• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Pasir Eurih mulanya termasuk bagian dari Kecamatan Ciomas, namun mengalami pemekaran wilayah. Pada 2001 terbentuklah kecamatan baru yaitu Kecamatan Tamansari yang terdiri atas delapan desa yaitu, Desa Sukajadi, Desa Sukajaya, Desa Sukaresmi, Desa Sukaluyu, Desa Tamansari, Desa Sukamantri, Desa Sirnagalih, dan Desa Pasir Eurih. Secara geografis, Desa Pasir Eurih berbatasan dengan Desa Parakan Kecamatan Ciomas disebelah utara, Desa Tamansari disebelah selatan, Desa Sukaresmi disebelah Barat, dan Desa Sirnagalih disebelah Timur. Luas wilayah Desa Pasir Eurih yaitu 285.394 ha yang terbagi menjadi tujuh bagian. Tanah pemukiman seluas 61.07 ha, tanah penguburan seluas 1.8 ha, lahan persawahan seluas 138.22 ha, lahan perkebunan seluas 44.177 ha, perkantoran umum seluas 5.5 ha, perkantoran seluas 0.5 ha, dan lahan pekarangan seluas 102.5 ha. Secara umum topografi Desa Pasir Eurih adalah daratan dan sebagian adalah perbukitan dengan ketinggian antara 500 sampai 700 mdpl dengan suhu rata-rata 27.5oC dan kemiringan antara 250 sampai 35o.

Desa Pasir Eurih terdiri atas 4 dusun, 14 RW, dan 57 RT. Jumlah penduduk di Desa Pasir Eurih pada 2014 yaitu 11.219 jiwa dengan proporsi 5.418 perempuan dan 5.897 laki-laki. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pasir Eurih mayoritas adalah SD/MI Sederajat, seperti yang tercantum pada tabel.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Pasir Eurih Tahun 2014 menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) 1 Tidak Tamat SD/MI Sederajat 284

2 SD/MI Sederajat 2.692 3 SMP/MTs Sederajat 724 4 SMA/MA Sederajat 322 5 Diploma 375 6 Sarjana 84 7 Lain-lain - Jumlah 4.481

Sumber : Data Profil Desa Pasir Eurih (2014)

Fasilitas yang terdapat di Desa Pasir Eurih yaitu 2 unit PAUD, 1 unit TK, 3 unit SD, 1 unit Madrasah, dan 2 unit Pondok Pesantren. Desa ini termasuk juga desa wisata, terdapat bermacam-macam situs yaitu, Situs Taman Sri Bagenda dan Situs Sumur Jalatunda, serta kampung sunda yang biasa disebut Kampung Budaya Sindang Barang. Kampung budaya tersebut memiliki acara tahunan yaitu Seren Taun. Sebagian besar penduduk Desa Pasir Eurih bermata pencaharian sebagai petani dan perajin sandal. Terdapat petani yang memiliki lahan sendiri maupun yang menggarap lahan orang lain sebagai buruh, untuk mewadahi kegiatan petani maka dibentuklah kelompok-kelompok tani.

Kelompok tani terdiri atas Kelompok Tani Subur Makmur dengan 30 anggota, Kelompok Tani Karya Tani dengan 28 anggota, Kelompok Tani Sugih Mukti dengan 28 anggota, Kelompok Tani Sangkuriang dengan 25, Kelompok Wanita Tani Melati dengan 20 anggota, Kelompok Wanita Tani Cempaka dengan anggota 20, dan Kelompok Wanita Tani Flora Sangkuriang dengan 15 anggota. Kelompok tersebut digabung dalam Gapoktan Mekar Wangi. Mulanya gapoktan tersebut didampingi oleh Ir. Yeti Sumiyati sebagai penyuluh pendamping, dikarenakan ada rotasi (pergantian wilayah kerja) beliau digantikan oleh Yayan Suryana. Kegiatan gapoktan diantaranya adalah pertemuan kelompok rutin setiap bulan dengan beberapa kepentingan seperti penyuluhan, sosialisasi program baru, kunjungan ke instansi seperti SPPT Bogor, dan acara tahunan (halal bi halal). Keanggotaan kelompok tani semakin lama semakin berkurang dikarenakan tidak ada regenerasi petani, anggota kelompok tani mayoritas berumur dewasa pertengahan dan tua, dikarenakan keinginan pemuda yang lebih memilih bekerja di bidang industri atau usaha lainnya daripada menjadi petani.

Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian

Responden yang dilibatkan dalam subjek penelitian ini adalah anggota dari kelompok tani Subur Makmur 30 orang, Karya Tani 28 orang, Sugih Mukti 28 orang, Sangkuriang 25 orang, KWT Melati 20 orang, KWT Cempaka 20 orang, dan Flora Sangkuriang 15 orang. Subjek penelitian dipilih secara acak baik laki- laki maupun perempuan, yaitu 30 orang.

Usia adalah lama waktu hidup subjek penelitian dari lahir hingga pengisian kuesioner berlangsung berdasarkan hitungan tahun. Variabel usia diukur menggunakan skala ordinal. Berdasarkan Havighrust (1950) dalam Mugniesyah (2006) usia dikategorikan menjadi usia dewasa awal 18-29 tahun, usia dewasa pertengahan 30-50 tahun, dan usia tua 50 tahun ke atas. Jumlah dan presentase subjek penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel.

Jenis kelamin adalah sifat fisik responden yang tercatat dalam kartu identitas yaitu, laki-laki atau perempuan. Tingkat Pendidikan diartikan sebagai jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh subjek penelitian sampai waktu penulisan berlangsung. Tingkat pendapatan diartikan sebagai jumlah pendapatan uang yang dilakukan oleh subjek penelitian setiap bulannya.

Tabel 3 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Karakteristik Individu No Karakteristik Subjek Penelitian Kategori Jumlah (n) Persentase (%) 1 Usia Dewasa Awal (18-29

tahun)

2 6.66

Dewasa Pertengahan (30- 49 tahun)

14 46.67

Dewasa Tua (>50 tahun) 14 46.67

2 Jenis Kelamin Perempuan 11 36.67

Laki-laki 19 63.33 3 Tingkat Pendidikan Rendah 18 60.00 Sedang 8 26.67 Tinggi 4 13.33 4 Tingkat Pendapatan Rendah 9 30.00 Sedang 15 50.00 Tinggi 6 20.00

Berdasarkan tabel 3, dapat ditunjukkan bahwa anggota kelompok tani mayoritas usia dewasa pertengahan dan usia tua. Jumlah subjek penelitian yang tergolong usia dewasa awal sebanyak 2 orang (6.67 persen), usia dewasa pertengahan sebanyak 14 orang (46.67 persen), dan usia tua sebanyak 14 orang (46.67 persen). Anggota kelompok tani semakin hari semakin berkurang karena sebagian petani usia tua sudah meninggal dan tidak ada penerusnya. Menjadi permasalahan bagi Indonesia yaitu masih rendahnya regenerasi petani, sehingga mempengaruhi produktivitas pertanian yang diperoleh karena petani usia tua memiliki keterbatasan fisik. Hal ini dikarenakan kini pemuda kurang berminat menjadi petani, pemuda lebih memilih untuk bekerja di sektor non-pertanian seperti perajin sepatu, bekerja keluar kota, ojeg, berdagang, dan supir, karena dianggap menjanjikan secara ekonomi dan memberikan jaminan kehidupan yang layak bagi pekerja.

Jumlah subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki adalah 19 orang (63.66 persen) dan perempuan adalah 11 orang (36.67 persen). Petani laki-laki lebih banyak dari petani perempuan dikarenakan laki-laki adalah pemimpin keluarga yang berperan sebagai pencari nafkah, sebagian petani perempuan berperan untuk membantu pekerjaan suami, dan sebagian petani perempuan adalah janda sehingga menggantikan peran suami sebagai tulang punggung keluarga.

