• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak di kantor pelayanan pajak Pasar Minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak di kantor pelayanan pajak Pasar Minggu"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF DALAM PENCAIRAN

TUNGGAKAN PAJAK PADA KPP PASAR MINGGU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

PITNAWATI

NIM: 204082002365

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM. Rahmawati, S. E., MM.

NIP: 130 676 334 NIP: 150 377 441

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Hari ini Rabu Tanggal dua puluh Sembilan Bulan April Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Pitnawati:104082002780 dengan Judul Skripsi

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF, DAM PENCAIRAN

TUNGGAKAN PAJAK”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat unruk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta.

Jakarta,29 April 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Abdul Hamid Cebba. Ak., MBA Yesi Fitri, SE., AK., M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.

(3)

Hari ini Senin Tanggal dua puluh Dua Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Sekripsi atas nama Pitnawati:104082002780 dengan Judul Skripsi “EFEKTIVITAS

PELAKSANAAN PENAGIHAN AKTIF, DAM PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK”.

Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat unruk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta.

Jakarta,22 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

DR. Yahya Hamja, MM Rahmawati, SE,MM

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pitnawati

Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 14 Juli 1986

Alamat : KP. Lemahduhur, RT/RW 03/06 Kel/Ds Sukajembar, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, 43264.

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Nama Orang Tua

Ayah : M. Mahpudin

Ibu : Zubaedah

Motto Hidup : Hidup adalah perjuangan tanpa henti untuk meraih prestasi dijalan Illahi.

Pendidikan:

1. SD Negeri III Sukajembar 1992/1998. 2. SMP Negeri II Sukanagara 1998/2001. 3. MAK Miftahul Huda Sukabumi 2001/2004.

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi Tahun 2004/2009.

Pengalaman Organisasi:

1. Divisi Kerohanian BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta, Tahun 2004/2006

2. Divisi Kerohanian BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta, Tahun 2006/2007

(5)

ABSTRAK

The purpose of the research is to analyze effeetiveness laf luence recovery Aktif interior liquidity unpaid tax and see pactor the influence liquidity arrears tax service office pratama, north pasar minggu.

This research used qualitative descriptive metodwith “Importance and performance analiysis”. It’s analized the level of performance and importance that world be resulting the kartesius diagram data about the factor liquidity unpaid tax the data resulted by sprea ding questioner toward tax employee, of tax service office prtama, north pasar minggu. The result of questioner shows that the answer with level of appropriateness between performance and importance is 97,74% tax revenues is very high. It means that revenue tax in tax service office pratam pasarminggu. Offective because it appropriate with tax service office pratam, pasar minggu. Lafluence recovery aktif tax show that 87%modern tax which offer to tax payer effective.

Keyword: Recovery Aktif, Liqudity Unpaid tax.

(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar minggu Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan “Importance and performance analysis” yaitu analisis tingkat kepentingan dan kinerja, yang akan menghasilkan data dalam diagram kartesius tentang faktor yang mempengaruhi Pencairan Tunggakan Pajak. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner terhadap 50 Pegawai Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar minggu Jakarta selatan.

Hasil kuesioner menunjukan jawaban dengan tingkat kesesuaian antara kinerja dengan kepentingan sebesar 97.74% penerimaan pajak sangat tinggi. Hal ini berarti penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar minggu Jakarta Selatan. Pelaksanaan Penagihan Aktif telah berjalan dengan baik yaitu sebesar 87% responden telah menyatakan telah efektif.

(7)

KATA PENGANTAR

Subhanallah, walham dulillah, wa laillahaillahu Allahu Akbar.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT. Kepada-nya kita memohon pertolongan dan pengampunan. Kepada-nya kita berlindung dari kejahatan diri kita dan keburukan perilaku kita. Kepada-nya pula kita wajib bersyukur atas rahmat dan karunianya, semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah-nya, sehingga kita tertolong orang-orang yang berada pada jalan yang benar.

Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salahsatu dari banyaknya nikmat yang telah Allah SWT berikan. Skripsi ini di susun dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana Ekonomi jengjang pendidikan Strata satu program studi Akuntansi pada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran, materi, hingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karma itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepad:

(8)

menyelesaikan studi di UIN. Semoga lelah dan letih dengan bercucuran keringat memperoleh Rizki demi keberlangsungan studi penulis. Semoga Allah SWT. Mencatat pengorbanan itu sebagai ibadah dan penembus dosa.

2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku Dosen pembingbing 1 yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Rahmawati SE., MM, selaku dosen pembimbing II terima kasih atas segala motovasi dan perbaikan demi kelancaran skripsi ini semoga ilmu yang telah ibu berikan menjadi ilmu yang bermanfaat.

4. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA selaku ketu jurusan Akuntansi UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

6. Bapak Amilin SE., AK., M. Si selaku sekertaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan segenap Ilmunya.

8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Sahabat-sahabat terbaiku angkatan 2004 Akuntansi B dan A yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(9)

11. Aa tercinta (Arif). Tak terasa separuh waktu dari perjalanan penulis menyelesaikan studi, aa dengan setia ada disamping pennulis, baik suka maupun duka. Kehadiran aa menjadi bukti betapa Allah SWT. Sangat menyayangi penulis. Aa menjadi sarana motivator terbesar dari Allah SWT sehingga penulis bangkit untuk menyelesaikan studi. Makasi hari-harinya dari detik, menit, jam, hari, minggu, bahkan berbulan-bula, aa telah membuka senyum di hati penulis untuk senantiasa tegar dan kuat dalam menghadapi hidup. Kasih sayang aa telah mengisi kekosongan hati. Afwan jiddan…..ya…..aa jika dihadapan Allah SWT. Tidak bisa membalas kebaikan yang telah aa berikan. Hanya doa yang bisa penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang maha besar, maha melihat, maha mendengar, dan maha berkuasa. Semoga waktu, tenaga, pikiran, serta alunan roda motornya, menjadi saksi bahwa aa telah membantu penulis dan semoga Allah SWT. Mencatat semua pengorbanan itu sebagai amal sholeh dan menjadikannya sebagai ibadah yang di lakukan semata-mata karna Allah SWT. Amiien…..

Meskipun peneliti telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karna itu, saran dan keritik untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, peneliti ingin mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian di Indonesia dengan harapan akan bermanfaat bagi kita semua Amin.

