• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pikir

Pembangunan kawasan perkotaan dilaksanakan untuk mendukung fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat pelayanan. Kawasan perkotaan merupakan pusat berbagai pelayanan yang tidak hanya melayani internal kawasan, tetapi juga wilayah lain dalam sistem perkotaan. Agar kawasan perkotaan dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka diperlukan penataan/pengelolaan berbagai potensi dan permasalahan kawasan. Dengan pengelolaan yang baik berbagai permasalahan dan potensi tersebut bisa menjadi pendorong produktivitas masyarakat dan mendukung fungsi kawasan perkotaan.

Penataan ruang merupakan bentuk intervensi kebijakan agar lahan dan sumber daya lainnya dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pencapaian tujuan pembangunan. Penataan ruang diperlukan untuk memelihara keseimbangan lingkungan dan memberikan dukungan kepada manusia serta makhluk hidup lainnya dalam melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Penataan ruang harus didasarkan pada pemahaman potensi dan keterbatasan sumber daya, perkembangan kegiatan sosial ekonomi, serta kebutuhan kehidupan saat ini, dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Salah satu komponen perencanaan tata ruang adalah perencanaan penggunaan lahan. Penggunaan lahan perlu direncanakan karena berbagai faktor perkembangan wilayah akan selalu terkait dengan penggunaan lahan. Pada kawasan perkotaan penggunaan lahan memiliki dimensi yang kompleks. Berbagai kepentingan terhadap lahan seperti kebutuhan lahan untuk pengembangan sarana prasarana permukiman, mempertahankan lahan pertanian, konservasi lingkungan, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, merupakan tantangan dalam perencanaan penggunaan lahan. Oleh sebab itu penggunaan lahan di kawasan perkotaan perlu direncanakan secara terukur dengan teknik analisis yang mampu menghubungkan berbagai kepentingan penggunaan lahan.

Perencanaan tata ruang yang tidak terukur menjadikan penggunaan lahan tidak optimal. Penggunaan lahan yang tidak optimal menjadi tidak efektif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tanpa keterukuran rencana tata ruang kawasan perkotaan belum dapat memberikan informasi yang memadai untuk pengambilan keputusan terkait pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang yang tidak terukur tidak mampu mengendalikan konversi lahan pertanian menjadi non pertanian, mengakibatkan perkembangan kawasan perkotaan yang tidak terarah, serta mengancam ketahanan pangan. Pemanfaatan ruang yang didasarkan pada rencana tata ruang yang tidak terukur seringkali hanya mempertimbangkan kepentingan sesaat dan kurang memperhatikan dampak jangka panjang, serta tidak terintegrasi antara berbagai kepentingan penggunaan lahan.

Perencanaan penggunaan lahan kawasan perkotaan perlu mempertimbangkan perlindungan lahan pertanian tanaman pangan. Selain untuk menjamin kecukupan pangan, perlindungan lahan pertanian juga merupakan perlindungan investasi infratruktur irigasi, efisiensi produksi dengan mendekatkan supply dan demand bahan makanan, serta manfaat lainnya untuk memenuhi rasio kebutuhan ruang terbuka hijau. Pertanian bukan kegiatan utama dalam kawasan perkotaan, namun demikian pertanian berperan penting bagi keberlanjutan kawasan perkotaan.

Mengoptimalkan potensi pertanian kawasan untuk mencukupi kebutuhan pangan lokal kawasan perkotaan dapat memberikan implikasi positif bagi penyelesaian permasalahan kawasan perkotaan. Pertanian yang optimal akan memberikan nilai tambah sektor pertanian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan kawasan perkotaan lahan pertanian semakin menyusut, sedangkan kebutuhan pangan di kawasan perkotaan terus meningkat dengan perkembangan penduduk. Pertanian kawasan perkotaan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal sehingga tercapai efisiensi produksi yang dapat meningkatkan aksesibilitas terhadap pangan. Berikutnya pertanian memberikan jasa lingkungan yang berperan meningkatkan kualitas lingkungan kawasan perkotaan.

Sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan rencana tata ruang perlu direncanakan secara terukur. Dengan perencanaan yang terukur, pemanfaatan ruang untuk mewujudkan struktur dan dan pola ruang akan dapat menghasilkan pola penggunaan lahan yang optimal. Selanjutnya pola penggunaan lahan yang optimal akan dapat meningkatkan kinerja pembangunan, dan diharapkan dapat mengurangi berbagai permasalahan di kawasan perkotaan terkait penggunaan lahan.

Ruang Lingkup

Optimasi penggunaan lahan kawasan perkotaan ditujukan untuk merencanakan penggunaan lahan optimal bagi pencapaian tujuan penggunaan lahan. Optimasi penggunaan lahan dilakukan dengan mempertimbangkan teori, permasalahan, standar, ketentuan teknis, panduan, peraturan perundangan yang terkait dengan pemodelan optimasi dan perencanaan penggunaan lahan. Selanjutnya optimasi dilakukan dengan mempertimbangkan karakterisitik lahan, produktivitas lahan, penggunaan lahan, kondisi sosial ekonomi, dan berbagai persoalan yang dihadapi kawasan perkotaan Purwokerto.

Dengan berbagai keterbatasan dalam penelitian, terutama keterbatasan waktu dan data, maka ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah perlu dispesifikasikan dalam penelitian ini.

Ruang lingkup wilayah

Lingkup wilayah penelitian adalah kawasan perkotaan Purwokerto yang merupakan bagian wilayah administrasi Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Kawasan perkotaan Purwokerto berada pada posisi geografis 109°11’22” - 109°15’55” BT dan 7°22’46” - 7°27’30” LS. Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan dan 331 desa/kelurahan. Wilayah penelitian meliputi seluruh kelurahan pada Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Timur, Kecamatan Purwokerto Utara, dan Kecamatan Purwokerto Selatan, serta sebagian desa-desa dari 7 kecamatan yang berbatasan langsung dengan 4 kecamatan tersebut. Jumlah desa/kelurahan dalam wilayah penelitian adalah 56, dari 132 desa/kelurahan dari 11 kecamatan yang masuk kawasan perkotaan Purwokerto, dengan total luas kawasan 9659.5 Ha.

Gambar 5 Kawasan perkotaan Purwokerto

Selengkapnya lingkup wilayah penelitian ini meliputi desa/kelurahan sebagaimana Tabel 1.

Tabel 1 Desa/kelurahan dalam kawasan perkotaan Purwokerto

KdKc NmKc KdDK NmDK Luas (Ha) 01 Baturraden 0101 Kutasari 162.4

Baturraden 0102 Pandak 88.2 Baturraden 0103 Purwosari 103.0 02 Karanglewas 0201 Karanglewas Kidul 120.9 Karanglewas 0202 Pangebatan 229.0 Karanglewas 0203 Pasir Kulon 147.4 Karanglewas 0204 Pasir Lor 100.8 Karanglewas 0205 Pasir Wetan 79.7 03 Kedungbanteng 0301 Beji 238.9 Kedungbanteng 0302 Karangsalam 158.8 04 Kembaran 0401 Dukuhwaluh 156.8 Kembaran 0402 Ledug 269.4 Kembaran 0403 Tambaksari Kidul 156.9 05 Patikraja 0501 Kedungrandu 292.6 Patikraja 0502 Kedungwringin 199.5 Patikraja 0503 Patikraja 238.0 Patikraja 0504 Pegalongan 271.1 Patikraja 0505 Sidabowa 398.1 Patikraja 0506 Sokawera Kidul 357.5 06 Purwokerto Barat 0601 Bantarsoka 85.8 Purwokerto Barat 0602 Karanglewas Lor 49.7 Purwokerto Barat 0603 Kedungwuluh 95.8 Purwokerto Barat 0604 Kober 120.6 Purwokerto Barat 0605 Pasir Kidul 84.8 Purwokerto Barat 0606 Pasirmuncang 141.0 Purwokerto Barat 0607 Rejasari 148.9 07 Purwokerto Selatan 0701 Berkoh 202.6 Purwokerto Selatan 0702 Karangklesem 362.6 Purwokerto Selatan 0703 Karangpucung 107.4 Purwokerto Selatan 0704 Purwokerto Kidul 145.6 Purwokerto Selatan 0705 Purwokerto Kulon 120.4 Purwokerto Selatan 0706 Tanjung 191.7 Purwokerto Selatan 0707 Teluk 484.8 08 Purwokerto Timur 0801 Arcawinangun 173.3 Purwokerto Timur 0802 Kranji 135.0 Purwokerto Timur 0803 Mersi 120.8 Purwokerto Timur 0804 Purwokerto Lor 115.2 Purwokerto Timur 0805 Purwokerto Wetan 108.4 Purwokerto Timur 0806 Sokanegara 127.3 09 Purwokerto Utara 0901 Bancarkembar 144.8 Purwokerto Utara 0902 Bobosan 116.7 Purwokerto Utara 0903 Grendeng 145.8 Purwokerto Utara 0904 Karangwangkal 89.2 Purwokerto Utara 0905 Pabuaran 169.7 Purwokerto Utara 0906 Purwanegara 177.8 Purwokerto Utara 0907 Sumampir 120.5 10 Sokaraja 1001 Karangkedawung 94.1 Sokaraja 1002 Karangnanas 219.4 Sokaraja 1003 Karangrau 104.3 Sokaraja 1004 Pamijen 102.5 Sokaraja 1005 Sokaraja Kidul 96.5 Sokaraja 1006 Sokaraja Kulon 169.6 Sokaraja 1007 Sokaraja Tengah 146.0 Sokaraja 1008 Wiradadi 333.0 11 Sumbang 1101 Karanggintung 254.8 Sumbang 1102 Tambaksogra 283.8 Total luas 9,659.5

Ruang lingkup materi

Pengertian operasional optimasi penggunaan lahan dalam penelitian ini adalah menentukan berbagai tipe, lokasi dan luasan penggunaan lahan di kawasan perkotaan untuk perlindungan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau. Perlindungan lahan pertanian terutama ditujukan untuk menjamin kecukupan pangan. Dengan demikian dapat diidentifikasi kriteria penggunaan lahan optimal dalam optimasi penggunaan lahan kawasan perkotaan, yaitu penggunaan lahan yang mengintegrasikan berbagai kebutuhan penggunaan lahan dengan memberikan perlindungan terhadap lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, serta memenuhi standar kenyamanan lingkungan.

Perencanaan penggunaan lahan merupakan salah satu komponen perencanaan tata ruang. Dalam perencanaan tata ruang, tipe, lokasi dan luasan penggunaan lahan merupakan produk rencana pola pemanfaatan ruang, yang menggambarkan letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Rencana pola pemanfaatan ruang berisi delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan delineasi kawasan lindung.

Dalam optimasi penggunaan lahan di kawasan perkotaan Purwokerto permasalahan dan perwujudan ruang kawasan, serta perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan merupakan input analisis untuk penentuan variabel dan parameter optimasi. Penggunaan lahan untuk pelaksanaan pembangunan harus disesuaikan dengan daya dukung lahan berdasarkan kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu. Dengan demikian dampak negatif penggunaan lahan terhadap lingkungan dapat diminimumkan dan penggunaan lahan dapat berkelanjutan.

Model Optimasi

Struktur umum model optimasi terdiri atas : 1) variabel keputusan untuk pencapaian tujuan optimasi, 2) fungsi tujuan optimasi, dan 3) fungsi kendala optimasi.

Fungsi tujuan dan fungsi kendala dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan, atau fungsi yang terkait dengan variabel keputusan dalam hubungan fungsional tertentu. Sasaran dalam optimasi penggunaan lahan didasarkan pada isu strategis wilayah dengan memperhatikan ketersediaan data untuk analisis. Optimasi penggunaan lahan di kawasan perkotaan Purwokerto ditujukan untuk meminimumkan defisit pemenuhan permintaan konsumsi lokal komoditas pertanian tanaman bahan makanan dan ruang terbuka hijau, sedangkan model optimasi yang digunakan adalah goals programming.

Fungsi tujuan

Optimasi penggunaan lahan di kawasan perkotaan Purwokerto menggunakan sasaran ganda. Fungsi tujuan dinyatakan sebagai fungsi dari berbagai variabel sasaran optimasi, yang dirumuskan sebagai berikut:

Di mana:

z = total defisit pangsa pemenuhan permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas tanaman bahan makanan dan ruang terbuka hijau

= defisit pemenuhan sasaran permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas tanaman bahan makanan k-l (Ton)

= defisit pemenuhan sasaran standar ambang kebutuhan ruang terbuka hijau di desa/kelurahan k-i (Ha)

= rataan konsumsi komoditas tanaman bahan makanan ke-l

(kg/kapita/tahun)

= total areal lahan tiap desa/kelurahan (Ha)

= standar pangsa areal ruang terbuka hijau tiap desa/kelurahan

P = total populasi

Dalam praktek perencanaan suatu sasaran dapat memiliki prioritas untuk dicapai terlebih dahulu dibanding sasaran lainnya. Hal tersebut dapat dituangkan dalam goals programming dengan menentukan skala prioritas dalam fungsi

tujuan. Dalam penelitian sasaran pemenuhan permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas tanaman bahan makanan dan sasaran pemenuhan ruang terbuka hijau diasumsikan memiliki prioritas yang sama.

Fungsi kendala

Suatu tipe penggunaan lahan memiliki implikasi terhadap penggunaan lahan yang lain, sehingga perlu mengalokasikan lahan dengan mempertimbangkan kendala-kendala penggunaannya. Dari fungsi tujuan ditentukan fungsi kendala sasaran optimasi penggunaan lahan, meliputi:

1. Kendala Sasaran

• Fungsi kendala sasaran pemenuhan kebutuhan pangan lokal

Di mana:

= produktivitas komoditas pertanian tanaman bahan makanan

ke-l pada jenis penggunaan lahan ke-k,

k

= intensitas pertanaman komoditas pertanian tanaman bahan makanan ke-l pada jenis penggunaan lahan ke-k

= luas area desa/kelurahan ke-i dengan unit lahan ke-j yang

dialokasikan untuk jenis penggunaan lahan ke-k dengan budi daya komoditas pertanian tanaman bahan makanan ke-l (Ha) = defisit pemenuhan sasaran permintaan konsumsi lokal terhadap

komoditas tanaman bahan makanan k-l (Ton)

= surplus pemenuhan sasaran permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas tanaman bahan makanan k-l (Ton)

= rataan konsumsi komodiitas tanaman bahan makanan ke-l (kg/kapita/tahun)

• Fungsi kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau

Di mana:

= koefisien ruang terbuka hijau pada jenis penggunaan lahan ke-k = defisit pemenuhan sasaran standar ambang kebutuhan ruang

terbuka hijau di desa/kelurahan k-i (Ha)

= surplus pemenuhan sasaran standar ambang kebutuhan ruang terbuka hijau di desa/kelurahan k-i (Ha)

= area desa/kelurahan ke-i dengan satuan peta lahan ke-j yang

dialokasikan untuk jenis penggunaan lahan ke-k (Ha)

Total produksi komoditas pertanian tanaman bahan makanan diupayakan sama dengan kebutuhan konsumsinya. Demikian pula total ruang terbuka hijau diupayakan sama dengan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan standar yang digunakan, yaitu sebesar 40% total area lahan pada tiap desa/kelurahan.

Selain kendala-kendala tersebut juga terdapat kendala terkait total area lahan, meliputi:

2. Kendala Riil

• Kendala neraca areal pertanaman

Total area budi daya pada tiap desa/kelurahan tidak bisa melebihi luas area desa/kelurahan. Kendala neraca areal pertanaman dirumuskan sebagai berikut:

Di mana:

= area desa/kelurahan ke-i dengan satuan peta lahan ke-j yang

= luas area desa/kelurahan ke-i dengan unit lahan ke-j yang

dialokasikan untuk jenis penggunaan lahan ke-k dengan budi daya komoditas pertanian tanaman bahan makanan ke-l (Ha)

• Kendala kebutuhan lahan terbangun

Total area lahan ruang terbangun meliputi penggunaan lahan Perumahan/Permukiman (Kim), Industri Pengolahan (Ind), dan Perkantoran/Pertokoan (Kom). Kendala kebutuhan lahan terbangun dirumuskan sebagai berikut:

Di mana:

= area desa/kelurahan ke-i dengan satuan peta lahan ke-j yang

dialokasikan untuk jenis penggunaan lahan ke-k (Ha)

• Kendala unit lahan

Kendala unit lahan dirumuskan sebagai berikut:

Di mana:

= luas area desa/kelurahan ke-i dengan unit lahan ke-j (Ha)

= area desa/kelurahan ke-i dengan satuan peta lahan ke-j yang

dialokasikan untuk jenis penggunaan lahan ke-k (Ha)

• Kendala kesesuaian alokasi penggunaan lahan Unit lahan

Di mana:

= kesesuaian alokasi penggunaan lahan pada desa/kelurahan ke-i

dengan unit lahan ke-j

= luas area desa/kelurahan ke-i dengan unit lahan ke-j (Ha)

= area desa/kelurahan ke-i dengan satuan peta lahan ke-j yang

dialokasikan untuk jenis penggunaan lahan ke-k (Ha)

3. Kendala Non negativitas Positif Variabel

Komputasi model optimasi akan menghasilkan nilai optimal fungsi tujuan, pola penggunaan lahan optimal, pola pertanaman optimal, nilai-nilai sasaran- sasaran optimasi, yaitu surplus dan defisit pemenuhan permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas tanaman bahan makanan dan ruang terbuka hijau, serta nilai- nilai marginal dari sasaran-sasaran optimasi. Nilai optimal fungsi tujuan

merupakan simpangan terhadap target sasaran optimasi. Pola penggunaan lahan optimal dan pola pertanaman optimal adalah pola penggunaan lahan dan pola pertanaman yang dapat mendukung pencapaian tujuan optimasi.

Dari fungsi kendala diperoleh nilai-nilai marginal dari sasaran-sasaran optimasi. Nilai marginal merupakan perubahan nilai fungsi tujuan dengan perubahan fungsi kendala. Nilai marginal positif bermakna bahwa perubahan fungsi kendala akan meningkatkan fungsi tujuan, sehingga nilai optimal tidak dapat dicapai. Peningkatan satu satuan fungsi kendala akan meningkatkan fungsi tujuan sebesar nilai marginalnya. Semakin besar nilai marginal semakin besar dampaknya terhadap ketidaktercapaian fungsi tujuan.

Pengumpulan dan Penyiapan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder. Sebelum sampai kepada analisis pokok dalam penelitian diperlukan pengumpulan dan penyiapan data dari berbagai sumber dan format, untuk dianalisis lebih lanjut. Pernyiapan data dilakukan dengan:

1. Ekstraksi data, dilakukan untuk memperoleh data sesuai kebutuhan analisis. 2. Analisis spasial, untuk memperoleh data dan peta sesuai cakupan lokasi

penelitian karena sebagian besar data spasial dalam agregat kabupaten. Analisis optimasi menggunakan peta-peta hasil analisis spasial clip-overlay untuk memperoleh peta sesuai cakupan wilayah penelitian.

Analisis spasial juga digunakan untuk memperoleh dan menggabungkan informasi pada tiap unit wilayah yang diperlukan untuk analisis.

Ekstraksi data dan analisis spasial untuk pernyiapan data dilakukan dengan software ArcView GIS 3.3, MS Office Access dan MS Office Excel. Penentuan konfigurasi optimal menggunakan Software GAMS, sedangkan untuk penyajian spasial digunakan software ArcView GIS 3.3.

Data yang digunakan untuk penentuan parameter model meliputi jenis dari sumber sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan sumber data

Data Sumber Data

Peta Penggunaan Lahan Bappeda Kabupaten Banyumas 2006 Peta Kesesuaian Lahan Bappeda Kabupaten Banyumas 2004

Peta Administrasi Bappeda Kabupaten Banyumas 2000

Podes 2006 BPS

Podes 2003 BPS

SUSENAS 2000 BPS

Variabel dan Parameter Optimasi

Variabel optimasi penggunaan lahan meliputi variabel tujuan (z), variabel

sasaran dan variabel keputusan optimasi .).

Sedangkan parameter optimasi meliputi 1) rataan konsumsi komoditas tanaman bahan makanan , 2) total penduduk kawasan (P), 3) total areal lahan di tiap desa/kelurahan 4) standar koefisien ruang terbuka hijau (α), 5) produktivitas komoditas tanaman bahan makanan , 6) intensitas pertanaman , 7) koefisien ruang terbuka hijau pada tiap penggunaan lahan , 8) area lahan terbangun, 9) area peta lahan , dan 10) kategori kesesuaian alokasi satuan peta lahan ).

Pendugaan Parameter Optimasi

Penentuan parameter model secara garis besar dilakukan dengan menggunakan data, analisis spasial, ditentukan dengan asumsi berdasarkan justifikasi dan logika tertentu, atau gabungan data dan asumsi.

1. Rataan konsumsi komoditas tanaman bahan makanan

Parameter rataan konsumsi komoditas tanaman bahan makanan menggunakan data konsumsi rata-rata jenis makanan (BPS 2000) yang tersedia pada unit kabupaten. Dengan keterbatasan data tersebut diasumsikan pola konsumsi tidak berubah dengan perubahan tahun. Rataan konsumsi komoditas tanaman

bahan makanan sebagaimana Tabel 3. 2. Total penduduk kawasan

Parameter total penduduk kawasan menggunakan data Podes (BPS 2006a), dari 56 desa/kelurahan dalam kawasan perkotaan Purwokerto. Total penduduk kawasan dinyatakan dengan (P).

Tabel 3 Rataan konsumsi komoditas tanaman bahan makanan Kabupaten Banyumas

No. Komoditi Rataan Konsumsi (Kg/Kp) 1 Padi 124.84 2 Ubi Kayu 5.8 3 Jagung 1.57 4 Kacang Tanah 0.89 5 Kedelai 24.16 6 Ubi Jalar 2.3 7 Kacang Hijau 0.31 8 Talas 0.05 9 Kacang Panjang 4.18 10 Ketimun 1.1 11 Terung 2.41 12 Petai 0.21 13 Jengkol 0.1 14 Cabe Merah 1.52 15 Kangkung 5.02 16 Melinjo 0.09 17 Tomat 1.27 18 Cabe Rawit 0.97 19 Petsai 1.52 20 Buncis 1.15 21 Jamur 0.02 22 Bawang Merah 2.35 23 Cabe Hijau 0.36 24 Bayam 4.5 25 Kacang Merah 0.1 26 Kubis 2.2 27 Waluh 0.68 28 Wortel 1.46 29 Pisang 7.01 30 Rambutan 13.65 31 Mangga 0.05 32 Salak 1.67 33 Duku 0.84 34 Pepaya 2.98 35 Nangka 1.41 36 Durian 0.63 37 Nenas 0.26 38 Jeruk 1.78 39 Semangka 0.68 40 Jambu Biji 0.16 41 Alpukat 0.16 42 Belimbing 0.05 Sumber: BPS 2000 3. Area lahan terbangun

Parameter area lahan terbangun menggunakan peta penggunaan lahan (Bappeda Kabupaten Banyumas 2006) yang diproporsikan menjadi penggunaan lahan Perumahan/Permukiman (Kim), Industri Pengolahan (Ind), dan Perkantoran/Pertokoan (Kom) dengan data penggunaan lahan terbangun (BPS 2003). Penggunaan lahan terbangun diproporsikan dengan asumsi proporsi masing-masing penggunaan lahan tersebut adalah tetap. Total area lahan ruang terbangun. Jumlah penduduk kawasan dan area lahan terbangun kawasan perkotaan Purwokerto terdapat pada Tabel 4.

4. Total areal lahan di tiap desa/kelurahan

Lahan yang tersedia untuk berbagai tipe penggunaan lahan bersifat tetap. Total luas berbagai tipe penggunaan lahan harus sama dengan luas wilayah. Parameter total areal lahan di tiap desa/kelurahan menggunakan peta administrasi (Bappeda Kabupaten Banyumas 2000).

5. Produktivitas tanaman bahan makanan

Penentuan parameter produktivitas tanaman bahan makanan (ton/Ha) menggunakan data rataan produksi pertanian bahan makanan pada unit kabupaten (BPS 2003). Asumsi yang digunakan dalam penentuan parameter produktivitas tanaman bahan makanan adalah bahwa rataan produksi pertanian bahan makanan tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun. Parameter produktivitas pertanian juga mempertimbangkan penggunaan lahan yang digunakan untuk budidaya, dengan asumsi sebagai berikut:

• Komoditas pertanian tanaman semusim pada penggunaan lahan sawah irigasi produktivitasnya adalah 1.2 x rataan;

• Komoditas pertanian tanaman semusim pada penggunaan lahan sawah tadah hujan produktivitasnya adalah sama dengan rataan;

• Komoditas pertanian tanaman semusim pada penggunaan lahan kebun campuran dan lahan kering tanaman semusim produktivitasnya sama dengan 0.8 x rataan;

• Komoditas pertanian tanaman tahunan tidak dibudidayakan pada penggunaan lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan (produktivitas sama dengan 0), sedangkan pada penggunaan lahan kebun campuran dan lahan kering tanaman semusim produktivitasnya sama dengan rataan.

Tabel 4 Jumlah penduduk dan penggunaan lahan aktual ruang terbangun kawasan perkotaan Purwokerto

Perumahan/ Permukiman (Ha) Industri Pengolahan (Ha) Perkantoran/ Komersial (Ha) Kutasari 4,239 32.4 - - Pandak 2,235 18.8 - 1.5 Purwosari 5,185 43.6 - 0.9 Karanglewas Kidul 3,197 41.4 - - Pangebatan 5,062 64.8 - - Pasir Kulon 3,378 48.2 - - Pasir Lor 2,823 26.0 - - Pasir Wetan 3,599 39.2 - - Beji 6,659 53.2 - - Karangsalam Kidul 3,645 47.4 - 1.3 Dukuhwaluh 8,131 49.5 4.6 1.6 Ledug 9,874 74.7 1.2 2.3 Tambaksari Kidul 3,554 32.3 - - Kedungrandu 5,339 41.4 - - Kedungwringin 5,263 61.1 - - Patikraja 4,842 61.4 - - Pegalongan 2,197 31.4 - - Sidabowa 6,203 22.3 - - Sokawera Kidul 2,412 34.0 - - Bantarsoka 6,721 68.4 - 1.8 Karanglewas Lor 3,258 19.0 - 16.9 Kedungwuluh 10,696 66.3 - 7.2 Kober 8,801 59.7 - 27.6 Pasir Kidul 6,657 80.3 - - Pasirmuncang 6,259 55.6 - 0.9 Rejasari 8,226 77.9 - 1.3 Berkoh 9,104 122.5 1.4 18.7 Karangklesem 9,668 175.1 1.2 6.1 Karangpucung 10,474 89.4 - 2.7 Purwokerto Kidul 7,457 101.5 1.2 1.2 Purwokerto Kulon 7,533 84.3 1.9 13.3 Tanjung 9,004 101.3 - 3.6 Teluk 12,719 395.3 2.9 5.9 Arcawinangun 9,723 128.6 4.9 2.4 Kranji 13,234 100.5 - 9.2 Mersi 6,643 54.7 1.0 5.2 Purwokerto Lor 15,309 99.4 1.0 11.6 Purwokerto Wetan 10,172 78.8 1.5 13.7 Sokanegara 8,987 83.1 1.1 13.1 Bancarkembar 9,906 70.4 - 4.5 Bobosan 5,748 35.3 - 1.9 Grendeng 7,991 70.9 - 18.0 Karangwangkal 2,740 21.6 - 1.9 Pabuaran 4,262 37.0 - 15.2 Purwanegara 8,120 73.9 - 5.0 Sumampir 7,828 54.3 - 1.9 Karangkedawung 2,436 34.6 - - Karangnanas 6,594 86.5 - - Karangrau 2,716 40.7 - - Pamijen 3,223 25.9 - - Sokaraja Kidul 4,664 54.2 - - Sokaraja Kulon 7,475 61.9 - - Sokaraja Tengah 6,235 48.9 - - Wiradadi 4,737 108.9 - - Karanggintung 3,274 60.0 5.2 5.2 Tambaksogra Kidul 6,058 68.6 2.4 1.2 Jumlah 362,489 3,818.6 31.5 224.6 Ruang terbangun Populasi (jiwa) Desa/Kelurahan

Sumber: BPS (2003, 2006) & Bappeda Kabupaten Banyumas (2000) 6. Intensitas pertanaman

Intensitas pertanaman ditentukan dengan mempertimbangkan jenis komoditas dengan tipe penggunaan lahan yang digunakan untuk budidaya. Karakteristik komoditas sebagai dasar penentuan intensitas pertanaman adalah intensitas panennya. Penggunaan lahan sawah diasumsikan lebih subur dibandingkan dengan penggunaan lahan pertanian lainnya untuk budidaya tanaman semusim sehingga intensitasnya paling tinggi. Komoditas tanaman tahunan hanya dibudidayakan pada penggunaan lahan kebun campuran dan lahan kering tanaman semusim, dengan intensitas pertanaman pada kebun campuran lebih tinggi. Penentuan parameter intensitas pertanaman selengkapnya berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berkut:

• Khusus untuk komoditas padi pada penggunaan lahan sawah intensitas pertanaman sama dengan 2, hal ini didasarkan pada praktek di lapangan bahwa pada umumnya lahan sawah irigasi dapat ditanami komoditas padi 2 kali dalam setahun, sedangkan pada lahan sawah tadah hujan intensitas pertanaman tersebut dimungkinkan karena bulan basah di kawasan perkotaan Purwokerto berkisar antara 6-9 bulan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Banyumas 2006);

• Komoditas pertanian tanaman semusim lainnya pada penggunaan lahan sawah irigasi dan penggunaan lahan sawah tadah hujan intensitas pertanaman adalah 1;

• Komoditas pertanian tanaman semusim pada penggunaan lahan lahan kering tanaman semusim intensitas pertanaman adalah 0.9;

• Komoditas pertanian tanaman semusim pada penggunaan lahan kebun campuran intensitas pertanaman adalah 0.1;

• Komoditas pertanian tanaman tahunan tidak dibudidayakan pada penggunaan lahan sawah irigasi dan penggunaan lahan sawah tadah hujan (intensitas pertanaman 0);

• Komoditas pertanian tanaman tahunan pada penggunaan lahan lahan kering tanaman semusim intensitas pertanaman adalah 0.1;

campuran intensitas pertanaman adalah 0.9.

Produktivitas dan intensitas pertanaman tiap komoditas tanaman bahan makanan selengkapnya terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Produktivitas (Ton/Ha) dan intensitas pertanaman tiap komoditas pada tiap jenis penggunaan lahan Kabupaten Banyumas

Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Lahan Kering Semusim Kebun Campuran Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Lahan Kering Semusim Kebun Campuran Padi 5.73 4.73 3.05 3.05 2 2 0.9 0.1 Ubi Kayu 13.48 11.24 8.99 8.99 1 1 0.9 0.1 Jagung 4.77 3.97 3.18 3.18 1 1 0.9 0.1 Kacang Tanah 2.63 2.19 1.75 1.75 1 1 0.9 0.1 Kedelai 2 1.66 1.33 1.33 1 1 0.9 0.1 Ubi Jalar 11.81 9.84 7.87 7.87 1 1 0.9 0.1 Kacang Hijau 1.89 1.57 1.26 1.26 1 1 0.9 0.1 Talas 2.73 2.27 1.82 1.82 1 1 0.9 0.1 Kacang Panjang 5.49 4.58 3.66 3.66 1 1 0.9 0.1 Ketimun 10.9 9.08 7.27 7.27 1 1 0.9 0.1 Terung 7.44 6.2 4.96 4.96 1 1 0.9 0.1 Petai 0 0 4.9 4.9 0 0 0.1 0.9 Jengkol 0 0 4.14 4.14 0 0 0.1 0.9 Cabe Merah 5.43 4.52 3.62 3.62 1 1 0.9 0.1 Kangkung 7.27 6.06 4.85 4.85 1 1 0.9 0.1 Melinjo 0 0 1.96 1.96 0 0 0.1 0.9 Tomat 7.42 6.18 4.94 4.94 1 1 0.9 0.1 Cabe Rawit 3.76 3.13 2.51 2.51 1 1 0.9 0.1 Petsai 9.12 7.6 6.08 6.08 1 1 0.9 0.1 Buncis 14.24 11.87 9.49 9.49 1 1 0.9 0.1 Jamur 0.72 0.6 0.48 0.48 1 1 0.9 0.1 Bawang Merah 7.02 5.85 4.68 4.68 1 1 0.9 0.1 Cabe Hijau 3.26 2.71 2.17 2.17 1 1 0.9 0.1 Bayam 2.64 2.2 1.76 1.76 1 1 0.9 0.1 Kacang Merah 1.47 1.22 0.98 0.98 1 1 0.9 0.1 Kubis 1.8 1.5 1.2 1.2 1 1 0.9 0.1 Waluh 4.79 3.99 3.19 3.19 1 1 0.9 0.1 Wortel 3.6 3 2.4 2.4 1 1 0.9 0.1 Pisang 0 0 4.21 4.21 0 0 0.1 0.9 Rambutan 0 0 2.21 2.21 0 0 0.1 0.9 Mangga 0 0 4.77 4.77 0 0 0.1 0.9 Salak 0 0 1.44 1.44 0 0 0.1 0.9 Duku 0 0 7.64 7.64 0 0 0.1 0.9 Pepaya 0 0 6.81 6.81 0 0 0.1 0.9 Nangka 0 0 2.63 2.63 0 0 0.1 0.9 Durian 0 0 7.48 7.48 0 0 0.1 0.9 Nenas 0 0 7.54 7.54 0 0 0.9 0.1 Jeruk 0 0 3.84 3.84 0 0 0.1 0.9 Semangka 11.74 9.78 7.83 7.83 1 1 0.9 0.1 Jambu Biji 0 0 0.25 0.25 0 0 0.1 0.9 Alpukat 0 0 3.54 3.54 0 0 0.1 0.9 Belimbing 0 0 1 1 0 0 0.1 0.9 Komoditi Intensitas Pertanaman Produktivitas Sumber: BPS 2003

Standar koefisien ruang terbuka hijau dalam penelitian diasumsikan sebesar 40% (0.4). dengan mempertimbangkan hasil analisis KDB kawasan perkotaan Purwokerto. Untuk kawasan perkotaan Purwokerto khususnya untuk daerah

Dokumen terkait