• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian mengenai pemanfaatan biogas pada usaha peternakan sapi perah telah dilakukan sebelumnya, namun antara penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan tersendiri.

Penelitian Inda Wulandari pada tahun 2007 menganalisis kelayakan proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi perah (kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor). Penelitian ini hanya membahas instalasi biogas dan tidak mencakup keseluruhan usaha peternakan dan hanya dilakukan untuk satu unit instalasi biogas karena diasumsikan biaya pembuatan instalasi biogas lainnya sama, instalasi yang dibangun merupakan skala rumah tangga. Penelitian ini menganalisis kelayakan secara finansial dan non finansial. Pada kelayakan finansial didapatkan hasil untuk instalasi biogas kapasitas 3,5 m3, dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa nilai NPV positif sebesar Rp. 10.797.029,96, Net B/C Ratio sebesar 1,41, nilai IRR sebesar 24,71 persen dan

Payback Period selama 10,5 tahun. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa proyek tidak layak jika terjadi penurunan penjualan sebesar 3 persen dan peningkatan biaya variabel sebesar 5 persen.

Muzayin (2008), melakukan analisis terhadap kelayakan usaha instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong (PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur). Penelitian ini hanya membahas mengenai instalasi biogas yang dikonversi ke energi listrik dan tidak mencakup keseluruhan usaha peternakan dan hanya dilakukan untuk satu unit pembangkit listrik biogas, karena diasumsikan biaya pembuatan instalasi pembangkit listrik biogas lainnya sama. Instalasi pembangkit listrik biogas ini dibangun untuk skala industri dan digunakan untuk kebutuhan pengganti sumber energi listrik di PT. Widodo Makmur Perkasa dan industri sekitar lokasi. Analisis kelayakan usaha ini dilakukan secara finansial dan non finansial. Berdasarkan analisis secara non finansial, usaha ini layak untuk dijalankan. Sedangkan berdasarkan perhitungan secara finansial, didapatkan hasil bahwa proyek instalasi biogas dengan populasi sapi minimal 5000 ekor dengan tingkat diskonto 9 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp.11.401.465.948, nilai Net B/C sebesar 2,727, nilai IRR yang diperoleh sebesar 19 persen dan payback period selama 3,048 tahun. Hasil analisis sensitivitas

menunjukkan bahwa proyek instalasi biogas tidak layak untuk dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah output (feces) sebesar 10 persen disertai dengan penurunan captive market sebesar 10 persen dan kenaikan biaya tetap sebesar 20 persen. Pada kondisi penurunan captive market sebesar 10 persen disertai kenaikan biaya tetap sebesar 20 persen dan kenaikan biaya variabel sebesar 20 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan.

Penelitian yang dilaksanakan Yosi Kumala Santi Siregar pada tahun 2009, menganalisis mengenai kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (studi kasus : UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Penelitian ini difokuskan kepada kelayakan usaha peternakan sapi perah yang fokus utamanya adalah susu segar, sedangkan limbahnya digunakan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik atau pupuk kompos. Instalasi biogas pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan bertipe

Fixed Dome. UPP Darul Fallah memiliki kapasitas 18 m3 yang dirancang untuk 10 ekor sapi, sedangkan Fakultas Peternakan memiliki kapasitas 32 m3 yang dirancang untuk 20 ekor sapi.

Tingkat kelayakan usaha peternakan Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB dilakukan melalui analisis secara non finansial dan finansial. Berdasarkan aspek non finansial pengusahaan tersebut layak dan menguntungkan untuk dijalankan oleh kedua perusahaan. Berdasarkan aspek finansial dengan menggunakan discount rate sebesar 8,75 persen, usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV sebesar Rp.202.456.789,33, Net B/C 1,74, IRR sebesar 26,13 persen dan payback period selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari. Hasil analisis switching value diketahui bahwa sebesar 17,46 persen merupakan usaha yang paling sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. Batas maksimal perubahan harga jual adalah sebesar 25,08 persen. Kenaikan biaya operasional tidak memberikan pengaruh besar pada usaha. Jenis pengusahaan yang paling memberikan keuntungan adalah usaha peternakan sapi perah pada Fakultas Peternakan. Hal ini terlihat dari nilai NPV usaha peternakan Fakultas Peternakan > NPV UPP Darul fallah.

Nia Rosiana pada tahun 2008 melakukan analisis mengenai kelayakan dari usaha pengembangan akar wangi dengan memperhatikan kondisi risiko yang

mempengaruhi usaha tersebut. Fokus utama dari penelitian ini adalah usaha akarwangi dengan usaha penyulingan akar wangi. Usaha akarwangi bergerak pada proses budidaya akarwangi, sedangkan usaha penyulingan merupakan usaha yang bergerak di bidang pengolahan akar wangi, yakni dengan melakukan penyulingan terhadap hasil produksi akar wangi yang dihasilkan.

Tingkat kelayakan usaha akarwangi dianalisis melalui dua pendekatan yakni analisis finansial serta non finansial, dimana pada analisis finansial dilakukan perhitungan terhadap risiko yang dialami petani akarwangi selama jalannya umur usaha. Berdasarkan perhitungan aspek finansial pada kondisi tanpa risiko, didapatkan hasil bahwa usaha budidaya akarwangi memiliki nilai NPV pada kondisi normal mencapai Rp.1.394.179; IRR 13 %; Net B/C 1,08 serta

payback period selama 2 tahun 5 bulan, sehingga menyatakan bahwa usaha budidaya akarwangi pada kondisi tanpa risiko layak untuk dijalankan.

Kelayakan budidaya akarwangi pada kondisi risiko, diperhitungkan berdasarkan nilai kriteria investasi pada masing-masing kondisi (skenario). NPV terbesar berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi mencapai Rp. 38.512.313. NPV terendah berada pada kondisi produksi dan harga output terendah yang mencapai -Rp. 35.259.949. Selain itu, IRR tertinggi terdapat pada kondisi produksi dan harga output tertinggi sebesar 202 % dan IRR terendah berada pada kondisi produksi terendah yaitu sebesar -19 %.

Net B/C tertinggi berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yaitu sebesar 6,20 dan Net B/C terendah berada pada kondisi produksi dan harga output terendah yaitu 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan budidaya pada kondisi risiko tidak layak untuk dijalankan. Payback periode tercepat ketika berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yaitu 1 tahun 2 bulan.

Penilaian risiko dalam investasi diukur dengan tiga hal yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. NPV yang diharapkan dari ketiga kondisi yang paling tinggi adalah NPV yang diharapkan pada kondisi produksi dan harga output yaitu sebesar Rp. 2.220.063 selama umur proyek. Standar deviasi yang paling tinggi yaitu pada kondisi risiko produksi dan harga output yaitu sebesar 22.427.661 selama umur proyek. Koefisien variasi paling tinggi berada pada kondisi risiko harga output yaitu 31,02. Berdasarkan ketiga

jenis risiko yang memiliki tingkat risiko paling rendah yaitu ketika kegiatan budidaya akarwangi dihadapkan pada risiko produksi.

Analisis kelayakan penyulingan akarwangi pada kondisi tanpa risiko menghasilkan NPV pada kondisi normal mencapai Rp.1.030.118.304. IRR pada kondisi normal mencapai 99 %; Net B/C pada kondisi normal mencapai 4,98, serta payback period yaitu 3 tahun 6 bulan. Pada kondisi risiko nilai NPV terbesar berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yang mencapai Rp.5.444.740.425. NPV terendah berada pada kondisi produksi dan harga output terendah yang mencapai -Rp.6.542.335.597. Net B/C tertinggi berada pada kondisi normal yaitu sebesar 4,9. Net B/C terendah berada pada kondisi produksi terendah dan kondisi produksi dan harga output terendah yaitu 0. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan penyulingan tidak layak untuk dijalankan.

Payback periode tercepat ketika berada pada kondisi harga output tertinggi yaitu satu tahun sembilan bulan.

Penilaian risiko pada penyulingan akar wangi diukur dengan tiga hal yaitu yang pertama adalah NPV yang diharapkan dimana dari ketiga jenis risiko yang paling tinggi adalah NPV yang diharapkan pada risiko harga output yaitu sebesar Rp. 1.033.605.013 selama umur proyek. Kedua adalah pengukuran standar deviasi, dimana nilai paling tinggi yaitu pada kondisi risiko produksi dan harga output yaitu sebesar 3.382.306.905 selama umur proyek. Ketiga adalah koefisien variasi. Koefisien variasi paling tinggi berada pada kondisi risiko produksi dan harga output yaitu 14,81. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Jadi, dari ketiga jenis risiko yang memiliki tingkat risiko paling rendah yaitu ketika kegiatan penyulingan akarwangi dihadapkan pada risiko harga output.

Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis menggunakan beberapa komponen yang terdapat pada penelitian tersebut untuk digunakan pada penelitian ini. Pada penelitian yang dilaksanakan oleh Wulandari (2007), penulis menggunakan informasi mengenai usaha peternakan sapi perah, dimana pada usaha tersebut terdapat pembagian skala usaha, baik skala usaha kecil, menengah, dan besar. Sementara, pada penelitian yang dilaksanakan oleh Muzayin (2008) dan Siregar (2009) peneliti menggunakan konsep dan informasi mengenai

pemanfaatan limbah ternak sapi perah untuk menghasilkan biogas yang dianalisis secara finansial sedangkan analisis mengenai risiko yang dihitung dengan menggunakan analisis skenario diacu penulis dari penelitian yang dilaksanakan oleh Rosiana (2008) guna mengetahui tiga kondisi skenario yang terjadi pada lokasi penelitian.

III KERANGKA PEMIKIRAN

Dokumen terkait