Jakarta, Juli 2009

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBINGBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…. ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…. ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

1. Pengertian Efektivitas... 5

B. Pengertian Pajak.. ... 5

C. Pengertian Utang Pajak ... 6

D. Pengertian Tunggakan ... 6

E. Pengertian Penagihan Pajak, Penagihan Aktif dan Penagihan Pasif ... 6

K. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak ...10

L. Daluwarsa Penagihan Pajak ...11

M. Beberapa Aspek Penting Tindakan Penagihan Aktif ...12

1. Surat teguran ...12

2. Surat Paksa ...13

3. Penagihan Seketika dan Sekaligus ...14

4. Penyitaan ...15

5. Lelang ...17

N. Standar Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Pajak ...18

O. Penelitian Sebelumnya...19

P. Kerangka Berfikir ...22

(11)

A. Rancangan Penelitian ...23

B. Metode Pemilihan Sampel ...23

C. Metode Pengumpulan Data...23

1. Penelitian Pustaka ...23

2. Penelitian Lapangan ...24

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data ...24

1. Metode Analisis ...24

2. Teknik Pengolahan Data Penelitian ...25

3. Analisis Data Hasil Penelitian ...26

E. Penilaian Tingkat Penerimaan Pajak ...31

F. Penilaian Efektivitas Modernisasi Perpajakan ...32

G. Variabel dan Pengukurannya ...32

BAB 1V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...37

1. Sejarah KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu ...37

2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi ...37

3. Kedudukan dan Tugas Pokok ...38

4. Struktur Organisas ...40

5. Kegiatan ...43

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...46

1. Uji Validitas ...45

2. Uji Reabilitas ...49

3. Analisis Importance and Performance Scale ...49

C. Hasil Analisis ...50

D. Diagram Kartesius ...66

E. Penilaian Tingkat Penerimaan Pajak ...72

F. Penilaian Efektivitas pelaksanaan penagihan aktif ...72

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan…...74

B. Implikasi...75

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ………..……..22

Gambar 3.1 Diagram Kartesius……….…30

Gambar 4.1 Stuktur Organisasi KPP Pasar Minggu………..43

Gambar 4.2 Diagram Kartesius………..66

Gambar 4.3 Tingkat Penerimaan Pajak………..……72

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Korelasi 26

Tabel 3.2 Pengukuran Tingkat Kinerja Pelaksanaan Penagihan Aktif 27 Tabel 3.3 Pengukuran Tingkat Kepentingan Pencairan Tunggakan Pajak 27 Tabel 3.4 Pengukuran Tingkat Kesesuaian 28

Tabel 3.5 Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak 31

Tabel 3.6 Tingkat Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif 32 Tabel 3.7 Operasional Variabel 33

Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif 47 Tabel 4.2 Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak 48 Tabel 4.3 Hasil Reabilitas Instrumen Efektivitas Penagiahn Aktif 49 Tabel 4.4 Hasil Reabilitas Instrumen Pencairan Tunggakan Pajak 49

Tabel 4.5 Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Penagihan Aktif 51

Tabel 4.6 Penilaian Tingkat Kepentingan Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Pencairan Tunggakan Pajak 56

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

D. Latar belakang penelitian

Sebagai sebuah Negara yang sedang berkembang, Indonesia terus melakukan pembangunaan diberbagai bidang. Seiring dengan gerak cepat arus globalisasi yang terjadi dewasa ini, diperlukan pembangunaan berbagai sarana dan prasarana guna mendukung peningkatan aktivitas perekonomian dan investasi, pengembangan sumberdaya manusia yang handal, dan kemajuan teknologi yang kompetitif.

Dalam rangka membiayai penyelenggaraan pembangunaan nasional sebagai mana tersebut diatas, dibutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang tidak sedikit, dengan semakin berkurangnya peranaan penerimaan dari sektor minyak dan gas bumi, diperlukan sumber pembiayaan lain yang secara dinamis mampu mendukung pembiayaan nasional, baik dalam jangka pendek, maupun dalam jangka panjang. Dari waktu kewaktu Penerimaan Negara disektor pajak dari waktu-kewaktu menujukan peranaan yang semakin dominaan dalam upaya mendukung pembayaaran pembangunaan nasional.

(16)

utama ketidak patuhan wajib pajak. Untuk itu diperlukan suatu tindakan dari aparatur perpajakan untuk melakukan pencairan tunggakan yang terjadi.

Tindakan yang dimakasud adalah penagihan pajak yang terdiri dari serangkaiaan tindakasn yang dilaksanakan oleh aparatur perpajakan dalam rangka mencairkan tunggakan pajak yang terjadi. Tindakan penagihan ini dimulai dengan penerbitan surat teguran yang berfungsi untuk memperingatkan wajib pajak agar segera melunasi utang pajaknya yang telah lewat jatuh tempo. Apabila pernyataan ini tidak juga diindahkan oleh wajib pajak, pajak yang terutang ditagih dengan surat paksa dan dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan barang-barang untuk wajib pajak atau penanggung pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa sesuai UUD Nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa, sebagai ujud dari penagihan Aktif dapat digunakan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan PBB. Hal ini dimaksudkan sebagai ujud pengenaan sanksi secara tegas kepada penanggung pajak yang dari tahun ketahun selalu meningkat baik jumlah nominal tunggakan maupun jumlah wajib pajak.

Apabila masyarakat dalam hal ini wajib pajak melakukan kesalahan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, maka direktorat jendral pajak dapat melakukan

(17)

dapat disimpulkan bahwa tindakan penagihan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini direktorat jendral pajak untuk melakukan law Enforcement terhadap wajib pajak yang lalai untuk memenuhi semua kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan uraian diatas penulis menuangkan masalah tersebut didalam bentuk skripsi dengan judul”Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif dalam Pencairan Tunggakan Pajak

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak, pada kantor pelayanaan pajak pasar minggu?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan tunggakan pajak dalam pelaksanaan penagihan aktif pada kantor pelayanaan pajak pasar minggu.

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan pajak pasar minggu.

(18)

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak.

b. Bagi Kantor Pelayanaan Pajak Pasar Minggu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan penagihan aktif terhadap pencairan tunggakan pajak.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

Q. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Menurut (Mardiasmo,2004:132) medefinisikan efektivitas adalah:

“pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan ( Spending wisely) Indikator efektivitas menggambarkan jangkauana akibata dan dampak (outcome) dari keliaran (output) program dalam mencapai tujuan program semakian besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efevektif proses kerja suatu organisasi”.

Menurut (N. Anthony, 2004:14) mendefinisikan efektivitas:

“Efektivitas adalah hubungan antar output yang dihasilkan oleh pusat pertanggung jawaban dengan tujuan jangka pendek (objektivitas), semakin besar output yang dikontribusikan terhadap jangka pendek perusahaan, maka semakin efektiflah unit tersebut “.

Dengan demikian efektivitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk mencapai tujuan perusahaa.

R. Pengertian Pajak

Definisi atau pengertian pajak sangat beragam, salahsatunya adalah pengertian pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam Wirawan B ILys.dan Richard Burton. “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut penguasa berdasarkan

norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro sebagai berikut:

(20)

Definisi pajak yang dikemukakan oleh Djaja Diningrat sebagai berkut:

"Pajak adalah sebagai suatu kewajiban penyerahaan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagian hukum, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa tmbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. (Siti Resmi 2008:1)

S. Pengertian Utang Pajak

Sebagaimana dimaksud dalam UUD Nomor. 19 tahun 2000 tentang perubahan atas UUD Nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak Dengan surat paksa disebutkan bahwa:

“Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat ketetapan surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

T. Pengertian Tunggakan

Istilah tunggakan seringkali digunakan dalam bidang perpajakan untuk mendefinisikan jumlah utang pajak yang belum atau tidak dilunasi sampai dengan tanggal jatuh tempo sebagai mana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP).Sedangkan pengertian secara istilah dapat dijumpai dalam kamus besar bahasa Indonesia, terbitan Balai pustaka tahun 20002 tunggakan didefinisikan sebagai “angsuran (pajak) yang belum dibayar.

U. Pengertian Penagihan Pajak, Penagihan Aktif dan Penagihan Pasif.

(21)

“penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyan deraan, menjuwal barang yang telah disita”

Sementara itu menurut Dra. Erly Suwandy. Dalam bukunya “ILmu Hukum pajak” Pengertian penagihan sebagai dimaksud diatas merupakan pengertian penagihan aktif. Dalam bukunya ia membedakan penagihan menjadi 2. Kelompok: penagihan aktif dan penagihan pasif. Pengertian penagihan pasif adalah.

“dilakukan dengan menggunakan surat tagihan pajak (STP), surat ketetapan pajak kurang Bayar (SKPKB) surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, surat keputusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang menjadi lebih besar.

Ditambahkannya pula bahwa tindakan penagihan aktif merupakan tindakan lanjut dari pelaksanaan tindakan lanjut dari pelaksanaan tindakan penagihan pasif. Surat teguran sebagi awal tindakan penagihan aktif diterbitkan apabila jumlah utang pajak yang terutang dalam ketetapan pajak diatas tidak dilunasi sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

V. Pengertian pejabat

(22)

Pengertian pejabat sebagai mana dimaksud dalam pasal 1 UUD Nomor 19 tahun 2000 tentang perubahan atas UUD nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa adalah:

Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan jurusita pajak, menerbitan surat perintah seketika dan sekaligus, surat paksa surat perintah melaksanakan penyitaan, surat penjabutan sita, pengumuman lelang, surat penentuan limit, pembuwatan lelang, surat perintah penyanderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagai atau seluruh utang pajak menurut UUD dan peraturan daerah.

W. Pengertian Juru Sita Pajak

Berbeda dengan pejabat. Jurusita pajak adalah pelaksanaan lapangan tindakan penagihan pajak, UUD No. 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa memberikan pengertian jurusita pajak sebagai berikut: juru sita pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuwan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.

Menurut pasal 5 ayat 1 UUD No. 19 tahun 2000. juru sita pajak bertugas: a. Melakukan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus

b. Memberitahukan surat paksa

c. Melaksanakan penyitaan barang penanggung pajak berdasarksn surat perintah melaksanakan penyitaan

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan

(23)

Pasal 1 UUD Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan keduwa atas UUD Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan memberikan definisi wajib pajak sebagi berikut: “wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peratran perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Y. Pengertian Penanggung Pajak

Pasal 1 UUD Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan tentang kedua atas UUD Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan memberikan definisi penanggung pajak sebagai berikut:

“penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggunga jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalan kan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan peraturan per Undang-undangan perpajakan.

Berikut ini termasuk dalam katagori penanggung pajak. Kepada pihak-pihak di bawah ini tindakan penagihan pajak dapat dilaksanakan.

a. Orang Pribadi

1) Para ahli waris, adalah hal wajib pajak telah meninggal dunia dan warisan belum dibagi

2) Wali atau pengampu, dalam ahli waris belum dewasa b. Badan

1) perseroan terbatas: Direksi, komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan perseroan.

(24)

3) U ntuk badan usaha lainya seperti firma perseroan komonditer: direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas perusaan dimaksud

4) Untuk yayasan: ketua, atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan dimaksud

Z. Dasar Hukum Penagihan pajak

1. UUD Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan ketiga Atas UUD Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

2. UUD Nomor 19 tahun 2000 tentang perubahan atas UUD Nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa

3. Keputusan Menteri keuangan No 562/KMK. 04/2000 ditetapkan tanggal 26 Desember 2000 tentang syarat-syarat tata cara pengangkatan dan pemberhentian juru sita pajak

4. Keputusan Menteri keuangan nomor: 561/KMK. 04/2000 tentang tata cara pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus dan pelaksanaan surat paksa

5. Keputusan Menteri keuangan nomor:147/KMK. 04/1998 sebagai mana telah diubah dengan keputusan Mentri keuangan 21/KMK. 01/1999 tentang menunjukan pejabat untuk penagihan pajak pusat, tata cara dan jadwal waktu pelaksanaan penagihan pajak 6. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 135 tahun 2000 tentang tata cara

penyitaan dalam rangka penagihan pajak dengan surat pak

(25)

Ketentuan mengenai jadwal waktu pelaksanaan penagihan pajak diatur dalam keputusan Menteri keuangan No: 147/KMK. 04/1998 tentang menujukan pejabaat untuk penagihan pajak pusat, tata cara dan jadwal waktu pelaksanaan penagihan pajak. Ketentuan ini mengenai hal yang sama juga diatur dalam surat edaran dirjen pajak No. SE-13/ PJ.75/1998. tanggal 20-11-1998.

Secara garis besar pelaksanaan penagihan pajak diatur sebagai berikut

1) Tindakan pelaksanaan penagihan diawali dengan penerbitan surat teguran,

surat peringatan atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa yang ditujukan oleh pejabat tersebut setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran

2) Surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya

3) Apabila jumlah utang pajak yang masih harus di bayar tidak dilunasi oleh

penanggung pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak di terbitkannya surat teguran pejabat segera menerbitkan surat paksa.

4) Apabila jumlah utang pajak yang masi harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak surat paksa diberitahukan kepadanya pejabat segera menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan.

5) Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masi harus dibayar, tidak dilunasi oleh penanggung jawab setelah lewat waktu 14 hari sejak

tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang. 6) Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masi harus dibayar,

(26)

tanggal pengumuman leag, pejabat segera melakukan penjuwalan barang sitaan milik penanggung pajak melalui kantor lelang.

BB. Daluwarsa Penagihan Pajak

Sebagai mana dijelaskan diatas tindakan penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Namun demikian, hak untuk melakukan penagihan pajak ini dibatasi sampai 10 tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 22 nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan ketiga Atas UUD nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Ketentuan mengenai daluwarsa penagihan pajak ini dimaksud kan untuk memberikan kepastian hukum kapan suatu utang pajak tidak dapat ditagih lagi.

(27)

CC. Beberapa Aspek Penting Tindakan Penagihan Aktif

6. Surat teguran

a. Surat teguran, surat peringatan atau surat lainnya sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.

b. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

c. Pengertian surat lain yang sejenis, meliputi surat atau bentuk lain yang fungsinya sama dengan surat teguran atau surat peringatan dalam upaya penaguhan pajak sebelum surat paksa diterbitkan.

d. Surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetuju untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.

7. Surat Paksa

a. Penerbitan surat paksa

Surat paksa diterbitkan apabila:

1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis

2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus

3) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagai mana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak

(28)

1) Surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak dengan pernyataan dan penyerahan salinan surat paksa kepada penanggung pajak.

2) Mengingat surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan grosse akte, yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka pemberitahuan kepada penanggung pajak dilaksanakan dengan cara membacakan isi surat paksa dan keduwa belah pihak mendatangi berita acara sebagai pernyataan bahwa surat paksa telah diberitahukan.

8. Penagihan Seketika dan Sekaligus

Pengertian penagihan seketika dan sekaligus adalah penagihan pajak tampa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak. Jurusita pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tampa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus yang diterbitkan oleh pejabat apabila:

a. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya atau berniat untuk itu.

b. Penanggung pajak memindah tangankan barang yang dimiliki atau dikuwasai dalam rangka memberhentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia.

(29)

perusahaan yang dimiliki atau dikuwasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainya

d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara atau

e. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. Penyampean surat perintah penagihan seketika dan sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak.

9. Penyitaan

a. Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakanoleh juru sita pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat

b. Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditempat lain termasuk yang termasuk penguasanya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu.

c. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang-barang milik penanggung pajak yang dapat berupa:

1) Barang bergerak, termasuk mobil, perusaan, uang tunai dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk yang disamakan dengan itu, obligasi saham atau surat berharga lainya, piutang dan penyerahan modal pada perusaan lain, dan atau

(30)

d. Barang yang dikecuwalikan dari penyitaan:

1) Pakean dan tempat tidur berserta perlengkapannya yang digunaka oleh penanggung pajak dan keliwarga yang menjadi tunggakannya.

2) Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.

3) Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari Negara.

4) Buku-buku yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan.

5) Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

6) Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

e. Ukuran penyitaan barang

1) Pada dasarnya penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tanpa melaksanakan penyitaan terhadap barang bergerak.

(31)

dijumpainya tidak mempunyai nilai, atau harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya.

f. Penyitaan tambahan

1) Barang yang disita nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak.

2) Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak.

g. Pencabutan sita

Pencabutan sita dilaksanakan apbila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.

10. Lelang

a. Apabila lelang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang.

b. Sekalipun penanggung pajak telah melunasi utang pajak tetapi belum melunasi biaya penagihan pajak, penjualan secara lelang terhadap barang yang telah disita tetap dapat dilaksanakan.

(32)

d. Pejabat juru sita pajak tidak diperbolehkan untuk membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan ini berlaku juga terhadap isteri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat.

e. Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa:

1) Uang tunai dan surat-surat berharga (deposito, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, piutang, penyertaan modal dan surat berharga lainnya.

2) Barang yang mudah rusak atau cepat busuk. f. Pelunasan dari barang yang dijual tidak secara langsung

Apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak setelah 14 (empat belas) hari sejak penyitaan barang yang penjualannya dikecualikan dari penjualan secara lelang,: pejabat segera menggunakan, menjual, dan atau memindah bukukan barang sitaan untuk pelunasan biaya penagihan pajak dan utang pajak. Yang dimaksud lelang “menggunakan” adalah menyetor ke kas Negara atau ke kas daerah.

DD. Standar Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Pajak

Selain pencapaian target, pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan pada setiap awal tahun, keberhasilan pelaksanaan tindakan penagihan ditentukan pula oleh seberapa besar penycapaian terhadap standar prestasi yang telah ditetapkan. Standar prestasi ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman secara

(33)

Standar prestasi pelaksanaan kegiatan penagihan pajak tahun 2004 sebagsi mana dimaksud dalam surat edaran direktur jendral pajak No: SE-02/PJ.75/2004 tentang kebijakan penagihan pajak tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1) Penyampean surat paksa: 12 SP per juru sita per bulan SPMP 2) Penyampean SPMP: 3 SPMP per juru sita per bulan.

3) pelaksanaan lelang:1 lelang per tri wulan per tri wulan per KPP.

EE. Penelitian Sebelumnya

a. Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan dalam Penerimaan Pajak Pada KPP Bekasi Utara.

Eka Putri Rahmawati dalam skripsinya untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, malakukan penelitian pada tahun 2008 mengenai Analisis Efektivitas Modernisasi Perpajakan dalam Penerimaan Pajak. Penelitian dilakukan dengan metode survey, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari 39 responden yang menggunakan pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak Bekasi Utara , berkesimpulan bahwa efektifitas menujukan modernisasi perpajakan dalam penerimaan pajak pada kantor pelayanan pajak bekasi utara efektif. Hasil diagram kartesius menunjukkan indikator kualitas pelayanan yang berada pada kuadran A ada 5 faktor, Kuadran B ada 16 faktor, kuadran C ada 13 faktor, kuadran D ada 1 faktor.

(34)

pratama bekasi utara. tahun 2008 sedangkan penelitian ini meneliti efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan Pajak pratama Jakarta pasar minggu selatan pada tahun 2009 b. Reformasi Perpajakan: Menuju Sistem Administrasi Perpajakan yang Menopang

Penerimaan Pajak

Penelitian Tedy Iswahyudi yang ada pada jurnal perpajakan Indonesia Vol.4 No.8, Mei 2005 hal 24-28, berkesimpulan bahwa langkah reformasi terhadap sistem administrasi perpajakan layak disebut sebagai langkah strategis. Karena langkah ini diharapkan mampu menjawab tuntutan perkembangan di era teknologi informasi dalam jangka menengah dan mampu menjembatani kesenjangan antara pemenuhan kewajiban perpajakan para Wajib Pajak dengan realisasi penerimaan pajak yang diharapkan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya hanya membahas masalah sistem administrasi perpajakan untuk menopang penerimaan pajak dalam kajian teori, sedangkan penelitian ini mencari seberapa efektifnya Pelaksanaan penagihan aktif untuk meningkatkan pencairan tunggakan pajak dengan menggunakan analisa kuadran.

c. Analisis Efektivitas Kinerja Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepuasan Wajib Pajak pada KPP Madya Jakarta Pusat

(35)

Modern terhadap kepuasan Wajib Pajak. Penelitian dilakukan dengan metode survey, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dari 67 responden yang menggunakan pelayanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat, berkesimpulan bahwa kinerja untuk pelayanan sesuai dengan tingkat kepentingan Wajib Pajak sehingga menimbulkan kepuasan Wajib Pajak. Hasil diagram kartesius menunjukkan indikator kualitas pelayanan yang berada pada kuadran A ada 11 faktor, Kuadran B ada 11 faktor, kuadran C ada 4 faktor, kuadran D ada 1 faktor.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objek serta tahun penelitian, penelitian sebelumnya meneliti efektivitas kinerja pelayanan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepuasan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat pada tahun 2007 sedangkan penelitian ini meneliti efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pajak pada Kantor pelayanan Pajak pratama Jakarta pasar minggu selatan pada tahun 2009.

CC.Kerangka Berfikir

Pajak merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara. Untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak ini tidak mudah, dikarenakan wajib pajak akan selalu melihat bagaimana pelayanan yang dilakukan pemerintah khususnya kantor pajak ini dalam memenuhi kebutuhan mereka.

(36)

analisis pengaruh penagihan aktif dalam pelaksanaan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak.

Kerangka berfikir ini dapat dituangkan dalam suatu bentuk model penelitian sebagai b

Gambar 2.I

Kerangka Pemikiran

KPP Pasar Minggu

Tingkat Kinerja (X) Tingkat Kepentingan (Y)

Penagihan Aktif

Anlisis Kuadran

Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif(Sangat Efektif, Efektif, Cukup

Efektif,Tidak Efektif

Tingkat Pencairan Tunggakan Pajk (Sanat Tinggi, Tinggi,Cukup

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

H. Rancangan Penelitian

Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar minggu yang berlokasi di Jl. TB.Simatupang No. 39 Jakarta Selatan 12510. Telp.: 021-78842674, 7816131-34, Fax.: 021-78842440. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dalam pencairan tunggakan pada kantor pelayanaan Pajak (KPP) Pasar Minggu.

I.Metode Pemilihan Sampel

Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi (population element),. Masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang menggunakan metode survei sebagai teknik pengumpulan data (Indriantoro,Nur dan Bambang, 2002:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Penelitian Pustaka

(38)

masalah yang sedang diteliti yang berasal dari buku, jurnal, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan a. Observasi

Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar minggu untuk mengadakan pengamatan dan pengambilan data objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Indriantoro, Nur dan Bambang, 2002: 152). Penulis melakukan wawancara dengan petugas yang terkait secara langsung. Penulis mewawancarai pegawai pajak dengan tujuan untuk menyaring dan menggali informasi yang diperlukan dalam penelitian.

c. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan peneliti yaitu untuk mendapatkan data yang diperlukan yang berasal dari pegawai pajak pada KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data

1. Metode Analisis

(39)

2. Teknik Pengolahan Data Penelitian

Dalam melakukan pengujian pada penelitian ini. Ada beberapa tahapan yang dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Untuk tahap awal terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen penelitian yaitu angket (kuesioner) yang akan disebarkan kepada responden. Tujuannya agar angket tersebut dapat dijadikan instrumen yang akan tepat atau layak untuk pengukuran dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan:

a. Uji Validitas

Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain instrumen tersebut dapat mengukur construct

sesuai dengan yang diharapakan oleh peneliti. Pendeketan yang digunakan dalam penelitian ini adalah construct validity yaitu untuk mengukur construct tertentu, yang artinya apakah suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan (Indriantoro, Nur dan Bambang, 2002: 183). Pendekatan ini bertujuan menghindari adanya judgment subyektif dari seseorang dan pernyataan yang ada di dalam instrumen penelitian diketahui benar konsisten internal. Suatu instrumen (setiap butir pernyataan) dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r kritis. Untuk menentukan r hitung didapatkan dari perhitungan dengan rumus teknik korelasi Produck Moment dengan menggunakan SPSS 12, dan menentukan r tabel dengan menggunakan tabel angka kritis nilai r. b. Uji Reabilitas

(40)

2004:339). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alpha Cronbach karena menggunakan jenis data likert/essay. Teknik ini dapat menafsirkan korelasi antara skala diukur dengan variabel yang ada.

Peneliti menggunakan bantuan SPSS 12 dalam menghitung Alpha Cornbach, untuk menginterpretasikan nilai Alpha yang diperoleh, digunakan kriteria korelasi yaitu :

Tabel.3.1. Kriteria Korelasi

< 0,200 = Tidak ada korelasi 0,200 – 0,399 = Korelasi rendah

0,400 – 0,599 = Korelasi cukup 0,600 – 0,799 = Korelasi tinggi

0,800 – 1, 00 = Korelasi sangat tinggi Sumber: Nurgiyantoro (2004:339)

4. Analisis Data Hasil Penelitian

Teknis pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif, karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara modernisasi perpajakan dengan penerimaan pajak, dengan menggunakan metode “importance performance analisis” berdasarkan rumus John A. Martilla dan Jhon C. James dari Philip Kotler 1997:481 (Supranto, 2001:239-240).

(41)

Tabel.3.2.

Pengukuran Tingkat Kinerja Modernisasi Perpajakan

Kriteria Bobot

Sangat Baik (SB) 5

Baik (B) 4

Cukup Baik (CB) 3

Kurang Baik (KB) 2

Tidak Baik (TB) 1

Sumber: Supranto (2001:239-240)

Sedangkan untuk tingkat kepentingan dari penerimaan pajak dengan bobot sebagai berikut:

Tabel.3.3.

Pengukuran Tingkat Kepentingan Penerimaan Pajak

Kriteria Bobot

Sangat Penting (SP) 5

Penting (P) 4

Cukup Penting (CP) 3

Kurang Penting (KP) 2

Tidak Penting (TP) 1

Sumber: Supranto (2001:239-240)

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kinerja dan hasil penilaian kepentingan, maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dan tingkat kepentingan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Utara.

Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang kan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi perpajakan dalam penerimaan pajak.

Dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel yaitu variabel X dan Y. Variabel X merupakan tingkat kinerja Kantor Pelayanan Pajak yang menggunakan modernisasi perpajakan, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan penerimaan pajak.

(42)

Keterangan:

Tki = Tingkat modernisasi perpajakan

Xi = Skor penilaian kinerja kantor pelayanan pajak Yi = Skor penilaian kepentingan penerimaan pajak

Untuk mengukur tingkat kesesuaian dinilai menurut persentase yang dibagi menjadi lima tingkat sebagai berikut:

Tabel.3.4.

Pengukuran Tingkat Kesesuaian

Kriteria Bobot

Tidak Sesuai 55,00% -< 69,00%

Kurang Sesuai 70,00% - < 84,00%

Cukup Sesuai 85,00% - < 89,00%

Sesuai 90,00% - < 94,00%

Sangat Sesuai 95,00 - < 100%

Sumber: Supranto (2001:241-243)

Jika digambarkan dalam suatu grafik, maka sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja Kantor Pelayanan Pajak, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi modernisasi perpajakan dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

X = Skor rata-rata tingkat kinerja Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden

Xi

Tki

=

x 100%

Yi

Xi X =

n

Yi Y =

(43)

Dengan menggunakan diagram kartesius, yaitu suatu bangun yang dibagi oleh atas empat bagian yang dibatasi oleh buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y) dimana X merupakan rata-rata dari skor tingkat kinerja atau modernisasi perpajakan seluruh faktor. Y merupakan rata-rata dari skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Seluruhnya ada 36 faktor .

Keterangan:

K = Banyaknya atribut atau fakta yang dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pajak (dalam penelitian ini K= 36)

i = 1, 2, 3 ...N

Selanjutnya tingkat unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram kartesius seperti pada gambar dibawah ini:

i

= N

X = 1 Xi K

i

= N

(44)

Gambar.3.1

Gambar diagram kartesius

Sumber: Hartono, Jurnal Kipas (Oktober 1999)

Keterangan:

1. Kuadran A, menunjukkan faktor yang dianggap mempengaruhi modernisasi perpajakan, termasuk unsur penerimaan pajak yang dianggap sangat penting, namun modernisasi perpajakan belum terlaksana sesuai dengan keinginan atau harapan, sehingga mengecewakan / tidak puas.

2. Kuadran B, menunjukkan unsur modernisasi perpajakan yang telah berhasil dilaksanakan untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan memuaskan.

3. Kuadran C, menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi penerimaan pajak, sehingga pelaksanaannya dianggap biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

Diagram Kartesius Y (Tingkat Kepentingan)

Prioritas Utama Pertahankan prestasi

A B

Prioritas Rendah Berlebihan

C D

X ( Tingkat Kinerja)

(45)

4. Kuadran D, menunjukkan faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.

5. Penilaian Tingkat Penerimaan Pajak

Tingkat pencairan tunggakan pajak dengan hasil maksimal merupakan keinginan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu. Untuk mengetahui seberapa besar pencairan tunggakan pajak dapat dilihat pada rumus dibawah ini:

Keterangan:

X = Jumlah rata-rata keseluruhan tingkat kinerja Y = Jumlah rata-rata keseluruhan tingkat kepentingan

Tabel.3.5.

Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak Kategori Persentase Sangat Tinggi 80% - 100%

Tinggi 60% - 79%

Cukup Tinggi 40% - 59%

Tidak Tinggi <40%

Sumber: Sugiyono ( 2005:2)

Tingkat penerimaan pajak ×100% Υ

(46)

6. Penilaian Efektivitas Modernisasi Perpajakan

Perhitungan rata-rata digunakan untuk memperoleh tingkat efektifitas secara keseluruhan digunakan analisis statistik rata-rata adalah nilai yang mewakili himpunan atau sekelompok data (Supranto, 2006: 49). Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas modernisasi perpajakan dalam penerimaan pajak dapat dilihat pada rumus di bawah ini:

Keterangan:

ai = Total skor ke-i

bi = Jumlah skor kriterium ke-i

Tabel.3.6.

Tingkat Efektivitas Modernisasi Perpajakan (%) Kategori Persentase

Sangat Efektif 80 % – 100%

Efektif 60% -79%

Cukup Efektif 40% – 59% Tidak Efektif < 40% Sumber: Sugiyono ( 2005:2)

G. Variabel dan Pengukurannya

Variabel penelitian adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian yang mempunyai kriteria yang sama. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian deskriptif, variabel pada penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan penagihan aktif dan pencairan tunggakan pajak yang dijabarkan dengan indikator pada tabel 3.2 (Sugiyono, 2005:2

Tingkat persentase efektivitas x100%

b a

i i

=

(47)

Tabel 3.7 Operasional Variabel

Variabel Sub variabel Indikator Sekal

Pengukuran

a. Surat teguran dilayangkan pada wajib pajak sampai tanggal jatuh tempo

b. Pengertian surat lain yang sejenis, meliputi surat atau bentuk lain yang fungsinya sama dengan surat teguran atau surat peringatan dalam upaya penagihan pajak sebelum surat pakasa ditrbitkan

c. Surat teguran tidak perlu di terbitkan bila wajib pajak menyetujui pembayaran secara angsuran

d. Penerbitan surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak

2. Surat Paksa c. Surat paksa diterbitkan apabila penanggung pajak tidak bisa melaksanakan kewajiban olehkarna itu perlu penagihan seketika dan sekaligus d. Pemberi tahuan surat paksa

diterbitkan apabila penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagai mana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak e. Mengingat surat paksa

mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan grosse akte, yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

f. Pemberitahuan surat paksa kepads penanggung pajak dilaksanakan dengan cara membacakan isi surat paksa dan kedua belah pihak mendatangi berita acara sebagai pernyataan bahwa surat paksa telah diterbitkan

3. Penagihan seketika dan sekaligus

(48)

terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak

4. Penyitaan a. Penyitaan barang milik wajib pajak sesuai dengan peraturan penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat setempat

b. Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau ditempat lain

c. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap barang-barang milik penanggung pajak yang dapat berupa Barang bergerak dan barang tidak bergerak

d. Barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa: pakean dan tempat tidur berserta perlengkapannya yang digunakan oleh penangung pajak dan keluarga yang menjadi tunggakannya

e. Barang yang dikecualikan dari penyitaan persediaan makanaan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta perlengkapan memasak yang berada dirumah f. Barang yang dikecualikan dari

penyitaan perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari Negara g. Pengecualiaan barang sitaan

adalah buku, jabatan atau pekerjaan wajib pajak. termasuk peralatan yang digunakan, pendidikan kebudayaan dan menuntut ilmu

h. Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan dalam keadaan jalan yang masi digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 20.000.000.(dua puluh juta rupiah)

i. Barang yang dikecualikan dari penyitaan peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya j. Ukuran penyitaan barang pada

(49)

bergerak, namun dalam keadaan tertentu penyitaan dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak tampa melaksanakan penyitaan terhadap barang bergerak

k. Ukuran penyitaan dalam keadaan tertentu, misalnya juru sita pajak tidak menjumpai barang bergerak yang dapat dijadikan obyek sita, atau barang bergerak yang dijumpainya tidak mempunyai nilai, atau harganya tidak memadai jika dibandingkan dengan utang pajaknya

l. Penyitaan tambahan barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak

m. Penjabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak

5. Lelang g. Apabila lelang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang.

h. Penjualan secara lelang yang telah disita dari wajib pajak tetap dilaksanakan bila belum melunasi biaya penagihan pajak

i. Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang dilakukan wajib pajak belum memperoleh keputusan keberatan, lelang juga tetap dapat

dilaksanakan tanpa dihadiri oleh wajib pajak.

j. Pejabat juru sita pajak tidak diperbolehkan untuk membeli barang sitaan yang dilelang. Larangan ini berlaku juga terhadap isteri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat. k. Barang sitaan yang dikecualikan

(50)

berharga lainnya

l. Pengecualian barang sitaan adalah yang mudah rusak dan cepat busuk

Pencairan

Tunggakan Pajak

a. Tarif yang ditetapkan tidak menyimpang dari penentuan pajak yang berlaku

b. Dengan adanya penagihan aktif kepatuhan WP semakin meningkatkan kewajiban pajaknya dan kesadarannya. c. Wajib pajak sudah mengetahui

sejak awal seberapa besar wajib pajak membayar pajak.

d. Prosedur pembayaran pajak menjadi lebih mudah dari

sebelumnya karna mekanisme dan peraturannya.

(51)

BAB 1V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

G. Gambaran Umum Objek Penelitian

6.Sejarah KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu

KPP Jakarta Pasar Minggu mulai beroperasi sejak 29 Maret 1994 di bawah Kantor Wilayah Jakarta IV yang berlokasi di Komplek Pajak Kalibata Jl. Taman Makam Pahlawan Kalibata. Seiring deng reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak, keberadaan KPP Jakarta Pasar Minggu saat ini dibawah Kantor Wilayah DJP Jakarta III. Sejak 14 September 2004, KPP Jakarta Pasar Minggu menempati sebuah gedung di JL. TB Simatupang Kav. 32 Jakarta Selatan bersama dengan KPP Jakarta Cilandak. Setelah itu pada tanggal 09 Juni 2005 KPP Jakarta Pasar Minggu menempati gedung baru bersama Karikpa 7 di Jl. TB Simatupang Kav. 39 Jati Padang Poncol, Jakarta Selatan. Pada saat ini sehubungan dengan reorganisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tentang Tahapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern DJP di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat, pada tanggal 12 Juni 2007 KPP Jakarta Pasar Minggu menerapkan Sistem administrasi Perpajakan Modern dan berubah nama menjadi KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu.

7. Kedudukan dan Tugas Pokok

(52)

Kantor Wilayah DJP Jakarta III. Tugas pokok KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu adalah melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar Minggu menyelenggarakan fungsi antara lain:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak. f. Pelaksanaan ekstensifikasi.

g. Penatausahan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

k. Pelaksanaan intensifikasi.

l. Pelaksanaan administrasi KPP Pratama. 9. Wilayah Kerja

(53)

Kecamatan yaitu Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa dan 13 Kelurahan sebagai berikut:

1. Kecamatan Pasar Minggu, terdiri dari 7 Kelurahan Yaitu: a. Kelurahan Cilandak timur

b. Kelurahan Pejaten Timur c. Kelurahan Pejaten Barat d. Kelurahan Pasar Minggu e. Kelurahan Ragunan f. Kelurahan Jati Padang g. Kelurahan Kebagusan

2. Kecamatan Jagakarsa, terdiri dari 6 Kelurahan yaitu: a. Kelurahan Tanjung Barat

b. Kelurahan Lenteng Agung c. Kelurahan Jagakarsa d. Kelurahan Ciganjur e. Kelurahan Cipedak

f. Kelurahan Srengseng Sawah Struktur Organisasi

Dalam penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, terdapat perubahan yang mendasar, diantaranya perubahan struktur organisasi di KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu yaitu:

3. Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Kepegawaian

b. Keuangan

c. Tata Usaha Rumah Tangga

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Penatausahaan

(54)

d. Pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer e. Pelayanan dukungan teknis komputer

f. Penyiapan pencetakan dan pengiriman laporan kerja 5. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan urusan:

a. Layanan Terpadu (pelaporan surat masuk dsb)

b. Pendaftaran Wajib Pajak (WP), Objek Pajak (OP) dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

c. Pengajuan usul penghapusan NPWP, NPPKP, dan NOP PBB d. Perubahan identitas WP dan OP PBB

e. Perpindahan WP, Mutasi dan Balik Nama OP PBB

f. Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh 6. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Penata usahan piutang pajak

b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak

c. Penerbitan dan penyampaian surat teguran, surat paksa dan surat perintah melakukan penyitaan

d. Pembuatan usulan pelelangan dan penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan

7. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan urusan:

a. Penyusunan rencana pemeriksaan, penerimaan dan perekaman serta penyaluran data/alat keterangan.

b. Pengawasan pelaksanaan jadwal pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran surat perintah melakukan pemeriksaan pajak. 8. Seksi Ekstensifikasi

Mempunyai tugas melakukan urusan:

(55)

d. Pendataan dan penatusahaan hasil pendataan

e. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi f. Pencairan data pihak ketiga

g. Penyusuna monografi perpajakan

h. Penelitian oleh pejabat fungsional penilaian PBB dalam rangka penyelesaian keberatan atau pengurangan PBB

i. Penerbitan surat teguran pengembalian SPOP j. Penerbitan surat penundaan pengembalian SPOP k. Penyelesaian mutasi objek dan subjek pajak l. Pendaftaran objek pajak baru

m. Permohonan surat keterangan NJOP n. Pembatalan SPPT/SKP/STP

o. Penerbitan Daftar Nominatif untuk usulan p. Tata cara penerbitan himbauan untuk ber-NPWP 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Mempunyai tugas melakukan urusan: a. Pengawasan kepatuhan WP

b. Pemantaun proses administrasi perpajakan

c. Bimbingan atau himbauan kepada WP dan konsultasi teknis perpajakan bagi WP d. Melakukan penerbitan, pembetulan dan penyimpangan produk-produk hukum e. Rekonsiliasi data WP

Pada seksi ini terbagi dalam 4 wilayah berdasarkann kelurahan yaitu: 1) Waskon I, terdiri dari 2 Kelurahan :

a) Kelurahan Cilandak Timur b) Kelurahan Ragunan

2) Waskon II, terdiri dari 4 Kelurahan : a) Kelurahan Pasar Minggu

b) Kelurahan Jati Padang c) Kelurahan Pejaten Barat d) Kelurahan Pejaten Timur

(56)

a) Kelurahan Kebagusan b) Kelurahan Tanjung Barat c) Kelurahan Lenteng Agung 4) Waskon IV, terdiri dari 4 Kelurahan

a) Kelurahan Jagakarsa

b) Kelurahan Srengseng Sawah c) Kelurahan Ciganjur

d) Kelurahan Cipedak

Gambar. 4.1

Stuktur Organisasi KPP Pasar Minggu

10. Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu

KEPALA KANTOR

Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan

Seksi Pelayanan Seksi Pengawasan Dan Konsultasi

Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan

Kelompok Jabatan Fungsional

Subbagian Umum

Kantor Pelayanan Pajak

KPP PRATAMA

(57)

No Kegiatan

1 Penataan Outlet Ruang 2 Pengadaan Komputer 3 Pemeliharaan

4 Mengusulkan Diklat

5 Melaksanakan In-House Training 6 Melaksanakan Rotasi Intern

7 Melaksanakan Administrasi Kepegawaian 8 Melaksanakan Pengelolaan Keuangan 9 Memberikan Pelayanan NPWP dan NPPKP 10 Memberikan Pelayanan Restitusi

11 Meneruskan Permohonan Keberatan

12 Menyelesaikan Permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak.

13 Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Permohonan WP PBB 14 Menyelesaikan Seluruh Pengajuan Permohonan WP BPHTB 15 Melaksanakan Penyuluhan

16 Mengawasi SPT Masa PPh OP 17 Mengawasi SPT Masa PPh Badan 18 Mengawasi SPT Masa Potput PPh 19 Mengawasi SPT Tahunan PPH OP 20 Mengawasi SPT Tahunan PPH Badan 21 Mengawasi SPT Tahunan PPh Potput 22 Menyusun Rekapitulasi Penerimaan PPN

Pelaksanaan kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Minggu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain: (Lanjutan)

No Kegiatan

23 Mengawasi SPT Masa PPN 24 Mengawasi SPPT PBB 25 Menerbitkan Ketetapan PBB

26 Menyampaikan Ketetapan PBB, Penyuluhn Sosialisasi dan Monitoring

27 Melaksanakan Konfirmasi SSB yang Masuk 28 Menyusun Rekapitulasi Penerimaan PBB 29 Menerbitkan Surat Teguran

(58)

39 Melaksanakan Pemeriksaan Sederhana Pengukuhan PKP 40 Melaksanakan Pemutakhiran NIR dan ZNT

41 Melaksanakan Pemutakhiran DBKB

42 Melaksanakan Penilaian Objek PBB Non Standar 43 Melaksanakan Perekaman Data ZNT dan DBKB baru

44 Mengusulkan SK Kakanwil Tentang Klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan.

45 Membuat Monografi

(59)

Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada pegawai pajak KPP Pratama pasar minggu sebanyak 50 Responden, berdasarkan rumus slovin yang penulis gunakan. Sebelum kuesioner disebar ke 39 Responden, peneliti melakukan try out terhadap 10 Responden dengan memberikan 34 Pertanyaan yang berasal dari 4 dimensi modernisasi perpajakan dan 1 dimensi pencairan tunggakan pajak. 4. Uji Validitas

Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel 0,2387 didapat dari jumlah kasus – 2, atau 34 – 2 = 32, dengan taraf signifikan 5 %, maka r tabel 0,2387. Suatu instrumen (setiap butir pertanyaan) dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dengan r tabel.

Berdasarkan hasil uji dimensi modernisasi perpajakan dan tingkat penerimaan pajak yang dilihat pada tabel tingkat kinerja diperoleh data bahwa, sebanyak dua belas pertanyaan tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu pada pernyataan 2, 7, 8, 11, 12, 13, 22, 23, 24, 29, 30, 34. dengan r hitung-.106,224,191, 225, 200, 054, 230, 020, 085, 142, 055, 184. Sedangkan berdasarkan tabel tingkat kepentingan diperoleh data bahwa, terdapat tujuh pernyataan yang tidak valid karena nilai r hitung < r tabel, yaitu pada nomor 9, 13, 14, 19, 29, 30, 33, dengan r hitung < -.005, 234, 216, 227, 055, 219, 155.

Tabel.4.1.

Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Aktif Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel kriteria

(60)

2 0.462 0.2387 VALID

3 0.259 0.2387 VALID

4 0.498 0.2387 VALID

5 0.275 0.2387 VALID

6 0.332 0.2387 VALID

7 0.399 0.2387 VALID

8 0.496 0.2387 VALID

9 -005 0.2387 TIDAK VALID

10 0.320 0.2387 VALID

11 0.454 0.2387 VALID

12 0.506 0.2387 VALID

13 0.234 0.2387 TIDAK VALID

14 0.216 0.2387 TIDAK VALID

15 0.238 0.2387 VALID

16 0.390 0.2387 VALID

17 0.269 0.2387 VALID

18 0.502 0.2387 VALID

19 0.227 0.2387 TIDAK VALID

20 0.352 0.2387 VALID

21 0.570 0.2387 VALID

22 0.278 0.2387 VALID

23 0.017 0.2387 VALID

24 0.282 0.2387 VALID

25 0.267 0.2387 VALID

26 0.346 0.2387 VALID

27 0.291 0.2387 VALID

28 0.264 0.2387 VALID

29 0.055 0.2387 TIDAK VALID

30 0.219 0.2387 TIDAK VALID

31 0.382 0.2387 VALID

32 0.238 0.2387 VALID

33 0.155 0.2387 TIDAK VALID

(61)

Tabel.4.2.

Uji Validitas Instrumen Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel kriteria

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka  Pemikiran ………………………………………..……..22
Tabel.3.1.
Tabel.3.2.
Tabel.3.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PELAKSANAAN SURAT TAGIHAN PAJAK BUNGA PENAGIHAN DALAM PENCAIRAN TUNGGAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK..

Dalam penelitian ini data mengenai penagihan pajak aktif hanya terdiri atas surat teguran, surat paksa dan surat sita rekening pada tahun 2013-2014 sedangkan surat perintah

a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dengan jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya.

1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain

ANGGRAINI ASTUTI, D1513006, EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat efektivitas dan kontribusi tindakan penagihan pajak aktif dengan surat teguran dan surat paksa sebagai

Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, penagihan pajak secara aktif dengan menggunakan surat teguran dan surat paksa pada KPP Manado dari tahun 2013- 2014

Penagihan aktif yakni penagihan yang dilakukan oleh fiskus setelah jatuh tempo pembayaran dari Surat Tagihan (SPT), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan