• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

G. Gambaran Umum Objek Penelitian

6.Sejarah KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu

KPP Jakarta Pasar Minggu mulai beroperasi sejak 29 Maret 1994 di bawah Kantor Wilayah Jakarta IV yang berlokasi di Komplek Pajak Kalibata Jl. Taman Makam Pahlawan Kalibata. Seiring deng reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak, keberadaan KPP Jakarta Pasar Minggu saat ini dibawah Kantor Wilayah DJP Jakarta III. Sejak 14 September 2004, KPP Jakarta Pasar Minggu menempati sebuah gedung di JL. TB Simatupang Kav. 32 Jakarta Selatan bersama dengan KPP Jakarta Cilandak. Setelah itu pada tanggal 09 Juni 2005 KPP Jakarta Pasar Minggu menempati gedung baru bersama Karikpa 7 di Jl. TB Simatupang Kav. 39 Jati Padang Poncol, Jakarta Selatan. Pada saat ini sehubungan dengan reorganisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tentang Tahapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern DJP di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat, pada tanggal 12 Juni 2007 KPP Jakarta Pasar Minggu menerapkan Sistem administrasi Perpajakan Modern dan berubah nama menjadi KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.

7. Kedudukan dan Tugas Pokok

KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Kantor Wilayah DJP Jakarta III. Tugas pokok KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu adalah melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar Minggu menyelenggarakan fungsi antara lain:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak. f. Pelaksanaan ekstensifikasi.

g. Penatausahan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

k. Pelaksanaan intensifikasi.

l. Pelaksanaan administrasi KPP Pratama. 9. Wilayah Kerja

Wilayah kerja serta wewenang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu meliputi sebagian wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, terdiri dari 2

Kecamatan yaitu Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa dan 13 Kelurahan sebagai berikut:

1. Kecamatan Pasar Minggu, terdiri dari 7 Kelurahan Yaitu: a. Kelurahan Cilandak timur

b. Kelurahan Pejaten Timur c. Kelurahan Pejaten Barat d. Kelurahan Pasar Minggu e. Kelurahan Ragunan f. Kelurahan Jati Padang g. Kelurahan Kebagusan

2. Kecamatan Jagakarsa, terdiri dari 6 Kelurahan yaitu: a. Kelurahan Tanjung Barat

b. Kelurahan Lenteng Agung c. Kelurahan Jagakarsa d. Kelurahan Ciganjur e. Kelurahan Cipedak

f. Kelurahan Srengseng Sawah Struktur Organisasi

Dalam penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, terdapat perubahan yang mendasar, diantaranya perubahan struktur organisasi di KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu yaitu:

3. Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Kepegawaian

b. Keuangan

c. Tata Usaha Rumah Tangga

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Penatausahaan

b. Pemeliharaan dan Pengawasan Data c. Pemeliharaan Bank Data

d. Pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer e. Pelayanan dukungan teknis komputer

f. Penyiapan pencetakan dan pengiriman laporan kerja 5. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan urusan:

a. Layanan Terpadu (pelaporan surat masuk dsb)

b. Pendaftaran Wajib Pajak (WP), Objek Pajak (OP) dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

c. Pengajuan usul penghapusan NPWP, NPPKP, dan NOP PBB d. Perubahan identitas WP dan OP PBB

e. Perpindahan WP, Mutasi dan Balik Nama OP PBB

f. Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh 6. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Penata usahan piutang pajak

b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak

c. Penerbitan dan penyampaian surat teguran, surat paksa dan surat perintah melakukan penyitaan

d. Pembuatan usulan pelelangan dan penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan

7. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan urusan:

a. Penyusunan rencana pemeriksaan, penerimaan dan perekaman serta penyaluran data/alat keterangan.

b. Pengawasan pelaksanaan jadwal pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran surat perintah melakukan pemeriksaan pajak. 8. Seksi Ekstensifikasi

Mempunyai tugas melakukan urusan:

a. Pelaksanaan penilaian individual objek pajak PBB b. Pelaksanaan penilaian massal penyusunan ZNT dan NIR c. Pembuatan daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB)

d. Pendataan dan penatusahaan hasil pendataan

e. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi f. Pencairan data pihak ketiga

g. Penyusuna monografi perpajakan

h. Penelitian oleh pejabat fungsional penilaian PBB dalam rangka penyelesaian keberatan atau pengurangan PBB

i. Penerbitan surat teguran pengembalian SPOP j. Penerbitan surat penundaan pengembalian SPOP k. Penyelesaian mutasi objek dan subjek pajak l. Pendaftaran objek pajak baru

m. Permohonan surat keterangan NJOP n. Pembatalan SPPT/SKP/STP

o. Penerbitan Daftar Nominatif untuk usulan p. Tata cara penerbitan himbauan untuk ber-NPWP 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Pengawasan kepatuhan WP

b. Pemantaun proses administrasi perpajakan

c. Bimbingan atau himbauan kepada WP dan konsultasi teknis perpajakan bagi WP d. Melakukan penerbitan, pembetulan dan penyimpangan produk-produk hukum e. Rekonsiliasi data WP

Pada seksi ini terbagi dalam 4 wilayah berdasarkann kelurahan yaitu: 1) Waskon I, terdiri dari 2 Kelurahan :

a) Kelurahan Cilandak Timur b) Kelurahan Ragunan

2) Waskon II, terdiri dari 4 Kelurahan : a) Kelurahan Pasar Minggu

b) Kelurahan Jati Padang c) Kelurahan Pejaten Barat d) Kelurahan Pejaten Timur

a) Kelurahan Kebagusan b) Kelurahan Tanjung Barat c) Kelurahan Lenteng Agung 4) Waskon IV, terdiri dari 4 Kelurahan

a) Kelurahan Jagakarsa

b) Kelurahan Srengseng Sawah c) Kelurahan Ciganjur

d) Kelurahan Cipedak

Gambar. 4.1

Stuktur Organisasi KPP Pasar Minggu

10. Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu

KEPALA KANTOR

Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan

Seksi Pelayanan Seksi Pengawasan Dan Konsultasi Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan Kelompok Jabatan Fungsional Subbagian Umum

Kantor Pelayanan Pajak

KPP PRATAMA

Seksi Pengolahan Data dan Informasi

No Kegiatan

1 Penataan Outlet Ruang 2 Pengadaan Komputer 3 Pemeliharaan

4 Mengusulkan Diklat

5 Melaksanakan In-House Training 6 Melaksanakan Rotasi Intern

7 Melaksanakan Administrasi Kepegawaian 8 Melaksanakan Pengelolaan Keuangan 9 Memberikan Pelayanan NPWP dan NPPKP 10 Memberikan Pelayanan Restitusi

11 Meneruskan Permohonan Keberatan

12 Menyelesaikan Permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak.

13 Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Permohonan WP PBB 14 Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Permohonan WP BPHTB 15 Melaksanakan Penyuluhan

16 Mengawasi SPT Masa PPh OP 17 Mengawasi SPT Masa PPh Badan 18 Mengawasi SPT Masa Potput PPh 19 Mengawasi SPT Tahunan PPH OP 20 Mengawasi SPT Tahunan PPH Badan 21 Mengawasi SPT Tahunan PPh Potput 22 Menyusun Rekapitulasi Penerimaan PPN

Pelaksanaan kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain: (Lanjutan)

No Kegiatan

23 Mengawasi SPT Masa PPN 24 Mengawasi SPPT PBB 25 Menerbitkan Ketetapan PBB

26 Menyampaikan Ketetapan PBB, Penyuluhn Sosialisasi dan Monitoring

27 Melaksanakan Konfirmasi SSB yang Masuk 28 Menyusun Rekapitulasi Penerimaan PBB 29 Menerbitkan Surat Teguran

30 Menerbitkan Surat Paksa 31 Melaksanakan Penyitaan 32 Membuat Pengumuman Lelang 33 Melaksanakan Pemeriksaan Rutin 34 Melaksanakan Pemeriksaan Tujuan Lain 35 Melaksanakan Pemeriksaan Rutin 36 Mengusulkan Penyidikan Pajak 37 Melaksanakan Penyisiran Wilayah

39 Melaksanakan Pemeriksaan Sederhana Pengukuhan PKP 40 Melaksanakan Pemutakhiran NIR dan ZNT

41 Melaksanakan Pemutakhiran DBKB

42 Melaksanakan Penilaian Objek PBB Non Standar 43 Melaksanakan Perekaman Data ZNT dan DBKB baru

44 Mengusulkan SK Kakanwil Tentang Klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan.

45 Membuat Monografi

Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada pegawai pajak KPP Pratama pasar minggu sebanyak 50 Responden, berdasarkan rumus slovin yang penulis gunakan. Sebelum kuesioner disebar ke 39 Responden, peneliti melakukan try out terhadap 10 Responden dengan memberikan 34 Pertanyaan yang berasal dari 4 dimensi modernisasi perpajakan dan 1 dimensi pencairan tunggakan pajak. 4. Uji Validitas

Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel 0,2387 didapat dari jumlah kasus – 2, atau 34 – 2 = 32, dengan taraf signifikan 5 %, maka r tabel 0,2387. Suatu instrumen (setiap butir pertanyaan) dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dengan r tabel.

Berdasarkan hasil uji dimensi modernisasi perpajakan dan tingkat penerimaan pajak yang dilihat pada tabel tingkat kinerja diperoleh data bahwa, sebanyak dua belas pertanyaan tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu pada pernyataan 2, 7, 8, 11, 12, 13, 22, 23, 24, 29, 30, 34. dengan r hitung-.106,224,191, 225, 200, 054, 230, 020, 085, 142, 055, 184. Sedangkan berdasarkan tabel tingkat kepentingan diperoleh data bahwa, terdapat tujuh pernyataan yang tidak valid karena nilai r hitung < r tabel, yaitu pada nomor 9, 13, 14, 19, 29, 30, 33, dengan r hitung < -.005, 234, 216, 227, 055, 219, 155.

Tabel.4.1.

Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel kriteria

2 0.462 0.2387 VALID 3 0.259 0.2387 VALID 4 0.498 0.2387 VALID 5 0.275 0.2387 VALID 6 0.332 0.2387 VALID 7 0.399 0.2387 VALID 8 0.496 0.2387 VALID 9 -005 0.2387 TIDAK VALID 10 0.320 0.2387 VALID 11 0.454 0.2387 VALID 12 0.506 0.2387 VALID 13 0.234 0.2387 TIDAK VALID 14 0.216 0.2387 TIDAK VALID 15 0.238 0.2387 VALID 16 0.390 0.2387 VALID 17 0.269 0.2387 VALID 18 0.502 0.2387 VALID 19 0.227 0.2387 TIDAK VALID 20 0.352 0.2387 VALID 21 0.570 0.2387 VALID 22 0.278 0.2387 VALID 23 0.017 0.2387 VALID 24 0.282 0.2387 VALID 25 0.267 0.2387 VALID 26 0.346 0.2387 VALID 27 0.291 0.2387 VALID 28 0.264 0.2387 VALID 29 0.055 0.2387 TIDAK VALID 30 0.219 0.2387 TIDAK VALID 31 0.382 0.2387 VALID 32 0.238 0.2387 VALID 33 0.155 0.2387 TIDAK VALID 34 0.259 0.2387 VALID

Tabel.4.2.

Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel kriteria

1 0.309 0.2387 VALID 2 0.106 0.2387 TIDAK VALID 3 0.270 0.2387 VALID 4 0.232 0.2387 VALID 5 0.412 0.2387 VALID 6 0.576 0.2387 VALID 7 0.224 0.2387 TIDAKVALID 8 0.356 0.2387 VALID 9 191 0.2387 TIDAK VALID 10 0.233 0.2387 VALID 11 0.225 0.2387 TIDAK VALID 12 0.200 0.2387 TIDAK VALID 13 0.054 0.2387 TIDAK VALID 14 0.498 0.2387 VALID 15 0.366 0.2387 VALID 16 0.394 0.2387 VALID 17 0.419 0.2387 VALID 18 0.365 0.2387 VALID 19 0.294 0.2387 VALID 20 0.384 0.2387 VALID 21 0.342 0.2387 VALID 22 0.230 0.2387 TIDAK VALID 23 0.-020 0.2387 TIDAK VALID 24 0.-085 0.2387 TIDAK VALID 25 0.330 0.2387 VALID 26 0.420 0.2387 VALID 27 0.420 0.2387 VALID 28 0.335 0.2387 VALID 29 0.142 0.2387 TIDAK VALID 30 0.055 0.2387 TIDAK VALID 31 0.358 0.2387 VALID 32 0.310 0.2387 VALID 33 0.337 0.2387 VALID 34 0.184 0.2387 TIDAK VALID

5. Uji Reabilitas

Uji reabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan tingkat reabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan adalah dengan mengukur koefisiensi Cronbach’s alpha dengan bantuan program SPSS versi 12. nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pernyataan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,6 (Yarnest 2004:68).

Tabel.4.3.

Hasil Reabilitas Instrumen Efektivitas Penagiahn Aktif

Reliability Statistics ,775 34 Cronbach's Alpha N of Items Tabel.4.4.

Hasil Reabilitas Instrumen Pencairan Tunggakan Pajak

Reliability Statistics

,747 34

Cronbach's

Alpha N of Items

Terlihat dari uji validitas dan reabilitas, meskipun ada pernyataan yang hasilnya menunjukkan tidak valid, tetapi memiliki reabilitas yang cukup tinggi yaitu > 0,6, sehingga peneliti masih tetap menggunakan pernyataan yang hasilnya menunjukkan tidak valid dengan memperbaiki kalimat kuesioner tersebut.

Dalam penelitian ini, pegawai pajak diberikan 34 pernyataan yang terdiri dari dua dimensi yaitu: Pelaksanaan penagihan aktif dan tingkat pencairan tunggakan pajak. Pernyataan tersebut diisi dengan 2 kolom, yang pertama kolom yang berkaitan dengan tingkat efektivitas dan kedua berkaitan dengan tingkat kepentingan.

Setiap unsur pelaksanaan penagihan aktif dinilai berdasarkan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan yang diberi bobot nilai sehingga diperoleh angka yang menggambarkan pencairan tunggakan pajak, yaitu dengan menggunakan tingkat kesesuaian antara kedua variabel yang menjadi penentu urutan prioritas faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penagihan aktif. Hasil dari pernyataan tersebut akan digambarkan dalam diagram kartesius. Penulis akan menganalisis tanggapan dari 50 pegawai pajak yang menjadi responden pada KPP Pratama Bekasi Utara untuk masing-masing dimensi pelaksanaan penagihan aktif dan pencairan tunggakan pajak. C. Hasil Analisis

Analisis Tingkat efektivitas dan kepentingan berdasarkan hal penelitian terdapat 50 responden secara sampling, dihasilkan jawaban yang terangkum yang menujukan perpandingan antara efektivitas menurut pegawai pajak dengan tingkat kepentingan yang telah ditujukan oleh aparat pajak selama ini. Variable dimensi serta indikator yang aka digunakan untuk analisis ini, nampak dalam Tabel 4-3.

Secara keseluruhan hasil kuesioner dari wajib pajak KPP pasar minggu nampak sebagai berikut:

Tabel.4.5.

Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Penagihan Aktif

Penagihan Aktif 1

Surat teguran

dilayangkan pada wajib pajak sampai tanggal

jatuh tempo 27 14 9 0 0 218

2

Pengertian surat lain yang sejenis, meliputi surat atau bentuk lain yang fungsinya sama dengan surat teguran atau surat peringatan dalam upaya penagihan pajak sebelum surat

pakasa ditrbitkan 7 17 26 0 0 181

3

Surat teguran tidak perlu di terbitkan bila wajib pajak menyetujui pembayaran secara angsuran

38 10 2 0 0 236

4

Penerbitan surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak

melunasi utang pajak 32 12 6 0 0 226

5

Surat paksa diterbitkan bila penanggung pajak tidak bisa

melaksanakan

kewajiban olehkarna itu perlu penagihan seketika dan sekaligus

34 13 3 0 0 228

6

Surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagai mana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak 25 16 9 0 0 216 7 Pemberitahuan Surat paksa diterbitkan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan penyerahan salinan surat paksa kepada

penanggung pajak 8 28 14 0 0 194

8

Pemberitahuan surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan grosse akte, yaitu putusan pengadilan perdata yang telah

hukum tetap. 10

9 Pemberitahuan surat paksa kepa penanggung pajak dilaksanakan dengan cara

membacakan isi surat paksa dan kedua belah pihak mendatangi berita acara sebagai

pernyataan bahwa surat paksa telah diterbitkan

14 19 17 0 0 197

10 Penagihan seketika dan sekaligus penagihan pajak tampa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak

14 19 17 0 0 197

11 Penyitaan barang milik wajib sesuai dengan peraturan penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat setempat

37

11 2 0 0 235

12 Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada ditempat tingggal, tempat usaha,tempat kedudukan atau ditempat lain 37 11 2 0 0 235 13 Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang-barang milk penanggung pajak yang dapat berupa barang bergerak dan barang

tidak bergerak 40 7 3 0 0 237

14 Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: pakean dan tempat tidur berserta perlengkapannya yang digunakan oleh penangung pajak dan keluarga yang menjadi tunggakannya 22 17 11 0 0 211 15 Barang yang dikecualikan dari penyitaan persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu

memasak yang berada

dirumah 15

16 Barang yang dikecualikan dari penyitaan perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari Negara

18 17 15 0 0 203

17 Pengecualiaan barang sitaan adalah buku, jabatan atau pekerjaan wajib pajak. termasuk peralatan yang digunakan, pendidikan kebudayaan dan menuntut ilmu 14 21 15 0 0 199 18 Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan dalam keadaan jalan yang masi digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000.(dua puluh juta rupiah) 8 26 16 0 0 192 19 Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya

13

22 15 0 0 198

20 Ukuran penyitaan barang pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tampa melaksanakan penyitaan terhadap barang bergerak 29 15 6 0 0 223 21 Ukuran penyitaan

misalnya juru sita pajak tidak menjumpai barang bergerak yang dapat dijadikan obyek sita, atau barang bergerak yang dijumpainya tidak mempunyai nilai, atau harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya 19 22 Penyitaan tambahan barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak

40 8 2 0 0 238

23 Penjabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya

penagihan pajak dan

utang pajak 44 5 1 0 0 243

24 lelang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah

dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan

penjualan secara lelang terhadap barang yangdisita melalui kantor lelang.

39 11 0 0 0 239

25 Penjualan secara lelang yang telah disita dari wajib pajak tetap dilaksanakan bila belum melunasi biaya

penagihan pajak

33

10 7 0 0 226

26 Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang dilakukan wajib pajak belum memperoleh keputusan keberatan, lelang juga tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh wajib pajak.

20 21 8 1 0 218

27 Pejabat juru sita pajak tidak diperbolehkan untuk membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan ini berlaku juga terhadap isteri,

semenda dalam keturunan garis lurus,

serta anak angkat. 6

28 Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: uang tunai dan surat-surat berharga (deposito, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lain yang dipersamakan denga itu, obligasi, saham, pitang, penyertaan modal dan surat berharga lainnya

15 21 14 0 0 201

29 Pengecualian barang sitaan adalah yang mudah rusak dan cepat busuk

24 17 9 0 0 215

30 Tarif yang ditetapkan tidak menyimpang dari penentuan pajak yang berlaku 34 16 0 0 0 234 31 Dengan adanya penagihan aktif kepatuhan WP semakin meningkatkan

kewajiban pajaknya dan

kesadarannya. 45 5 0 0 0 245

32 Wajib pajak sudah mengetahui sejak awal seberapa besar wajib

pajak membayar pajak. 33 17 0 0 0 233

33 Prosedur pembayaran pajak menjadi lebih mudah dari sebelumnya karna mekanisme dan

peraturannya. 37 12 1 0 0 236

34 Pegawai pajak

mengetahui secara pasti jumlah wajib pajak setiap rentan waktu satu tahun.

30

18 2 0 0 228

Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Pencairan Tunggakan Pajak No Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penagihan Aktif Sangat Pentin g Pentin g Cukup Pentin g Kurang Penting Tidak Penting Nilai 1

Surat teguran dilayangkan pada wajib pajak sampai

tanggal jatuh tempo 29 19 2 0 0 277

2

Pengertian surat lain yang sejenis, meliputi surat atau bentuk lain yang fungsinya sama dengan surat teguran atau surat peringatan dalam upaya penagihan pajak sebelum surat pakasa

ditrbitkan 11 25 14 0 0 197

3

Surat teguran tidak perlu di terbitkan bila wajib pajak menyetujui pembayaran

secara angsuran 36 9 5 0 0 231

4

Penerbitan surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak

melunasi utang pajak 35 13 2 0 0 233

5

Surat paksa diterbitkan bila penanggung pajak tidak bisa melaksanakan kewajiban olehkarna itu perlu penagihan seketika dan

sekaligus 39 9 1 1 1 236

6

Surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagai mana tercantum dalam keputusan

persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran

pajak 27 18 5 0 0 222

7

Pemberitahuan Surat paksa diterbitkan oleh juru sita pajak dengan pernyataan dan penyerahan salinan surat paksa kepada

penanggung pajak 16 22 12 0 0 204

8

Pemberitahuan surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan grosse akte, yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap. 11 27 12 0 0 199

Pemberitahuan surat paksa kepa penanggung pajak

9 dilaksanakan dengan cara membacakan isi surat paksa dan kedua belah pihak mendatangi berita acara sebagai pernyataan bahwa surat paksa telah diterbitkan 10

Penagihan seketika dan sekaligus penagihan pajak tampa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa

pajak dan tahun pajak 22 19 7 2 2 211

11

Penyitaan barang milik wajib sesuai dengan peraturan penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat

setempat 36 9 5 0 0 231

12

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada ditempat tingggal, tempat usaha,tempat kedudukan atau ditempat

lain 31 17 2 0 0 229

13

Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang-barang milk penanggung pajak yang dapat berupa barang bergerak dan barang tidak

bergerak 35 14 1 0 0 234

14

Barang sitaan yang

dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: pakean dan tempat tidur berserta perlengkapannya yang digunakan oleh penangung pajak dan keluarga yang

menjadi tunggakannya 14 29 7 0 0 207

15

Barang yang dikecualikan dari penyitaan persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan berserta peralatan memasak

yang berada dirumah 15 28 7 0 0 208

16 Barang yang dikecualikan dari penyitaan perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang

diperoleh dari Negara 18 21 11 0 0 207

17

Pengecualiaan barang sitaan adalah buku, jabatan atau pekerjaan wajib pajak.

digunakan, pendidikan kebudayaan dan menuntut ilmu

18

Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan dalam keadaan jalan yang masi digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000.(dua puluh juta

rupiah) 10 33 7 0 0 203

19

Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang

menjadi tanggungannya 14 27 9 0 0 205

20

Ukuran penyitaan barang pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tampa

melaksanakan penyitaan

terhadap barang bergerak 30 14 6 0 0 224

21

Ukuran penyitaan dalam keadaan tertentu, misalnya juru sita pajak tidak menjumpai barang bergerak yang dapat dijadikan obyek sita, atau barang bergerak yang dijumpainya tidak mempunyai nilai, atau harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan

utang pajaknya 23 13 14 0 0 209

22

Penyitaan tambahan barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang

pajak 39 8 3 0 0 236

23

Penjabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang

pajak 41 8 1 0 0 240

24

lelang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah

pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yangdisita melalui kantor lelang.

25

Penjualan secara lelang yang telah disita dari wajib pajak tetap dilaksanakan bila belum melunasi biaya

penagihan pajak 31 13 6 0 0 225

26

Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang dilakukan wajib pajak belum memperoleh keputusan keberatan, lelang juga tetap dapat dilaksanakan tanpa

dihadiri oleh wajib pajak. 25 13 12 0 0 213

27

Pejabat juru sita pajak tidak diperbolehkan untuk membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan ini berlaku juga terhadap isteri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak

angkat. 10 15 24 1 1 182

28

Barang sitaan yang

dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: uang tunai dan surat-surat berharga (deposito, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lain yang dipersamakan denga itu, obligasi, saham, pitang, penyertaan modal dan surat

berharga lainnya 17 26 7 0 0 210

29

Pengecualian barang sitaan adalah yang mudah rusak

dan cepat busuk 28 17 5 0 0 240

30

Tarif yang ditetapkan tidak menyimpang dari penentuan

pajak yang berlaku 40 19 1 0 0 239

31

Dengan adanya penagihan aktif kepatuhan WP semakin meningkatkan kewajiban

pajaknya dan kesadarannya. 42 5 3 0 0 239

32

Wajib pajak sudah mengetahui sejak awal seberapa besar wajib pajak

33

Prosedur pembayaran pajak menjadi lebih mudah dari sebelumnya karna mekanisme dan

peraturannya. 41 9 0 0 0 241

34

Pegawai pajak mengetahui secara pasti jumlah wajib pajak setiap rentan waktu

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan tingkat evektivitas menujukan pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan Pajak Pratama

Dokumen terkait