• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar 350.148 hektar. Secara geografis, Kabupaten Cianjur terbagi dalam 3 wilayah, yaitu wilayah utara, wilayah tengah, dan wilayah selatan dengan jumlah kecamatan sebanyak 32 kecamatan, 342 desa, dan enam kelurahan. Wilayah pengembangan utara merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede yang terdiri dari dataran tinggi pegunungan dan dataran yang digunakan untuk areal persawahan. Wilayah pengembangan tengah merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil dengan struktur tanahnya labil, sehingga sering terjadi longsor. Dataran lainnya terdiri dari areal perkebunan, ladang, dan sawah. Wilayah pengembangan selatan merupakan dataran rendah dengan bukir-bukit kecil yang diselingi pegunungan yang melebar sampai ke pantai Samudera Indonesia.

Lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa Cipeuyeum memiliki luas wilayah sebesar 291.867 hektar. Desa ini berbatasan wilayah dengan beberapa desa yang ada di Kecamatan Haurwangi dan Ciranjang. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kertamukti, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mekarwangi, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kertamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunungsari.

Desa Cipeuyeum memiliki suhu rata-rata harian 28 sampai 35 oC. Desa ini terletak diketinggian 2 500 meter di atas permukaan laut. Lahan pertanian yang digunakan untuk pertanian seluas 103.33 hektar. Lahan pertanian di desa ini ditanami oleh komoditas padi dan palawija, khususnya kedelai. Tanah kering di desa ini digunakan untuk pemukiman, ladang, dan pekarangan. Luas tanah kering yang berada di wilayah ini sebesar 99.65 hektar (Data Potensi Desa Cipeuyeum, 2012).

Desa Cipeuyeum terdiri atas 25 RT, 11 RW, dan 3 dusun. Jumlah penduduk desa ini pada tahun 2012 sebanyak 5 497 orang yang terdiri dari penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 2 878 orang dan penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah 2 619 orang. Jumlah penduduk berdasarkan sebaran usia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran Usia Penduduk Desa Cipeuyeum Tahun 2012

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0-19 2 247 40.84

2. 20-54 2 587 47.02

3. >54 668 12.14

Total 5 502 100.00

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuyeum, 2012

Sebaran usia terbesar yaitu berada pada usia produktif antara 20 dan 54 tahun sebanyak 2 587 orang atau 47.02 persen dari total penduduk. Penduduk dengan usia lebih dari 54 tahun sebanyak 668 orang atau 12.14 persen, sedangkan sebaran usia antara 0 dan 19 tahun sebanyak 40.84 persen dari total penduduk desa. Penduduk Desa Cipeuyeum sebagian besar memiliki tingkat pendidikan

formal sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan penduduk desa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Cipeuyeum Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. TK 32 0.74 2. SD 3386 78.76 3. SMP 488 11.35 4. SMA 368 8.56 5. D3 25 0.58 Total 4299 99.99

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuyeum, 2012

Tingkat pendidikan penduduk Desa Cipeuyeum tergolong rendah. Sebanyak 78.76 persen dari total warga desa yang mendapatkan kesempatan untuk bersekolah hanya sampai tingkat sekolah dasar. Penduduk desa yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi tidak sampai satu persen dari jumlah total penduduk desa bersekolah. Tingkat pendidikan warga desa berkaitan dengan mata pencaharian yang dimiliki oleh warga desa. Daftar mata pencaharian warga Desa Cipeuyeum dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Cipeuyeum Tahun 2012

No. Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Buruh 1098 57.51

2. Petani 328 17.18

3. Pedagang Keliling 219 11.47

4. PNS 87 4.56

5. Karyawan Swasta 83 4.35

6. Pembantu Rumah Tangga 58 3.04

7. Pengusaha Kecil dan Menengah 18 0.94

8. Pengrajin Industri Rumah Tangga 8 0.42

9. POLRI 5 0.26

10 TNI 4 0.21

11. Arsitek 1 0.05

Total 1909 99.99

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuyeum, 2012

Mata pencaharian penduduk terbesar yang terdapat di desa ini adalah sebagai buruh tani sebanyak 1098 orang dan petani sebanyak 328 orang. Warga desa yang bekerja di instansi pemerintah dan perusahaan hanya 9 persen dari total penduduk desa. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang ditempuh warga desa. Warga yang bekerja sebagai PNS atau karyawan swasta pasti memiliki pendidikan terakhir minimal sampai SMA. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 6, bahwa warga yang memiliki pendidikan terakhir SMA dan D3 juga sekitar 9 persen dari penduduk desa yang bersekolah. Warga desa yang memiliki pendidikan terakhir sampai tingkat SD maupun SMP dapat dikatakan memiliki

24

mata pencaharian sebagai petani, buruh tani, pembantu rumah tangga, pedagang keliling, pengusaha kecil dan menengah, dan pengrajin industri rumah tangga.

Karakteristik Petani Responden

Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani kedelai yang ada di Desa Cipeuyeum. Petani menanam kedelai hanya satu kali musim tanam dalam satu tahun. Jumlah petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 30 orang. Beberapa karakteristik petani yang akan diuraikan adalah umur petani, luas lahan garapan, tingkat pendidikan petani, pengalaman usahatani. Karakteristik petani responden memiliki kaitan yang penting terhadap pelaksanaan usahatani, terutama pada proses budidaya kedelai.

Umur Petani Responden

Umur produktif seorang pekerja yaitu antara 20 dan 55 tahun. Beberapa petani kedelai yang menjadi responden memiliki umur yang tidak produktif lagi. Kemampuan mengelola usahatani pada saat umur produktif akan jauh berbeda dengan umur yang tidak produktif. Sebaran umur petani responden akan dijelaskan pada Tabel 9.

Tabel 9 Karakteristik Umur Petani Responden di Desa Cipeuyeum Tahun 2013 No. Sebaran Umur (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. 30-45 8 26.67

2. 46-55 7 23.33

3. > 55 15 50.00

Total 30 100.00

Persentase umur petani yang termasuk kategori umur produktif dan umur tidak produktif terbagi merata. Umur petani responden yang masih produktif yaitu 50 persen dari total petani responden, sedangkan umur petani yang tidak produktif juga 50 persen dari total responden. Banyaknya petani yang berumur lebih dari 55 tahun disebabkan para pemuda yang berada di desa saat ini tidak memiliki minat untuk berusahatani. Hal ini membuat para petani terpaksa melanjutkan kegiatan usahatani walaupun umur mereka sudah mencapai umur yang tidak produktif lagi. Petani responden dengan umur lebih dari 55 tahun (10 petani responden) menggunakan lebih banyak tenaga kerja luar keluarga. Anggota keluarga yang paling banyak membantu petani hanya istri petani. Namun, terdapat beberapa petani yang memiliki umur lebih dari 55 tahun yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk membantu kegiatan usahatani mereka. Anggota keluarga yang banyak dipakai oleh petani responden tersebut yaitu anak petani yang tetap tinggal di Desa Cipeuyeum dan memilih untuk bekerja sebagai petani.

Luas Lahan Garapan Petani Responden

Luas lahan sawah yang digarap oleh petani akan menentukan besarnya produksi yang akan didapat petani, sehingga berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diterima petani. Luas lahan garapan berbeda untuk tiap- tiap petani. Lahan sawah yang digarap oleh beberapa petani merupakan lahan sewa. Terdapat tujuh petani yang menggarap lahan sawah sendiri. Besarnya lahan sawah garapan petani dapat dilihat di Tabel 10.

Tabel 10 Karakteristik Luas Lahan Garapan Petani di Desa Cipeuyeum Tahun 2013

No. Luas Lahan (Hektar) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. 0-0.5 21 70.00

2. > 0.5 9 30.00

Total 30 100.00

Tabel 9 menunjukkan jumlah luas lahan garapan petani, lahan sendiri maupun lahan sewa. Petani yang memiliki luas lahan garapan sampai dengan 0.5 hektar sebanyak 21 orang. Dari 21 orang petani, sebanyak tujuh orang petani yang memiliki lahan sawah sendiri. Sedangkan untuk petani dengan luas lahan garapan lebih dari 0.5 hektar, hanya dua orang petani yang memiliki lahan sawah sendiri. Banyaknya petani yang tidak memiliki lahan sendiri disebabkan lahan sawah yang pernah dimiliki oleh petani telah dijual ke orang-orang yang berdomisili di Jakarta dan Bandung. Petani menjual lahan mereka untuk mendapatkan uang tambahan. Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi kemampuan petani dalam mengaplikasikan setiap teknologi pertanian yang ada. Teknologi terus berkembang di dunia pertanian diharapkan dapat membantu peningkatan produksi usahatani. Apabila tingkat pendidikan petani rendah, maka kemampuan petani untuk mengaplikasi teknologi juga rendah. Tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik Tingkat Pendidikan Petani Desa Cipeuyeum 2013 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. SD 19 63.33

2. SMP 9 30.00

3. SMA 2 6.67

Total 30 100.00

Petani yang hanya memiliki tingkat pendidikan sampai sekolah dasar lebih banyak dibandingkan petani dengan pendidikan terakhir SMP dan SMA. Mata pencaharian petani sudah menjadi pekerjaan turun temurun dalam satu keluarga di Desa Cipeuyeum. Rendahnya tingkat pendidikan dapat didasari oleh pemikiran bahwa untuk menjadi seorang petani tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Pengalaman usahatani cukup menjadi modal seseorang untuk menjadi petani. Hanya terdapat dua orang petani yang bersekolah sampai tingkat SMA. Keadaan ini sesuai dengan usahatani yang dijalankan oleh petani responden tidak memakai teknologi yang dapat mempermudah kegiatan usahatani.

Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani yang dimiliki oleh setiap petani berbeda-beda. Namun, setiap petani pasti telah memahami setiap aspek teknis maupun nonteknis dalam usahatani. Cara untuk berusahatani tidak didapatkan petani dalam pendidikan formal. Mereka mempelajari usahatani dari pengalaman. Petani juga mendapatkan pendidikan nonformal tentang pertanian, seperti penggunaan teknologi pertanian melalui penyuluhan yang diadakan oleh BPP. Oleh karena itu, rendahnya pendidikan yang mereka miliki tidak berpengaruh terhadap

26

kemampuan para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Pengalaman petani dalam berusahatani dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik Pengalaman Usahatani di Desa Cipeuyeum Tahun 2013 No. Pengalaman (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1. 0-10 6 20.00

2. 11-20 8 26.67

3. 21-30 13 43.33

4. > 30 3 10.00

Total 30 100.00

Pengalaman usahatani tiap petani berbeda-beda. Petani yang memiliki pengalaman usahatani kurang dari 10 tahun sebanyak enam orang atau 20 persen. Lamanya pengalaman menanam kedelai yang paling banyak dimiliki oleh petani responden adalah antara 21 dan 30 tahun. Petani responden yang memiliki pengalaman menanam kedelai lebih dari 30 tahun sebanyak 3 orang atau 10 persen.

Petani yang memiliki pengalaman usahatani kurang dari 10 tahun tidak berarti petani tersebut memiliki sebaran usia dari 30-45 tahun. Petani tersebut baru memiliki pengalaman usahatani yang masih sedikit dibandingkan petani lain karena mereka baru memulai untuk berusahatani. Petani yang memiliki pengalaman usahatani kurang dari 10 tahun memiliki sebaran umur mulai dari 45- 55 tahun. Petani tersebut baru memulai kegiatan usahatani karena mereka ingin melakukan suatu kegiatan. Petani yang memiliki pengalaman usahatani antara 21- 30 tahun memulai kegiatan usahatani mereka sejak usia remaja. Petani biasanya membantu usaha orang tua mereka dan melanjutkan kegiatan usahatani sampai dewasa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait