• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

4. Tahapan Penulisan Laporan

Tahapan penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan peneliti secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan peneliti mulai dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapat perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulisan skripsi yang sempurna.

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A.Paparan Data

1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian

Berdasarkan hasil observasi di Pondok Pesantren al-Muntaha, maka penulis menyajikan data sebagai berikut:

a. Profil Pondok Pesantren al-Muntaha

Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren Tahfidz al-Muntaha No. Statistik : 510033730016

NPWP : 31.539.851.1-505.00

Alamat : kel. Cebongan, kec. Argomulyo, kota Salatiga

Jalan : Soekarno-Hatta no. 39 Kelurahan : Cebongan

Kecamatan : Argomulyo Kota/kabupaten : Kota Salatiga Provinsi : Jawa Tengah

Badan Penyelenggara : Yayasan al-Muntaha Salatiga Nama Pengasuh : Hj. Siti Zulaecho, AH

Akta Notaris : Yayasan al-Muntaha Salatiga, no. 44 tgl 30 Mei 2012 MUHAMMAD FAUZAN, SH

(Dokumen di Pondok Pesantren al-Muntaha). b. Sejarah Singkat Pondok Pesantren

Pondok pesantren al-Muntaha yang awalnya bernama al-Azhar yang didirikan oleh Drs. KH Muntaha Azhari dan Ny. Hj. Siti Zulaecho pada tahun 1993. Yang berada di wilayah Jl. Soekarno-Hatta no.39 Sidoharjo, kel. Cebongan, kec. Argomulyo, kota Salatiga 50731.

Sebelum pondok al-Azhar berdiri, sudah ada 4 santri putri yang ikut dengan Ibu Nyai untuk menghafal al-Qur‟an. Santri masih

bertempat tinggal satu rumah dengan ibu Nyai dikarenakan belum mempunyai bangunan khusus untuk santri, sesuai dengan rencana awal pendiriannya yakni membangun pondok pesantren putri khusus untuk menghafal al-Qur‟an.

Pada tahun 1996 pondok pesantren al-Azhar sudah tercatat di lembaga kota Salatiga dan mendapatkan akta notaris. Kemudian pada tahun 2012 pondok pesantren al-Azhar diganti nama menjadi Pondok Pesantren al-Muntaha, dengan nama alasaan legalitas dari Kemenag Kota Salatiga.

Pada tahun 2013, Pondok Pesantren al-Muntaha mendapatkan uang pembangunan yang bersumber dari Swadaya dari wali santri, masyarakat, dan donatur dari luar.

Pondok Pesantren al-Muntaha dalam hubungan eksternal dengan masyarakat yaitu berupa Syiar agama dan lembaga kemasyarakatan. Pada tahun 2005 pengasuh pondok pesantren al-Muntaha ikut serta dalam mendirikan JQH Salatiga, dan pada tahun 2014 turut mendirikan rutinan tadarus Muslimat kota Salatiga.

c. Letak Geografis

Pondok Pesantren Al-Muntaha terletak di Jl. Soekarno-Hatta no. 39 Sidoharjo, kelurahan Cebongan, kecamatan Argomulyo, kota Salatiga. Pondok Pesantren al-Muntaha menempati area tanah 3.300 m2 yang digunakan untuk pembangunan pondok pesantren putri, lingkungan koperasi pondok pesantren, aula sebagai pusat kegiatan di Pondok Pesantren al-Muntaha.

1) Barat : Eks Pabrik Mega Rager 2) Timur : Perumahan Tingkin Indah 3) Utara : Pinus Shofenir dan Persewaan

4) Selatan : Lampu Merah Jalan Pondok Joko Tingkir (Dokumen di Pondok Pesantren al-Muntaha)

d. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Muntaha 1) Visi

Membentuk generasi pecinta al-Qur‟an, berakhlak mulia,

berkepribadian sholihah, berwawasan luas & kreatif 2) Misi

a) Menyelenggarakan ta‟lim al-Qur‟an yang komprehensif.

b) Membimbing santri menjadi muslimah yang berkarakter. e. Tata Tertib Pondok Pesantren Al-Muntaha

1) Pasal 1 (Tingkah Laku/Adab)

a) Santri wajib menjaga nama baik pondok pesantren dimanapun dan kapanpun.

b) Santri wajib menggunakan pakaian yang tertutup dan sopan, terutama ketika di luar pondok.

c) Santri dilarang membawa atau memakai celana jeans dan celana yang ketat, kecuali hanya untuk dalaman rok.

d) Dilarang keluar dari kamar mandi mengguakan handuk. e) Mengambil makan menggunakan baju panjang atau baju

yang tertutup.

f) Dilarang memanjangkan kuku, meminjamkan seragam almamater tanpa seizin pengasuh.

g) Santri tidak boleh tidur di atas jam 10.00 malam selain tadarus dan belajar, tidak boleh menerima telfon kecuali dalam keadaan penting.

2) Pasal 2 (Mengaji)

a) Santri wajib mengikuti sorogan 3x yaitu ba‟da subuh,

dzuhur dan magrib ketika di pondok.

b) Santri wajib mengikuti sorogan 2x 1 hari, yaitu ba‟da

magrib dan dzuhur ketika udzur dan di pondok.

c) Santri wajib mengikuti mudarasah sesuai jadwal yang telah ditentukan, bagi santri yang suci di makam sampai jam setengah sepuluh.

3) Pasal 3 (Pendidikan)

a) Santri wajib mengikuti jamaah sholat magrib, isya‟ dan

subuh, jika tidak jamaah dikenakan denda Rp. 5.000,00 serta mengaji di ndalem.

b) Santri wajib qiyamul lail setiap malam jum‟at, kecuali yang

udzur, jika tidak dilaksanakan maka takziran mencuci karpet.

c) Santri wajib mengikuti kegiatan malam jum‟at dan minggu.

d) Mengikuti simaan ahad legi tanpa terkecuali.

tersebut, maka sebagai takziran ia harus menulis kalimah istighfar sebanyak 10 x

f) Dilarang membawa/menggunakan HP pada jam 17.30-22.00 WIB.

g) Mengenakan baju muslim atau jas ketika mengaji kitab. Dan dilarang menggunakan kaos atau jaket.

4) Pasal 4 (Keamanan)

a) Santri diperbolehkan pulang apabila sudah muqim minimal 2 bulan, dan santri diizinkan maxsimal 5 hari 4 malam di rumah. Jika ada yang melanggar batas waktu ijin perpulangan, maka didenda Rp 5.000, per hari, dan takzir melaksanakan tugas kebersihan sesuai yang telah ditentukan. b) Santri diperbolehkan di luar pondok pesantren hingga batas waktu sholat magrib, apabila melebihi batas waktu, yang bersangkutan menemui sie. Keamanan dan pengasuh.

c) Tamu yang menginap harus izin pengurus dan pengasuh seta mengikuti kegiatan yang berlaku di pondok.

d) Santri yang sudah kembali setelah pulang, diwajibkan sesegera mungkin untuk sowan ke ndalem dan tidak boleh bermalam di pondok jika belum sowan.

e) Santri dilarang keras melakukan pelanggaran berat, seperti: pacaran, merokok, bertato, mencuri, melakukan kekerasan,

menyimpan ponografi atau pornoaksi, dan menggunakana narkoba atau mengedarkannya.

f) Santri dilarang merusak atau menghilangkan inventaris pondok pesantren dan fasilitasnya.

g) Seluruh handphone dikumpulkan ke pengurus sie keamanan/pendidikan mulai pukul 17.30-22.00 WIB.

h) Santri hanya diperbolehkan keluar pondok pada hari ahad 1x per bulan.

5) Pasal 5 (Kebersihan)

a) Santri wajib melaksanakan piket harian, ro‟an mingguan,

ataupun piket tahunan hari raya.

b) Bagi santri yang pulang hendaknya mencari pengganti piket/segera lapor ke sie. Kebersihan.

c) Santri wajib menjaga kebersihan pondok pesantren.

d) Meninggalkan piket dengan sengaja maka dikenakan denda Rp. 10.000 seketika.

e) Mengembalikan peralatan sesuai dengan tempatnya jika seusai melaksanakan piket.

f. System Pendidikan dan Pengajaran

System pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren al-Muntaha antara lain:

1) Sorogan

System pengajaran dengan pola sorogan dilaksankan dengan jalan santri yang biasanya menyorogkan sebuah kitab kepada ibu Nyai atau ustadzah untuk dibaca sendiri dihadapannya. Apabila ada salahnya, kesalahan itu langsung dibenarkan seketika itu juga oleh ibu Nyai atau ustadzah tersebut.

2) Bandongan

System pengajaran yang serangkaian dengan system sorogan dan wetonan adalah bandongan yang dilakukan dengan saling kait-mengait dengan yang sebelumnya. Dalam system bandongan, seorang santri tidak harus mengerti bahwa ia mengerti pelajaran yang dihadapi karena santri cukup menyimak apa yang dijelaskan oleh kiyai atau guru.

Adapun kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren al-Muntaha meliputi:

a) Pendidikan Madrasah Diniyah

Pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren

al-Muntaha dilaksanakan setiap ba‟da isya yang diikuti oleh santri bin-nadhor dan santri tahfidz yang sedang berhalangan. Adapun kitab yang dikaji yaitu tafsir jalalain.

b) Kegiatan Umum Harian

Pendidikan dan pengajaran ini dilaksanakan setiap hari yang diikuti oleh semua santri di luar pembelajaran madrasah diniyah, kegiatan ini meliputi:

(1) Sorogan al-Qur‟an

Dilaksanakan dengan cara santri membaca al-Qur‟an

dan disimak langsung oleh ibu Nyai. (2) Setoran al-Qur‟an

Bagi santri yang menghafal al-Qur‟an, maka dia

menyetorkan hafalannya kepada ibu Nyai. Apabila santri dalam menghafal al-Qur‟an ada kesalahan dalam

mahroj, tajwid dan harakatnya langsung dibenarkan oleh ibu Nyai atau ustadzah.

(3) Kegiatan Mingguan

Kegiatan-kegiatan yang dilaksankan setiap minggu

sekali, diantaranya: sima‟an al-Qur‟an 30 juz, yasinan, tahlil dan mujahadah, khitobah, tilawah, sholawat dan

rebana, muraja‟ah tahfidz bit tartil, bandongan kitab

fiqh, tajwid teori an praktik. c) Kegiatan Bulanan

d) Kegiatan Tahunan

Kegiatan ini meliputi: pesantren kilat, khatmul Qur‟an &

haul, ziyarah, musabaqah.

g. Keadaan Fisik Pondok Pesantren al-Muntaha

Bangunan-bangunan yang ada di Pondok Pesantren al-Muntaha secara fisik dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe, yaitu: 1) Aula

Di Pondok Pesantren al-Muntaha terhadap sebuah aula yang berfungsi sebagai tempat beribadah dan kegiatan belajar mengajar. Aula tersebut berada di depan pondok. Selain berfungsi sebagai sarana pelaksanaan ibadah oleh para santri juga sebagai tempat ziarah oleh masyarakat, karena di aula ada maqam bapak kiyai Al-Muntaha Azhari, yaitu beliau selaku pendiri Pondok Pesantren al-Muntaha.

2) Kamar

Kamar merupakan salah satu bangunan pondok yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan tidur para santri. Kamar ini terdapat 13 ruang.

h. Bangunan Pondok

Bangunan pondok terletak di belakang ndalem pengasuh, ada tiga bangunan pondok. Tempat untuk santri khusus bil-ghaib di belakang dapur ndalem dan masih satu atap dengan ndalem. Kemudian dibelakang ndalem ada dua bangunan yang berhadapan sebelah selatan ndalem khusus untuk santri bin-nadhor dan sebelah utara ndalem ditempati santri bin-nadhor dan bil-ghoib.

i. Susunan Organisasi Pondok Pesantren al-Muntaha

Adapun susunan pengurus Pondok Pesantren al-Muntaha sebagaimana dalam uraian berikut ini.

Susunan Personalia Pengurus Tahun 2017 sd 2018 Pengasuh : Ibu Nyai Hj Siti Zulaecho : Nasif Ubadah

Ketua : Siti Zubaidah Wakil Ketua : Siti Sofiyanti Sekretaris : Ela Izzatul Laila

: Dewi Rahmawati Bendahara : Afif Fatimatuzzahro : Miratus Sa‟adah

Sie. Pendidikan : Rizkiana Kadarwati : Siti Yuliyanti

: Diah Puji Lestari Sie. Keamanan : Nurul Lailatul Hidayah

: Dewi Muniroh : Farichatul Chusna : Dahlia Dwi Kusuma Sie. Kebersihan : Siti Himatul Uliyah

: Hurun‟in

: Durrotun Nisa Sie. Kesehatan : Eka Yuniyanti

: Yusi Damayanti : Dzakiyyatuzzahroh Sie. PHBI : Tri Oktaviani

: Mariya Rosyidah Sie. Koperasi : Ryda Kusuma Wardani

: Nur Ika Kumalasari : Maghfirotul Mafakhir j. Keadaan Guru/Ustadz

Guru/ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren al-Muntaha harus memenuhi berbagai syarat. Syarat yang utama yang harus dimiliki adalah hafidz dan bersanad walaupun masih dalam proses minimal harus sudah mencapai 10 juz, menguasai ilmu tajwid, bacaan baik dan profesional, insyaallah tujuan, visi dan misi dalam

pendidikan akan tercapai. Apalagi dalam hal al-Qur‟an. Sebagian

kecil ustadz yang mengajar khususnya bidang tahfidz adalah orang orang yang sudah hafidz dan sebagian besar masih dalam proses

hafidz. Ada 3 ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren al-Muntaha. Namun, terkadang jika ustadz tidak bisa mengajar maka diganti santri yang memang sudah ditunjuk bu nya’i yang mengajar khusus bidang

tahfidz.

k. Keadaan Santri

Dari hasil wawancara dengan NU pada 03 Maret 2018 diperoleh data bahwa Pondok Pesantren al-Muntaha memiliki 60 santri, semuanya santri putri. Santri bil-ghoib ada 45 dan santri bin-nadzor ada 15. Rata-rata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga rata rata berasal dari sekitar salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar daerah ataupun provinsi, seperti Riau, Purwodadi, Demak dan lain sebagainya. Untuk tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk berbagai kalangan maka dari 60 santri, rata-rata orang tua santri bekerja sebagai pekerja swasta dan petani.

l. Kegiatan Pembelajaran

Dalam melaksanakan program pembelajaran tahfidzul Qur‟an di

Pondok Pesantren al-Muntaha, maka disusunlah jadwal kegiatan santri sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini :

Tabel. 3.1

Jadwal Kegiatan Harian Santri

No Waktu Jenis Kegiatan

1. 03.00-03.30 Jamaah Sholat Qiyamul Lail (Wajib setiap malam jum‟at)

2. 04.30-04.45 Jamaah sholat subuh

3. 05.00-06.00 Makan pagi dan mandi

4. 06.00-07.30 Kegiatan mengaji al-Qur‟an

(Setiap hari minggu simaan bersama)

5. ISTIRAHAT

6. 14.00-15.00 Kegiatan mengaji al-Qur‟an

(bagi yang di pondok)

7. 15.30-16.30 Mengaji kitab (setiap kamis dan sabtu)

8 17.00-17.30 Makan sore

9. 17.55-18.15 Jamaah sholat magrib dan tadarusan

10. 18.15-18.50 Kegiatan mengaji al-Qur‟an

11. 18.50-20.00 Jamaah sholat isya‟

12. 20.00-21.30 Tahfidz (setoran murajaah hafalan)

13 ISTIRAHAT

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

Para santri pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha juga diharuskan melakukan kesunahan-kesunahan antara lain:

a. Qiyamullail, karena pada 1/3 malam adalah salah satu waktu

mustajabah.

b. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis subuh untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih mudah untuk menghafal dan membentuk hafalan.

c. Kegiatan muroja’ah dilakukan sendiri oleh masing-masing santri d. Tahfidz sehabis isya‟ adalah kegiatan setoran pengulangan hafalan

yang telah dihafal sebanyak ¼ juz atau lebih.

e. Setiap hari minggu santri tahfidz melakukan kegiatan simaan bersama

bu nya‟i dengan tujuan untuk menguji sampai mana kemampuan

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Santri

No Hari Waktu Jenis Kegiatan

1. Minggu 14.00-15.00 Pelatihan Tilawatil Qur‟an

2. Minggu 08.00-09.00 Pelatihan Tartil Qur‟an

3. Jum‟at 16.00-17.00 Seni rebana 4. Minggu 10.00-11.00 Merias, Menjahid 5. Jum‟at 20.30-21.30 Khitobah

(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha)

2. Temuan Penelitian

a. Problematika santri dalam menghafal al-Qur‟an.

Berdasarkan hasil wawancara melalui pengasuh, ustadz, pengurus dan santriwati maka peneliti mengetahuiproblematika santri dalam mengafal al-Qur‟an, diantaranya:

1) Rasa Malas

Malas merupakan salah satu penyakit santri dalam proses menghafal al-Qur‟an, yang bisa menghambat perkembangan dalam menghafal. Selain itu, malas juga menyebabkan hafalan mudah hilang.

SZ selaku pengelola pondok pesantren menjelaskan:

“Kalau masalah problematika menghafal al-Qur‟an yaitu para

santri terkadang terkena penyakit malas sehigga ada yang sadar akan pentingnya menjaga hafalan al-Qur‟an dan kurang sadar bahkan ada sama sekali tidak sadar”(SZ/P/3-03-18/14.10). NU sebagai ustadz pondok mengungkapkan:

“Berkenaan dengan problematika yang dihadapi para santri

yaitu, rasa malas yang berkepanjangan”(NU/U/3-03-18/15.00). Pernyataan tersebut juga didukung oleh TO, ia berpendapat:

“Salah satu penyakit yang paling sulit dihadapi dalam

menghafal al-Qur‟an yaitu rasa malas”(TO/M/02-03-18/17.30). Dapat disimpulkan bahwa problematika santri dalam menghafal al-Qur‟an yaitu rasa malas.

2) Kurang dapat membagi waktu

Hal yang sangat penting dalam proses menghafal al-Qur‟an

ialah mampu membagi waktu. Tetapi kebanyakan dari santri belum bisa membagi waktu dengan baik, dikarenkan banyak tugas kampus maupun banyaknya kegiatan di Pondok tersebut. Seperti yang di paparkan oleh SZ, bahwa:

“Tidak bisa membagi waktu dengan baik, karena banyaknya tugas yang selalu membebani, selain itu masih banyak kegiatan

di pondok mulai bangun pagi sampai malam”(SZ/P/2 -02-18/17.15).

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh EY, bahwa:

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa problematika santri dalam menghafal al-Qur‟an yaitu belum bisa membagi

waktu dengan baik.

3) Pengaruh teknologi atau HP

Teknologi adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manuasia di zaman modern ini. Ada banyak sekali manfaat yang dapat di ambil dari teknologi tersebut. Akan tetapi ada juga sisi negative yang dapat menghambat santri dalam menghafal

al-Qur‟an, misalnya game, chatingan. Sebagaimana diungkapkan oleh

MS, bahwa:

“Penghambat terberat dalam proses menghafal yaitu ketika sudah bermain hp bisa lupa waktu apalagi ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya ketika mengaji sudah dimulai hanya mengaji beberapa ayat saja dan itupun tidak lancar” (MS/M/02-02-18/17.40).

EY juga mengungkapkan:

“Dengan adanya teknologi seperti laptop, sehingga membuat

saya lebih memilih nonton film daripada menghafal

al-Qur‟an”(EK/M/02-03-18/21.30).

Dari pernyataan responden bahwa adanya teknologi menjadi penghambat utama dalam menghafal al-Qur‟an.

4) Tidak Menguasai Makhorijul Huruf dan Tajwid

Salah satu factor kesulitan dalam menghafal al-Qur‟an ialah

kelancaran membacanya, untuk menguasai al-Qur‟an dengan

benar. Orang yang tidak menguasai makhorijul huruf dan tajwid, maka kesulitan dalam menghafal akan benar-benar terasa, dan masa menghafal juga akan semakin lama.

Sebagaimana yang dipaparkan oleh VZN bahwa:

“Salah satu dasar kendala dalam menghafal yaitu belum

memahami ilmu tadwid dengan baik, sehingga kesulitan

dalam menghafal yang selalu saya rasakan” (VZN/M/04 -03-18/14.00).

Dapat simpulkan bahwa kendala yang dirasakan santri dalam menghafal al-Qur‟an yaitu tidak menguasai makhorijul huruf dan

tajwid

5) Teman yang buruk akhlaknya

Teman adalah salah satu yang paling berpengaruh terhadap diri seorang, teman yang buruk akhlaknya akan membawa kita pada keburukan pula, begitu juga sebaliknya, teman yang rajin dalam menghafal al-Qur‟an secara tidak langsung akan menjadi motivator

untuk ikut rajin dalam menghafal al-Qur‟an juga. Seperti yang

diungkapkan oleh VZN bahwa:

“Problematika dalam menghafal adalah dari teman yang buruk

akhlanya, karena pergaulan atau teman yang tidak mendukung

untuk kita hafalan dan murajaah hafalan” (VZN/M/04 -03-18/14.00).

Jadi, teman juga merupakan salah satu problem yang menyebabkan santri terpengaruh ke sisi positif maupun negative, dan semua itu kembali ke pendirian idividu.

b. Upaya mengatasi problematika dalam menghafal al-Qur‟an

Setiap permasalahan pasti ada solusi tersendiri dalam mengatasinya. Termasuk upaya dalam mengatasi problematika santri dalam menghafal al-Qur‟an. Seperti diadakannya program dari pengurus dan program dari pengasuh.

1) Program dari pengurus

Untuk mengurangi problem yang dapat menghambat santri dalam menghafal al-Qur‟an, maka pengurus membuat

peraturan yang nantinya bisa membuat kemaslahatan bersama, seperti:

a) Seluruh santri wajib mengumpulkan hp mulai dari jam 17.30- 22.00.

Yang yang diungkapkan oleh SZ,

“Seluruh santriwati wajib mengumpulkan hp mulai dari jam

17.30-22.00, supaya santri hanya fokus dengan kegiatan yang

Hal ini bertujuan supaya semua santri focus pada

kegiatan yang telah ada. Mulai dari jama‟ah sampai selesai

murajaah.

b) Semua santri wajib pulang ke pondok sebelum jam 18.00. Seperti yang dipaparkan MS, bahwa:

“Untuk meningkatkan kedisiplinan bagi santriwati, maka saya beserta segenap jajaran pengurus membuat program berupa semua santri wajib pulang ke pondok sebelum jam 18.00 (MS/M/02-02-18/17.40)”.

Peraturan ini bertujuan supaya santri bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Ketika ia sudah pulang kuliah, maka sesegera mungkin untuk pulang ke pondok. Karena untuk bisa disiplin dalam menghafal al-Qur‟an,

harusnya ia mampu memanfaatkan waktu dimulai dari hal terkecil.

2) Program dari pengasuh

a) Semua santri tidak boleh pulang ke kamar sampai acara ngaji selesai.

SZ selaku pondok pesantren menjelaskan:

“Untuk membentuk kedisiplinan santri dapat dimulai dari hal

terkecil, yaitu dengan cara santri tidak boleh kembali ke kamar

sampai acara ngaji selesai‟ (SZ/P/3-03-18/14.10).

Hal ini bertujuan untuk, supaya semua santri bisa mengikuti kegiatan ngaji sampai akhir. Dikarenakan ketika santri

di kamar hanya akan bersantai-santai seperti nonton film, tiduran dan bersendau gurau dengan temannya.

b) Hari minggu semua santri tidak diperbolehkan keluar dari lingkungan pondok.

Selaku ustadz NU mengungkapkan:

“Untuk menghindari waktu yang dikatakan tidak penting,

maka saya segenap ustadz sekaligus pengasuh menghimbau dan diharapkan untuk bisa ditaati oleh seluruh santri yang berupa, khusus untuk hari minggu maka tidak diperbolehkan

keluar dari lingkungan pondok” (NU/U/3-03-18/15.00).

Peraturan ini bertujuan supaya semua santri untuk hari minggu focus dengan kegiatan pondok maupun tugas kuliah. Dari pengasuh berharap agar untuk hari minggu santrinya bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengaji dan belajar.

B.Analisis Data

1. Problematika santri dalam menghafal al-Qur‟an di Pondok Pesantren al -Muntaha

Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Pondok Pesantren al-Muntaha menunjukkan bahwa problematika santri dalam menghafal al-Qur‟an terdiri dari lima permasalahan.

a. Rasa malas

Malas merupakan salah satu penyakit santri dalam proses menghafal al-Qur‟an, yang bisa menghambat perkembangan dalam

menghafal. Selain itu, malas juga menyebabkan hafalan mudah hilang.

b. Kurang dapat membagi waktu

Hal yang sangat penting dalam proses menghafal al-Qur‟an

ialah mampu membagi waktu. Tetapi kebanyakan dari santri belum bisa membagi waktu dengan baik, dikarenkan banyak tugas kampus maupun banyaknya kegiatan di Pondok tersebut.

c. Pengaruh teknologi atau HP

Di zaman yang sangat modern seperti saat ini, perkembangan teknologi terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin tinggi. Teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari dan memberikan nilai yang positif. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, disisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.

Seperti halnya di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al -Muntaha. dimana santri diperbolehkan membawa barang elektronik

berlangsung santri tidak diperbolehkan membawa HP maupun laptop. Hampir 99 % santri membawa HP dan laptop karna memang sebagian besar santri dari kalangan anak sekolah atau mahasiswa.

Dokumen terkait