rasul Allah e. Iman kepada Hari akhir

2) Masalah Syariah

Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah membahas tentang halal, haram, mubah, dan makruh inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di kalangan kaum muslim.

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam adalah, bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat Muslim dan nonmuslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.

Secara garis besar syariah dikelompokan sebagai berikut: a. Masalah Ibadah 1. Thaharah (Bersuci) 2. Sholat 3. Zakat 4. Puasa 5. Haji

b. Masalah Muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan

mu’amalah lebih besar porsinya dari pada urusan ibadah. Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini jadi masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam Mu’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT.

Sehingga muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah. Hal ini beralasan diantaranya:17

a. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifarat-nya (tebusannya) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan muamalah. Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah, maka urusan ibadah tidak dapat menutupi.

b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan). c. Dalam Al-Quran atau kitab-kitab hadist, proporsi terbesar

sumber hukum itu berkenaan dengan rumusan muamalah. d. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran

lebih besar dari pada ibadah yang bersifat perorangan. Oleh

17

Moh. Ali Aziz,Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Penada Media Group, 2009), cet. Ke-2, h.115-117

karena itu sholat jamaah lebih tinggi nilainya dari pada shalat munfarid (sendirian) dua puluh tujuh derajat sebagaimana riwayat Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majjah, dan Ubai bin Ka’ab, Rasullullah SAW bersabda: Shalat seorang laki-laki dengan seorang lain lagi lebih suci dari pada shalatnya sendirian, shalatnya dengan dua orang lain lebih suci shalatnya lagi dengan seorang lain makin banyak kawan shalat makin dicintai oleh Allah SWT. Shalat berjamaah, shalat Jumat, zakat karena banyak melibatkan segi sosial mendapatkan perhatian besar dari ajaran Islam.

e. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah sebagaimana yang tertera dalam hadist-hadist berikut:

1. Maukah kamu aku beritahukan derajat apa yang lebih utama dari pada shalat, puasa, dan shadaqah (sahabat menjawab, tentu) yaitu mendamaikan kedua belah pihak yang bertengkar.

2. Mencari ilmu satu saat adalah lebih baik dari pada sembahyang satu malam, dan mencari ilmu satu hari adalah lebih baik dari pada puasa tiga bulan.

3. Barang siapa bangun di pagi hari dan berniat menolong orang-orang yang teraniaya dan memenuhi keperluan orang Islam, baginya ganjaran seperti haji mabrur. Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling

bermanfaat bagi manusia, dan amal yang paling utama ialah memasukan rasa bahagia pada hati orang-orang yang beriman menutup rasa lapar, membebaskan dari kesulitan, atau membayarkan hutang.

4. Orang-orang yang bekerja untuk menyantuni janda dan orang-orang miskin, adalah seperti pejuang di jalan Allah, (Atau aku kata beliau berkata) dan seperti orang yang terus menerus shalat malam dan terus-menerus puasa.

Dari hadist-hadist di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah sosial seperti menyantuni kaum dhuafa, mendamaikan pihak yang bertengkar, berpikir dan mencari ilmu, meringankan penderitaan orang lain adalah lebih besar ganjarannya dari pada ibadah-ibadah sunah. 5. Masalah Akhlak

Pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperature batin yang memengaruhi perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat menghalangi usaha pencapaian tersebut.

Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak.

Dalam materi akhlak ini sangat luas sekali pembahasannya, tidak hanya bersifat lahiriyah saja tetapi juga sangat melibatkan pikiran. Akhlak dunia (agama) mencakup pada berbagai aspek, dimulai dari akhlak kepada Allah hingga akhlak kepada sesama, akhlak meliputi:

a. Akhlak kepada Allah, akhlak ini bertolak pada pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.

b. Akhlak terhadap sesama manusia.

c. Akhlak terhadap lingkungan, lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda yang tidak bernyawa lainnya.18

Dokumen terkait