• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan farmasi sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penentuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria sampel, diperoleh sampel penelitian sebanyak 7 perusahaan per tahun dimana periode pengamatan yang digunakan untuk periode 2010 sampai dengan periode 2014 sehingga total keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 35. Mengenai rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Rincian Sampel Penelitian

Kriteria Jumlah

Perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2014 10 Perusahaan farmasi yang barulistingpada tahun 2013 (1) Perusahaan farmasi tidak mempublikasikan laporan tahunan

secara konsisten dan lengkap yang dinyatakan dalam mata uang rupiah selama periode 2010-2014

(2)

Jumlah sampel penelitian dalam setahun 7

Total keseluruhan sampel selama 5 tahun (7 x 5) 35 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015.

Adapun nama perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada table 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan

No Nama Perusahaan Kode Emiten

1 PT Daya Varia Laboratoria Tbk DVLA

2 PT Indofarma (Persero) Tbk INAF

3 PT Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF

4 PT Kalbe Farma Tbk KLBF

5 PT Merck Tbk MERK

6 PT Pyridam Farma Tbk PYFA

7 PT Tempo Scan Pacific Tbk TSPC

Sumber: www.idx.co.id

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19). Meandigunakan untuk mengetahui nilai rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui nilai terbesar dari data yang bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dari suatu data yang bersangkutan.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah struktur kepemilikan manajerial,leverage, growth opportunitiesdan ukuran perusahaan, sedangkan variabel dependen adalah konservatisme akuntansi. Hasil pengujian deskriptif variabel-variabel tersebut dapat dilihat dalam table 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation BTMR 35 .11414 1.33671 .5317503 .41082066 MOWN 35 .00000 .23077 .0329914 .08192157 DER 35 .18254 1.35796 .4832714 .29210396 MBVE 35 .74811 8.76150 3.4329020 2.50759335 SIZE 35 11.00254 13.09430 12.1276874 .57408423 Valid N (listwise) 35

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 sampel yang berasal dari laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan farmasi dari sektor konsumsi barang konsumsi yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014. Berdasarkan pada hasil tersebut maka semua data sampel dapat diolah dan tidak terdapat kehilangan data.

Variabel dependen pada penelitian ini adalah konservatisme akuntansi (BTMR). Dari hasil statistik deskriptif diperoleh rata-rata BTMR sebesar 0,5317503. Nilai tertinggi BTMR sebesar 1,33671 yang berarti tingkat

konservatisme perusahaan paling kecil, diperoleh dari perusahaan PT Pyridam Farma Tbk pada tahun 2014. Nilai terendah BTMR sebesar 0,11414 yang berarti tingkat konservatisme perusahaan paling besar, diperoleh dari perusahaan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014. Nilai standar deviasi BTMR sebesar 0,41082066 hal ini berarti bahwa sebesar 0,41082066 data bervariasi dari rata-rata.

Variabel Independen yang pertama pada penelitian ini adalah struktur kepemilikan manajerial (MOWN), perhitungan MOWN (managerial ownership) dengan cara membagi jumlah keseluruhan kepemilikan saham oleh manajerial dengan jumlah keseluruhan saham yang beredar. Dari hasil statistik deskriptif diperoleh rata-rata MOWN sebesar 0,0329914. Nilai tertinggi MOWN sebesar 0, 23077 yang diperoleh dari perusahaan PT Pyridam Farma Tbk. Nilai terendah MOWN sebesar 0,00000 diperoleh dari perusahaan PT Darya Varia Laboratoria Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk, PT Merck Tbk, dan PT Tempo Scan Pacific Tbk. Nilai standar deviasi MOWN sebesar 0,07753234.

Variabel Independen yang kedua pada penelitian ini adalah leverage (DER), perhitungan DER (debt equity ratio) dengan cara membagi jumlah keseluruhan utang dengan jumlah keseluruhan ekuitas. Dari hasil statistik deskriptif diperoleh rata-rata DER sebesar 0,4832714. Nilai tertinggi DER sebesar 1,35796 yang diperoleh dari perusahaan PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2010. Nilai terendah sebesar 0,18254 diperoleh dari

perusahaan PT Merck Tbk pada tahun 2011. Nilai standar deviasi DER sebesar 0,29210396.

Variabel Independen yang ketiga pada penelitian ini adalah growth opportunities(MBVE), perhitungan MBVE (market to book value of equity) dengan cara mengalikan jumlah keseluruhan saham beredar dengan harga penutupan saham, kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan ekuitas. Dari hasil statistik deskriptif diperoleh rata-rata MBVE sebesar 3,4329020. Nilai tertinggi MBVE sebesar 8,26522 yang diperoleh dari perusahaan PT Merck Tbk pada tahun 2013. Nilai terendah MBVE sebesar 0,74811 diperoleh dari perusahaan PT Pyridam Farma Tbk pada tahun 2014. Nilai standar deviasi MBVE sebesar 2,50759335.

Variabel Independen yang keempat pada penelitian ini adalah ukuran perusahaan (SIZE), perhitungan SIZE dengan cara logaritma normal dari jumlah keseluruhan aset. Dari hasil statistik deskriptif diperoleh rata-rata SIZE sebesar 12,1276874. Nilai tertinggi dari SIZE sebesar 13,09430 yang diperoleh dari perusahaan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014. Nilai terendah SIZE sebesar 11,00254 diperoleh dari perusahaan PT Pyridam Farma Tbk pada tahun 2010. Nilai standar deviasi SIZE sebesar 0,57408423.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian regresi, sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil tersebut dapat digunakan. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian

ini adalah uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

a. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Uji normalitas dengan analisis grafik dilakukan dengan metode grafik histogram dannormal probability plot (P-Plot). Hasil pengujian normalitas dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini dan gambar 4.2 pada halaman selanjutnya.

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas : Grafik Histogram

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas : GrafikNormal Probability Plot

Sumber: Data yang sekunder yang diolah tahun 2015

Dengan melihat tampilan pada grafik histogram dalam gambar 4.1 memberikan pola distribusi yang mendekati normal, sedangkan pada gambar 4.2 grafiknormal probability plotmenunjukkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya (Ghozali, 2013:163). Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan uji statistik dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki tingkat signifikan di atas a > 0,05 berarti regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013:165). Hasil pengujian normalitas data dengan ujiKolmogorov-Smirnov(K-S) dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas:Kolmogorov-Smirnov(K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 35

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .16842702 Most Extreme Differences Absolute .102

Positive .102

Negative -.098

Test Statistic .102

Asymp. Sig. (2-tailed) .200

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai 0,102 dengan signifikansinya sebesar hasil pengujian normalitas data 0,200 , hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena tingkat signifikansinya melebihi 0,05.

b. Hasil Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (Independen) maka diperlukan sebuah uji, yaitu uji multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari perhitungan nilai tolerancesertaVariance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi disimpulkan tidak ada masalah multikolinieritas adalah apabila memiliki tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor(VIF) lebih kecil dari 10 (Ghozali, 2013:106). Selengkapnya hasil pengujian asumsi klasik multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) MOWN .474 2.108 DER .697 1.435 MBVE .574 1.743 SIZE .445 2.248 a. Dependent Variable: MBTR

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerancelebih besar dari 0,10 dan

nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen.

c. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2013). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan uji Runs test dengan ketentuan probabilitas lebih besar dari signifikansi 0,05. Hasil darirun test dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi:Runs Test

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Dari hasil yang disajikan pada tabel 4.6 menunjukkan probabilitas sebesar 0,305 yang dimana hasil tersebut lebih besar dari signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai residual acak ataurandom,

Runs Test

Unstandardized Residual Test Valuea -.02419 Cases < Test Value 17 Cases >= Test Value 18

Total Cases 35

Number of Runs 15

Z -1.025

Asymp. Sig. (2-tailed) .305 a. Median

sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi.

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lainnya. Peneliti menggunakan grafik scatterplot untuk mendeteksi heteroskedastisitas. Hasil dari grafikscatterplotdisajikan pada gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas: GrafikScatterplot

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Gambar uji scatterplot pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa data sampel tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk kemudian dilanjutkan ke pengujian hipotesis. Untuk memperkuat bukti bahwa penelitian ini tidak terdapat heteroskedastisitas maka peneliti melakukan pengujian glejser yang disajikan pada tabel 4.8 pada halaman selanjutnya.

Tabel 4.7

Hasil Uji Heteroskedastisitas:Glejser

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.576 .583 -.988 .331 MOWN .051 .322 .036 .158 .875 DER .142 .075 .361 1.902 .067 MBVE -.012 .010 -.253 -1.208 .237 SIZE .055 .047 .275 1.159 .256

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Pada tabel 4.7 menunjukkan hasil dari ujiglejseryang dimana nilai signifikan masing-masing variabel memiliki tingkat signifikansi lebih dari 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terdapat heteroskedastisitas dan model regresi ini dapat digunakan untuk pengujian hipotesis.

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pada penelitian ini adjusted R2 digunakan untuk menggambarkan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen dan tidak terpaku pada R2 karena R2 memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan pada model. Hasil dari uji koefisien determinasi disajikan pada tabel 4.9 pada halaman selanjutnya.

Tabel 4.8

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, MVE, MOWN b. Dependent Variable: BTMR

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa adjusted R2 sebesar 0.810 yang menjelaskan bahwa variabel-variabel independen pada penelitian ini dapat menjelaskan 81% variabel dependen pada penelitian ini, yaitu konservatisme akuntansi. Artinya variabel dependen pada penelitian ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan variasi variabel independen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 19% dijelaskan oleh variabel lain diluar dari penelitian ini seperti struktur kepemilikan institusional,

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .912a .832 .810 .17930425

struktur kepemilikan publik, debt covenant, financial distress, risiko litigasi, dan intensitas modal.

4. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui gambaran dari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) dan uji signifikansi simultan (uji statistik F).

a. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial, yaitu struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth opportunities dan ukuran perusahaan dalam menjelaskan variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi. Hasil dari uji signifikansi parameter individual disajikan pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.9

Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Coefficientsa

a. Dependent Variable: BTMR

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.500 .987 1.520 .139 MOWN 1.177 .545 .235 2.159 .039 DER .474 .126 .337 3.757 .001 MBVE -.081 .016 -.494 -5.001 .000 SIZE -.079 .080 -.110 -.983 .333

Berdasarkan pada uji signifikansi parameter individual pada tabel 4.9 maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

BTMR = 1,500 + 1,177 MOWN + 0,474 DER - 0,081 MBVE - 0,079 SIZE + e

α1,500, Artinya jika variabel independen struktur kepemilikan manajerial (MOWN), leverage (DER), growth opportunities (MBVE), dan ukuran perusahaan (SIZE) bernilai nol, maka variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi akan bernilai 1,500 satuan. β1,177, Artinya jika variabel struktur kepemilikan manajerial (MOWN)

meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainya konstan, maka variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi akan meningkat sebesar 1,177 satuan.

β0,474, Artinya jika variabelleverage (DER) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainya konstan, maka variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi akan meningkat sebesar 0,474 satuan. β-0,081, Artinya jika variabel growth opportunities (MBVE)

meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainya konstan, maka variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi akan menurun sebesar 0,081 satuan.

β-0,079, Artinya jika variabel ukuran perusahaan meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainya konstan, maka variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi akan menurun sebesar 0,079 satuan.

Berikut ini adalah hasil uji signifikansi parameter individual dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen: 1) Struktur Kepemilikan Manajerial

Melihat tabel 4.9 koefisien regresi sebesar 1,177 dan nilai t hitung sebesar 2,159 dengan nilai signifikansi sebesar 0,039 lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05 (5%), maka disimpulkan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

2) Leverage

Melihat tabel 4.9 koefisien regresi sebesar 0,474 dan nilai t hitung sebesar 3,757 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05 (5%), maka disimpulkan leverageberpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

3) Growth Opportunities

Melihat tabel 4.9 koefisien regresi sebesar -0,081 dan nilai t hitung sebesar -5,001 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05 (5%), maka disimpulkan struktur growth opportunities berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

4) Ukuran Perusahaan

Melihat tabel 4.9 koefisien regresi sebesar -0,079 dan nilai t hitung sebesar -0,983 dengan nilai signifikansi sebesar 0,333 lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05 (5%), maka disimpulkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

b. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji signifikansi simultan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang terdapat pada model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Hasil uji signifikansi simultan pada penelitian ini disajikan pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10

Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2015

Berdasarkan pada tabel 4.10 memperlihatkan nilai F hitung sebesar 37,121 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05 (5%),

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.774 4 1.193 37.121 .000b

Residual .965 30 .032

Total 5.738 34

a. Dependent Variable: BTMR

maka disimpulkan struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth opportunities dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme Akuntansi

Ha1: Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial (MOWN) terhadap konservatisme akuntansi (BTMR) memperlihatkan koefisien regresi sebesar 1,177 dan nilai t hitung sebesar 2,159 dengan nilai signifikansi sebesar 0,039 lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi diterima, sehingga struktur kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan.

Berpengaruhnya variabel struktur kepemilikan manajerial dikarenakan persentase jumlah saham manajer yang tinggi terhadap suatu perusahaan membuat manajer tidak hanya memikirkan bonus yang akan didapatkan apabila labanya tinggi, tetapi manajer lebih mengembangkan perusahaan

dengan lebih mementingkan kontinuitas perusahaan dalam jangka panjang. Kepemilikan oleh pihak manajemen ini juga dapat berperan sebagai fungsi pengawasan dalam proses pelaporan keuangan. Apabila kepemilikan oleh pihak manajemen ini menjalankan fungsi pengawasannya dengan baik, maka ia akan mensyaratkan informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi sehinga mereka akan menuntut penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi pula.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Septian dan Anna (2014) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi, Dewi dan Suryanawa (2014) yang menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi, Fatmariani (2013) yang menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi, Lafond dan Roychowdhury (2007) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, dan Sari dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2014) dan Alfian dan Sabeni (2013) yang menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, dan Nugroho dan

Mutmainah (2012) menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

2. PengaruhLeverageterhadap Konservatisme Akuntansi

Ha2:Leverageberpengaruh terhadap konservatisme akuntansi

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh leverage (DER) terhadap konservatisme akuntansi (BTMR) memperlihatkan koefisien regresi sebesar 0,474 dan nilai t hitung sebesar 3,757 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya leverage berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwaleverageberpengaruh terhadap konservatisme akuntansi diterima, sehingga leverage dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan.

Berpengaruhnya variabelleverageberkaitan dengan semakin tingginya tingkat utang yang dimiliki oleh perusahaan, maka kreditur mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan. Kreditur akan cenderung menuntut manajer untuk menerapkan konservatisme dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini dilakukan kreditur karena kreditur berkepentingan terhadap keamanan dananya yang diharapkan dapat menguntungkan bagi dirinya.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Suryanawa (2014) dan Alhayati (2013) yang menyimpulkan bahwa

tingkat hutang (leverage) berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi, Alfian dan Sabeni (2013) yang menyimpulkan bahwa rasio leverage berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme akuntansi, dan Lafond dan Roychowdhury (2007) yang menyimpulkan bahwaleverageberpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramudita (2012) yang menyimpulkan bahwa tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

3. PengaruhGrowth Opportunitiesterhadap Konservatisme Akuntansi Ha3: Growth opportunitiesberpengaruh terhadap konservatisme akuntansi

Pengujian hipotesis mengenai pengaruhgrowth opportunities (MBVE) terhadap konservatisme akuntansi (BTMR) memperlihatkan koefisien regresi sebesar -0,081 dan nilai t hitung sebesar -5,001 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya struktur growth opportunities berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwagrowth opportunities berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi diterima, sehingga growth opportunities dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan.

Berpengaruhnya variabelgrowth opportunitiesdikarenakan perusahaan dengan growth opportunities yang tinggi akan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut pada masa yang akan datang. Perusahaan yang juga akan meningkatkan jumlah investasi atau disebut juga dengan perusahaangrowth tersebut cenderung akan memilih konservatisme akuntansi yang perhitungan labanya lebih rendah agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang dapat merusak keuangan perusahaan.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa growth opportunities berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, Fatmariani (2013) yang menyimpulkan bahwagrowth opportunities berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi, dan Alfian dan Sabeni (2013) yang menyimpulkan bahwa kesempatan tumbuh berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septian dan Anna (2014) dan Lastari (2014) yang menyimpulkan bahwa growth opportunities tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi, dan Sari dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa growth opportunities berpengaruh positif tidak signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap konservatisme akuntansi (BTMR) memperlihatkan koefisien regresi sebesar -0,079 dan nilai t hitung sebesar -0,983 dengan nilai signifikansi sebesar 0,333 lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu 0,05 (5%). Artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi ditolak, sehingga ukuran perusahaan tidak dapat mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi pada perusahaan.

Hasil ini tidak sesuai dengansize hypothesisyang berdasar pada asumsi bahwa perusahaan besar lebih sensitif secara politis dan memiliki beban transfer kesejahteraan (biaya politis) yang lebih besar daripada perusahaan yang lebih kecil sehingga untuk mengurangi biaya politis tersebut perusahaan menerapkan konservatisme akuntansi. Almilia (2007) menyatakan bahwa perusahaan kecil cenderung menerima dampak yang cukup besar karena adanya biaya politis oleh karena itu perusahaan kecil

Dokumen terkait