Tingkat pendidikan subjek penelitian paling tinggi pada tingkatan rendah yaitu 18 orang (60 persen), yaitu anggota kelompok yang berpendidikan akhir SD/MI/Sederajat dan tidak sekolah. Tingkatan tinggi yaitu 4 orang (13.33 persen), anggota kelompok yang termasuk berpendidikan akhir SMA/MA/Sederajat. Tingkatan sedang yaitu 8 orang (26.67 persen) merupakan anggota kelompok berpendidikan akhir SMP/MTs/Sederajat. Dahulu bukanlah lembaga pendidikan formal seperti SD, melainkan lembaga informal Sekolah Rakyat (SR) yang sederajat dengan SD, sehingga materi yang diajarkan tidak seberagam sekarang.

Subjek penelitian yang tingkat pendapatannya paling banyak ada pada tingkatan sedang yaitu 15 orang (50 persen) dengan pendapatan antara Rp

1.288.143 hingga Rp 2.485.189/bulan. Anggota kelompok dengan tingkat pendapatan rendah yaitu 9 orang (30 persen) dengan pendapatan kurang dari Rp 1.288.143/bulan dan anggota kelompok dengan tingkat pendapatan tinggi yaitu 6 orang (20 persen) dengan pendapatan lebih dari Rp 2.485.189/bulan.

Pekerjaan adalah kegiatan utama berupa pekerjaan utama dan sampingan yang dilakukan subjek penelitian untuk mencari nafkah atau pendapatan atau kegiatan menjalani kehidupan sehari-hari. Pendapatan petani yang tergolong tak menentu memungkinkan anggota memprioritaskan petani sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Berikut tabel frekuensi pekerjaan utama dan sampingan anggota kelompok tani.

Tabel 4 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Pekerjaan Utama dan Sampingan

No Pekerjaan Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan

n % n %

1 Tidak Bekerja 8 26.7 7 23.33

2 Pertanian 15 50.00 12 40.00

3 Non-pertanian 7 23.3 11 36.67

Total 30 100 30 100

Pekerjaan utama yang paling banyak dilakukan adalah pada sektor pertanian yaitu 15 orang (50 persen) yang bekerja sebagai petani, sedangkan terdapat subjek penelitian yang tidak memiliki pekerjaan atau bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 8 orang (26.7 persen), dan bekerja pada sektor non-pertanian 7 orang (23.3 persen) sebagai pedagang, guru, ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh.

Pekerjaan sampingan yang dilakukan paling banyak adalah bekerja pada sektor pertanian yaitu 12 orang (40 persen) sebagai petani, bekerja sampingan sebagai petani dilakukan oleh subjek penelitian yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Subjek penelitian yang bekerja di sektor non-pertanian yaitu 11 orang (36.67 persen) sebagai pedagang, guru, ustadz/ustadzah, PNS, tukang, dan buruh. Anggota kelompok yang memiliki pekerjaan sampingan beralasan untuk menambah penghasilan dari sektor pertanian yang terkadang hasil per bulannya tidak menentu.

Deskripsi Keterdedahan Informasi

Keterdedahan informasi adalah suatu cara individu berkomunikasi, memperoleh informasi baik melalui diskusi maupun melalui media massa seperti media cetak dan elektronik. Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka, berupa aktivitas mereka dalam mencari dan memberi informasi dalam kehidupan sehari-hari diukur dari frekuensi dan intensitas mereka bertatap muka dalam kurun waktu tertentu (satu bulan).

Komunikasi melalui media massa adalah proses penyampaian pesan secara tidak langsung melalui media massa, berupa aktivitas subjek penelitian dalam mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari melalui media massa radio, televisi, dan koran diukur dari frekuensi dan intensitas mengakses media massa dalam kurun waktu tertentu (satu bulan).

Partisipasi sosial adalah keterlibatan subjek penelitian dalam kegiatan sosial di lingkungannya, berupa kehadiran dalam kegiatan rutin seperti pengajian, hajatan, kerja bakti, pertemuan kelompok tani, musyawarah desa, musyawarah RW, dan musyawarah RW dalam kurun waktu tertentu (satu bulan).

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Keterdedahan Informasi

No Keterdedahan Informasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N % 1 Komunikasi Interpersonal 14 46.66 6 20.00 10 33.33 30 100 2 Komunikasi Melalui Media Massa 11 36.66 9 30.00 10 33.33 30 100 3 Partisipasi Sosial 6 20.00 16 53.33 8 26.67 30 100

Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh subjek penelitian paling tinggi pada tingkat rendah yaitu 14 orang (46.66 persen) dengan frekuensi kurang dari 13 kali per minggu. Pada tingkat tinggi yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan frekuensi lebih dari 15 kali per minggu. Pada tingkat sedang yaitu 6 orang (20 persen) dengan frekuensi antara 13 sampai 15 kali per minggu. Anggota kelompok memiliki waktu luang untuk berinteraksi dengan keluarga dan tetangga, ketika pekerjaan telah selesai yaitu pada sore atau malam hari, sedangkan dengan teman, anggota kelompok tani, dan penyuluh pendamping hanya bertemu ketika ada pertemuan khusus.

Komunikasi melalui media massa paling tinggi adalah pada tingkatan rendah yaitu 11 orang (36.66 persen) dengan frekuensi kurang dari 75 kali per minggu. Pada tingkatan tinggi yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan frekuensi lebih dari 113 kali per minggu. Pada tingkatan sedang yaitu 9 orang (30 persen) dengan frekuensi antara 75 sampai 113 kali per minggu. Mayoritas anggota kelompok mengakses televisi untuk menonton program hiburan seperti sinetron, kontes musik, program religi, dan program berita pada waktu pagi, siang, sore, atau malam hari sesuai waktu luang mereka. Aktivitas mendengar radio jarang dilakukan karena tidak semua memiliki radio, program yang didengar seperti program religi dan kesehatan herbal. Aktivitas membaca koran dan majalah hampir tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan penglihatan, keterbatasan akses membeli koran dan majalah, serta kendala buta huruf. Adapun anggota yang membaca koran adalah untuk mencari tahu berita terbaru, membaca majalah untuk mencari pengetahuan baru mengenai pertanian dan resep masakan.

Partisipasi sosial subjek penelitian paling tinggi adalah pada tingkatan sedang yaitu 16 orang (53.33 persen) dengan frekuensi antara 5 sampai 10 kali per bulan. Pada tingkat tinggi yaitu 8 orang (26.67 persen) dengan frekuensi lebih dari 10 kali per bulan. Pada tingkatan rendah yaitu 6 orang (20 persen) dengan frekuensi kurang dari 5 kali per bulan. Hal tersebut dikarenakan pertemuan kelompok atau gapoktan digabung 1 bulan sekali atau 2 bulan sekali tergantung kebutuhan kelompok. Musyawarah desa, RT, dan RW yang hanya melibatkan staff desa, ketua RT, dan ketua RW yang diadakan sesuai kebutuhan masing- masing wilayah.

Deskripsi Karakteristik Iklan

Karakteristik iklan adalah atribut yang ada pada iklan dan menjadi aspek yang paling diperhatikan dalam penilaian terhadap iklan, terdiri dari daya tarik iklan dan isi pesan. Daya tarik iklan adalah penilaian subjek penelitian terhadap komponen yang menyatakan ketertarikan dari total skor tampilan pesan iklan layanan masyarakat yang meliputi gambar atau adegan yang menarik, musik yang menarik, kalimat tertulis dan terucap yang menarik, berbicara tentang kebutuhan atau keinginan khalayak, dan membangkitkan ketertarikan khalayak.

Isi pesan adalah penilaian subjek penelitian terhadap konten iklan yang memuat hal yang ingin disampaikan menyesuaikan dengan fungsi iklan diantaranya, memberikan manfaat, memicu perhatian terhadap yang diinformasikan, memperbaiki motivasi, menambah rasa kepercayaan, berhubungan dengan aturan yang berlaku, peraturannya bersifat umum, memaparkan harapan dari sebuah tujuan, berhubungan dengan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi masyarakat.

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Subjek Penelitian menurut Penilaian Karakteristik Iklan

No Karakteristik Iklan Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

1 Daya Tarik Iklan 8 26.67 15 50.00 7 23.33 30 100 2 Isi Pesan 10 33.33 19 63.33 1 3.33 30 100

Skor paling tinggi daya tarik iklan adalah pada tingkatan sedang yaitu 15 orang (50 persen) dengan skor antara 30 sampai 34. Pada tingkatan rendah yaitu 8 orang (26.67 persen) dengan skor kurang dari 30 dan pada tingkatan tinggi yaitu 7 orang (23.33 persen) dengan skor lebih dari 34. Hal tersebut menggambarkan bahwa dari keempat iklan cukup menarik bagi anggota kelompok.

Skor paling tinggi isi pesan adalah pada tingkatan sedang yaitu 19 orang (63.33 persen) dengan skor antara 32 sampai 37. Pada tingkatan rendah yaitu 10 orang (33.33 persen) dengan skor kurang dari 32 dan pada tingkatan tinggi yaitu 1 orang (3.33 persen) dengan skor lebih dari 36. Hal tersebut menggambarkan bahwa anggota cukup memahami isi pesan. Selanjutnya dijelaskan secara rinci berdasarkan komponen daya tarik iklan dan isi pesan sebagai berikut:

Tabel 7 Rataan Skor menurut Komponen Daya Tarik Iklan

No Komponen Daya Tarik Iklan Rataan Skor* Min Maks

1 Gambar 4.90 3.00 6.00 2 Adegan/Jalan cerita 5.16 3.00 6.00 3 Musik 4.26 3.00 6.00 4 Model/Artis 3.83 3.00 6.00 5 Suara Narator 4.76 3.00 6.00 6 Pesan 4.76 2.00 6.00 7 Slogan 4.70 3.00 6.00 Total 32.40 23.00 40.00 *Rentang skor 1-6

Berdasarkan Tabel 7, rataan skor komponen daya tarik iklan paling tinggi adalah adegan atau jalan cerita (5.16) dan paling rendah adalah rataan skor komponen model atau artis (3.83). Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan cerita pada video ILM dipandang sebagai keadaan umum yang dialami masyarakat, sehingga membangkitkan semangat subjek penelitian. Video ILM

yang dianggap menarik adalah yang berjudul “Iklan Revolusi Mental Payung

versi 2” dan “Iklan Revolusi Mental versi Gotong Royong” dikarenakan narasinya menggunakan suara Ir. Soekarno dan latar musik yang menggebu. Diperkuat dengan hasil data kualitatif dari subjek penelitian mayoritas mengatakan bahwa iklan menarik, adapun kutipan dari beberapa subjek penelitian sebagai berikut:

“…..tadi menurut saya yang menarik di bagian iklan yang kaya suara Soekarno, musiknya juga lumayan menarik neng, jadi ngedengerinnya oge semangat neng…” (MR, perempuan, 65 tahun)

“…ya menarik ya neng ya kita itu harus gotong royong, harus saling bantu, sama aja kaya di kampung gitu suka ada kerja bakti….” (NN, perempuan, 57 tahun)

Tabel 8 Rataan Skor menurut Komponen Isi Pesan

No Komponen Isi Pesan Rataan Skor* Min Maks

1 Bahasa yang digunakan dapat dimengerti

5.36 3.00 6.00 2 Pesan yang disampaikan jelas 4.83 3.00 6.00 3 Pesan yang disampaikan mudah

dimengerti

4.93 3.00 6.00 4 Pesan yang disampaikan sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan

3.66 2.00 6.00 5

Pesan yang disampaikan memunculkan keinginan untuk bertindak

3.70 3.00 6.00

6 Slogan mudah dimengerti 3.90 2.00 6.00

7 Slogan mudah diingat 3.80 2.00 5.00

8 Slogan menggambarkan inti pesan

3.63 2.00 6.00

Total 33.83 26.00 38.00

*Rentang skor 1-6

Berdasarkan Tabel 8, secara keseluruhan video ILM sudah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga memudahkan subjek penelitian memahami isi pesan. Diperkuat dengan hasil data kualitatif dari subjek penelitian beberapa subjek penelitian menjelaskan sebagai berikut:

“…isi pesannya menarik terus sama kaya orang sini yang suka gotong royong kerja bakti. Bahasanya juga gampang dimengerti ya neng soalnya pake bahasa Indonesia…” (NP, laki-laki, 60 tahun)

PENGARUH VIDEO IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

Dokumen terkait