• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas pada Kondisi Risiko (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas pada Kondisi Risiko (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)"

Copied!
387
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK

MENGHASILKAN BIOGAS PADA

KONDISI RISIKO

(Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

ADE NURMARITA SARI H34061581

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

ADE NURMARITA SARI. Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas pada Kondisi Risiko (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Jumlah pasokan energi nasional pada tahun 2008 mencapai 1.043.816 Juta BOE. Sedangkan konsumsi energi total sebesar 1.033.615 Juta BOE. Sumber pasokan energi tersebut rata-rata berasal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya krisis pasokan energi, dimana sumberdaya energi akan semakin menipis sehingga tidak dapat memenuhi seluruh permintaan pasar. Oleh sebab itu, perlu adanya diversifikasi sumber energi ke sumber energi alternatif yang terbarukan (renewable) guna memenuhi seluruh permintaan. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses anaerobik limbah organik yang dapat berasal dari ternak, industri pangan, limbah rumah tangga, sampah organik hingga kotoran manusia.

Salah satu daerah pengembangan energi alternatif biogas adalah KUD Giri Tani yang berada di Kabupaten Bogor. Pembangunan reaktor ini dimulai pada tahun 2008 dengan membangun reaktor skala 17 m3 yang kemudian dilanjutkan dengan pembangunan reaktor skala 5 m3 dan7 m3 . Reaktor biogas yang dibangun merupakan bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup. Usaha peternakan skala besar memiliki skala reaktor 7 m3 dengan jumlah ternak rata-rata 22 ekor. Pembangunan reaktor biogas yang merupakan bantuan bagi peternak, belum diketahui apakah layak ataupun tidak jika dilaksanakan atau dilanjutkan pada usaha peternakan yang telah ada. Penentuan kelayakan dari suatu usaha dilakukan melalui analisis-analisis lebih mendalam terhadap berbagai aspek yang terkait. Menurut Nurmalina, dkk (2009), terdapat beberapa aspek utama yang harus dianalisa, yaitu aspek : pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, serta finansial yang dilakukan melalui perhitungan criteria investasi serta incremental net benefit. Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha yang rentan terhadap risiko, baik itu risiko harga dari input maupun output serta risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko ini dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha peternakan, sehingga perlu dimasukkan kedalam perhitungan secara finansial, yakni dengan melakukan analisis skenario.

(3)

dihasilkan dapat diatasi oleh para peternak. Pada aspek manajemen dan hukum, usaha peternakan layak untuk dijalankan. Walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku serta tidak memiliki badan hukum secara pribadi, namun usaha ini dapat dijalankan dengan baik, dan tidak terdapat pekerjaan yang menyimpang dari tugas masing-masing tenaga kerja. Selain itu, dengan menjadi anggota KUD Giri Tani, tanpa adanya badan hukum bagi masing-masing usaha peternakan yang ada, para peternak tetap memiliki kepastian dalam hal memasarkan susu segar kepada pihak pembeli yakni Cimory. Pada aspek sosial-ekonomi-budaya usaha peternakan sapi perah layak untuk dijalankan. Usaha ini telah memberikan manfaat positif bagi ekonomi-sosial-budaya masyarakat sekitar lokasi usaha peternakan, yakni dalam hal pembukaan lapangan pekerjaan serta peningkatan pendapatan. Sementara itu pada aspek lingkungan, usaha peternakan sapi perah belum layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan, usaha ini masih menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.

Usaha peternakan sapi perah skala besar secara finansial layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi nilai NPV menunjukkan Rp 366.648.484,00 yang berarti usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp 366.648.484,00 selama umur usaha. Sementara nilai IRR 23,01 % yang menunjukkan besarnya tingkat pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 23,01 % dari modal yang diinvestasikan. Net B/C sebesar 1,72 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar 1,72 satuan. Waktu periode pengembalian dari nilai investasi adalah lima tahun satu bulan, waktu ini lebih rendah dari umur usaha peternakan sapi perah skala besar.

Usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah ternak sebagai bahan baku untuk menghasilkan biogas layak secara finansial untuk dijalankan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar Rp 527.394.716,00 yang berarti usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp 527.394.716,00. Sementara nilai IRR 29,42 % yang menunjukkan besarnya tingkat pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 29,42 %. Net B/C sebesar 2,09 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan memberikan manfaat sebesar 2,09 satuan. Waktu periode pengembalian dari nilai investasi adalah lima tahun lima bulan,

Kondisi risiko yang terdapat pada usaha peternakan sapi perah skala besar yang memanfaatkan limbah untuk menghasilkan biogas, terdiri dari dua bagian yakni risiko harga dan risiko produksi. Secara finansial usaha peternakan sapi perah skala besar tetap layak. Tingkat risiko tertinggi terdapat pada risiko poduksi dengan nilai koefisien variasi sebesar 0,59 sementara risiko harga memiliki nilai koefisien variasi yang lebih rendah yakni 0,08.

Pembangunan reaktor pada usaha peternakan sapi perah skala besar dilihat kelayakannya melalui perhitungan incremental net benefit, yang didapatkan hasil bahwa nilai NPV sebesar Rp 160.746.232,00, sementara nilai IRR yang didapatkan lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yakni 6,99 %, serta nilai Net B/C yang lebih besar dari satu sehingga menunjukkan bahwa manfaat yang diterima dari seluruh biaya yang dikeluarkan setiap satuannya adalah lebih besar dari satu atau lebih besar dari jumlah biaya yang dikeluarkan. Sementara itu,

(4)

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK

MENGHASILKAN BIOGAS

PADA KONDISI RISIKO

(Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

ADE NURMARITA SARI H34061581

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK

MENGHASILKAN BIOGAS

PADA KONDISI RISIKO

(Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

ADE NURMARITA SARI H34061581

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk

Menghasilkan Biogas pada Kondisi Risiko (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2010

Ade Nurmarita Sari H34061581

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 04 Maret 1989. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sugiyono dan Ibunda Wahyuningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jatiwaringin Asri I Pondok Gede, Bekasi pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Angkasa Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 48 Jakarta Timur dan diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006. Kemudian penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan sistem mayor minor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Divisi Politik Kajian Strategis dan Advokasi periode 2008-2009 serta Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis pada Departemen Creativity and Carrier Development periode 2009-2010. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan baik di lingkungan departemen, dan fakultas serta aktif dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2009 – 2010 dan menjadi salah satu finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (PIMNAS) di Malang pada Tahun 2009.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjdul “ Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan dan tanpa adanya pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas, baik secara finansial ataupun non finansial.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2010

Ade Nurmarita Sari

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya serta jalan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Sugiyono dan Ibu Wahyuningsih selaku orang tua penulis atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan doa baik berupa moral maupun material selama ini. Rizki Yudo Pratomo sebagai kakak penulis serta keluarga besar penulis atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.

2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji dari wakil Departemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Bapak Heru selaku Ketua KUD Giri Tani atas kesempatan dan izin penelitian yang diberikan.

6. Ibu Sri Wahyuni selaku pemilik PT. Swen Inovasi Transfer atas informasi yang telah diberikan mengenai biogas.

7. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, Ir. Tanti Novianti, SP, MSi, dan Tim Peneliti Hibah Kompetensi yang berjudul Kelayakan Investasi Pengusahaan Bioenergi dalam Antisipasi Kelangkaan Bahan Bakar Minyak dan Gas atas diikutsertakannya di dalam penelitian tersebut.

8. Ibu Mumun, Bapak Sopyan, Bapak Ilyas, Bapak Heru, serta Bapak Ayi selaku peternak yang telah bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini. 9. Pihak Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor,

(10)

Megamendung, serta Desa Cibereum, Tugu Selatan, dan Cipayung atas informasi yang diberikan kepada penulis berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

10.Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.

11.Ibu Ida dan Mbak Dian serta seluruh staf tata usaha Departemen Agribisnis atas kemudahan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini serta masa perkuliahan.

12.Ilvia Restu Utami selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan dan dukungan baik di masa perkuliahan maupun saat penyusunan skripsi ini. 13.Seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang

diberikan selama perkuliahan.

14.Teman-teman satu bimbingan skripsi Selly Riesti, Husnul Khotimah, dan Wiwin Widiyani atas kerjasama dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

15.Tim Gladikarya Desa Petir: Tami, Ivan, Anggi, dan Rizka atas kebersamaan dan pengalaman berharga selama menjalankan kegiatan gladikarya.

16.Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 43, BEM FEM periode 2008-2009 serta HIPMA periode 2009-2010 atas semangat dan sharing selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

17.Sahabat penulis selama kuliah Evy Kurniasari, E.L.F IPB (Adel, Shasa, Irin, Frizka, Dania), Tim PKM Ceria (Angga, Fardan, Aldi, Iren), dan Onigiri Japan Club.

18.Malea Atas Peduli: Dina, Tamtam, Bunbun, Via, Iin, Ita, Umul, Kiki, Tutut, Vera, Yessi, Yeyen, Mbak Rina, Mbak Endah, Mbak Maria, Nova, dan Mbak Widya yang telah mengisi hari-hari penulis.

19.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2010

(11)

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK

MENGHASILKAN BIOGAS PADA

KONDISI RISIKO

(Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

ADE NURMARITA SARI H34061581

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(12)

RINGKASAN

ADE NURMARITA SARI. Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas pada Kondisi Risiko (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Jumlah pasokan energi nasional pada tahun 2008 mencapai 1.043.816 Juta BOE. Sedangkan konsumsi energi total sebesar 1.033.615 Juta BOE. Sumber pasokan energi tersebut rata-rata berasal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya krisis pasokan energi, dimana sumberdaya energi akan semakin menipis sehingga tidak dapat memenuhi seluruh permintaan pasar. Oleh sebab itu, perlu adanya diversifikasi sumber energi ke sumber energi alternatif yang terbarukan (renewable) guna memenuhi seluruh permintaan. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses anaerobik limbah organik yang dapat berasal dari ternak, industri pangan, limbah rumah tangga, sampah organik hingga kotoran manusia.

Salah satu daerah pengembangan energi alternatif biogas adalah KUD Giri Tani yang berada di Kabupaten Bogor. Pembangunan reaktor ini dimulai pada tahun 2008 dengan membangun reaktor skala 17 m3 yang kemudian dilanjutkan dengan pembangunan reaktor skala 5 m3 dan7 m3 . Reaktor biogas yang dibangun merupakan bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup. Usaha peternakan skala besar memiliki skala reaktor 7 m3 dengan jumlah ternak rata-rata 22 ekor. Pembangunan reaktor biogas yang merupakan bantuan bagi peternak, belum diketahui apakah layak ataupun tidak jika dilaksanakan atau dilanjutkan pada usaha peternakan yang telah ada. Penentuan kelayakan dari suatu usaha dilakukan melalui analisis-analisis lebih mendalam terhadap berbagai aspek yang terkait. Menurut Nurmalina, dkk (2009), terdapat beberapa aspek utama yang harus dianalisa, yaitu aspek : pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, serta finansial yang dilakukan melalui perhitungan criteria investasi serta incremental net benefit. Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha yang rentan terhadap risiko, baik itu risiko harga dari input maupun output serta risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko ini dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha peternakan, sehingga perlu dimasukkan kedalam perhitungan secara finansial, yakni dengan melakukan analisis skenario.

(13)

dihasilkan dapat diatasi oleh para peternak. Pada aspek manajemen dan hukum, usaha peternakan layak untuk dijalankan. Walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku serta tidak memiliki badan hukum secara pribadi, namun usaha ini dapat dijalankan dengan baik, dan tidak terdapat pekerjaan yang menyimpang dari tugas masing-masing tenaga kerja. Selain itu, dengan menjadi anggota KUD Giri Tani, tanpa adanya badan hukum bagi masing-masing usaha peternakan yang ada, para peternak tetap memiliki kepastian dalam hal memasarkan susu segar kepada pihak pembeli yakni Cimory. Pada aspek sosial-ekonomi-budaya usaha peternakan sapi perah layak untuk dijalankan. Usaha ini telah memberikan manfaat positif bagi ekonomi-sosial-budaya masyarakat sekitar lokasi usaha peternakan, yakni dalam hal pembukaan lapangan pekerjaan serta peningkatan pendapatan. Sementara itu pada aspek lingkungan, usaha peternakan sapi perah belum layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan, usaha ini masih menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.

Usaha peternakan sapi perah skala besar secara finansial layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi nilai NPV menunjukkan Rp 366.648.484,00 yang berarti usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp 366.648.484,00 selama umur usaha. Sementara nilai IRR 23,01 % yang menunjukkan besarnya tingkat pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 23,01 % dari modal yang diinvestasikan. Net B/C sebesar 1,72 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar 1,72 satuan. Waktu periode pengembalian dari nilai investasi adalah lima tahun satu bulan, waktu ini lebih rendah dari umur usaha peternakan sapi perah skala besar.

Usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah ternak sebagai bahan baku untuk menghasilkan biogas layak secara finansial untuk dijalankan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar Rp 527.394.716,00 yang berarti usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp 527.394.716,00. Sementara nilai IRR 29,42 % yang menunjukkan besarnya tingkat pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 29,42 %. Net B/C sebesar 2,09 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan memberikan manfaat sebesar 2,09 satuan. Waktu periode pengembalian dari nilai investasi adalah lima tahun lima bulan,

Kondisi risiko yang terdapat pada usaha peternakan sapi perah skala besar yang memanfaatkan limbah untuk menghasilkan biogas, terdiri dari dua bagian yakni risiko harga dan risiko produksi. Secara finansial usaha peternakan sapi perah skala besar tetap layak. Tingkat risiko tertinggi terdapat pada risiko poduksi dengan nilai koefisien variasi sebesar 0,59 sementara risiko harga memiliki nilai koefisien variasi yang lebih rendah yakni 0,08.

Pembangunan reaktor pada usaha peternakan sapi perah skala besar dilihat kelayakannya melalui perhitungan incremental net benefit, yang didapatkan hasil bahwa nilai NPV sebesar Rp 160.746.232,00, sementara nilai IRR yang didapatkan lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yakni 6,99 %, serta nilai Net B/C yang lebih besar dari satu sehingga menunjukkan bahwa manfaat yang diterima dari seluruh biaya yang dikeluarkan setiap satuannya adalah lebih besar dari satu atau lebih besar dari jumlah biaya yang dikeluarkan. Sementara itu,

(14)

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK

MENGHASILKAN BIOGAS

PADA KONDISI RISIKO

(Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

ADE NURMARITA SARI H34061581

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(15)

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK

MENGHASILKAN BIOGAS

PADA KONDISI RISIKO

(Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

ADE NURMARITA SARI H34061581

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk

Menghasilkan Biogas pada Kondisi Risiko (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2010

Ade Nurmarita Sari H34061581

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 04 Maret 1989. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sugiyono dan Ibunda Wahyuningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Jatiwaringin Asri I Pondok Gede, Bekasi pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Angkasa Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 48 Jakarta Timur dan diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006. Kemudian penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan sistem mayor minor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Divisi Politik Kajian Strategis dan Advokasi periode 2008-2009 serta Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis pada Departemen Creativity and Carrier Development periode 2009-2010. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan baik di lingkungan departemen, dan fakultas serta aktif dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2009 – 2010 dan menjadi salah satu finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (PIMNAS) di Malang pada Tahun 2009.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjdul “ Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan dan tanpa adanya pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas, baik secara finansial ataupun non finansial.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2010

Ade Nurmarita Sari

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya serta jalan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Sugiyono dan Ibu Wahyuningsih selaku orang tua penulis atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan dan doa baik berupa moral maupun material selama ini. Rizki Yudo Pratomo sebagai kakak penulis serta keluarga besar penulis atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.

2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji dari wakil Departemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Bapak Heru selaku Ketua KUD Giri Tani atas kesempatan dan izin penelitian yang diberikan.

6. Ibu Sri Wahyuni selaku pemilik PT. Swen Inovasi Transfer atas informasi yang telah diberikan mengenai biogas.

7. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, Ir. Tanti Novianti, SP, MSi, dan Tim Peneliti Hibah Kompetensi yang berjudul Kelayakan Investasi Pengusahaan Bioenergi dalam Antisipasi Kelangkaan Bahan Bakar Minyak dan Gas atas diikutsertakannya di dalam penelitian tersebut.

8. Ibu Mumun, Bapak Sopyan, Bapak Ilyas, Bapak Heru, serta Bapak Ayi selaku peternak yang telah bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini. 9. Pihak Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor,

(20)

Megamendung, serta Desa Cibereum, Tugu Selatan, dan Cipayung atas informasi yang diberikan kepada penulis berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

10.Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.

11.Ibu Ida dan Mbak Dian serta seluruh staf tata usaha Departemen Agribisnis atas kemudahan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini serta masa perkuliahan.

12.Ilvia Restu Utami selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan dan dukungan baik di masa perkuliahan maupun saat penyusunan skripsi ini. 13.Seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang

diberikan selama perkuliahan.

14.Teman-teman satu bimbingan skripsi Selly Riesti, Husnul Khotimah, dan Wiwin Widiyani atas kerjasama dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

15.Tim Gladikarya Desa Petir: Tami, Ivan, Anggi, dan Rizka atas kebersamaan dan pengalaman berharga selama menjalankan kegiatan gladikarya.

16.Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 43, BEM FEM periode 2008-2009 serta HIPMA periode 2009-2010 atas semangat dan sharing selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

17.Sahabat penulis selama kuliah Evy Kurniasari, E.L.F IPB (Adel, Shasa, Irin, Frizka, Dania), Tim PKM Ceria (Angga, Fardan, Aldi, Iren), dan Onigiri Japan Club.

18.Malea Atas Peduli: Dina, Tamtam, Bunbun, Via, Iin, Ita, Umul, Kiki, Tutut, Vera, Yessi, Yeyen, Mbak Rina, Mbak Endah, Mbak Maria, Nova, dan Mbak Widya yang telah mengisi hari-hari penulis.

19.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2010

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR . ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I PENDAHULUAN . ... 1

1.1. Latar Belakang . ... 1

1.2. Perumusan Masalah . ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian . ... 12

1.5. Ruang Lingkup Penelitian . ... 13

II TINJAUAN PUSTAKA . ... 14

2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah . ... 14

2.2. Limbah Peternakan ... 14

2.3. Sejarah Perkembangan Biogas . ... 16

2.4. Reaktor Biogas ... 16

2.5. Tinjauan Studi Terdahulu ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis . ... 25

3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya ... 25

3.1.2. Analisis Non Finansial ... 27

3.1.3. Analisis Finansial ... 29

3.1.4. Perhitungan Incremental Net Benefit ... 30

3.1.5. Perhitungan Risiko dengan Analisis Skenario 30

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Lokasi dan Waktu ... 34

4.2. Data dan Instrumentasi ... 34

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.4. Metode Pengolahan Data ... 35

4.5. Definisi Operasional ... 35

4.5.1. Analisis Kelayakan Non Finansial ... 35

4.5.2. . Analisis Kelayakan Finansial ... 36

4.5.3. Komponen Biaya dan Manfaat ... 36

4.5.4. Kriteria Investasi ... 37

4.5.5. Asumsi Dasar ... 41

V GAMBARAN UMUM USAHA ... 44

(22)

5.1.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Giri Tani 44 5.1.2 Struktur Organisasi ... 45 5.2. Gambaran Umum Kecamatan Cisarua ... 47 5.2.1. Desa Cibereum ... 47 5.2.2 Desa Tugu Selatan ... 48 5.3. Gambaran Umum Kecamatan Megamendung ... 49 5.3.1 Desa Cipayung ... 50 VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52 6.1. Analisis Aspek Non Finansial ... 52 6.1.1 Aspek Pasar ... 52 6.1.2. Aspek Teknis ... 57 6.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum ... 83 6.1.4 Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya ... 85 6.1.5 Aspek Lingkungan ... 88 6.2. Analisis Aspek Finansial ... 90 6.2.1. Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah 90 6.2.2. Kelayakan Investasi Usaha Peternakan Sapi

Perah Skala Besar ... 102 6.2.3. Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah

dengan Pemanfaatan Limbah Ternak untuk

Menghasilkan Biogas ... 104 6.2.4. Perhitungan Risiko pada Usaha Peternakan Sapi

Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk

Menghasilkan Biogas ... 109 6.2.5 Perhitungan Incremental Net Benefit ... 117 VII PENUTUP ... 123

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) 2004-2008 ... 1 2. Populasi Ternak dan Unggas serta Kotoran yang

Dihasilkan Menurut Jenisnya Pada Tahun 2002 ... 2 3. Jumlah Pasokan dan Konsumsi Energi Indonesia pada Tahun

2008 ... 4 4. Satuan dan Nilai Kalor serta Efisiensi Penggunaan

Berbagai Sumber Energi ... 7 5. Perbandingan Biogas 1 m3 Dibandingkan dengan

Bahan Bakar Lain ... 17 6. Grade Susu Segar ... 56 7. Komposisi Biogas dari Proses Biologis ... 81 8. Jumlah Populasi Ternak Sapi Perah Kabupaten Bogor

Tahun 2008 ... 86 9. Biaya Investasi Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar

pada Kondisi Tanpa Risiko ... 91 10. Umur Teknis dari Investasi yang Ditanamkan dalam

Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar ... 92 11. Biaya Re-investasi yang Diperlukan pada Usaha Peternakan

Sapi Perah Skala Besar Tahun Ke ... 94 12. Nilai Penyusutan dari Barang Investasi Setiap Tahun ... 95 13. Biaya Tetap yang Dikeluarkan pada Usaha Peternakan

Sapi Perah Skala Besar ... 96 14. Biaya Variabel yang Dikeluarkan pada Usaha Peternakan

Sapi Perah Skala Besar ... 97 15. Nilai Output Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah

Skala Besar ... 100 16. Salvage Value Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar ... 102 17. Hasil Perhitungan Kriteria Investasi Usaha Peternakan

Sapi Perah ... 103 18. Biaya Investasi Usaha Peternakan sapi Perah dengan

Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas ... 105 19. Umur Teknis dari Barang Investasi Usaha Peternakan sapi

Perah dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan

(24)

20. Re-Investasi Usaha Peternakan sapi Perah dengan Pemanfaatan

Limbah untuk Menghasilkan Biogas ... 105 21. Penyusutan dan Salvage Value Usaha Peternakan sapi Perah

dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas ... 106 22. Penerimaan dari Usaha Peternakan sapi Perah dengan

Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas ... 106 23. Perhitungan Kriteria Investasi Usaha Peternakan sapi Perah

dengan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas ... 108 24. Kondisi Tiga Skenario Risiko Produksi yang Terjadi pada

Usaha Peternakan Skala Besar dengan Pemanfaatan Limbah . 109 25. Penerimaan Susu pada Kondisi Tiga Skenario Risiko Produksi 110 26. Biaya Pengiriman Susu pada Kondisi Tiga Skenario Risiko

Produksi ... 111 27. Kriteria Investasi pada Ketiga Skenario dalam Risiko Produksi 112 28. Kondisi Tiga Skenario Risiko Harga yang Terjadi pada Usaha

Peternakan Skala Besar dengan Pemanfaatan Limbah . ... 113 29. Penerimaan Susu pada Kondisi Tiga Skenario Risiko Harga . 113 30. Kriteria Investasi pada Ketiga Skenario dalam Risiko harga ... 114 31. Probabilitas yang Terjadi pada Ketiga Skenario dalam Risiko

Produksi ... 115 32. Probabilitas yang Terjadi pada Ketiga Skenario dalam Risiko

Harga ... 115 33. Tingkat Risiko yang Terjadi pada Ketiga Skenario dalam

Risiko Harga dan Risiko Produksi ... 116 34. Komponen Biaya dan Manfaat tanpa Proyek (Tanpa Biogas) . 119 35. Komponen Biaya dan Manfaat dengan Proyek (Biogas) ... 120 36. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit ... 120 37. Perbandingan Kriteria Investasi ... 121 38. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit) secara

(25)

DAFTAR GAMBAR

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pola Pemanfaatan Energi pada Rumah Tangga Komersial,

Industri, Transportasi, Pembangkit Tenaga Listrik ... 129 2. Kuisioner Penelitian ... 130 3. Perhitungan Penyusutan Per Tahun dari Investasi

(Tanpa Biogas) ... 146 4. Proyeksi Laporan Laba Rugi Usaha Peternakan Sapi Perah

Tanpa Proyek ... 147 5. Cash Flow Usaha Peternakan Sapi Perah Without Project

(Tanpa biogas) ... 148 6. Perhitungan Penyusutan Investasi Usaha Peternakan dengan

Biogas ... 151 7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Peternakan Sapi Perah dengan

Biogas ... 152 8. Cash Flow Usaha Peternakan With Project (Dengan Biogas) . 154 9. Laba Rugi Risiko Produksi Kondisi Terbaik ... 154 10. Cash Flow Risiko Produksi Kondisi Terbaik ... 156 11. Laba Rugi Risiko Kondisi Normal ... 158 12. Cash Flow Risiko Produksi Kondisi Normal ... 160 13. Laba Rugi Risiko Kondisi Terburuk ... 162 14. Cash Flow Risiko Produksi Kondisi Terburuk ... 164 15. Laba Rugi Risiko Harga Kondisi Terbaik ... 166 16. Cash Flow Risiko Harga Kondisi Terbaik ... 167 17. Laba Rugi Risiko Harga Kondisi Normal ... 169 18. Cash Flow Risiko Harga Kondisi Normal ... 171 19. Laba Rugi Risiko Harga Kondisi Terburuk ... 174 20. Cash Flow Risiko Harga Kondisi Terburuk ... 176 21. Hasil Perhitungan Risiko ... 178 22. Cash Flow Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan

(27)

23. Proyeksi Laba Rugi Usaha Peternakan Sapi Perah dengan

Pemanfaatan Limbah Secara Komersial (Incremental Net Benefit) 180 24. Cash Flow Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Pemanfaatan

Limbah Secara Komersial (Incremental Net Benefit ... 182

(28)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi pada sektor peternakan. Peternakan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah peternakan sapi baik itu sapi perah dan sapi potong, kambing, ayam pedaging dan petelur, hingga peternakan babi. Potensi peternakan ini, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) 2004-2008

* Angka sementara

Sumber: BPS (2009) (Diolah)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah populasi ternak di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan populasi tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, salah satunya pada ternak sapi perah. Peternakan sapi perah, merupakan salah satu usaha perekonomian yang bergerak di bidang peternakan dimana fokus utama kegiatan usaha adalah ternak sapi perah yang menghasilkan produk utama berupa susu segar.

Jenis sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah sapi Fries Holland (FH) yang berasal dari Belanda, dimana sapi ini memiliki kapasitas produksi susu tertinggi dibandingkan sapi jenis lainnya (Sudono, 1999). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 751/kpts/Um/10/1982 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Dalam Negeri, usahatani sapi perah dibagi menjadi dua bentuk.

Ternak 2004 2005 2006 2007 2008(*)

Sapi Potong 10,533 10,569 10,875 11,515 11,869

Sapi Perah 364 361 369 374 408

Kambing 12,781 13,409 13,790 14,470 15,806

Babi 5,980 6,801 6,218 6,711 7,376

Ayam Buras 276,989 278,954 291,085 272,251 290,803

Ayam Ras Pedaging 778,970 811,189 797,527 891,659 1,075,885

1

(29)

Pertama, usaha peternakan sapi perah rakyat yaitu usaha sapi perah yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi (dewasa) atau memiliki jumlah keseluruhan kurang dari 20 ekor sapi perah campuran. Kedua, perusahaan peternakan sapi perah, yaitu usaha ternak sapi perah untuk tujuan komersil dengan produksi utama susu sapi, yang memiliki lebih dari 10 ekor sapi laktasi (dewasa) atau memiliki jumlah keseluruhan lebih dari 20 ekor sapi perah campuran2.

Jumlah produksi susu nasional yang dihasilkan saat ini sebesar 1.300-1.400 ton per hari. Produksi ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan total kebutuhan susu segar nasional yang mencapai 5.200-5.600 ton per hari, produksi susu nasional baru bisa memenuhi seperempatnya3. Oleh karena itu, permintaan susu segar nasional masih terbuka sehingga dapat mendorong peternak untuk meningkatkan produksinya.

Selain menghasilkan susu segar sebagai produk utamanya, sapi perah juga menghasilkan produk sampingan, yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan ternak. Semakin tinggi jumlah populasi ternak, semakin tinggi pula jumlah limbah yang dihasilkan. Limbah ini tidak hanya dihasilkan oleh sapi perah, namun juga dihasilkan ternak lainnya. Jumlah kotoran yang dihasilkan oleh setiap ternak, berbeda-beda, tergantung kepada jenis ternak, jumlah pakan, dan bobot tubuhnya. Semakin besar bobot tubuh ternak dan jumlah pakan yang dikonsumsi, akan menyebabkan semakin banyaknya jumlah kotoran yang dihasilkan. Jumlah kotoran yang dihasilkan oleh tiap jenis hewan ternak4tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2.Populasi Ternak dan Unggas serta Kotoran yang Dihasilkan Menurut

Jenisnya Pada Tahun 2002

Jenis ternak Jumlah ternak (ekor)

Kotoran ternak basah (juta ton)

Kotoran ternak kering (juta ton)

Sapi perah dan sapi

potong 10.790.400 11.815 5.908

Kambing 13.045.100 2.381 1.190

Ayam 1.071.948.700 39.126 19.563

Sumber : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) (Diolah)

2

Pradana 2009. Revitalisasi Peternakan Sapi Perah harus Digalakkan

http://www.iasa-pusat.org/latest/revitalisasi-peternakan-sapi-perah-harus-terus-digalakkan

3

Herlina. 2010. Produksi susu segar nasional http://kontan.co.id/ [7 April 2010]

4

(30)

Berdasarkan Tabel 2, sapi perah dan sapi potong dengan jumlah ternak 10.790.400 pada tahun 2002 menghasilkan jumlah kotoran ternak basah sebanyak 11.815 juta ton dan kotoran ternak kering sebanyak 5.908 juta ton. Ternak kambing yang berjumlah 13.045.100 menghasilkan hanya 2.381 juta ton kotoran ternak basah dan 1.190 juta ton kotoran ternak kering dan ayam dengan jumlah ternak terbesar yang mencapai 1.071.948.700 ekor, menghasilkan kotoran ternak basah sebanyak 39.126 juta ton dan kotoran ternak kering sebanyak 19.563 juta ton. Jika dikonversi kedalam setiap ekor, sapi perah dan sapi potong menghasilkan 1.094.955 kotoran ternak basah per ekor sapi setiap tahunnya, sedangkan kambing menghasilkan 182.521 kotoran ternak basah per ekor dan ayam hanya menghasilkan 36.500 ton kotoran ternak basah per ekor setiap tahunnya.

Kotoran yang dihasilkan ternak tersebut akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, seperti timbulnya pencemaran, penyakit, dan polusi udara, jika tidak segera ditangani. Limbah tersebut tidak jarang menimbulkan protes dari masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah sekitar peternakan. Polusi udara berupa bau yang dihasilkan dari perombakan kotoran biasanya disebabkan oleh lepasnya amonia, asam lemak terbang, dan sulphida. Sulphida merupakan gas yang sangat berbau (evil odors) yang dihasilkan dari sulphat. Selain itu, berbagai limbah seperti kotoran ternak maupun manusia dapat saja merupakan “carrier” berbagai parasiter yang bersifat patogen bagi tanaman, ternak dan manusia (Salundik, dkk, 2009). Parasiter yang terdapat pada kotoran ternak dan manusia juga dapat menimbulkan penyakit bagi tumbuhan, ternak, dan bahkan manusia. Namun, selain dapat menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan dan penyakit, kotoran ternak juga memberikan dampak positif bagi masyarakat, karena dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Saat ini Indonesia memiliki jumlah penduduk yang mencapai ± 233.477.400 jiwa5. Jumlah penduduk tersebut berkorelasi positif dengan jumlah

kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin banyak jumlah penduduk di suatu

5 

Proyeksi Penduduk 2010

(31)

negara maka semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan ini beranekaragam, salah satunya adalah kebutuhan akan energi.

Jumlah pasokan energi nasional pada tahun 2008 mencapai 1.043.816 juta

Barrel Oil Equivalent (BOE). Sedangkan konsumsi energi total 1.033.615 juta BOE. Sumber pasokan energi tersebut rata-rata berasal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, seperti bahan bakar minyak (BBM), dan juga batu bara. Konsumsi energi nasional terbanyak berasal dari sektor industri dan rumah tangga, yaitu masing-masing membutuhkan 360.538 dan 317.033 juta BOE. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan BP Statistical Review of World Energy 2005, Indonesia berada pada posisi ke-20 pada tingkat konsumsi energi dunia dengan total konsumsi sebesar 1,1 % dari total energi dunia (10.244,4 juta ton minyak)6.

Sedangkan dalam laporan terbaru kondisi energi dunia Tahun 2009 yang diluncurkan oleh Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional, Nobua Tanaka, Permintaan energi akan meningkat 40 % atau 16,8 miliar tonne of oil equivalent

(toe) pada periode 2009-20307. Bahan bakar energi fosil terutama minyak dan gas

[image:31.595.111.518.494.695.2]

dalam bauran energi masih tetap mendominasi yaitu sekitar tiga per empat dari kenaikan permintaan.

Tabel 3. Jumlah Pasokan dan Konsumsi Energi Indonesia pada Tahun 2008

Satuan Biomassa GWh

Batubara Ribu

Ton

Gas Bumi MMSCF

BBM Kilo Liter

LPG Kilo Liter

Produk Kilang Lainnya

GWh

Listrik Ribu

Ton

Total (Juta BOE)

Pasokan Energi Final

277.874 169.138 99.868 312.190 15.719 88.099 80.928 1.043.816

Konsumsi

Energi Final 277.874 169.138 91.457 312.190 15.719 88.099 79.138 1.033.615

Industri 44.235 169.138 66.981 48.856 1.919 0 29.405 360.534

Transportasi 0 0 124 191.083 1 0 50 191258

Rumah

Tangga 232.244 0 131 40.096 13.799 0 30.763 317.033

Komersial 1.395 0 357 7.312 0 0 18.921 27.985

Sumber : Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia (2009) (Diolah)

6

Meneropong Konsumsi Energi Dunia 2

http://www.smkn1magelang.com [23 November 2009]

7

(32)

Pemenuhan permintaan akan bahan bakar energi fosil, yang merupakan sumberdaya tak terbarukan (non-renewable), secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya krisis pasokan energi, dimana sumberdaya energi akan semakin menipis sehingga tidak dapat memenuhi seluruh permintaan pasar, dan lebih jauh hal ini akan berdampak pada peningkatan harga bahan bakar. Oleh sebab itu, perlu adanya diversifikasi sumber energi ke sumber energi alternatif yang terbarukan (renewable) guna memenuhi seluruh permintaan.

Sumber energi alternatif bisa berasal dari sumber energi terbarukan (renewable) seperti panas bumi, mikrohidrom, angin, surya, biomassa, dan tenaga samudera atau sumber energi alternatif baru seperti tenaga nuklir dan juga fuell cell. Pemanfaatan energi ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengembangan sumber energi alternatif menjadi salah satu kebijakan pemerintah yang tertuang di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, dimana pada pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa kebijakan energi nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri (Peraturan Pemerintah 2006 diacu dalam Sahirman 2009).

Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan cara mewujudkan energi primer mix yang optimal pada tahun 2025, melalui peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional, dimana penggunaan rninyak bumi menjadi kurang dari 20 %, gas bumi menjadi lebih dari 30 %, batubara menjadi lebih dari 33 %, bahan bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5 %, serta panas bumi menjadi lebih dari 5 %. Tidak hanya itu, disebutkan pula bahwa konsumsi dari energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5 %, serta batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2 %.

(33)

Pengembangan bioetanol masih memiliki berbagai kendala untuk diterapkan saat ini karena bahan baku untuk menghasilkan bioetanol, seperti tanaman jarak pagar, jagung, singkong, dan tebu masih terbatas produksinya. Sebagai contoh, salah satu bahan baku bioetanol yaitu tanaman jarak diproduksi dengan membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit, sementara lahan yang tersedia terbatas, sedangkan tanaman jarak dibutuhkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang cukup penting, salah satunya adalah solar. Tahun 2008, konsumsi solar diperkirakan 11,8 juta kiloliter. Jika produksi Jarak Pagar adalah 1.590 liter/hektar/tahun, maka akan dibutuhkan 7.421.384 hektar ladang pohon jarak (74.213 km2). Luas ini sama dengan dua kali luas wilayah Jawa Barat8. Sehingga, ketika pengembangan sumber energi alternatif ini terus dilaksanakan maka akan terjadi krisis lahan, dimana akan terjadi konversi berbagai lahan menjadi lahan untuk memproduksi berbagai bahan baku untuk menghasilkan bioetanol.

Pemilihan sumber energi alternatif yang lebih efisien dalam hal produksi serta tidak menimbulkan multiplier effect yang negatif, seperti adanya konversi lahan, perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh minimnya ketersediaan bahan baku. Biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang mampu memenuhi kriteria tersebut. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob. Untuk menghasilkan biogas dibutuhkan reaktor biogas (digester) yang merupakan suatu instalasi kedap udara sehingga proses dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum. Di samping itu, digester biogas dapat mengurangi emisi gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas yang menimbulkan efek gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan (Wahyuni, 2009). Bahan-bahan organik yang digunakan dapat berasal dari ternak (feses dan urine), industri pangan (ampas tahu dan bungkil kelapa), limbah rumah tangga, sampah organik hingga kotoran manusia. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Energi yang dihasilkan biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, bahan bakar rumah tangga pengganti minyak tanah, dan gas elpiji ataupun untuk menghasilkan listrik.

8

Biofuel Mengancam Bumi

(34)

Kotoran yang dihasilkan dari sapi memiliki jumlah paling besar jika dibandingkan dengan yang lainnya, sehingga sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan baku penghasil biogas. Penerapan biogas memiliki keunggulan, diantaranya dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan polusi udara yang disebabkan oleh kotoran. Hal ini disebabkan, adanya penyimpanan limbah pada tangki anaerobik (reaktor), sehingga menjadikan bau dan gas tersimpan dalam penampung gas. Selain itu, adanya biogas juga akan meningkatkan kesehatan lingkungan. Setelah mengalami fermentasi di dalam tangki anaerobik, 95 persen telur dan parasit demam dan 99 persen telur schistosome dan hookworm serta larva yang terdapat pada kotoran menurun drastis bahkan tidak ada (Salundik, dkk, 2009).

