• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data .1 Gambaran Umum Objek

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek

Di Indonesia, Slank adalah band yang berkharisma kuat. Slank merupakan sebuah fenomena. Dimana perjalanan panjang yang mereka tempuh telah menjadi suatu eksistensi mereka sebagai band papan atas dengan kualitas ”legenda”. Predikat ini tidak muncul begitu saja diterima oleh Slank secara Cuma-Cuma. Mereka telah merasakan asam manis dunia musik Indonesia selama kurang lebih 24 tahun. Era narkotika sudah lamamereka tinggalkan. Slank kini menjadi sebuah ikon, ”idiologi”, dan gaya hidup tersendiri.

Tema populis dan dekat dengan kehidupan sehari-hari menjadi suatu kekuatan lagu-lagu Slank. Lagu-lagu seperti makan nggak makan asal kumpul, kupu-kupu malam, tong kosong, dan lain-lain, membuat mereka merebut hati jutaan penikmat musik. Demografi penggemar Slank pun sangat luas. Laki-laki, perempuan, pelajar, mahasiswa, karyawan bahkan eksekutif profesional. Tak hanya di Indonesia Slank memiliki penggemar namun juga di negara sebrang mulai Malaysia, Jepang, bahkan Amerika pernah mereka kunjungi. Hal tersebut menggambarkan daya sebar popularitas mereka cukup luas.

Rupanya tantangan sebagai musisi tidak membuat mereka berhenti berkreasi. Mereka merambah jalur lain seperti menjadi duta diberbagai kegiatan seperti kegiatan sosial, antara lain duta bagi anti narkoba, hiv/aids, penghijauan,

43

dan lain-lain. Mereka pun turut mendukung gerakan mahasiswa dalam reformasi 1998.

Dalam usia 17 tahun Bimo Setiawan (Bimbim), sudah menyukai Rolling Stones. Lingkungannya juga penuh dengan penggemar band asal inggris yang dipimpin oleh Mick Jangger itu. Bimbim lalu membentuk band CSC (Cikini Stones Complex) pada tahun 1983 yang anggotanya adalah anak-anak SMA Perguruan Cikini yaitu Bimo Setiawan (drum), Boy (gitar), Abi (bass), Uti (vokal), dan Well Welly (vokal). Sesuaai namanya, Cikini Stones Complex membawakan lagu-lagu The Rolling Stones. Kata Bimbim, ”yang gue lihat dari Rolling Stones, sesama penggemarnya punya rasa kekeluargaan yang sangat kuat. Istilahnya begini, preman Jakarta sama preman Bandung ketemu, mau berantem, tapibegitu ngobrol dan tahu sama-sama suka Rolling Stones, langsung damai, tenang.”

Anak-anak muda pada masa tahun 80-an memang sedang mengalami siklus 20 tahunan. Kelompok musik era 60-an kembali populer, lengkap dengan atributnya. Itu pula yang dialami Bimbim dan Cikini Stones Complex. Namun Bimbim merasa terus-menerus membawakan lagu Rolling Stones itu membosankan. Dia ingin berekspresi lewat lagu karya sendiri. Dia sadar kalau dirinya adalah orang yang cenderung tertutup, termasuk ketika menghadapi masalah. Baginya, lagu adalah suatu media untuk menyampaikan suatu komunikasi atau suatu pesan.

Keinginan Bimbim itu justru tidak didukung oleh teman-temannya di Cikini Stones Complex. Maka band itu pecah. Sebagian personel Cikini Stones

44

Complex kemudian membentuk Cikini Metal Stones. Bimbim sendiri lantas mendirikan band Red Evil dengan formasi Bimbim (drum), Erwan (vokal), Bongky (gitar), Denny (bass), dan Kiki (gitar). Dalam aksinya, mereka mulai berani menampilkan lagu-lagu ciptaan sendiri.

Penampilan mereka di atas panggung cenderung asal-asalan serta urakan. Para penonton yang sering menyaksikan penampilan mereka pun lantas menjuliki Red Evil sebagai band Slenge’an. Makasejak 26 Desember 1983 mereka memutuskan untuk mengubah nama menjadi Slank. Nama ini dipilih sesuai dengan gaya mereka yang Slenge’an (seenaknya sendiri). Bimbim beruntung karena tekad dan aktivitasnya di dunia musik mendapat dukungan cukup besar dari kedua orang tuanya yaitu pasangan Sidharta Soemarnodan Iffet. Orang tua Bimbim merelakan sebagian ruang di rumahnya di jalan Potlot No. 14, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dijadikan tempat latihan sekaligus markas berkumpulnya anak-anak Slank.

Setelah sekian kali berganti formasi, baru pada formasi ke-13 Slank mempunyai personel solid yaitu Bimbim (drum), Pay (gitar), Indra Q (keyboard), dan Kaka (vokal). Meskipun Slank sudah membuat karya lagu mereka sendiri, Slank tidak bisa dengan mudah masuk dapur rekaman. Mereka sudah mendatangi perusahaan rekaman, tapi terus ditolak karena musik Slank dianggap tidak laku untuk dipasarkan, yang pada masaitu musik Indonesia ramai dengan musik rock ala Nicky Astria, Ikang Fawzy, pop kreatif ala Dedi Dhukun, dan pop cengeng ala Rinto Harahap dan Obbie Mesakh. Musik Slank dianggap tidak bisa menghasilkan keuntungan.

45

Lalu pada 1989-an, perusahaan rekaman bernama Proyek Q meminta Slank menyerahkan demo lagu mereka. Menurut Boedi Soesatio perwakilan dari Proyek Q menyebutkan Slank mempunyai perpaduan musik rock ’n roll, jazz, blues reggea dan balads. Dimana warna musik Slank merupakan suatu warna tersendiri yang memiliki suatu karakter dimana pada waktu itu masih dikuasai musik dari God Bless, SAS, dan Power Metal. Dengan lirik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari amat akrab ditelinga lingkungn sekitar dan juga penuh kritik dan protes yang lugas akan fenomena yang terjadi di masyarakat.

Akhirnya pada 1990 Slank merilis Album perdana mereka yang bernamakan Suit Suit He...He... (Gadis Sexy). Dengan pengungkapan yang lugas dan unik, dalam album ini Slank mengemas kehidupan anak muda bersama problematikanya.

Selain itu, Slank juga bergaya seenaknya dalam berbusana. Sandal jepit, kaos oblong dan celana jins kusam, bahkan kadang kala celana pendek, adalah seragam sehari-hari mereka. Jadilah Slank band baru dengan semangat pemberontakan. Bukan Cuma dalam soal musik dan liriknya, bahkan urusan gaya hidup dan cara berbusana. Mereka pun lantas mendapatkan penghargaan dari BASF Award untuk album terlaris kategori musik rock dan pendatang baru terbaik.

Slank lantas menjadi figur dan panutan baru anak-anak muda. Sebagai konsekuensinya popularitas itulah manajemen Slank membentuk Fans Club yang bertempat di gang Potlot, yang dapat dikunjungi oleh siapa saja selama 24 jam guna mendapatkan para personel Slank dengan penggemarnya yang biasa disebut

46

dengan Slankers.

Saat itu Slank menikmati ketenaran dan popularitas. Setiap pertunjukannya selalu dipenuhi para penonton dan para Slankers (julukan untuk penggemar Slank). Pada 1991 Slank merilis album kedua berjudul Kampungan, album ketiganya bertajuk Piss laku keras di pasaran. Begitu juga album keempat mereka berjudul Generasi Biru. Kesuksesan pun membuat mereka terjebak pada naungan narkotika. Namun hal itu tidak memutuskan kreatifitas mereka dalam menghasilkan karya musik. Minoritas (1996), Lagi Sedih (1996), Tujuh (1997), Mata Hati Reformasi (1998), 999 (1999), Virus (2001), Satu Satu (2003), Bajakan ! (2003), Road To Peace (2004), Plur (2005), Slankisme (2006), Slow But Sure (2007) dan album terbaru mereka yang seluruh lagunya berbahasa inggris yang berjudul the anthem of broken heart.

Seiring berkembangnya waktu, Slank mengalami perubahan personil sampai 14 kali pada 1996 yang bertahan hingga sekarang. Formasi terakhir yang dimulai dari album ke-7 Slank, terdiri dari Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Ridho (gitar), dan Abdee (gitar).

4.1.2 Album Jurus Tandur No. 18

Grup band Slank meluncurkan album teranyar mereka yang bertitel 'Jurustandur No.18'. 'Jurustandur' adalah singkatan dari 'Maju Terus Pantang Mundur'. Sedangkan 'No. 18' adalah pertanda bahwa album ini merupakan album ke-18. Judul album tersebut sengaja dipilih oleh band yang digawangi oleh Kaka (vokal), Abdee (gitar), Ridho (gitar), Ivan (bass) dan Bim-Bim (drum) ini sebagai

47

gambaran Slank melewati berbagai cobaan selama tahun lalu. Album Jurus Tandur tepatnya diluncurkan Slank pada pertengahan Juli 2010 lalu. No.18 sendiri berarti bahwa ini adalah album ke 18 Slank selama 26 tahun ini. Dilihat dari jumlah lagunya (17), album ini terbilang gemuk dibanding album-album Slank sebelumnya. Album ini digarap November 2008 hingga Mei 2009. Ada 2 wanita yang berkolaborasi dengan Slank dalam album ini. 2 wanita non musisi diantaranya Nadine Chandrawinata yang membaca puisi pada Lagu Air dan kolaborasi Fahrani (Model dan pemain film) bersama Kaka pada lagu Kejar dan Kutangkap Kau.

Lagu-lagu yang terdapat dalam album tersebut mayoritas bertemakan tentang kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Seperti lagu 'Kukejar dan Kau Kutangkap (KKK) featuring Fahrani. Lagu 'Bobrokisasi Borokisme' yang menceritakan tentang kebobrokan negara. Selain itu juga ada beberapa lagu yang tak kalah kritisnya seperti May Day, Resolusi Tahun Baru, Bola dan Jurus Tandur. Ada juga lagu 'Krisis Air' yang di ujung lagu terdengar suara Nadine Chandrawinata membacakan puisi dengan sangat emosional. Lagu ini pastinya bercerita tentang susahnya mencari air bersih.

4.1.3 Penyajian Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik dari lagu Krisis Air yang ada dalam album Jurus Tandur No. 18 dari grup band Slank. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap syair lirik lagu Krisis Air yang dipopulekan oleh Slank, hasil pengamatan tersebut kemudian akan di

48

interpretasikan dan disajikan representasinya. Setelah itu baru diketahui apa pesan yang terkandung didalamnya. Lirik lagu selanjutnya akan dianalisis berdasarkan landasan teori dari Roland Barthes, untuk mengetahui pengungkapan representasi. Tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata tersebut akan dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia (satuan bacaan) yang dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph atau beberapa paragraph, untuk dikategorikan kedalam kode Barthes, sehingga dapat diketahui bagaimana representasi krisis air dalam lirik lagu tersebut.

Definisi tanda dari Roland Barthes adalah berdasarkan unsur penanda (signifier), petanda (signified); yang diantara hubungan tersebut terdapat dua tahap yang disebut tataran pertama dan tataran kedua. Pada tataran pertama berupa realitas atau kenyataan dan juga tanda yang ada dalam masyarakat. Barthes menyebut tataran ini sebagai denotasi. Kemudian pada tataran kedua merupakan suatu pencerminan kebudayaan yang dimiliki masyarakat atau disebut Barthes sebagai Konotasi.

Berikut lirik dari lagu ”Krisis Air” yang ada dalam album ”Jurus Tandur No. 18” dari grup band Slank yang mengandung unsur krisis air.

Bait Pertama :

Ketika sungai-sungai kotor Mata air terkontaminasi Ketika air tanah berlimbah

Bait Kedua :

Ketika sumur-sumur mengering Ketika bumi makin memanas Sumber kehidupan tak ada lagi

Dokumen terkait