• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Fisik Kawasan Perkotaan Purwokerto

Kawasan perkotaan Purwokerto terletak di kaki Gunung Slamet dan berada pada posisi geografis 109°11’22” - 109°15’55” BT dan 7°22’46” - 7°27’30” LS. Kawasan perkotaan Purwokerto sangat strategis karena terletak pada jalur penghubung arteri primer Utara-utara dengan arteri primer Selatan-selatan, juga berada pada jalur jalan kereta api utama jalur Selatan, yang menghubungkan Kota Purwokerto dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah maupun provinsi lainnya (Jawa Barat, DIY, dan Jawa Timur).

Kawasan perkotaan Purwokerto merupakan pusat administrasi Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Posisi strategis Kabupaten Banyumas dalam pengembangan wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Nasional memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kawasan perkotaan Purwokerto. Kawasan perkotaan Purwokerto termasuk dalam Kota Pusat Pelayanan Kegiatan Nasional (KPPKN). Sedangkan dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah kawasan perkotaan Purwokerto merupakan kawasan strategis pertumbuhan dan kawasan kerjasama strategis bagi kawasan Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen), serta kawasan perkotaan Purwokerto dan sekitarnya.

Sumber: Bappeda Kabupaten Banyumas 2000

Gambar 9 Kabupaten Banyumas dalam konstelasi regional Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Banyumas

Topografi

Karakteristik topografi di wilayah Kabupaten Banyumas ditunjukkan dengan kondisi ketinggian lahan dan kemiringan lahan. Sebagian besar kawasan perkotaan Purwokerto berada pada ketinggian 25-100 meter dpl. Wilayah kecamatan yang berada pada ketinggian ini mencakup seluruh wilayah Kecamatan Patikraja, Sokaraja, Purwokerto Barat, dan Purwokerto Selatan. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Utara, Purwokerto Timur, Baturraden, Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran, dan Sumbang sebagian wilayahnya berada pada ketinggian 25-100 meter dpl dan sebagian lainnya berada pada ketinggian lebih dari 100–500 meter dpl.

Berdasarkan kemiringan atau kelerengan lahan kawasan perkotaan Purwokerto diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kemiringan 0-3 % meliputi seluruh wilayah Kecamatan Purwokerto Utara, Purwokerto Timur, Purwokerto Barat, Kembaran, dan Baturraden. Sebagian besar wilayah Kecamatan Purwokerto Selatan, Kedungbanteng, Karanglewas, Sokaraja, Sumbang, dan Patikraja.

2. Kemiringan 3-8 % meliputi sebagian Kecamatan Purwokerto Selatan,

Kedungbanteng, Karanglewas, Patikraja, dan Sokaraja.

3. Kemiringan 8-15 % meliputi sebagian wilayah Kecamatan Purwokerto

Selatan, Patikraja, Sumbang, dan Sokaraja.

4. Kemiringan 15-25 % meliputi Kecamatan Patikraja dan Kecamatan Sokaraja. Peta ketinggian lahan dan kemiringan lahan kawasan perkotaan Purwokerto disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Geologi

Kawasan perkotaan Purwokerto secara fisiografi terletak pada zona pegunungan Serayu Utara. Zona tersebut sebagian besar tertutup oleh produk endapan Gunung Slamet. Sedangkan stratigrafi kawasan perkotaan Purwokerto terdiri atas: 1) alluvium, 2) alluvium gunung api, 3) anggota breksi halang, 4) formasi tapak, dan formasi halang (Bappeda Kabupaten Banyumas 2004). Gambar 12 adalah peta geologi kawasan perkotaan Purwokerto.

Gambar 10 Ketinggian lahan kawasan perkotaan Purwokerto

Geomorfologi

Wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan sudut lereng dibedakan menjadi tiga satuan morfologi yaitu satuan morfologi dataran, satuan morfologi pegunungan lipatan, satuan morfologi gunung api. Kawasan perkotaan Purwokerto berada pada satuan morfologi dataran, yang menempati areal cukup luas di wilayah Kabupaten Banyumas.

Hidrologi dan Hidrogeologi

Kondisi hidrologi suatu daerah ditentukan oleh kondisi geologi dan iklim, termasuk banyaknya curah hujan yang terjadi dalam suatu wilayah. Kondisi hidrologi memiliki peranan yang penting dalam pengembangan wilayah, khususnya dalam penentuan kebutuhan dan kapasitas air tersedia dalam suatu wilayah. Berdasarkan letak posisi sumberdaya air dibedakan menjadi dua, yaitu air permukaan dan air tanah. Sebagian besar kawasan perkotaan Purwokerto memiliki kedalaman air tanah antara 5-10 meter dan 10-15 meter. Selain itu kawasan perkotaan Purwokerto juga dilalui banyak sungai, beberapa di antaranya merupakan sungai utama. Sungai yang mengalir melalui Perkotaan Purwokerto pada umumnya berasal dari mata air dari daerah sebelah Utara kota (dataran tinggi Gunung Slamet), antara lain Kali Logawa, Kali Jengok, Kali Banjaran, Kali Lurik, Kali Bodas, Kali Bagor, Kali Kranji, Kali Caban, Kali Luhur, Kali Bener, Kali Pengarengan, Kali Walungan, Kali Deng, Kali Biru, Kali Mati, Kali Bakal, dan Kali Pelus. Selanjutnya untuk keperluan air minum, sebagian besar kawasan perkotaan Purwokerto telah terlayani infrastruktur air bersih. Peta hidrologi kawasan perkotaan Purwokerto disajikan pada Gambar 13.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Oldeman (1983), Kabupaten Banyumas termasuk zona agroklimat bervariasi antara C2 hingga B2. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2456 – 3895 mm. Angka ini menunjukkan bahwa di wilayah Kabupaten Banyumas memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Tingginya curah hujan menjadi faktor penghambat bagi pengembangan beberapa komoditas pertanian. Curah hujan tertinggi terutama pada wilayah Kabupaten

Banyumas yang terletak di lereng Gunung Slamet. Untuk kawasan perkotaan Purwokerto curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/tahun, sebagaimana ditunjukan peta curah hujan kawasan pada Gambar 14. Kelembaban udara rata- rata berkisar antara 52-100%. Rata-rata suhu udara bulanan 26,3ºC, dengan suhu minimum tercatat 24,4ºC dan suhu maksimum 30,9ºC.

Tanah

Jenis tanah pada kawasan perkotaan Purwokerto terdiri atas Aluvial Coklat Kelabu, Asosiasi Latosol, Latosol Coklat dan Regosol, Kompleks Podzolik Merah Kuning, Podzolik Kuning dan Regosol, Latosol Coklat, Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu (Bappeda Kabupaten Banyumas 2004). Jenis tanah kawasan perkotaan Purwokerto disajikan pada Gambar 15. Ciri dan sifat dari masing-masing jenis tanah di kawasan perkotaan Purwokerto adalah sebagai berikut:

a. Aluvial

Tanah Aluvial terbentuk dari bahan induk endapan liat, pasir, dan debu atau campurannya. Tanah ini belum mengalami perkembangan struktur, di bagian hulu umumnya berpenampang dangkal, berstruktur kasar bercampur dengan kerikil atau batu, sedangkan di bagian hilir teksturnya lebih halus dan berpenampang dalam. Kesuburan tanah Aluvial bervariasi, pada umumnya digunakan sebagai lahan pertanian berupa sawah, tegalan, dan kebun campuran, serta pemukiman. Penyebarannya terdapat di sepanjang jalur aliran sungai dan daerah pelembahan. Potensi tanah baik untuk persawahan dengan faktor pembatas berupa banjir/genangan air pada musim hujan, serta penampang tanah dangkal dan berbatu di bagian hulu.

b. Regosol

Tanah Regosol terbentuk dari bahan induk abu/pasir volkan intermedier sampai basis, napal, dan batu kapur dengan kedalaman penampang bervariasi, umumnya dangkal (<50 cm), tekstur kasar, drainase cepat, sifat fisik tanah sedang, permeabilitas agak cepat, peka terhadap erosi, dan kesuburan tanah sedang. Penyebarannya terdapat pada daerah perbukitan dengan penggunaan

lahan berupa hutan, kebun campuran, tegalan, dan pemukiman. Potensi tanah kurang baik untuk usaha pertanian, dengan faktor pembatas berupa penampang tanah dangkal, berbatu, dan kekeringan pada musim kemarau.

c. Latosol

Tanah Latosol terbentuk dari bahan tuff volkan intermedier, batu liat, dan batuan sedimen. Tanah telah mengalami perkembangan struktur yang lanjut, penampang tanah dalam dan homogen, tekstur halus, drainase baik, permeabilitas sedang, sifat fisik tanah cukup baik, mudah diolah, dengan kesuburan tanah cukup baik. Potensi tanah Latosol baik untuk usaha pertanian tanaman semusim dan tahunan. Pengunaan lahan berupa hutan, kebun karet, kebun campuran, tegalan, dan pemukiman.

d. Podsolik

Tanah Podsolik terbentuk dari batualit dan batupasir, pada beberapa tempat bercampur dengan bahan volkan. Tanah ini telah mengalami perkembangan struktur agak lanjut, penampang tanah sedang sampai sangat dangkal dan pada beberapa tempat berbatu, tekstur halus sampai agak halus, drainase sedang sampai agak terhambat, permeabilitas lambat, sifat fisik tanah kurang baik, peka terhadap erosi, pengolahan tanah berat, dan kesuburan tanah rendah. Penyebarannya terdapat di daerah bukit lipatan, bentuk wilayah datar sampai berombak. Penggunaan lahan berupa semak belukar di daerah perbukitan, di daerah bergelombang berupa tegalan dan lahan sawah tadah hujan, sedangkan di daerah datar sampai berombak digunakan sebagai lahan sawah. Potensi tanah kurang baik untuk usaha pertanian tanaman pangan akan tetapi cukup baik untuk tanaman tahunan. Faktor pembatas tanah berupa sifat fisik tanah yang jelek, peka terhadap erosi, dan kesuburan tanah rendah. Tanah Podsolik di daerah perbukitan dengan lereng curam sebaiknya dijadikan hutan lindung.

Bencana Alam

Bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas adalah bencana banjir dan gerakan tanah. Pada kawasan perkotaan Purwokerto lokasi yang teridentifikasi sebagai daerah rawan bencana hanya Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja. Wilayah tersebut merupakan salah satu desa yang rawan bencana alam gerakan tanah.

Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Purwokerto

Kebijakan terkait penataan ruang kawasan perkotaan Purwokerto adalah Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2002 tentang RUTRK/RDTRK Purwokerto yang kemudian diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003 tentang RUTRK/RDTRK Purwokerto. Pada tahun 2007 dilaksanakan penyusunan kembali Rencana Umum Tata Ruang Kawasan (RUTRK) Perkotaan Purwokerto sebagai revisi RUTRK/RDTRK Purwokerto.

Berdasarkan Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Purwokerto Tahun 2001, lingkup perencanaan tata ruang kawasan perkotaan Purwokerto meliputi empat kecamatan eks Kota Administratif Purwokerto, yaitu Purwokerto Utara, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan dan Purwokerto Barat. Kondisi aktual kawasan perkotaan Purwokerto telah mengalami perkembangan ke arah hinterland-nya, yaitu Kecamatan Patikraja, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturraden, Sumbang, Kembaran, dan Sokaraja. Wilayah hinterland merupakan wilayah yang terkena dampak langsung dari perkembangan kawasan perkotaan Purwokerto, terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan perkotaan Purwokerto. Dengan mempertimbangkan perkembangan tersebut deliniasi kawasan perkotaan Purwokerto untuk perencanaan tata ruang sebagai revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2001 tidak hanya meliputi 4 kecamatan melainkan 11 kecamatan, terdiri atas 56 desa/kelurahan mencakup total luas kawasan 9,659.5 Ha.

Penyusunan kembali Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan Purwokerto didasarkan pada evaluasi terhadap RUTRK/RDTRK Purwokerto dan kondisi eksisiting kawasan. Hasil evaluasi terhadap kondisi eksisiting kawasan

perkotaan Purwokerto menunjukan bahwa fungsi-fungsi kawasan masih belum optimal dan terdapat kecenderungan penyebaran yang tidak merata, kurangnya pengaturan pada kawasan perdagangan dan jasa, belum tertatanya kawasan sekitar kampus, kebutuhan ruang terbuka hijau dalam mengimbangi perkembangan ruang terbangun kota, materi rencana yang masih kurang mengakomodasi Kepmen Kimpraswil 327/KPTS/2002, serta perlunya pengaturan masalah transportasi/lalu lintas di pusat kota. Di samping itu perkembangan kawasan perkotaan Purwokerto juga menunjukan terjadinya fenomena urban sprawl (Bappeda Kabupaten Banyumas 2007).

Kondisi aktual dan arah perkembangan kawasan perkotaan Purwokerto menunjukan penataan ruang kawasan perkotaan Purwokerto belum mampu mengoptimalkan potensi kawasan, menciptakan keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan ruang kawasan perkotaan secara efektif dan efisien, serta menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya. Penataan ruang kawasan perkotaan Purwokerto yang disusun secara konvensional belum mampu mewujudkan tujuan penataan ruang. RUTRK/RDTRK Purwokerto yang digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan kawasan perkotaan Purwokerto tidak mampu mengoptimalkan potensi kawasan dan mendorong perkembangan ke arah yang diharapkan. Fenomena urban sprawl menunjukan perkembangan kawasan yang tidak terencana dan tidak terkendali. Kondisi demikian mengakibatkan permasalahan tata ruang dan berakibat pada penurunan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi Sosial Ekonomi Kawasan Perkotaan Purwokerto

Kawasan perkotaan Purwokerto sebagai ibukota Kabupaten Banyumas memiliki hirarki pelayanan tertinggi. Kondisi sarana prasarana kehidupan kawasan perkotaan Purwokerto secara umum relatif memadai, baik dari segi jumlah maupun jenisnya (Bappeda Kabupaten Banyumas 2007). Ketersediaan sarana dan prasarana kehidupan, serta perkembangan kawasan perkotaan Purwokerto telah mendorong perkembangan dan pemusatan penduduk.

Berdasarkan data Podes tahun 2006 jumlah penduduk kawasan perkotaan Purwokerto adalah 362,489 jiwa dengan kepadatan rata-rata 3,752 jiwa/km2.

Struktur perekonomian di kawasan perkotaan Purwokerto merupakan perpaduan antara struktur perekonomian perkotaan yang didominasi oleh sektor perdagangan, jasa, dan industri, dan sektor pertanian. Dominasi sektor perdagangan, jasa, dan industri, terdapat pada pusat kawasan perkotaan Purwokerto yaitu Kecamatan Purwokerto Utara, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan dan Purwokerto Barat, sedangkan sektor pertanian masih dominan pada Kecamatan Patikraja, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturraden, Sumbang, Kembaran, dan Sokaraja yang merupakan perluasan kawasan.

Dominasi sektor pertanian pada kecamatan-kecamatan yang merupakan semula merupakan hinterland kawasan perkotaan Purwokerto mempengaruhi struktur ketenagakerjaan kawasan. Tabel 7 menunjukan bahwa jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian jumlahnya masih besar pada kecamatan- kecamatan tersebut, baik sebagai petani sendiri maupun sebagai buruh tani. Kondisi ketenagakerjaan yang demikian perlu diantisipasi terhadap perkembangan kawasan yang mengarah pada perubahan struktur ekonomi kawasan perkotaan. Pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan Purwokerto harus berkualitas sehingga dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat, yaitu pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Tanpa kemampuan penyerapan tenaga kerja yang memadai pertumbuhan ekonomi hanya akan menimbulkan kesenjangan yang semakin besar.

Pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan Purwokerto memberikan kontribusi yang dominan bagi perekonomian wilayah Kabupaten Banyumas. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi tersebut belum sepenuhnya membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Kawasan perkotaan Purwokerto masih menghadapi permasalahan kesejahteraan masyarakat, yaitu kemiskinan, pengangguran, pendidikan, dan kesehatan. Selain permasalahan kesejahteraan kawasan perkotaan Purwokerto juga menghadapi permasalahan kemandirian daerah meliputi pemberdayaan masyarakat dan infrastruktur investasi (Bappeda Kabupaten Banyumas 2006).

Tabel 7 Penduduk menurut mata pencaharian pada kawasan perkotaan Purwokerto

Kecamatan Petani

sendiri

Buruh

tani Nelayan Pengusaha

Buruh industri Pegawai BUMN/ BUMD Penggalian Jasa sosial Buruh

bangunan Pedagang Pengangkutan

PNS/ ABRI Lainnya BATURRADEN - - - - - 91 4 135 464 413 57 656 92 KARANGLEWAS 3,225 1,779 - 756 1,509 20 416 328 925 1,165 442 166 1,770 KEDUNGBANTENG 1,660 1,892 - 39 248 - - - 295 1,608 140 504 2,204 KEMBARAN 1,149 1,365 10 376 630 59 26 111 424 1,092 596 1,279 453 PATIKRAJA 4,966 4,552 75 543 788 70 110 62 5,351 2,773 914 1,877 938 PURWOKERTO BARAT 831 1,178 - 1,796 4,193 - - 1,247 3,809 8,375 2,662 7,096 8,003 PURWOKERTO SELATAN 1,654 2,064 - 6,260 4,647 - - - 3,936 8,885 3,696 4,751 5,724 PURWOKERTO TIMUR 428 103 - 984 1,685 353 - 126 2,939 6,712 861 4,073 611 PURWOKERTO UTARA 1,614 2,219 - 853 2,714 353 - 231 4,721 5,002 2,571 2,649 11,944 SOKARAJA 4,501 4,490 - 1,723 2,515 - 43 - 2,231 4,800 1,541 2,860 5,681 SUMBANG 1,544 2,042 - 259 885 - - - 1,068 998 23 292 306 Jumlah 21,572 21,684 85 13,589 94619,814 599 2,240 26,163 41,823 13,503 37,72626,203 Sumber: BPS 2005

Penggunaan Lahan Kawasan Perkotaan Purwokerto

Penggunaan lahan di kawasan perkotaan Purwokerto terdiri atas 1) Ruang Terbangun, 2) Kebun Campuran, 3) Tanaman Pangan Lahan Sawah Irigasi, 4) Tanaman Pangan Lahan Sawah Tadah Hujan, 5) Tanaman Pangan Lahan Kering, 6) Padang Rumput, 7) Lahan Kritis/Berbatu, dan 8) Badan Air/Sungai. Luas areal untuk tiap tipe penggunaan lahan adalah sebagaimana Tabel 8.

Tabel 8 Penggunaan lahan kawasan perkotaan Purwokerto

No. Penggunaan Lahan Aktual Luas (Ha) %

1 Ruang Terbangun 4,068.1 42.1

2 Kebun Campuran 841.3 8.7

3 Tanaman Pangan Lahan Sawah Irigasi 4,286.6 44.4

4 Tanaman Pangan Lahan Sawah Tadah Hujan 199.9 2.1

5 Tanaman Pangan Lahan Kering 116.7 1.2

6 Padang Rumput 5.8 0.1

7 Lahan Kritis/Berbatu 9.6 0.1

8 Badan Air/Sungai 131.6 1.4

Jumlah 9,659.5 100.0

Sumber: Bappeda Kabupaten Banyumas 2006

Berdasarkan data tersebut penggunaan lahan pertanian masih dominan, yaitu meliputi 5,444.5 Ha atau 56.4% luas kawasan. Dominasi penggunaan lahan pertanian yang tersebut masih memungkinkan bagi pengembangan pertanian di kawasan perkotaan Purwokerto. Tantangan utama terhadap penggunaan lahan di kawasan perkotaan Purwokerto adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian, terutama untuk pengembangan perumahan dan permukiman perkotaan yang terus meningkat sejalan dengan perkembangan penduduk. Agar perkembangan tersebut tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan dan untuk keberlanjutan fungsi kawasan diperlukan perencanaan yang mampu mengoptimalkan penggunaan lahan di kawasan perkotaan Purwokerto.

Potensi Pertanian Kawasan Perkotaan Purwokerto

Kebijakan tentang lahan abadi pertanian disampaikan pemerintah sebagai salah satu bagian dari Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan pada bulan Juni 2005 telah menetapkan Kabupaten Banyumas

sebagai salah satu lumbung pangan nasional di Provinsi Jawa Tengah. Lahan abadi pertanian adalah suatu kebijakan tentang tata penggunaan tanah, di mana pemerintah mengalokasikan 15 juta Ha lahan sawah ditambah 15 juta Ha lahan tegalan, yang hanya boleh digunakan untuk kegiatan pertanian, dan tidak diizinkan dialihfungsikan ke bentuk-bentuk penggunaan lain. Penetapan Kabupaten Banyumas sebagai salah satu lumbung pangan nasional tersebut didasarkan pada potensi pertanian wilayah. Sebagai salah satu lumbung pangan nasional Pemerintah Kabupaten Banyumas harus melindungi (mempertahankan) lahan pertaniannya.

Lahan pertanian di kawasan perkotaan Purwokerto, merupakan bagian dari lahan pertanian yang paling subur di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan Potensi Pertanian Kabupaten Banyumas (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas 2006) yang didasarkan pada evaluasi kesesuaian lahan model CSR/FAO (1983) pada wilayah Kabupaten Banyumas potensi lahan bagi pertanian di kawasan perkotaan Purwokerto dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Topografi kawasan perkotaan Purwokerto relatif datar, hanya sebagian kecil dari kawasan memiliki lereng lebih dari 15% yang bisa menjadi faktor pembatas. Kondisi demikian merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan kawasan, karena topografi datar mendukung penggunaan lahan sebagai kawasan budidaya.

• Ketinggian lahan kawasan Purwokerto masih di bawah 1,000 m di atas

permukaan laut. Pada ketinggian tersebut kelembaban relatif tinggi, dan dapat menjadi kendala utama bagi pengembangan pertanian.

• Kondisi media perakaran lahan pertanian di kawasan perkotaan Purwokerto mengacu pada kondisi umum wilayah Kabupaten Banyumas, memiliki yang cukup baik, kelas tekstur juga tidak menjadi faktor pembatas.

• Retensi hara belum merupakan faktor pembatas utama, karena masih bisa diantisipasi dengan pengelolaan tingkat rendah sampai medium.

• Sebagai bagian wilayah beriklim basah air cukup tersedia di kawasan perkotaan Purwokerto. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2,456- 3,895 mm. Bulan kering berkisar antara 1-3 bulan dan bulan basah berkisar

antara 6-9 bulan. Akan tetapi untuk beberapa komoditas pertanian kondisi iklim tersebut justru menjadi faktor pembatas.

• Lahan-lahan dengan faktor pembatas ketersediaan hara masih bisa

diantisipasi dengan tingkat pengelolaan rendah.

• Dari analisis toksisitas, daya hantar listrik menunjukan nilai kurang dari 1 mmhos, dan kejenuhan Al kurang dari 10% (sangat rendah) sehingga kandungannya tidak mengindikasikan meracun.

Selanjutnya kawasan perkotaan Purwokerto dapat dikelompokan dalam dua unit kesesuaian lahan (Bappeda Kabupaten Banyumas 2004), luas masing-masing unit kesesuaian lahan adalah sebagaimana Tabel 9. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi fisik kawasan perkotaan Purwokerto potensial bagi pengembangan pertanian. Potensi tersebut harus dapat diorganisasikan dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagai penyelesaian permasalahan kawasan.

Tabel 9 Luas areal lahan untuk tiap kelas kesesuaian

Kode unit lahan

Kesesuaian lahan untuk sawah

Kesesuaian lahan untuk tanaman semusim

Kesesuaian lahan untuk tanaman

tahunan

Luas (Ha)

1 Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai 1,000.5

2 Sesuai Sesuai Sesuai 8,658.8

Dokumen terkait