• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

SKRIPSI

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Di Bawah bimbingan RITA NURMALINA.

Adanya upaya pengembangan energi alternatif dari pemerintah sehinggga banyak usaha-usaha yang didorong untuk pengembangan energi terbarukan, salah satu energi terbarukan yang dikembangkan adalah biogas. Biogas merupakan wujud lain dari pemanfaatan gas biomassa. Biogas menjadi salah satu alternatif energi terbarukan dan sangat mungkin didesentralisasikan hingga ke pedesaan, bahkan ke rumah-rumah. Energi biogas bisa diperoleh dengan memproses limbah bio atau biomassa dapat berupa kotoran ternak maupun limbah manusia, sisa-sisa panen seperti jerami, sekam, serta daun-daunan sortiran sayur dan bahan organik lainnya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak. Ternak selain menghasilkan daging, telur, susu, dan kulit, usaha peternakan juga menghasilkan produk ikutan (by product) dan limbah (waste).

Dalam upaya pengembangan peternakan sapi perah memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi terbarukan seperti biogas. Hal ini didukung bahwa limbah dari usaha peternakan sapi perah memiliki komposisi yang lebih besar dibandingkan peternakan lainnya termasuk sapi potong. UPP (Unit Pengolahan Peternakan) Darul Fallah dan Fakultas Peternakan bersama-sama memiliki usaha peternakan sapi perah yang didalamnya sedang mengembangkan instalasi percontohan yang menghasilkan biogas dan pupuk kompos, sehingga perlu ditelaah lebih jauh apakah usaha ini layak untuk didesentralisasikan.

Penelitian bertujuan mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. Penelitian ini juga difokuskan menganalisis tingkat kelayakan secara finansial proyek pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) kedua perusahaan.

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi peternakan, pembangunan kandang serta bangunan lainnya, teknis pembuatan biogas dan proses operasional yang dilakukan sehingga menghasilkan susu, biogas dan pupuk kompos. UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan membangun sentra peternakan yang jauh dari perumahan penduduk, sehingga potensi pengembangan biogas dikawasan ini sangat bagus. Penempatan instalasi biogas akan lebih baik jika berdekatan dengan kandang. Hal ini dimaksudkan agar distribusi bahan pembentuk biogas prosesnya tidak terlalu jauh. Instalasi biogas yang berada di UPP Darul Fallah dan Fakulas Peternakan bertipe fixed dome. UPP Darul Fallah dengan kapasitas 18 m3 dirancang untuk 10 ekor sapi. Fakultas Peternakan dengan kapasitas 32 m3 dirancang untuk 20 ekor sapi. 

(3)

dihasilkan sebenarnya diolah kembali menjadi produk-produk turunan, namun demikian tidak tertutup kemungkinan susu segar juga dipasarkan kepada perusahaan-perusahaan dan KPS (Koperasi Susu). Perusahaan juga memasarkan produk tidak hanya melalui agen-agen tapi dengan menggunakan media cetak, seperti pemasaran dengan pemasangan iklan seperti leaflet. Sama halnya dengan Fakultas Peternakan, juga mengolah susu menjadi beberapa produk turunan, tetapi juga menjual susu yang masih segar.

Analisis aspek manajemen melihat bentuk usaha, struktur organisasi, sistem pembagian kerja, serta sistem penggajian tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Struktur organisasi berbentuk lini atau garis, dimana perintah langsung diberikan langsung oleh atasan kepada bawahan. Meskipun terlihat sederhana, namun peternakan masih butuh proses pengembangan yang lebih sehingga dapat menciptakan suatu perusahaan yang besar, sehingga struktur ini dinilai efektif untuk kondisi UPP Darul Fallah pada saat ini. Struktur organisasi pada Fakultas Peternakan karena berupa Perusahaan Negara, sehingga yang menangani berupa pengajar dan karyawan, dimana semua unit adalah orang-orang yang kompeten pada bidang masing-masing. Pengajar merupakan tenaga ahli yang masuk dalam penelitian, baik dalam peternakan, biogas dan pupuk organik. Dalam penelitian dibatasi hanya beberapa orang-orang yang benar-benar terlibat dalam peternakan sapi perah, baik biogas dan pupuk organik.

Analisis aspek sosial dan lingkungan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari proyek ini terhadap lingkungan, masyarakat dan Negara. Biogas mempunyai beberapa keungulan terhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifat dari biogas yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan keunggulan dari biogas dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Berdasarkan analisis finansial pada usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp. 202.456.789,33 yang artinya bahwa usaha ini layak dijalankan. Nilai NPV sebesar Rp. 202.456.789,33menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku (8,75 persen). Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C. Pada usaha ini diperoleh Net B/C>0 yaitu sebesar 1,74 yang menyatakan bahwa pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos layak dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan 1,74 artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari analisis finansial usaha adalah 26,13 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang diasumsikan yaitu sebesar 8,75 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 26,13 persen dan karena IRR > 8,75 persen maka usaha ini layak dan menguntungkan. Pada usaha peternakan UPP Darul Fallah ini memiliki periode pengembalian investasi selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari.

(4)

sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. Batas maksimal perubahan terhadap harga jual atau jumlah produksi pada UPP Darul Fallah masih memberikan keuntungan pada usaha peternakan sapi perah Fakultas Peternakan yaitu sebesar 25,08 persen. Kenaikan biaya operasional, tidak berpengaruh besar terhadap usaha, dalam analisis terlihat kenaikan biaya yang besar masih mendatangkan keuntungan bagi kedua usaha ini. Usaha peternakan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah UPP Darul Fallah merupakan usaha dengan batas maksimal perubahan yang terkecil jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis non finansial adalah pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos, dinilai mendatangkan keuntungan pada kedua perusahaan. Hasil analisis finansial pada pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan dapat mendatangkan keuntungan. Jenis pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar adalah usaha peternakan sapi perah pada Fakultas Peternakan. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV usaha Fakultas Peternakan>NPV UPP Darul Fallah. Namun secara finansial kedua usaha ini sangat layak untuk didesentralisasikan.

Hasil analisis switching value, besarnya penurunan jumlah tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, walaupun hasil menunjukkan penurunan jumlah produksi lebih berpengaruh pada usaha UPP Darul Fallah, jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan. Kenaikan biaya operasional tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, hal ini disebabkan proporsi penggunaan campuran pupuk, dan pakan ternak biayanya sangat terjangkau dan mudah didapatkan.

(5)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan

Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk

Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas

Peternakan, IPB)

Nama : Yosi Kumala Santi Siregar

NIM : H34066133

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis

Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk

Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan

Fakultas Peternakan, IPB)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 11 November 1984.

Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Yusuf

Siregar dan Ibunda Hj. Dermala Sari Harahap.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 15 Padangsidimpuan

pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000

di SLTPN 1 Padangsidimpuan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1

Padangsidimpuan diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada Program Studi Diploma III Komunikasi

Pembangunan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Selepas menempuh

program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan

kesehatan sehingga proses penulisan skripsi ini terselesaikan, serta junjungan

besar Nabi Muhammad SAW atas perjuangannya terhadap ummatnya membawa

alam kegelapan ke alam terang benderang, sehingga dapat merasakan nikmatnya

kehidupan dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis ucapkan atas terselesaikannya penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah

dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi

Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan

skripsi ini, kendati demikian saran dan kritik sangat diharapkan untuk

membangun skripsi ke arah yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan

hati semoga skripsi ini untuk ke depannya berguna sekaligus bermanfaat bagi

penulis dan pihak yang terkait khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2009

(10)

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina-Suryana, MS sebagai dosen pembimbing yang

dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian bagi

penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam

seminar proposal penelitian.

3. Tanti Novianti, SP, MSi atas kesediaan sebagai dosen penguji utama dalam

siding skripsi yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan skripsi ini.

4. Arif Karyadi Uswandi, SP atas kesediaannya menjadi dosen komite

akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan

skripsi ini.

5. Orangtua penulis yang memberikan kepercayaan kepada penulis, Ayah dan

Ibunda tercinta. Saudara-saudaraku, Yul Andri, Yunita Sari Marina, Yushar

Yahya Martua, dan Yani Sukriah yang sangat penulis sayangi serta yang

memberikan semangat, dan membesarkan hatiku.

6. Bapak Ir. Salundik, MSi dari Fakultas Peternakan yang banyak

memberikan masukan serta membantu penulis dalam penelitian.

7. Bapak Ucu Wahidin, SPt yang banyak membantu dalam penelitian ini.

8. Bapak Sukiman, bapak Adih, yubi, omin, nurul dan orang-orang yang

tidak saya sebutkan yang banyak membantu dalam penelitian ini.

9. Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB, terutama mba nur sebagai guru atau

mentor penulis dan kesediaannya membantu penulis.

10. Teman-teman kosan mba hendry, mba rini, retno, shovia, dian, yusni, rury,

asry, indah, isty. Teman-teman sekaligus menjadi sahabat yang banyak

memberikan masukan, bantuan, dan yang selalu menjadi penyemangat,

(11)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

SKRIPSI

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Di Bawah bimbingan RITA NURMALINA.

Adanya upaya pengembangan energi alternatif dari pemerintah sehinggga banyak usaha-usaha yang didorong untuk pengembangan energi terbarukan, salah satu energi terbarukan yang dikembangkan adalah biogas. Biogas merupakan wujud lain dari pemanfaatan gas biomassa. Biogas menjadi salah satu alternatif energi terbarukan dan sangat mungkin didesentralisasikan hingga ke pedesaan, bahkan ke rumah-rumah. Energi biogas bisa diperoleh dengan memproses limbah bio atau biomassa dapat berupa kotoran ternak maupun limbah manusia, sisa-sisa panen seperti jerami, sekam, serta daun-daunan sortiran sayur dan bahan organik lainnya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak. Ternak selain menghasilkan daging, telur, susu, dan kulit, usaha peternakan juga menghasilkan produk ikutan (by product) dan limbah (waste).

Dalam upaya pengembangan peternakan sapi perah memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi terbarukan seperti biogas. Hal ini didukung bahwa limbah dari usaha peternakan sapi perah memiliki komposisi yang lebih besar dibandingkan peternakan lainnya termasuk sapi potong. UPP (Unit Pengolahan Peternakan) Darul Fallah dan Fakultas Peternakan bersama-sama memiliki usaha peternakan sapi perah yang didalamnya sedang mengembangkan instalasi percontohan yang menghasilkan biogas dan pupuk kompos, sehingga perlu ditelaah lebih jauh apakah usaha ini layak untuk didesentralisasikan.

Penelitian bertujuan mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. Penelitian ini juga difokuskan menganalisis tingkat kelayakan secara finansial proyek pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) kedua perusahaan.

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi peternakan, pembangunan kandang serta bangunan lainnya, teknis pembuatan biogas dan proses operasional yang dilakukan sehingga menghasilkan susu, biogas dan pupuk kompos. UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan membangun sentra peternakan yang jauh dari perumahan penduduk, sehingga potensi pengembangan biogas dikawasan ini sangat bagus. Penempatan instalasi biogas akan lebih baik jika berdekatan dengan kandang. Hal ini dimaksudkan agar distribusi bahan pembentuk biogas prosesnya tidak terlalu jauh. Instalasi biogas yang berada di UPP Darul Fallah dan Fakulas Peternakan bertipe fixed dome. UPP Darul Fallah dengan kapasitas 18 m3 dirancang untuk 10 ekor sapi. Fakultas Peternakan dengan kapasitas 32 m3 dirancang untuk 20 ekor sapi. 

(13)

dihasilkan sebenarnya diolah kembali menjadi produk-produk turunan, namun demikian tidak tertutup kemungkinan susu segar juga dipasarkan kepada perusahaan-perusahaan dan KPS (Koperasi Susu). Perusahaan juga memasarkan produk tidak hanya melalui agen-agen tapi dengan menggunakan media cetak, seperti pemasaran dengan pemasangan iklan seperti leaflet. Sama halnya dengan Fakultas Peternakan, juga mengolah susu menjadi beberapa produk turunan, tetapi juga menjual susu yang masih segar.

Analisis aspek manajemen melihat bentuk usaha, struktur organisasi, sistem pembagian kerja, serta sistem penggajian tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Struktur organisasi berbentuk lini atau garis, dimana perintah langsung diberikan langsung oleh atasan kepada bawahan. Meskipun terlihat sederhana, namun peternakan masih butuh proses pengembangan yang lebih sehingga dapat menciptakan suatu perusahaan yang besar, sehingga struktur ini dinilai efektif untuk kondisi UPP Darul Fallah pada saat ini. Struktur organisasi pada Fakultas Peternakan karena berupa Perusahaan Negara, sehingga yang menangani berupa pengajar dan karyawan, dimana semua unit adalah orang-orang yang kompeten pada bidang masing-masing. Pengajar merupakan tenaga ahli yang masuk dalam penelitian, baik dalam peternakan, biogas dan pupuk organik. Dalam penelitian dibatasi hanya beberapa orang-orang yang benar-benar terlibat dalam peternakan sapi perah, baik biogas dan pupuk organik.

Analisis aspek sosial dan lingkungan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari proyek ini terhadap lingkungan, masyarakat dan Negara. Biogas mempunyai beberapa keungulan terhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifat dari biogas yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan keunggulan dari biogas dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Berdasarkan analisis finansial pada usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp. 202.456.789,33 yang artinya bahwa usaha ini layak dijalankan. Nilai NPV sebesar Rp. 202.456.789,33menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku (8,75 persen). Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C. Pada usaha ini diperoleh Net B/C>0 yaitu sebesar 1,74 yang menyatakan bahwa pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos layak dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan 1,74 artinya setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari analisis finansial usaha adalah 26,13 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang diasumsikan yaitu sebesar 8,75 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 26,13 persen dan karena IRR > 8,75 persen maka usaha ini layak dan menguntungkan. Pada usaha peternakan UPP Darul Fallah ini memiliki periode pengembalian investasi selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari.

(14)

sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. Batas maksimal perubahan terhadap harga jual atau jumlah produksi pada UPP Darul Fallah masih memberikan keuntungan pada usaha peternakan sapi perah Fakultas Peternakan yaitu sebesar 25,08 persen. Kenaikan biaya operasional, tidak berpengaruh besar terhadap usaha, dalam analisis terlihat kenaikan biaya yang besar masih mendatangkan keuntungan bagi kedua usaha ini. Usaha peternakan sapi perah dalam rangka pemanfaatan limbah UPP Darul Fallah merupakan usaha dengan batas maksimal perubahan yang terkecil jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis non finansial adalah pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos, dinilai mendatangkan keuntungan pada kedua perusahaan. Hasil analisis finansial pada pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan dapat mendatangkan keuntungan. Jenis pengusahaan yang memberikan keuntungan paling besar adalah usaha peternakan sapi perah pada Fakultas Peternakan. Hal ini dilihat dari hasil analisis finansial yang menunjukkan bahwa NPV usaha Fakultas Peternakan>NPV UPP Darul Fallah. Namun secara finansial kedua usaha ini sangat layak untuk didesentralisasikan.

Hasil analisis switching value, besarnya penurunan jumlah tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, walaupun hasil menunjukkan penurunan jumlah produksi lebih berpengaruh pada usaha UPP Darul Fallah, jika dibandingkan dengan usaha Fakultas Peternakan. Kenaikan biaya operasional tidak berpengaruh besar pada kedua usaha ini, hal ini disebabkan proporsi penggunaan campuran pupuk, dan pakan ternak biayanya sangat terjangkau dan mudah didapatkan.

(15)

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN

BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

(Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB)

YOSI KUMALA SANTI SIREGAR H34066133

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan

Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk

Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas

Peternakan, IPB)

Nama : Yosi Kumala Santi Siregar

NIM : H34066133

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(17)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis

Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk

Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan

Fakultas Peternakan, IPB)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 11 November 1984.

Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Yusuf

Siregar dan Ibunda Hj. Dermala Sari Harahap.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 15 Padangsidimpuan

pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000

di SLTPN 1 Padangsidimpuan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1

Padangsidimpuan diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada Program Studi Diploma III Komunikasi

Pembangunan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Selepas menempuh

program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006

(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan

kesehatan sehingga proses penulisan skripsi ini terselesaikan, serta junjungan

besar Nabi Muhammad SAW atas perjuangannya terhadap ummatnya membawa

alam kegelapan ke alam terang benderang, sehingga dapat merasakan nikmatnya

kehidupan dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis ucapkan atas terselesaikannya penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah

dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos (Studi

Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB). Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan

skripsi ini, kendati demikian saran dan kritik sangat diharapkan untuk

membangun skripsi ke arah yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan

hati semoga skripsi ini untuk ke depannya berguna sekaligus bermanfaat bagi

penulis dan pihak yang terkait khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2009

(20)

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina-Suryana, MS sebagai dosen pembimbing yang

dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian bagi

penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam

seminar proposal penelitian.

3. Tanti Novianti, SP, MSi atas kesediaan sebagai dosen penguji utama dalam

siding skripsi yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan skripsi ini.

4. Arif Karyadi Uswandi, SP atas kesediaannya menjadi dosen komite

akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan

skripsi ini.

5. Orangtua penulis yang memberikan kepercayaan kepada penulis, Ayah dan

Ibunda tercinta. Saudara-saudaraku, Yul Andri, Yunita Sari Marina, Yushar

Yahya Martua, dan Yani Sukriah yang sangat penulis sayangi serta yang

memberikan semangat, dan membesarkan hatiku.

6. Bapak Ir. Salundik, MSi dari Fakultas Peternakan yang banyak

memberikan masukan serta membantu penulis dalam penelitian.

7. Bapak Ucu Wahidin, SPt yang banyak membantu dalam penelitian ini.

8. Bapak Sukiman, bapak Adih, yubi, omin, nurul dan orang-orang yang

tidak saya sebutkan yang banyak membantu dalam penelitian ini.

9. Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB, terutama mba nur sebagai guru atau

mentor penulis dan kesediaannya membantu penulis.

10. Teman-teman kosan mba hendry, mba rini, retno, shovia, dian, yusni, rury,

asry, indah, isty. Teman-teman sekaligus menjadi sahabat yang banyak

memberikan masukan, bantuan, dan yang selalu menjadi penyemangat,

(21)

risman, welly, mimi, ocha, k’erna, k’agnes, k’nesty dan masih banyak lagi

yang tidak bisa disebutkan satu persatu jauh sebelumnya saya ucapkan

terimakasih banyak atas support hingga skripsi ini mencapai hasil yang maksimal.

11. Keluarga Muslim Ekstensi (Kamus) dan rekan-rekan AGB yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses.

Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas segala amal kebaikan yang telah dilakukan, Amin, dan

Terima Kasih.

Bogor, Agustus 2009

Yosi Kumala Santi Siregar

 

 

 

 

(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah ... 7

2.1.1. Perencanaan Usaha Peternakan Sapi Perah ... 7 2.2. Sejarah Perkembangan Biogas ... 9 2.2.1.Pengertian Biogas ... 11 2.2.2.Model Digester ... 13 2.2.3.Teknik Pembuatan Biogas ... 14 2.3. Pengertian Pupuk Organik ... 15 2.3.1.Klasifikasi Pupuk Organik ... 16 2.3.2.Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas ... 16 2.3.3. Pengertian Kompos ... 18 2.4. Tinjauan Studi Terdahulu ... 20 2.4.1. Studi Empiris Mengenai Kelayakan Usaha ... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24 3.1. Studi Kelayakan ... 24 3.2. Teori Biaya dan Manfaat ... 26 3.3. Analisis Kelayakan Investasi ... 27 3.4. Analisis Finansial ... 27 3.4.1. Net Present Value (NPV) ... 29 3.4.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) ... 29 3.4.3. Internal Rate Return (IRR) ... 30 3.4.4. Pay Back Periode (PBP) ... 30 3.5. Analisis Sensitifitas ... 30 3.6. Kerangka Operasional ... 31

(23)

Halaman V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 42 5.1 Sejarah Singkat Yayasan Darul Fallah ... 42

5.1.1. Visi,Misi, dan Tujuan Unit Pengolahan

Peternakan Darul Fallah ... 43 5.2 Sejarah Singkat Fakultas Peternakan ... 44

5.2.1. Sejarah Singkat Program Studi

Teknologi Hasil Ternak ... 45 5.2.2. Sejarah Singkat Laboratorium

Teknologi Hasil Ternak ... 48

VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ... 51 6.1 Aspek Teknis ... 51 6.1.1. Lokasi Proyek ... 51 6.1.2. Populasi Ternak Sapi Perah ... 52 6.1.2.1. Produktivitas Sapi Perah ... 53 6.1.2.2. Pakan Ternak ... 54 6.1.2.3. Teknis Pembuatan Kandang ... 56 6.1.2.4. Aktivitas Pemerahan ... 58 6.1.2.5. Pencegahan Penyakit ... 59 6.1.2.6.Perkawinan ... 59

6.1.3. Teknologi Pembuatan Instalasi Biogas ... 59 6.1.4. Tehnik Operasional Instalasi Biogas ... 63 6.1.5. Pengolahan Pupuk Organik Cair dan Padat ... 64

6.2 Aspek Pasar ... 66 6.2.1. Karakteristik Produk ... 67 6.2.2. Potensi Pasar ... 68 6.2.3. Strategi Pemasaran ... 70 6.3. Aspek Manajemen ... 71

6.3.1. Bentuk dan Struktur Organisasi pada

UPP Darul Fallah ... 71 6.3.2. Struktur Organisasi pada Fakultas Peternakan ... 73 6.4. Sosial Ekonomi dan Lingkungan ... 73

VII HASIL KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ... 76 7.1 Kelayakan Usaha Sapi Perah, Biogas, dan Pupuk Kompos

UPP Darul Fallah ... 77 7.1.1. Inflow ... 77

(24)

7.1.4.1. Biaya Investasi ... 79 7.1.4.2. Biaya Operasional ... 80 7.1.4.3.Biaya Tetap ... 81

7.1.5. Analisis Rugi Laba ... 82 7.1.6. Kriteria Kelayakan Investasi Pengusahaan Sapi Perah ... 82 7.1.7. Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) ... 83

7.2. Kelayakan Usaha Sapi Perah, Biogas, dan Pupuk Kompos

Fakultas Peternakan ... 85 7.1.1. Inflow ... 85

7.1.2. Penerimaan Sampingan ... 86 7.1.3. Nilai Sisa ... 86 7.1.4. Arus Biaya ... 86 7.1.4.1. Biaya Investasi ... 87 7.1.4.2. Biaya Operasional ... 88 7.1.4.3.Biaya Tetap ... 88

7.1.5. Analisis Rugi Laba ... 89 7.1.6. Kriteria Kelayakan Investasi Pengusahaan Sapi Perah ... 89 7.1.7. Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) ... 90

7.4 Perbandingan Kelayakan Finansial pada UPP Darul Fallah

Dan Fakultas Peternakan ... 92 7.5 Perbandingan Analisis Switching Value pada UPP Darul Fallah

Dan Fakultas Peternakan ... 92

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 94 8.1. Kesimpulan ... 94 8.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Bobot, Produksi Kotoran, dan Bahan Kering

pada Peternakan ... 2

2. Perbandingan Biogas dari Limbah Masyarakat ... 3

3. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar lainnya ... 11

4. Komposisi Gas dalam Gasbio (%) antara Kotoran Sapi dan Campuran

Kotoran Ternak dengan Sisa Pertanian ... 12

5. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair

Beberapa Jenis Ternak ... 17

6. Sumber-sumber Kompos dari Bahan Organik ... 18

7. Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ... 23

8. Sumber informasi penunjang penelitian ... 35

9. Jumlah Sapi Perah UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan ... 52

10. Produksi Susu Sapi Perah UPP Darul Fallah

dan Fakultas Peternakan ... 54

11. Jumlah dan Komposisi Pemberian Pakan pada Sapi Perah ... 55

12. Pemberian Susu per Hari per Anak Sapi ... 56

13. Efisiensi Berbagai Jenis Ternak Dalam Merubah Makanan Ternak

Menjadi Protein Hewani dan Kalori ... 68

14. Penerimaan Penjualan Usaha Peternakan Sapi Perah pada

UPP Darul Fallah pada Tahun ke-1 ... 78

15. Penerimaan Penjualan Usaha Peternakan Sapi Perah pada

UPP Darul Fallah pada Thun ke-2 ... 78

16. Rekapitulasi Biaya Investasi ... 80

17. Biaya Tetap pada UPP Darul Fallah ... 82

18. Hasil Kriteria Investasi Usaha Peternakan pada UPP Darul Fallah ... 83

19. Hasil Analisis Switching Value pada UPP Darul Fallah ... 84 20. Penerimaan pada Tahun ke-2 pada Fakultas Peternakan ... 86

21. Rekapitulasi Investasi ... 87

22. Analisis Biaya Tetap pada Fakultas Peternakan ... 89

(26)

Nomor Halaman

24. Hasil Analisis Switching Value pada Fakultas Peternakan ... 91 25. Tabel Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah ... 92

(27)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Digester Model Tetap ... 14

2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

3. Sapi Perah Jenis Fries Holland ... 53 4. Kandang Sapi Perah pada UPP Darul Fallah ... 57

5. Kandang Sapi Perah pada Fakultas Peternakan ... 58

6. Instalasi Biogas pada UPP Darul Fallah ... 62

7. Instalasi Biogas pada Fakultas Peternakan .... 62

(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner ... 99

2. Ciri-Ciri Bangsa Sapi Perah Eropa ... 103

3. Investasi UPP Darul Fallah ... 104

4. Cash Flow UPP Darul Fallah ... 105

5. Rugi Laba UPP Darul Fallah ... 107

6. Switching Value Penurunan Penjualan Susu, Biogas, dan

Pupuk Organik Padat sebesar 17,46% ... 108

7. Rugi Laba Penurunan Penjualan Susu, Biogas dan

Pupuk Organik Padat sebesar 17,46% ... 110

8. Switching Value Peningkatan Biaya Operasional sebesar 100,09% ... 112

9. Laporan Rugi Laba Kenaikan Biaya Operasional pada

UPP Darul Fallah sebesar 100,09% ... 114

10. Investasi Fakultas Peternakan pada Tahun ke-1 ... 116

11. Cashflow Fakultas Peternakan ... 117 12. Analisis Rugi Laba Fakultas Peternakan ... 119

13. Cashflow Switching Value Fakultas Peternakan Penurunan Penjualan

Pupuk Organik Padat dan Cair sebesar25,08% ... 120

14. Analisis Rugi Laba Penurunan Penjuala n Susu, Biogas, Pupuk Organik

Padat dan Cair Fakultas Peternakan 25,08% ... 123

15. Cashflow Switching Value Kenaikan Biaya Operasional pada

Fakultas Peternakan sebesar 75,08% ... 125

16. Analisis Rugi Laba Kenaikan Biaya Operasional Fakultas Peternakan

(29)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia mempunyai kebijakan energi nasional yang berprinsip pada

kebijakan harga, diversifikasi, dan konversi energi. Pemerintah telah merumuskan

kebijakan strategis pengelolaan energi nasional tahun 2005-2025 yang ditetapkan

dalam Peraturan Presiden Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan

Energi Nasional. Kebijakan energi nasional merupakan pengembangan sumber

energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut

menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif

pengganti bahan bakar minyak (Prihandana dan Hendroko, 2008).

Diversifikasi energi adalah pemanfaatan energi altenatif, salah satunya

adalah Bahan Bakar Nabati (BBN) yang merupakan energi alternatif yang dapat

dengan mudah diperoleh di Indonesia. Intruksi Presiden No. 1/2006 tentang

Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai bahan bakar lain,

merupakan suatu intruksi yang menegaskan pentingnya pengembangan BBN

(Prihandana dan Hendroko, 2008).

Adanya upaya pengembangan energi alternatif dari pemerintah sehinggga

banyak usaha-usaha yang didorong untuk pengembangan energi terbarukan, salah

satu yang berpotensi dalam pengembangan energi terbarukan adalah peternakan.

Peternakan sapi merupakan salah satu usaha yang sangat berpotensi tinggi dalam

pengembangan energi alternatif salah satunya biogas. Peternakan yang berpotensi

besar dalam menghasilkan limbah yang sangat banyak (biomassa) untuk

mendukung pengembangan energi terbarukan ini adalah peternakan sapi perah.

Hal ini didukung oleh potensi limbah yang dihasilkan oleh peternakan sapi perah

(30)

Tabel 1. Perbandingan Bobot, Produksi Kotoran, dan Bahan Kering pada

Pengusahaan sapi perah juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya

susu yang dihasilkan oleh peternakan, sebagai output utama dari peternakan sapi

perah. Manfaat susu sebagai salah satu jenis pangan yang sehat tidak diragukan,

hampir semua zat gizi yang terkandung didalam susu bermutu tinggi. Protein dan

lemak susu memiliki kecernaan yang tinggi, kandungan vitamin dan mineralnya

juga relatif lengkap sehingga susu memiliki peranan signifikan dalam

meningkatkan kualitas gizi, melalui pemenuhan kebutuhan protein dan mineral

serta berbagai vitamin penting yang terkandung didalamnya. Dapat disimpulkan

peternakan sapi perah memiliki keunggulan dibandingkan peternakan lainnya,

mengingat komsumsi masyarakat akan susu terus meningkat dalam rangka

pemenuhan kualitas gizi yang baik bagi masyarakat. Hasil lain yang memiliki

keuntungan dari peternakan sapi perah, daging yang dapat diperjulbelikan serta

limbah yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik

(Wahyuni, 2009).

Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha

peternakan, seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah pemotongan hewan, dan

pengolahan produk ternak. Limbah ternak meliputi limbah padat dan limbah cair,

(31)

tulang, tanduk, dan isi rumen. Semakin besar skala usaha, limbahnya semakin

banyak.

Pada peternakan kecil, limbah tidak begitu menjadi masalah. Jumlah

limbah yang sedikit bisa ditangani dengan mudah. Berbeda dengan usaha

peternakan skala besar, limbah yang dihasilkan akan banyak. Jika pengelolaan

tidak dilakukan secara baik, bisa berakibat buruk. Sebagai gambaran, seekor sapi

dengan berat 454 kg akan menghasilkan 30 kg limbah yang terdiri dari feses dan

urine setiap hari. Dapat dibayangkan berapa banyak limbah yang dihasilkan jika

100 ekor sapi yang dipeternakan, dimana limbah dapat mencapai 3 ton perhari.

Jumlah yang sangat besar, dan keberadaan limbah akan menjadi masalah serius,

masyarakat di sekitar peternakan akan terganggu. Tidak saja baunya yang

mengganggu, tetapi keberadaanya juga akan mencemari lingkungan, mengganggu

pemandangan, dan bisa menjadi vektor penyakit (Simamora, 2006).

Selama ini, limbah berupa feses dan urine banyak dimanfaatkan sebagai

pupuk oleh sebagian besar peternak. Kebanyakan petani langsung membawanya

ke kebun tanpa melakukan pengomposan terlebih dahulu. Feses tersebut, masih

bersifat panas dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman. Dari kebiasaan

tersebut sebenarnya kita bisa mengembangkan instalasi biogas. Dengan instalasi

biogas, peternak akan mendapatkan gas sebagai bahan bakar, pupuk organik padat

dan pupuk organik cair dari suatu fermentasi bahan organik dalam digester biogas

yang dibangun (Simamora, 2006).

Potensi limbah ternak khususnya kotoran sapi dalam menghasilkan biogas,

nilai kalori yang dihasilkannya sangat tinggi dibandingkan limbah yang lainnya.

Perbandingan biogas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Biogas dari Limbah Masyarakat

Bahan Isian Nilai Kalori Biogas yang Dihasilkan

Tinja Manusia 5000

Sampah dan tinja manusia 5450

Tinja Sapi 5.500-6.000

Sampah Kota + urea 5400-5.500

Kotoran Sapi* 6.513

Sumber : Sahid, 1983

(32)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa limbah sapi atau kotoran sapi sangat

berpotensi untuk menghasilkan biogas, dibandingkan limbah lainnya.

Pengusahaan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik

padat) sangat berpotensi dikembangkan pada peternakan, karena input yang

dibutuhkan berupa limbah sapi, sehingga terdapat kemudahan dalam memperoleh

input untuk proyek ini.

Disamping itu, limbah ternak yang dapat menghasilkan biogas dapat

dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar gas. Biogas ini merupakan sumber

energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Biocycle Farming ini merupakan cikal bakal pertanian ramah lingkungan. Kompos juga dapat dibuat

dari hasil sampingan pengolahan limbah cair (black and grey water). Limbah cair tersebut sebelumnya diolah dengan menggunakan sistem pengolahan limbah

biologis dalam unit Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). Dalam proses

pengolahannya akan terjadi penumpukan padatan (lumpur) pada dasar IPAL yang

dikenal dengan istilah sludge7.

1.2. Perumusan Masalah

UPP (Unit Pengolahan Peternakan) Darul Fallah dan Fakultas Peternakan

IPB sama-sama memiliki peternakan sapi perah yang didalamnya sedang

mengembangkan instalasi percontohan untuk mengolah limbah ternak menjadi

biogas, dimana hasil lainnya berupa pupuk kompos (pupuk organik padat dan

pupuk organik cair). Dari level percontohan akan dikembangkan menjadi suatu

bisnis, maka diperlukan kajian lebih komprehensif terkait dengan aspek teknis,

aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek finansial

sehingga diperoleh gambaran utuh apakah pengembangan usaha pengolahan

limbah ternak menjadi biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk

organik padat) dapat menguntungkan atau tidak untuk dijalankan. Aspek-aspek

tersebut dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan.

Beberapa kendala dalam pengembangan energi terbarukan, termasuk

biogas, adalah ketersediaan bahan, keamanan supply, harga, kemudahan

       7

(33)

penanganan dan penggunaannya. Faktor-faktor eksternal seperti pengembangan

teknologi, subsidi, isu-isu lingkungan dan perundang-undangan memainkan

peranan dalam pengembangan energi terbarukan. Dengan mempertimbangkan

potensi produksi biogas dan penggunaannya untuk bidang pertanian di pedesaan,

penelitian-penelitian energi terbarukan dalam hal pengelolaan konservasi energi

dan penggunaan secara efisien adalah penting untuk dilakukan8.

Instalasi biogas bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi masalah

limbah ternak bagi masyarakat (Dinas Peternakan, 2007). Proyek instalasi biogas

yang merupakan proyek percontohan, perlu ditelaah lebih jauh apakah layak atau

tidak untuk dilaksanakan, dalam menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk

organik cair dan pupuk organik padat). Analisa kriteria investasi digunakan untuk

melihat bagaimana investasi yang ditanamkan terhadap biaya yang dikeluarkan.

Biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada peternak,

tidak hanya manfaat finansial tetapi manfaat-manfaat lainnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk

menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk

organik padat) dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek teknis, aspek

pasar, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan?

2. Apakah pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan

biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk organik padat) layak

secara finansial untuk dilaksanakan dilokasi penelitian?

3. Bagaimana sensivitas dengan Switching Value kelayakan proyek terhadap perubahan komponen biaya dan manfaat dalam pengusahaan sapi perah dan

pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk

organik cair dan pupuk organik padat) di lokasi penelitian?

       8

(34)

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk

menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk organik cair dan pupuk

organik padat) dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek

teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan.

2. Menganalisis tingkat kelayakan secara finansial proyek pengusahaan sapi

perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos

(pupuk organik cair dan pupuk organik padat) dilokasi penelitian.

3. Menganalisis sensivitas kelayakan proyek pengusahaan sapi perah dan

pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos (pupuk

organik cair dan pupuk organik padat) lokasi penelitian.

Penelitian diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan

informasi mengenai energi alternatif, yang dapat dimanfaatkan melalui biomassa

(limbah ternak). Terutama bagi peternak ataupun petani, pemanfaatan instalasi

biogas tidak hanya mendapatkan gas saja, tetapi mendapat nilai lebih berupa

pupuk organik cair dan pupuk organik padat berupa kompos yang ramah

lingkungan. Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat dapat lebih menghemat

penggunaan energi bumi yang semakin langka, dengan memanfaatkan

bahan-bahan organik di sekitar kita yang dapat dijadikan sumber energi.

Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi, penelitian ini dapat

menambah informasi pembaca yang membutuhkan. Dapat menambah wawasan

mengenai biogas baik peneliti ataupun bagi pihak yang membutuhkan informasi.

1.4. Ruang Lingkup

Penelitian ini difokuskan pada kelayakan usaha peternakan sapi perah

yang fokus utamanya adalah susu segar, sedangkan limbahnya digunakan untuk

menghasilkan biogas dan pupuk organik atau pupuk kompos pada UPP Darul

(35)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

Usaha peternakan merupakan suatu usaha produksi yang didasarkan pada

proses biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia, maka manusia campur tangan langsung untuk mengendalikan dan

menguasai pertumbuhan hewan ternak. Berdasarkan pola pemeliharaan usaha

ternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu peternak rakyat,

peternak semi komersil dan peternak komersil. Peternak rakyat dengan cara

memelihara ternaknya secara tradisional.

Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung pada luas lahan yang

tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Pendapatan suatu usaha

peternakan akan berubah dengan reorganisasi usaha peternakan tersebut dengan

maksud untuk meningkatkan pendapatan peternak. Faktor-faktor produksi yang

dapat diatur untuk reorganisasi usaha peternakan sapi perah ialah :

• Jumlah sapi yang diperah

• Luas lahan yang ditanami hijauan pakan ternak

• Kandang

• Peralatan

• Tenaga kerja (Sudono, 2002)

Dibandingkan dengan usaha peternakan hewan lainnya, beberapa

keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan

usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi

protein hewani dan kalori, memiliki jaminan pendapatan yang tetap, tenaga kerja

yang tetap, pakan yang relatif mudah dan murah, kesuburan tanah dapat

dipertahankan, menghasilkan pedet yang bisa dijual jika jantan atau betina yang

dapat mengahasilkan susu (Sudono, et al., 2003).

2.1.1 Perencanaan Usaha Peternakan Sapi Perah

Faktor menurut yang terpenting untuk usaha sukses dalam usaha

peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri (Sudono, 1999). Peternak harus

(36)

dapat menentukan keuntungan-keuntungan apa yang didapat untuk tiap-tiap

investment. Peternak harus dapat menggabungkan tata laksana yang baik dan menentukan lokasi peternakan yang baik, besarnya usaha peternakan, sapi-sapi

yang produksi tinggi, pemakaian peralatan yang tepat, lahan yang subur/sesuai

untuk tanaman hijauan serta pemasaran yang baik.

Ada beberapa faktor menurut (Susono, 1999) yang menjadi pertimbangan

pengusahaan sapi perah yaitu :

1. Mencari pemasaran yang baik

Dalam mendapatkan keuntungan yang baik dari penjualan susu, maka

peternak harus mencari tempat dimana pengangkutan/transport mudah atau

mudah menyalurkan susu yang dihasilkan secara ekonomis dan cepat karena

susu cepat atau mudah rusak. Peternak harus dapat menyalurkan susu ke

penjual (dealer) di kota, atau secara bersama-sama membentuk koperasi distribusi penjualan susu tersebut. Dalam hal lain dealer mencari pasaran yang secara teratur membayar pada tingkat harga yang tinggi dan mempunyai

reputasi menjual susu yang berkualitas tinggi.

2. Lahan dan air

Tipe lahan dimana peternakan akan didirikan merupakan hal yang

penting dan harus diselidiki tingkat kesuburan lahan tersebut. Pada dasarnya

yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus tak dapat

atau sulit ditingkatkan kesuburannya. Disamping itu tipologi iklim (curah

hujan dan temperatur) perlu diperhatikan. Hal penting yang tak dapat

diabaikan adalah tersedianya air bersih dalam jumlah yang banyak, karena

peternakan sapi perah membutuhkan air untuk minum, pembersihan kandang

dan kamar susu. Untuk setiap liter susu yang dihasilkan sapi membutuhkan air

minum sebanyak 3,5 – 4 liter.

3. Besarnya usaha peternakan

Besarnya usaha peternakan sapi perah tergantung daripada luas lahan

yang tersedia dan daerah dimana peternakan tersebut didirikan. Di Indonesia,

sekitar kota-kota besar rata-rata sapi yang diperah 25 ekor, sedangkan di

(37)

Dengan pemeliharaan yang baik, penambahan jumlah sapi yang diperah dalam

suatu peternakan pada umumnya akan meningkatkan efisiensi perusahaan.

4. Tenaga Kerja

Usaha peternakan pada saat sekarang harus memiliki tenaga yang

terampil dan berpengalaman, karena itu diperlukan fasilitas perumahan untuk

dapat menarik tenaga tersebut dan bekerja dengan baik pada peternakan.

5. Sapi yang berproduksi tinggi

Walaupun perhatian banyak dicurahkan pada efisiensi penggunaan

lahan dan tenaga kerja, tetapi produksi susu yang tinggi setiap sapi masih

merupakan faktor yang sangat penting. Hendaknya sapi-sapi berproduksi

tinggi yang seragam, jangan sangat bervariasi, sebab usaha peternakan dengan

produksi tinggi merata dan menggunakan pejantan-pejantan unggul yang baik,

maka produksi susu dapat ditingkatkan dan dipertahankan dari generasi ke

generasi.

6. Penggunaan tanaman pakan ternak

Penggunaan tanaman pakan ternak yang diproduksi sendiri perlu

dimaksimumkan, karena itu usaha peternakan sapi perah sangat memerlukan

lahan untuk ditanami tanaman pakan ternak. Efisiensi produksi tergantung

pada cara pemberian makanan yang ekonomis, dan pakan hijauan diharuskan

berasal dari tanaman sendiri sedangkan pakan konsentrat dibeli dari luar.

2.2. Sejarah Perkembangan Biogas

Kebudayaan mesir, Cina, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan

gas alam ini dengan cara dibakar untuk menghasilkan panas. Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa.

Penemuan ilmuwan Alessandro Volta terhadap gas yang dikeluarkan di

rawa-rawa terjadi pada tahun 1776, dimana Volta pertama kali mengaitkan gas bakar ini

dengan proses pembusukan sayuran. William Henry pada tahun 1806

mengidentifikasi gas yang dapat terbakar tersebut sebagai gas methan yang

kemudian dilanjutkan oleh Avogadro. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa

biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Becham (1868), murid

(38)

pembentukan methan. Tahun 1884, Louis Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi landasan

untuk penelitian biogas hingga saat ini9.

Akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman

dan Perancis melakukan riset beberapa unit pembangkit biogas dengan

memanfaatkan limbah pertanian pada masa antara perang dunia. Selama Perang

dunia II banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat digester kecil

untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk mengerakkan traktor. Karena

harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya, pada tahun 1950-an

pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Di Negara-negara berkembang juga

demikian karena harga energi yang murah dan selalu tersedia, sehingga biogas

kurang berkembang (Prihandana dan Hendroko, 2008).

Biogas bukanlah teknologi baru, sejumlah Negara telah

mengaplikasikannya beberapa tahun lalu, seperti Rusia dan Amerika Serikat.

Negara yang populasi ternaknya besar, seperti Amerika Serikat, India, Taiwan,

Korea, Cina telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku pembuatan

bahan bakar. Di benua Asia, India merupakan Negara pelopor dan pengguna

energi biogas ketika masih dijajah Inggris. Kegiatan produksi biogas di India

dilakukan sejak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun di India

pada tahun 1900. India sendiri memiliki lembaga khusus yang meneliti

pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research Institute

dan Gobar Gas Research Station. Di Indonesia baru mengadopsi teknologi pembuatan biogas awal tahun 1970-an.

Negara berkembang lainnya, seperti Cina, Filipina, Korea, Taiwan, dan

Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit

gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat kedap udara dengan

bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), serta pipa penyaluran gas bio yang terbentuk. Pemanfaatan teknologi tertentu, gas methan dapat

digunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik,

       5

(39)

menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Gas methan dapat digunakan

untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas, seperti

halnya elpiji (Prihandana dan Hendroko, 2008).

2.2.1. Pengertian Biogas

Gas Bio atau biogas (Prihandana dan Hendroko, 2008) adalah suatu

campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik

oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (anaerobic process). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba

anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas

methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan

slurry dapat digunakan sebagai kompos (Hadisuwito, 2007). Produk dari digester tersebut berupa gas methan yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500

kJ/Nm310.

Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang

merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas

yang dominan adalah gas methan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2)

(Simamora, dkk. 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu

kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas methan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Menurut Maramba (1978) produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan

menjalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.

Tabel 3. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar lainnya

Biogas (1m3) Volume

• Elpiji

• Minyak tanah

• Minyak solar

• Bensin

• Gas kota

Kayu bakar

0,46 kg

0,62 liter

0,52 liter

0,80 liter

1,50 m3 3,50 kg

Sumber : Wahyuni (2009)

       6

(40)

20 Bahan gasbio dapat diperoleh dari limbah pertanian yang basah, kotoran

hewan (manure), kotoran manusia dan campurannya. Kotoran hewan seperti

kerbau, sapi, babi dan ayam telah diteliti untuk diproses dalam alat penghasil

gasbio dan hasil yang diperoleh memuaskan (Harahap et al., 1980). Perbandingan kisaran komposisi gas dalam gasbio antara kotoran sapi dan campuran kotoran

ternak dengan sisa pertanian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Gas dalam Gasbio (%) antara Kotoran Sapi dan Campuran Kotoran Ternak dengan Sisa Pertanian

Jenis gas Kotoran sapi Campuran kotoran ternak

dan sisa pertanian

Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik

dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan

oksigen disebut anaerobic digestion. Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 persen) berupa methana. Material organik yang terkumpul pada digester (reaktor)

akan diuraikan melalui dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap

pertama, material organik akan didegradasi menjadi asam lemah dengan bantuan

bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat

hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang

sederhana. Sedangkan asidifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana (Prihandana dan Hendroko, 2008). Setelah material organik berubah

      

7 http://tumoutou.net. Pemanfaatan Limbah Ternak Ruminansia untuk Mengurangi Pencemaran

(41)

20 menjadi asam, maka tahap kedua dari proses anaerobic digestion adalah pembentukan gas methana dengan bantuan bakteri pembentuk methana seperti

methanococus, methanosarcina, methano bacterium.

Perkembangan proses anaerobic digestion telah berhasil pada banyak aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah/limbah yang

keberadaanya sangat melimpah dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai

ekonomis. Aplikasi anaerobic digestion telah berhasil pada pengolahan limbah industri, limbah pertanian, limbah peternakan.

2.2.2. Model Digester

Kotoran ternak yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu saja dalam

beberapa waktu, dengan sendirinya akan membentuk gas methan. Jika gas tidak

ditampung maka akan hilang menguap ke udara. Bermacam kontruksi yang dibuat

khusus penampung gas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis digester

(pengolah gas) yaitu batch fedding dan continuous fedding (Simamora, dkk. 2006).

Batch feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organik (campuran kotoran ternak dan air) dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu

sampai biogas dihasilkan. Setelah biogas tidak berproduksi lagi atau

produksinya sangat rendah, isian digesternya dibongkar, lalu diisi kembali

dengan bahan organik yang baru.

Continuous feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu, setelah biogas mulai berproduksi.

Pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas berproduksi.

Setelah berproduksi, pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap

hari dengan jumlah tertentu. Ada dua model continuous fedding yaitu model tetap (fixed) dan model terapung (floating). Perbedaan model ini adalah pengumpul biogas yang dihasilkan. Model floating, pengumpul gasnya terapung diatas sumur pencerna sehingga kapasitasnya akan naik turun sesuai

dengan produksi gas yang dihasilkan dan femanfaatan gas untuk memasak.

(42)

20 ini memang membutuhkan modal yang lebih besar, tetapi usia

keekonomiannya lebih lama, perawatannya mudah, dan pengoperasiannya

sederhana. Model digester tetap kontinu memerlukan bahan bangunan seperti

pasir, semen, batu kali, bata merah, besi kontruksi, cat, dan pipa paralon.

Gambar 1. Digester Model Tetap

2.2.3. Teknik Pembuatan Biogas

Proses pembentukan biogas dalam digester model yang tetap kontinu akan

melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Menampung kotoran Sapi di Bak Penampungan Sementara

Kotoran sapi dari kandang yang bercampur dengan air cucian kandang

ditampung di dalam bak penampungan sementara. Bak penampungan

sementara ini berfungsi untuk menghomogenkan bahan masukan.

2. Mengalirkan Kotoran Sapi ke Digester

Lumpur kotoran sapi dialirkan ke digester melalui lubang pemasukan.

Pada pengisian pertama, kran pengeluaran gas yang ada dipuncak kubah

sebaiknya tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara

dalam digester terdesak keluar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran

sapi lebih mudah.

3. Menambahkan Starter

Pada pemasukan pertama diperlukan lumpur kotoran sapi dalam

(43)

20 proses fermentasi bakteri anaerob pada pengisian pertama ini perlu

menambahkan starter sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong

hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5-5,0 m3. 4. Membuang Gas yang Pertama Dihasilkan

Hingga hari ke-8, kran yang ada di atas dan gasnya dibuang.

Pembuangan ini disebabkan gas awal yang terbentuk didominasi CO2. Pada

hari ke-10 hingga hari ke-14 pembentukan gas CH4 54 persen dan CO2 27

persen maka biogas akan menyala. Selanjutnya, biogas dapat dimanfaatkan

untuk menyalakan kompor gas di dapur.

5. Memanfaatkan Biogas yang Sudah Jadi

Pada hari ke-14, gas sudah mulai terbentuk dan bisa digunakan untuk

menghidupkan nyala api pada kompor. Mulai hari ke-14 kita sudah bisa

menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau

seperti kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi

secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Proses pembuatan

biogas juga menghasilkan sisa buangan lumpur yang digunakan sebagai pupuk

organik. Sisa buangan lumpur ini dapat dijadikan pupuk organik padat dan

pupuk organik cair.

2.3. Pengertian Pupuk Organik

Pupuk organik (Simamora, dkk. 2006) merupakan bahan pembenah tanah

paling baik dan alami dibandingkan dengan pupuk anorganik. Beberapa sifat

pupuk organik yang menyebabkan pupuk ini sangat penting bagi lahan pertanian

sebagai berikut :

1. Memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu tanah menjadi gembur, aerasi dan

drainase lebih baik, meningkatkan pengikatan antar partikel, serta

meningkatkan kapasitas mengikat air sehingga dapat mencegah erosi dan

longsor.

2. Memperbaiki sifat biologi tanah, yaitu mempercepat perbanyakan fungi,

(44)

20 3. Memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation

(KTK) serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat sehingga akan

membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral.

2.3.1. Klasifikasi Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik. Pupuk

organik termasuk pupuk majemuk dan lengkap karena unsur haranya lebih dari

satu unsur serta mengandung unsur mikro (Suherman, 2005). Berdasarkan

bentuknya, pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk cair dan padat.

1. Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau keseluruhannya

terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan

kotoran manusia yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik

padat dapat dibedakan menjadi pupuk kandang, humus, kompos, dan pupuk

hijau.

2. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik

yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan

unsur haranya lebih dari satu unsur. Kandungan bahan kimia di dalamnya

maksimum 5 persen. Penggunaan pupuk organik cair memiliki beberapa

keuntungan sebagai berikut :

a. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian

pupuk organik padat.

b. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik cair lebih mudah diserap

tanaman.

c. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik

padat.

d. Percampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat

mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut.

2.3.2. Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas

Bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas dapat dijadikan pupuk

organik, walaupun bentuknya berupa lumpur (sludge). Pemanfaatan lumpur keluaran biogas ini sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang hampir

(45)

20 telah mengalami fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk

memupuk tanaman. Di suatu kawasan peternakan sapi perah, lumpur biogas dapat

langsung dialirkan kekebun rumput untuk memupuk rumput. Kualitasnya akan

lebih baik dibandingkan dengan kotoran sapi perah yang langsung dialirkan ke

kebun rumput (Simamora, 2006).

Kualitas lumpur sisa proses pembuatan biogas lebih baik daripada kotoran

ternak yang langsung dari kandang, dikarenakan pada proses fermentasi terjadi

perombakan anaerobik bahan organik menjadi biogas dan asam organik yang

mempunyai berat molekul rendah (asam asetat, asam propionate, asam butirat,

dan asam laktat). Dengan demikian konsentrasi N, P, dan K akan meningkat.

Dengan keadaan seperti ini, sludge (lumpur biogas) sudah menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Hasil buangan dari digester biogas berupa sludge (lumpur sisa pembuatan biogas) dan mempunyai sifat kompos, sehingga hasil keluaran dari reaktor biogas

dalam bentuk padatan dijual sebagai pupuk kompos oleh peternak atau petani.

Tabel 5. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair Beberapa Jenis

(46)

20 Dari Tabel 5 di atas dapat diketahui perbandingan kandungan makro

antara kotoran hewan yang berbentuk padat dan cair. Pada kotoran padat,

kandungan nitrogen dan kaliumnya lebih kecil dibandingkan jumlah persentase di

dalam kotoran ternak.

2.3.3. Pengertian Kompos

Pengomposan (Aminah, 2003) didefenisikan sebagai proses kimiawi yang

melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik

menjadi bahan yang mirip dengan humus. Pengomposan juga dimaksudkan untuk

menurunkan kadar karbon terhadap nitrogen atau sering disebut C/N ratio

(Marsono dan Sigit, 2002). Bahan baku pengomposan adalah semua material

organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah

hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan

bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.

Tabel 6. Sumber-sumber Kompos dari Bahan Organik

Asal Bahan

1. Pertanian

Limbah dan residu tanaman

Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa

Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas

Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air 2. Industri

Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan

makanan dan pemotongan hewan

Limbah cair Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa sawit 3. Limbah rumah tangga

Sampah Tinja, urin, sampah rumah tangga dan sampah

kota Sumber: Wikipedia, 200812

      

Gambar

Tabel 1.  Perbandingan Bobot, Produksi Kotoran, dan Bahan Kering pada
Tabel 3. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar lainnya
Tabel 4.  Komposisi Gas dalam Gasbio (%) antara Kotoran Sapi dan Campuran   Kotoran Ternak dengan Sisa Pertanian
Gambar 1. Digester Model Tetap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA). Sumberdaya energi memiliki peranan penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Agar pembangunan ekonomi

Kandang merupakan salah satu bagian terpenting dalam peternakan sapi perah. Responden di Desa Haurngombong memelihara semua sapinya dalam kandang dan tidak

Tugas akhir dengan judul: FORMULASI DAN KUALITAS PUPUK ORGANIK PADAT BERBASIS LIMBAH TERNAK SAPI PERAH adalah hasil karya saya dan dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat

Berdasarkan analisis investasi usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman dengan menggunakan umur investasi 5 tahun, discount factor

Air limbah yang berasal dari kegiatan peternakan sapi perah dan industri tahu dapat diolah dengan UASB dan kombinasi anaerobik-aerobik filter. Berdasarkan dimensi

Demikian halnya dalam pemanfaatan limbah sayur sebagai pakan yang merupakan salah satu program penyuluhan di Kabupaten Enrekang bagi peternak sapi perah, dapat

Hasil pengkajian antara lain: (1) Limbah ternak sapi perah dapat dimanfaatkan sebagai kompos, biogas dan pupuk cair (POC), (2) Pembinaan peternak dalam memanfaatkan limbah

Air limbah yang berasal dari kegiatan peternakan sapi perah dan industri tahu dapat diolah dengan UASB dan kombinasi anaerobik-aerobik filter. Berdasarkan dimensi