Biogas menghasilkan produk utama berupa bahan bakar dengan nilai kalor cukup tinggi (Tabel 4), apabila dibandingkan dengan energi yang berasal dari arang kayu, kayu bakar ataupun serbuk kayu. Selain itu, biogas juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah biogas (sludge), yaitu pupuk organik, baik itu dalam bentuk cair atau padatan. Produk sampingan ini dapat memberikan nilai tambah bagi pengusahaan biogas, karena pupuk tersebut dapat dijual kembali.

Tabel 4. Satuan dan Nilai Kalor serta Efisiensi Penggunaan Berbagai Sumber Energi

Jenis Energi Satuan Nilai Kalor (Kkal) Tingkat Efisiensi (%)

Listrik KWH 860 80

Gas Kota M3 3600 50

Elpiji Kg 12.040 50

Gas Bio+ M3 6.500-6.700 50

Minyak Tanah Kg 10.500 50

Arang Kayu Kg 7.000 35

Kayu Bakar Kg 3.500 18

Serbuk Kayu Kg 3.200 15

Sumber : Madanijash (1982)

(35)

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang mengembangkan usaha peternakan sapi perah, hal terlihat dari jumlah total ternak yang mencapai 5.907 ekor (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2008). Usaha peternakan tersebut tersebar di berbagai wilayah, seperti di Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan, Ciseeng, Cisarua, dan Megamendung. Dari beberapa wilayah tersebut, Kecamatan Cisarua dan Megamendung memiliki populasi sapi perah dengan jumlah yang cukup tinggi yakni 1.140 ekor ternak. Usaha peternakan yang terdapat di Kecamatan Cisarua dan Megamendung menghasilkan susu segar yang dipasarkan ke PT. Cisarua Mountain Dairy melalui KUD Giri Tani. Selain menghasilkan susu segar, usaha peternakan sapi perah juga menghasilkan limbah berupa kotoran ternak yang belum dimanfaatkan. Tidak termanfaatkannya kotoran ternak dan belum adanya pengolahan lebih lanjut dari kotoran tersebut, menyebabkan timbulnya pencemaran lingkungan. Pencemaran ini akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar. Sehingga, perlu adanya solusi pemanfaatan kotoran ternak untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak untuk menghasilkan energi alternatif biogas.

1.2. Perumusan Masalah

Koperasi Unit Desa (KUD) Giri Tani, merupakan sebuah koperasi yang berada di Kampung Baru Tegal, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Anggota dari KUD Giri Tani berjumlah ± 140 peternak yang tersebar di lima kelompok peternak yang berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua.

Kelompok peternak yang terdapat di Kecamatan Megamendung adalah Kelompok Mekar Jaya, yang berada di Desa Cipayung. Sedangkan, kelompok peternak yang terdapat di Kecamatan Cisarua adalah Kelompok Baru Tegal, Baru Sireum, dan Bina warga yang berada di Desa Cibeureum serta Kelompok Tirta Kencana yang berada di Desa Tugu Selatan.

(36)

(Erwidodo diacu dalam Wulandari). Setiap peternakan mampu memproduksi susu segar setiap harinya. Produksi susu yang dihasilkan kemudian disalurkan melalui KUD Giri Tani untuk kemudian di pasarkan ke PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory), yang berada di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Peternak yang berada di kawasan ini, menggabungkan lokasi usaha peternakan dengan kediaman rumah tangga. Banyaknya jumlah ternak yang dimiliki akan menyebabkan tingginya jumlah limbah berupa kotoran ternak yang dihasilkan. Berdasarkan survei lapangan, dalam satu hari ternak dewasa mampu menghasilkan rata-rata 30 kg kotoran per harinya, sedangkan ternak anak (pedet) rata-rata dapat menghasilkan 15 kg kotoran perharinya. Maka, untuk satu peternak skala kecil, setiap harinya akan menghasilkan 90 kg kotoran ternak, sedangkan untuk peternak skala besar, masing-masing peternak yang ada dapat menghasilkan 330-2.250 kilogram kotoran ternak setiap harinya. Jika dijumlahkan, keseluruhan peternak yang ada dengan total 140 peternak, dan mayoritas adalah peternakan skala kecil dan menengah, maka kotoran ternak yang dihasilkan di wilayah tersebut akan mencapai lebih dari 10.000 kg dalam seharinya.

Limbah tersebut menimbulkan permasalahan di Kecamatan Cisarua dan Megamendung. Belum adanya pengolahan lebih lanjut untuk kotoran ternak yang dihasilkan serta tidak tersedianya tempat penampungan yang sesuai untuk kotoran tersebut, menyebabkan para peternak membuang kotoran kedalam aliran-aliran sungai yang berada di sekitar peternakan mereka.

Hal tersebut menimbulkan efek yang negatif bagi lingkungan, seperti adanya bau dan pencemaran air sungai, untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementrian Lingkungan Hidup memberikan bantuan berupa pembangunan reaktor biogas di sejumlah usaha peternakan yang merupakan anggota KUD Giri Tani. Pembangunan reaktor ini dimulai pada tahun 2008 dengan membangun reaktor berskala 17 m3 sebanyak dua unit di kelompok ternak Bina Warga.

(37)

untuk mengatasi hal tersebut, reaktor yang dibangun memiliki skala lebih kecil, yaitu 5 dan 7 meter3.

Reaktor skala 5 m3 diberikan kepada usaha peternakan dengan skala menengah kebawah yang hanya memiliki jumlah ternak rata-rata dibawah 10 ekor. Sedangkan reaktor skala 7 m3 diberikan kepada usaha peternakan dengan skala besar yang memiliki jumlah ternak lebih dari 10 ekor. Hingga tahun 2009, bantuan pembangunan reaktor biogas telah diberikan kepada 57 peternak dengan rincian 2 unit reaktor skala 17 m3, 7 unit reaktor skala 7 m3, dan 48 unit reaktor skala 5 m3. Pada tahun 2010 direncanakan akan terdapat penambahan bantuan sebanyak 50 unit.

Pembangunan reaktor ini memiliki berbagai keuntungan, selain dapat mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh limbah ternak berupa kotoran, reaktor ini juga dapat menghasilkan bahan bakar berupa biogas dan pupuk organik sebagai limbah sisanya. Sehingga, pengembangan reaktor biogas dapat menjadikan usaha peternakan sapi perah menjadi usaha yang zero waste atau tidak menghasilkan limbah.

Selain keuntungan tersebut, adanya biogas yang dihasilkan dapat membantu mengatasi permasalahan energi yang saat ini sedang dihadapi, karena biogas yang dihasilkan dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar rumah tangga, yaitu pengganti minyak tanah dan gas elpiji untuk memasak dan juga sebagai generator pembangkit tenaga listrik untuk skala rumah tangga.

(38)

Oleh karena itu, pembangunan reaktor biogas skala besar, yakni 7 m3, diperlukan untuk mengatasi permasalahan limbah yang dihadapi. Namun, pembangunan reaktor biogas yang merupakan sebuah bantuan bagi peternak belum diketahui apakah layak ataupun tidak jika dilaksanakan atau dilanjutkan pada usaha peternakan yang telah ada.

Penentuan kelayakan dari suatu usaha dilakukan melalui analisis-analisis lebih mendalam terhadap berbagai aspek yang terkait. Menurut Nurmalina, dkk (2009), terdapat beberapa aspek utama yang harus dianalisa, yaitu aspek : pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, serta finansial.

Aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, serta lingkungan merupakan aspek non-finansial yang akan dipaparkan secara deskriptif. Sedangkan aspek finansial akan dipaparkan secara kuantitatif dengan melakukan perhitungan kriteria investasi serta perhitungan Incremental Net Benefit secara komersial dan non komersial dari usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas dan usaha peternakan sapi perah tanpa adanya pemanfaatan limbah.

Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha yang rentan terhadap risiko, baik itu risiko harga dari input maupun output serta risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko ini dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha peternakan, sehingga perlu dimasukkan kedalam perhitungan secara finansial, yakni dengan melakukan analisis skenario.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar dengan penerapan reaktor biogas skala 7 m3 dilihat dari aspek non finansial ? 2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar dan

kelayakan pengusahaan biogas skala 7 m3 dengan pemanfaatan limbah pada usaha peternakan sapi perah skala besar ?

(39)

4. Bagaimana kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar setelah adanya pemanfaatan limbah jika dilihat melalui perhitungan Incremental Net Benefit?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar dengan penerapan reaktor biogas skala 7 m3 dilihat dari aspek non finansial.

2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar dan kelayakan pengusahaan biogas skala 7 m3 dengan pemanfaatan limbah pada usaha peternakan sapi perah skala besar.

3. Menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas secara finansial jika terjadi risiko pada harga output dan jumlah output yang dihasilkan.

4. Menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar setelah adanya pemanfaatan limbah jika dilihat melalui perhitungan Incremental Net Benefit?

1.4. Manfaat Penelitian

(40)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(41)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Usaha peternakan sapi perah merupakan sebuah usaha dimana input utama yang digunakan adalah sapi perah untuk menghasilkan susu sebagai output utamanya. Output berupa susu tersebut, kemudian diperjualbelikan baik dalam bentuk segar atau melalui proses pengolahan sebelumnya.

Menurut Erwidodo diacu dalam Wulandari (2007), usaha peternakan sapi perah pada umumnya terbagi kedalam tiga skala, yaitu :

1. Peternak skala kecil yang memiliki jumlah ternak kurang dari empat ekor. 2. Peternak skala menengah yang memiliki jumlah ternak empat sampai tujuh

ekor.

3. Peternak skala besar yang memiliki jumlah ternak lebih dari tujuh ekor.

2.2. Limbah Peternakan

[image:41.595.124.517.506.708.2]

Ternak yang diusahakan pada umumnya menghasilkan output, berupa daging, telur, susu, dan kulit. Namun, selain itu ternak juga menghasilkan output sampingan (by-product) dan limbah (waste). Output dari ternak ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 . Produk yang Dikeluarkan dari Usaha Peternakan

Sumber : Salundik, dkk (2005)

Peternakan

Hasil Sampingan : • Bulu dan

Rambut • Tulang • Darah • Saluran

pencernaan & organ

• Dll

Hasil Utama : • Daging • Telur • Susu • Kulit

(42)

Menurut Salundik, dkk (2005) limbah adalah hasil buangan pada suatu kegiatan yang tidak diperlukan lagi. Sebagian besar limbah merupakan komponen penyebab pencemaran, yang terdiri dari bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Sifat dan karakteristik limbah ternak dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dan sifat limbah. Berdasarkan bentuk-nya limbah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Bentuk Padat

Bentuk padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat.

Contoh : feses, sisa pakan, isi rumen atau perut dan ternak mati. 2. Bentuk Cair

Bentuk cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair.

Contoh : urine dan air cucian ternak, alat serta kandang. 3. Bentuk Gas

Bentuk gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas.

Contoh : NH3, H2S, CH4, dll, yang berkaitan dengan bau.

Limbah yang berada diantara bentuk limbah padat dan cair adalah suatu fase yang disebut lumpur. Sedangkan, berdasarkan sifat-nya, limbah ternak dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Sifat fisik

Sifat fisik adalah jumlah limbah dari kandungan padatannya (tersuspensi dan terlarut), selain itu temperatur, warna, bau, berat jenis, dan ukuran partikel. 2. Sifat kimia

Sifat kimia adalah sifat yang banyak berkaitan dengan kandungan nutrisi atau hara seperti N, P, K, C, Ca, dll, juga kandungan biokimianya seperti oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), dan PH.

3. Sifat biologis

(43)

Jumlah limbah ternak yang dihasilkan, sifat fisik maupun kimianya bergantung pada umur, spesies ternak, ukuran ternak, dan sistem pemeliharaannya.

2.3. Sejarah Perkembangan Biogas

Perkembangan biogas telah dimulai pada kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno, dimana mereka memanfaatkan gas alam dengan cara dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar dengan proses pembusukan sayuran adalah Alessandro Volta (1770).

Hasil identifikasi terhadap gas yang dapat dibakar berupa gas metana, dilakukan oleh William Henry pada tahun 1806 dan Becham pada tahun 1868. Sementara itu, murid Louis Pasteur dan Tappeiner, memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan metana pada tahun 1882.

Pada akhir abad ke-19 beberapa riset dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah didapatkan, pemakaian biogas ini pun mulai ditinggalkan.

Biogas bukan merupakan teknologi baru. Sejumlah negara di berbagai belahan dunia telah mengaplikasikannya sejak puluhan tahun yang lalu, seperti Rusia dan Amerika Serikat. Berbagai negara yang memiliki populasi ternak cukup besar seperti India, Taiwan, Korea, dan Cina, juga telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku dalam pembuatan biogas. Di Benua Asia, India merupakan negara pelopor penggunaan biogas, yaitu sejak abad ke-19. Sedangkan, Indonesia baru mulai mengadopsi teknologi pembuatan biogas pada awal tahun 1970.

2.4. Reaktor Biogas

(44)
[image:44.595.110.515.165.298.2]

Menurut Wahyuni (2008), proses fermentasi anaerob akan menghasilkan biogas yang nilainya dapat dibandingkan dengan bahan bakar lain dalam setiap meter kubiknya (Tabel 5).

Tabel 5. Perbandingan Biogas 1 m3 Dibandingkan dengan Bahan Bakar

Lain

Keterangan Bahan Bakar Lain

1 m3 Biogas

Elpiji 0,46 kg Minyak Tanah 0,62 liter Minyak Solar 0,52 liter Bensin 0,80 liter Gas Kota 1,50 m3 Kayu Bakar 3,50 kg Sumber : Sri Wahyuni (2008)

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa, setiap 1 m3 kubik biogas yang dihasilkan setara nilainya dengan penggunaan gas elpiji sebanyak 0,46 kg, minyak tanah sebanyak 0,62 liter, minyak solar 0,52 liter, bensin 0,80 liter, gas kota 1,50 m3 serta kayu bakar 3,50 kg. Dalam melakukan pembuatan biogas diperlukan instalasi khusus berupa reaktor yang dilengkapi lubang pemasukan limbah ternak (kotoran ternak), pengeluaran gas, penampung gas, serta penampung limbah sisa buangan.

Menurut Prihandana dan Hendroko (2008), terdapat dua tipe alat pembangkit biogas, yaitu jenis kubah tetap (Fixed-dome type) dan reaktor terapung (Floating type).

1. Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)

(45)
[image:45.595.196.435.174.323.2]

ternak dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Reaktor ini membutuhkan modal yang lebih besar, tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah, dan pengoperasiannya lebih sederhana (Simamora, dkk, 2008).

Gambar 2 . Reaktor Jenis Fixed Dome

Sumber : www.thinksmartbrain.blogspot.com

Reaktor ini terdiri dari beberapa bagian utama, bagian pertama adalah lubang pemasukan kotoran yang disebut dengan inlet, bagian kedua adalah saluran yang mengalirkan kotoran dari lubang pemasukan kedalam sumur digester yaitu bagian empat. Sementara itu, bagian ketiga merupakan lubang tempat keluarnya limbah yang dihasilkan dari proses anaerobik pembentukan biogas yang disebut sebagai outlet. Bagian kelima merupakan kran tempat keluarnya biogas yang dihasilkan. Kran inilah yang akan menghubungkan antara reaktor dengan kompor biogas. Bagian keenam merupakan kran pengatur keluar masuknya biogas, sesuai dengan volume yang diinginkan. Proses fermentasi secara anaerobik terjadi didalam sumur digester yaitu bagian empat. Sementara itu, bagian sepuluh merupakan kumpulan gas bio yang dihasilkan, dan bagian tujuh merupakan lumpur biogas yang merupakan sisa limbah proses anaerobik.

2. Reaktor terapung (floating Type)

(46)
[image:46.595.119.517.137.416.2]

dan berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh reaktor. Reaktor terapung dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 . Reaktor Jenis Floating Type Sumber : www.fao.org

(47)

2.5. Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian mengenai pemanfaatan biogas pada usaha peternakan sapi perah telah dilakukan sebelumnya, namun antara penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan tersendiri.

Penelitian Inda Wulandari pada tahun 2007 menganalisis kelayakan proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi perah (kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor). Penelitian ini hanya membahas instalasi biogas dan tidak mencakup keseluruhan usaha peternakan dan hanya dilakukan untuk satu unit instalasi biogas karena diasumsikan biaya pembuatan instalasi biogas lainnya sama, instalasi yang dibangun merupakan skala rumah tangga. Penelitian ini menganalisis kelayakan secara finansial dan non finansial. Pada kelayakan finansial didapatkan hasil untuk instalasi biogas kapasitas 3,5 m3, dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa nilai NPV positif sebesar Rp. 10.797.029,96, Net B/C Ratio sebesar 1,41, nilai IRR sebesar 24,71 persen dan

Payback Period selama 10,5 tahun. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa proyek tidak layak jika terjadi penurunan penjualan sebesar 3 persen dan peningkatan biaya variabel sebesar 5 persen.

(48)

menunjukkan bahwa proyek instalasi biogas tidak layak untuk dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah output (feces) sebesar 10 persen disertai dengan penurunan captive market sebesar 10 persen dan kenaikan biaya tetap sebesar 20 persen. Pada kondisi penurunan captive market sebesar 10 persen disertai kenaikan biaya tetap sebesar 20 persen dan kenaikan biaya variabel sebesar 20 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan.

Penelitian yang dilaksanakan Yosi Kumala Santi Siregar pada tahun 2009, menganalisis mengenai kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (studi kasus : UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Penelitian ini difokuskan kepada kelayakan usaha peternakan sapi perah yang fokus utamanya adalah susu segar, sedangkan limbahnya digunakan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik atau pupuk kompos. Instalasi biogas pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan bertipe

Fixed Dome. UPP Darul Fallah memiliki kapasitas 18 m3 yang dirancang untuk 10 ekor sapi, sedangkan Fakultas Peternakan memiliki kapasitas 32 m3 yang dirancang untuk 20 ekor sapi.

Tingkat kelayakan usaha peternakan Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB dilakukan melalui analisis secara non finansial dan finansial. Berdasarkan aspek non finansial pengusahaan tersebut layak dan menguntungkan untuk dijalankan oleh kedua perusahaan. Berdasarkan aspek finansial dengan menggunakan discount rate sebesar 8,75 persen, usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV sebesar Rp.202.456.789,33, Net B/C 1,74, IRR sebesar 26,13 persen dan payback period selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari. Hasil analisis switching value diketahui bahwa sebesar 17,46 persen merupakan usaha yang paling sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. Batas maksimal perubahan harga jual adalah sebesar 25,08 persen. Kenaikan biaya operasional tidak memberikan pengaruh besar pada usaha. Jenis pengusahaan yang paling memberikan keuntungan adalah usaha peternakan sapi perah pada Fakultas Peternakan. Hal ini terlihat dari nilai NPV usaha peternakan Fakultas Peternakan > NPV UPP Darul fallah.

(49)

mempengaruhi usaha tersebut. Fokus utama dari penelitian ini adalah usaha akarwangi dengan usaha penyulingan akar wangi. Usaha akarwangi bergerak pada proses budidaya akarwangi, sedangkan usaha penyulingan merupakan usaha yang bergerak di bidang pengolahan akar wangi, yakni dengan melakukan penyulingan terhadap hasil produksi akar wangi yang dihasilkan.

Tingkat kelayakan usaha akarwangi dianalisis melalui dua pendekatan yakni analisis finansial serta non finansial, dimana pada analisis finansial dilakukan perhitungan terhadap risiko yang dialami petani akarwangi selama jalannya umur usaha. Berdasarkan perhitungan aspek finansial pada kondisi tanpa risiko, didapatkan hasil bahwa usaha budidaya akarwangi memiliki nilai NPV pada kondisi normal mencapai Rp.1.394.179; IRR 13 %; Net B/C 1,08 serta

payback period selama 2 tahun 5 bulan, sehingga menyatakan bahwa usaha budidaya akarwangi pada kondisi tanpa risiko layak untuk dijalankan.

Kelayakan budidaya akarwangi pada kondisi risiko, diperhitungkan berdasarkan nilai kriteria investasi pada masing-masing kondisi (skenario). NPV terbesar berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi mencapai Rp. 38.512.313. NPV terendah berada pada kondisi produksi dan harga output terendah yang mencapai -Rp. 35.259.949. Selain itu, IRR tertinggi terdapat pada kondisi produksi dan harga output tertinggi sebesar 202 % dan IRR terendah berada pada kondisi produksi terendah yaitu sebesar -19 %.

Net B/C tertinggi berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yaitu sebesar 6,20 dan Net B/C terendah berada pada kondisi produksi dan harga output terendah yaitu 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan budidaya pada kondisi risiko tidak layak untuk dijalankan. Payback periode tercepat ketika berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yaitu 1 tahun 2 bulan.

(50)

jenis risiko yang memiliki tingkat risiko paling rendah yaitu ketika kegiatan budidaya akarwangi dihadapkan pada risiko produksi.

Analisis kelayakan penyulingan akarwangi pada kondisi tanpa risiko menghasilkan NPV pada kondisi normal mencapai Rp.1.030.118.304. IRR pada kondisi normal mencapai 99 %; Net B/C pada kondisi normal mencapai 4,98, serta payback period yaitu 3 tahun 6 bulan. Pada kondisi risiko nilai NPV terbesar berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yang mencapai Rp.5.444.740.425. NPV terendah berada pada kondisi produksi dan harga output terendah yang mencapai -Rp.6.542.335.597. Net B/C tertinggi berada pada kondisi normal yaitu sebesar 4,9. Net B/C terendah berada pada kondisi produksi terendah dan kondisi produksi dan harga output terendah yaitu 0. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan penyulingan tidak layak untuk dijalankan.

Payback periode tercepat ketika berada pada kondisi harga output tertinggi yaitu satu tahun sembilan bulan.

Penilaian risiko pada penyulingan akar wangi diukur dengan tiga hal yait

Gambar

Tabel 3. Jumlah Pasokan dan Konsumsi Energi Indonesia pada Tahun 2008
Gambar 1 . Produk yang Dikeluarkan dari Usaha Peternakan
Tabel 5. Perbandingan Biogas 1 m3  Dibandingkan dengan Bahan Bakar
Gambar 2 . Reaktor Jenis Fixed Dome Sumber : www.thinksmartbrain.blogspot.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

202.456.789,33 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah selama umur proyek terhadap tingkat diskon ( discount rate )

Penelitian yang mengkaji kelayakan suatu usaha peternakan dengan topik analisis pengembangan dan optimalisasi produksi usaha ternak sapi perah, studi kasus peternakan Barokah,

Pengembangan biogas di Jawa Barat sangat potensial, mengingat potensi limbah dari berupa kotoran ternak sapi khususnya sapi perah cukup besar, khususnya di sentra populasi sapi perah

ANALISIS FINANSIAL DAN MANAJEMEN PETERNAKAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT BERDASAR SKALA LAKTASI DI DESA MEDOWO KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN KEDIRI tidak terdapat karya yang pernah

(kotoran sapi sisa pengolahan instalasi biogas) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga pengembangan instalasi biogas dapat menjadikan usaha peternakan sapi perah

ANALISIS FINANSIAL DAN MANAJEMEN PETERNAKAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT BERDASAR SKALA LAKTASI DI DESA MEDOWO KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN KEDIRI.. tidak terdapat karya yang pernah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan potensi kotoran ternak sapi perah di Kawasan Usaha Peternakan Sapi sebagai bahan baku biogas, menentukan teknologi

202.456.789,33 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate)