• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Giri Tani

KUD Giri Tani didirikan pada tanggal 26 maret 1973 oleh Alm. H. Dulbari, yang menjabat sebagai Kepala Desa Tugu Selatan pada saat itu. Secara geografis KUD Giri Tani berada di kaki Gunung Pangrango dengan ketinggian ± 1000 meter dpl. Kantor sekretariat dari koperasi ini terletak di Kampung Baru Tegal, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor (Gambar 5).

Gambar 5. KUD Giri Tani

Hasil produksi susu dari peternakan yang menjadi anggota koperasi mulai dipasarkan secara langsung ke PT. Indomilk pada tahun 1990. Saat itu susu yang dipasarkan berjumlah 3000 liter. Namun, pada tahun 1997, KUD Giri Tani memindahkan seluruh produksi susunya ke PT. Diamond Cold Storage, yang bertempat di Daerah Ibu Kota Jakarta. Pada akhir tahun 2005 KUD Giri Tani memiliki terobosan baru, dengan menerima tawaran kerjasama dari PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory) yang terletak di Jalan Raya Puncak Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

5.1.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dimiliki KUD Giri Tani bertujuan agar koperasi ini dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dimana struktur organisasi ini terdiri dari pengurus-pengurus koperasi yang terpilih melalui Rapat Umum Anggota. Susunan kepengurusan KUD Giri Tani dalam satu periodenya berlaku untuk masa bakti lima tahun. Kepengurusan untuk periode saat ini, yaitu masa bakti 2006- 2011 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur Organisasi KUD Giri Tani

Berdasarkan bagan tersebut dapat terlihat bahwa, struktur kepengurusan KUD Giri Tani terdiri dari ketua yang dijabat oleh Heru Susanto, SE dan dibantu oleh Bendahara dan Sekretaris yang masing-masing dijabat oleh H. Bunyamin dan Cipto Budi Utomo. Selain itu, dibantu pula oleh bagian kasir, kredit, dan administrasi umum. KUD Giri Tani memiliki beberapa unit usaha, diantaranya adalah :

1. Unit Persusuan

Unit ini bertugas untuk menerima dan mengirim susu dari peternak anggota KUD Giri Tani. Susu yang telah diterima kemudian di uji secara klinis melalui

Badan Pengawas Ketua H. Ilyas H. Deden H. Makmur Ketua Heru Unit Persusuan Maman Mamduh Junaedi H. Karomujid Unit Pakan Ternak M. Yusuf Saepdin Syamsia h Unit Pelayanan Keswan & IB Agus Unit Simpan Pinjam Unit Pengolahan Susu Nana Yayat Endang Yuyun Unit Pengolahan Limbah Bendahara H. Bunyamin H. Marwan Sekretaris Cipto Budi Utomo

Bagian Kasir

Hj. Nunuy Bagian KreditAhmad Bagian

Administrasi Umum Dede

uji alkohol 70 %, uji berat jenis, uji karbonat, dan uji rasa. Setelah itu, susu yang lolos uji dikirim ke PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory).

2. Unit Pakan Ternak

Unit pakan ternak bertugas menyediakan dan menyalurkan pakan ternak ke anggota maupun masyarakat, hal itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sehari-hari. Pakan ternak yang kurang baik kualitasnya akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan.

3. Unit Pelayanan Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan

Unit ini bertugas memberikan pelayanan kesehatan hewan serta inseminasi buatan kepada ternak yang dimiliki para anggota. Selain itu, unit ini juga menyediakan obat-obatan yang diperlukan oleh ternak, seperti : antibiotik, analgetic, anthisitamin, obat cacing, obat kering kandang, vitamin, dan desinfektan.

4. Unit Simpan Pinjam

Unit simpan pinjam berperan sebagai sarana pendukung permodalan bagi anggota KUD Giri Tani yang bersifat berjangka. Dana yang disalurkan berasal dari simpanan anggota dan pihak perbankan.

5. Unit Pengolahan Susu

Unit ini didirikan atas bantuan dan binaan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen P2HP), Departemen Pertanian Republik Indonesia (Deptan RI), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM IPB) serta Dinas Peternakan (Disnakkan) Kabupaten Bogor. Pada unit ini, dilakukan pengolahan susu segar menjadi produk turunan, yaitu yoghurt dengan nama jual Puncak Milk. Hingga saat ini, pemasaran yoghurt telah dilakukan ke beberapa wilayah, seperti : Cibinong, Citeureup, Caringin, serta Kota Bogor.

6. Unit Pengolahan Limbah

Unit pengolahan limbah didirikan dengan tujuan mengatasi permasalahan limbah yang kerap kali dialami peternak anggota. Pada unit ini dilakukan pengolahan lebih lanjut dari limbah ternak menjadi pupuk organik, yang kemudian dijual kepada masyarakat umum.

5.2. Gambaran Umum Kecamatan Cisarua

KUD Giri Tani, yang menjadi objek penelitian, terdapat di Kecamatan Cisarua, yang merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Kecamatan ini terletak 650 – 1400 meter dari permukaan laut, dengan letak geografis 06○42΄ LS dan 106○56΄. Kecamatan Cisarua terletak di daerah pegunungan, sehingga memiliki suhu yang relatif rendah, yaitu suhu minimum 17,17○ C dan suhu maksimum 23,91○ C. Curah hujan di wilayah ini pun tergolong tinggi, yaitu mencapai 3178 mm/t dengan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak mencapai 40 hari. Berdasarkan kondisi fisik, suhu, serta curah hujan tersebut, Kecamatan Cisarua sesuai digunakan sebagai kawasan peternakan sapi perah.

Kecamatan Cisarua memiliki luas wilayah sebesar 5374,17 Ha. Dari luas wilayah tersebut sebanyak 264 Ha digunakan sebagai tanah sawah, 1073 Ha digunakan sebagai tanah kering, 713,60 Ha sebagai hutan heterogen, 2004,1 Ha sebagai wilayah perkebunan baik perkebunan negara atau perkebunan milik swasta, serta sebanyak 1296 Ha dimanfaatkan sebagai fasilitas umum, seperti pemukiman dan tanah makam.

Jumlah penduduk di Kecamatan Cisarua mencapai 113.710 orang, yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Mayoritas mata pencaharian penduduk di kecamatan ini adalah sebagai petani, pedagang, dan perkebunan yang masing- masing berjumlah 12.431, 5.782, dan 2.258 orang. Kecamatan Cisarua memiliki Sembilan buah desa dan satu kelurahan, yaitu Kelurahan Cisarua, Desa Tugu Selatan, Desa Tugu Utara, Desa Batulayang, Desa Cibeureum, Desa Citeko, Desa Kopo, Desa Leuwimalang, Desa Jogjogan, dan Desa Cilember.

Namun, Desa yang tergabung di KUD Giri Tani hanyalah dua desa, yaitu Desa Tugu Selatan dan Desa Cibeureum. Desa tersebut memiliki reaktor biogas yang memiliki skala bervariasi, yaitu 5, 7, dan 17 meter3.

5.2.1. Desa Cibeureum

Desa Cibeureum memiliki luas wilayah sebesar 1.128,62 Ha, dengan ketinggian 925 m dari permukaan laut. Ketinggian tersebut mempengaruhi suhu dari desa ini, yang berada 18○ C pada titik minimum dan 22○ C pada titik

maksimum. Curah hujan dari desa ini mencapai 90-100 milimeter/hari dan 2600- 4600 milimeter per/tahun.

Batas wilayah dari Desa Cibeureum adalah : • Utara : Kelurahan Cisarua dan Desa Batu Layang • Timur : Desa Tugu Selatan

• Selatan : Kabupaten Cianjur • Barat : Desa Citeko

Pemanfaatan lahan dari Desa Cibeureum mayoritas digunakan sebagai kebun/ladang/tegalan yaitu sebesar 169, 12 Ha, pemukiman sebesar 101 Ha, sawah sebesar 2 Ha, dan sisanya digunakan sebagai fasiltas umum, seperti sarana pendidikan, perkuburan, dan peribadatan.

Jumlah penduduk dari desa ini sebanyak 14.163 orang, yang mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, buruh tani dan pegawai swasta, dengan jumlah masing-masing 1.733, 813 dan 751 orang.

Desa Cibeureum memiliki tiga kelompok peternak yang merupakan anggota KUD Giri Tani, yaitu Kelompok Peternak Baru Tegal, Kelompok Peternak Baru Sireum dan Kelompok Peternak Bina Warga. Setiap kelompok ternak tersebut telah mendapatkan bantuan biogas.

5.2.2. Desa Tugu Selatan

Desa Tugu Selatan memilih luas wilayah 1.712,616 Ha, yang antara lain dimanfaatkan sebagai pemukiman/perumahan, pekarangan, pervilaan, perladangan, pertokoan/perdagangan, tegalan, empang, pekuburan, tanah wakaf, jalan desa, sekolah, jalur hijau, perkebunan negara yang masing-masing seluas 177,200; 425,606; 531,118; 50; 5; 21,265; 1,940; 10,160; 0, 560; 2,460; 0, 960; 32,215; dan 454,132 Hektar.

Desa yang terletak di Kecamatan Cisarua ini, berbatasan langsung dengan: • Utara : Desa Tugu Utara

• Timur : Kabupaten Cianjur • Selatan : Kabupaten Cianjur • Barat : Desa Cibeureum

Desa Tugu Selatan berada terletak di daerah dengan relief perbukitan atau pegunungan, yaitu dengan ketinggian 1000 - 1025 meter dari permukaan laut. Curah hujan setiap tahunnya mencapai 33 mm dengan tingkat suhu rata-rata harian yaitu 20-24 0C.

Jumlah penduduk Desa Tugu Sekatan berjumlah 15.192 orang, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.898 KK. Mayoritas mata pencaharian penduduk desa adalah sebagai pertukangan (865 orang), Buruh tani (670), serta pegawai swasta (640 orang). Sedangkan sisanya memiliki jenis pekerjaan yang bervariasi, seperti PNS, petani, pedagang, dan pensiunan.

5.3. Gambaran Umum Kecamatan Megamendung

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kecamatan dimana para peternak sapi perah nya menjadi anggota KUD Giri Tani. Kecamatan ini terletak di wilayah pembangunan Bogor Selatan. Dengan luas wilayah sebesar 5350,1 Ha, yang digunakan untuk persawahan (663 Ha), lahan kering (1697 Ha), lahan basah (25 Ha), hutan (1.200 Ha), perkebunan (10.18 Ha) serta fasilitas umum (8 Ha) dan pemakaman (17,5 Ha).

Kecamatan Megamendung memiliki batasan-batasan wilayah sebagai berikut :

• Selatan : Kecamatan Sukaraja • Utara : Kecamatan Ciawi • Barat : Kecamatan Ciawi • Timur : Kecamatan Cisarua

Relief dari kecamatan ini adalah dataran rendah, berbukit, bergunung- gunung dengan kemiringan 21 derajat dan ketinggian 650-1.100 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Megamendung memiliki curah hujan sebanyak 3.178,8 mm per tahunnya dan kelembaban suhu rata-rata yang mencapai 17,8 oC sampai dengan 23,91 oC. Dengan kondisi tersebut, wilayah ini pun sesuai untuk dijadikan tempat usaha peternakan sapi perah.

Jumlah penduduk Kecamatan Megamendung berjumlah 91.106 orang dan sebanyak 33.745 orang merupakan angkatan kerja yang produktif dengan mata pencaharian utama bertani, yang terbagi kedalam tiga bagian yaitu sebagai

pemilik tanah (1.268 orang), petani penggarap (5.154 orang) dan buruh tani (1.190 orang). Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang pun cukup banyak jumlahnya, yaitu mencapai 3.046 orang. Sedangkan, penduduk lainnya bermata pencaharian sebagai pengusaha, buruh, pengrajin, PNS, pengemudi, TNI/POLRI, dan anggota DPR/DPRD.

Kecamatan Megamendung memiliki 11 desa yang tersebar di seluruh wilayahnya, yaitu : Desa Cipayung Datar, Cipayung Girang, Gadog, Kuta, Megamendung, Sukagalih, Sukakarya, Sukamahi, Sukamaju, Sukamanah, dan Sukaresmi. Namun, peternak di kecamatan ini yang menjadi anggota KUD Giri Tani serta mendapatkan bantuan reaktor biogas, hanya berada di Desa Cipayung.

5.3.1. Desa Cipayung

Desa Cipayung memiliki luas wilayah sebesar 775 Ha, dengan ketinggian yang berkisar antara 550 sampai dengan 600 meter diatas permukaan laut. Desa ini memiliki suhu yang berkisar antara 23 oC sampai dengan 27 oC. Kondisi relief dari Desa Cipayung terdiri dari 45 % dataran dan 55 % perbukitan.

Batas wilayah dari Desa Cipayung adalah : • Selatan : Desa Gadog dan Desa Kopo • Utara : Desa Gunung Geulis

• Barat : Desa Pandansari dan Desa Cibanon • Timur : Desa Cipayung Girang

Penggunaan lahan Desa Cipayung terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu digunakan sebagai sawah, pemukiman, pekarangan, tegal, dan ladang yang masing-masing seluas 0,150; 271,025; 0,007; 17; dan 217 Hektar. Sedangkan sisanya digunakan sebagai fasilitas umum seperti pemakaman.

Jumlah penduduk Desa Cipayung berjumlah 22.955 orang, dengan total penduduk laki-laki sebanyak 11.784 orang dan penduduk perempuan sebanyak 11.171 orang. Berdasarkan mata pencahariannya, sebanyak 580 orang bekerja sebagai pedagang, buruh bangunan sebanyak 521 orang, petani penggarap sebanyak 210 orang, dan sisanya memiliki pekerjaan yang bervariasi seperti sebagai pengemudi, pegawai sipil, pengusaha, dan lain sebagainya.

Kelompok peternak di desa ini yang bergabung dengan KUD Giri Tani, berjumlah satu kelompok, yaitu Kelompok Peternak Mekar Jaya, yang diketuai oleh Bapak Musriyanto. Kelompok peternak ini pun telah menerima bantuan reaktor biogas untuk mengatasi permasalahan limbah ternak.

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Aspek Non Finansial

Analisis mengenai aspek non finansial, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha peternakan sapi perah yang memanfaatkan kotoran ternak sebagai penghasil biogas di KUD Giri Tani, Kecamatan Cisarua dan Megamendung layak untuk dilaksanakan. Aspek non finansial yang akan dikaji lebih dalam antara lain adalah aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial- ekonomi-budaya, serta lingkungan.

6.1.1. Aspek Pasar

Aspek pasar memegang peranan penting dalam menentukan kelayakan suatu usaha. Hal ini disebabkan, aspek pasar menganalisis pemasaran dari output yang dihasilkan. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai komponen- komponen dari aspek pasar :

1. Permintaan dan penawaran

Konsumen tunggal dari produk yang dihasilkan oleh peternak adalah Cimory. Permintaan susu segar dari Cimory, mencapai 10 ton per hari atau jika dikonversi ke dalam satuan liter maka kebutuhan Cimory mencapai 9866,79 liter per hari. Untuk memenuhi keseluruhan permintaan tersebut, Cimory memasok susu dari KUD Giri Tani, dimana terdapat kesepakatan antara Cimory dan KUD Giri Tani bahwa seluruh susu yang dihasilkan oleh KUD Giri Tani akan diserap oleh Cimory. Namun, kebutuhan susu sebanyak 10 ton/hari tersebut tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh KUD Giri Tani, yang rata-rata hanya dapat memenuhi 60 % dari kebutuhan. Sehingga, Cimory memenuhi 40 % kebutuhan lainnya dari para peternak yang berada di kawasan Cipanas dan Sukabumi yang masing- masing mampu memenuhi 20 % dari kebutuhan susu.

Penawaran rata-rata yang mampu dihasilkan oleh KUD Giri Tani adalah sebanyak 6 ton/hari atau 6000 kg susu segar. Sedangkan peternak skala besar yang ada, rata-rata hanya mampu menghasilkan 805 L/hari atau sama dengan 815,87 kg/hari. Sehingga, para peternak skala besar mampu menawarkan sebanyak 13 % susu segar kepada Cimory dari keseluruhan permintaan susu yang ada setiap

harinya. Dengan mengetahui jumlah permintaan dan penawaran tersebut, dapat diketahui pula market share dari peternak serta KUD Giri Tani.

Market share menunjukkan proporsi penjualan suatu usaha terhadap penjualan industri secara keseluruhan (Solihin, 2007), yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

∑ Sales Revenue output usaha pada tahun t ∑ Sales Revenue output industri pada tahun t

Berdasarkan perumusan tersebut, market share dari KUD Giri tani, dengan asumsi harga jual susu per kilogram Rp 3.900,00, dan diasumsikan konstan selama tahun 2010 maka :

KUD Giri Tani .. kg X Rp. . kg X Rp. . X hariX bulan X hari X bulan

Rp . . . ,

Rp . . . ,

%

Dalam satu tahun, proporsi penjualan susu segar dari KUD Giri Tani ke Cimory mencapai 60 % dari total industri. Sedangkan, market share dari peternak skala besar adalah :

Peternak , kg X Rp. . X hari X bulan

. kg X Rp. . X hari X bulan

Rp . . . ,

Rp . . . ,

,

%

Market share yang diterima peternak skala besar setiap tahunnya adalah sebesar 8,27 % dari keseluruhan industri.

Untuk produk sampingan berupa biogas, permintaan dan penawaran utama berasal dari rumah tangga peternak. Hal ini disebabkan, biogas yang dihasilkan diperuntukkan untuk skala rumah tangga. Dalam satu bulan jumlah biogas yang dapat dihasilkan setara dengan 96,6 kilogram gas elpiji. Jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan peternak dalam hal kebutuhan akan energi, khususnya

energi berupa gas. Sebelum melakukan pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, para peternak menggunakan gas elpiji ukuran 3 kg. Namun, saat ini penggunaan gas elpiji dapat digantikan oleh biogas. Oleh karena itu, dengan pemanfaatan biogas ini, penerimaan yang diterima oleh peternak dalam menjalankan usahanya mengalami peningkatan.

Produk sampingan lain yang dihasilkan oleh usaha peternakan sapi perah berupa limbah biogas (sludge). Dalam satu harinya limbah yang dihasilkan dari proses produksi biogas mencapai 70 % dari total keseluruhan kotoran ternak yang digunakan sebagai input biogas. Jumlah kotoran yang digunakan sebagai input adalah sebesar 450 kg, Sehingga jumlah limbah biogas yang dihasilkan adalah sebanyak 315 kg per harinya. Limbah biogas yang dihasilkan ini tidak mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Proses pemasaran dilakukan ke masyarakat sekitar yang datang langsung ke usaha peternakan, dan juga ke perkebunan bunga yang juga terdapat di Kecamatan Cisarua, dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 175,00 per kilogram. Limbah ini dijual dengan menggunakan karung yang berkapasitas 35-40 kilogram. Jumlah limbah yang dijual ke perkebunan dan ke masyarakat sekitar setiap harinya, rata-rata sebanyak tujuh dan satu karung.

2. Pemasaran output

Output yang dihasilkan oleh usaha peternakan sapi perah terdiri dua bagian utama, yaitu output utama dan output sampingan. Output utama berupa susu segar, sedangkan output sampingan berupa biogas dan limbah biogas. Pada pemasaran output utama, para peternak menyalurkan susu segar melalui dua saluran, yaitu KUD Giri Tani dan pemasaran secara langsung kepada konsumen. Gambar 7 merupakan saluran pemasaran susu segar ke KUD Giri Tani serta konsumen secara langsung.

Pada saluran pertama, susu segar yang dihasilkan, dipasarkan peternak melalui KUD Giri Tani. Selanjutnya, seluruh susu yang telah terkumpul di KUD, di pasarkan ke PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory). Susu yang diterima KUD dan dipasarkan ke Cimory adalah keseluruhan susu yang dapat diproduksi oleh setiap peternak yang menjadi anggota KUD. Namun, susu yang diterima harus memenuhi kriteria kualitas awal yang telah ditetapkan oleh Cimory, yakni susu tidak dalam keadaan pecah.

Gambar 7. Saluran Pemasaran Susu Segar

Uji kualitas awal dilakukan oleh petugas dari KUD yang bertugas mengantarkan susu ke Cimory, pengujian ini menggunakan alat uji susu yang berbentuk seperti pistol dan terbuat dari besi (Gambar 8).

Gambar 8. Alat Uji Susu

Susu dari masing-masing peternak yang lolos uji kualitas kemudian dicatat jumlahnya oleh petugas KUD dan kemudian di pasarkan ke Cimory (Gambar 9). Susu yang di terima Cimory, dibagi berdasarkan kelompok ternak masing-masing, kemudian dilakukan uji kualitas yang dilihat berdasarkan kriteria jumlah bakteri yang terkandung di dalam susu (grade), berat jenis serta nilai total solid-nya.

Gambar 9. Pengiriman Susu ke Cimory

Peternak KUD Giri Tani Konsumen Cimory Saluran 1 Saluran 2

Uji kualitas tersebut akan membagi susu kedalam grade yang berbeda- beda, serta tingkat harga yang berbeda pula. Kualitas susu segar terbagi kedalam - enam grade (Tabel 6) :

Tabel 6. Grade Susu Segar

Sumber : Cimory, 2008

Harga susu yang diberikan oleh Cimory dihitung berdasarkan satuan kilogram susu yang diterima, bukan dengan satuan liter. Sehingga, terjadi pengonversian satuan dari liter ke kilogram dengan asumsi berat jenis rata-rata 1,0135 Kg/L maka 1 liter susu segar sama dengan 1,0135 kg susu. Tingkat harga yang diterima oleh peternak skala besar berbeda-beda, yakni antara Rp 3.450,00 – Rp 4.725,00 per kilogram nya. Sementara itu, grade yang diterima pun bervariasi, yakni antara grade terendah hingga grade tertinggi. Namun, rata-rata grade yang yang paling sering diterima peternak adalah grade tiga danempat.

Susu yang telah diuji secara lebih lanjut oleh Cimory, kemudian dikemas atau diolah lebih lanjut menjadi yoghurt dan panganan lainnya. Susu kemasan dan yoghurt dipasarkan ke berbagai wilayah seperti Jabodetabek ataupun dijual secara langsung di Cimory Resto yang juga berada di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk produk olahan lain berupa panganan, hanya dijual di Cimory Resto.

Untuk saluran kedua, susu yang dihasilkan oleh peternak, dijual secara langsung kepada konsumen, yaitu kepada para wisatawan yang sedang berlibur ataupun menginap di villa yang terletak di sekitar kawasan peternakan. Namun, penjualan langsung ini tidak dilakukan secara kontinu, melainkan dalam waktu dan jumlah pembelian yang tidak menentu. Para wisatawan tersebut, biasanya membeli pada hari libur, seperti sabtu dan minggu. Dalam satu bulan jumlah susu

Grade Jumlah Bakteri (X)

1 ≤ 0,25 juta 2 0,25 < X≤ 0,5 juta 3 0,5 < X ≤ 1 juta 4 1 < X≤ 3 juta 5 3 < X ≤ 5 juta 6 5 < X ≤ 10 juta

yang dapat dijual melalui saluran dua dapat mencapai 50 L dengan harga jual berkisar antara Rp 3.500,00 – Rp 7.000,00 per liter.

Output sampingan usaha peternakan skala besar yakni biogas tidak dikomersilkan. Biogas yang dihasilkan hanya digunakan untuk keperluan rumah tangga peternak. Sementara, output berupa limbah biogas dipasarkan kepada para pemilik usaha perkebunan yang berada di sekitar lokasi usaha peternakan. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung dengan menjual limbah sebagai pupuk kepada masyarakat yang datang secara langsung ke lokasi usaha peternakan sapi perah.

Berdasarkan uraian tersebut, pada aspek pasar usaha peternakan skala besar layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan, masih terbukanya peluang untuk memasarkan susu kepada Cimory dalam kapasitas yang lebih besar. Karena adanya kesepakatan antara Cimory dan KUD Giri Tani untuk menerima seluruh produksi susu yang dihasilkan oleh peternak yang menjadi anggota koperasi tersebut.

6.1.2. Aspek Teknis

Aspek teknis yang dikaji berkaitan dengan sumber daya produksi yang digunakan oleh usaha peternakan baik untuk menghasilkan susu atau biogas, teknik produksi yang dilakukan, lokasi usaha peternakan dan reaktor biogas, produksi susu, biogas, dan limbah biogas yang dihasilkan serta bentuk pengawasan kualitas produk yang dilakukan oleh pihak atau lembaga yang terkait dengan usaha peternakan.

1. Sumber Daya Produksi

Sumber daya produksi yang digunakan pada usaha peternakan dapat terbagi kedalam empat bagian yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, dan bahan baku. Sumber daya yang pertama yaitu manusia (tenaga kerja), merupakan salah satu faktor produksi utama dari usaha peternakan sapi perah. Tenaga kerja yang dipakai berasal dari tenaga kerja keluarga dan non keluarga yang berasal dari lingkungan masyarakat sekitar. Rata-rata tenaga kerja keluarga yang dipakai berjumlah satu orang yaitu pemilik usaha. Sedangkan,

tenaga non keluarga berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha dengan jumlah rata-rata empat orang dan berjenis kelamin laki-laki dengan umur diatas 20 tahun.

Sumber daya yang kedua adalah sumberdaya alam. Sumberdaya alam yang digunakan dalam usaha peternakan sapi perah adalah lahan dan sumber mata air. Luas lahan yang digunakan untuk peternakan sapi perah di Desa Cibeureum sebesar 169,12 Ha atau 15 % dari keseluruhan wilayah yang dimiliki. Sedangkan, di Desa Tugu Selatan lahan yang digunakan mencapai 425,606 Ha atau sebesar 25 % dari total wilayah. Namun, luas lahan yang digunakan di Desa Cipayung masih sangat minim, yaitu hanya seluas 0,007 Ha, dan presentase dari keseluruhan wilayah dibawah 0,01 %. Hal ini disebabkan, banyak lahan di ketiga wilayah tersebut yang digunakan sebagai lahan sawah, perkebunan dan bahkan

Dokumen terkait