• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENELITIAN TENTANG PENGALAMAN KAUM MUDA

A. Gambaran Umum Paroki St.Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta

Paroki St. Fransiskus Xaverius adalah salah satu paroki yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Paroki ini merupakan paroki kevikepan yang terletak di pusat jantung kota Yogyakarta, tepatnya di jalan Panembahan Senopati no 22. Pada zaman dulu gereja yang terdapat di paroki ini dikenal sebagai “Gereja Londo pertama

yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta”, karena pada awalnya gereja ini memang dikhususkan bagi masyarakat Belanda. Disamping itu bentuk ornamen bangunanya juga memiliki ciri khas Eropa, sehingga dapat dibedakan dengan bangunan-bangunan umum yang ada pada waktu itu. Di dalam perjalanan waktu yang terus berputar, gereja yang terletak di pusat jantung kota Yogyakarta ini kondisinya semakin lama semakin memprihatinkan. Dinding tembok yang dulu berdiri dengan kokohnya lama-kelamaan menjadi rusak dimakan usia. Keberadaan gedung gereja yang terdapat di paroki ini pun bisa dikatakan juga sudah tidak lagi mendukung keindahan tata kota. Maka diiringi dengan bertambahnya jumlah umat yang semakin meningkat serta didukung dengan usulan dan saran dari seluruh umat, pada tanggal 4 Juni 1993 gereja yang terdapat di paroki ini mulai direnovasi secara keseluruhan dan pada tanggal itu juga diadakan peletakan batu pertama oleh Imam Ignatius Joyo Sewaya Pr selaku Imam Vikep pada waktu itu. Bentuk ornamen bangunan yang dulunya bergaya Eropa, dalam renovasi ini rencananya akan dirubah menjadi bangunan yang cukup megah dan disesuaikan dengan gedung-gedung pemerintah yang berada disekitar gedung gereja. Proses renovasi gereja yang terus berjalan tersebut akhirnya dapat diselesaikan pada bulan November akhir, tahun 1997 dan pada tanggal 3 Desember 1997 gereja yang terdapat di Paroki Kidul Loji ini akhirnya diresmikan oleh K.G.P.A.A Paku Alam VIII serta diberkati oleh Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup Agung Semarang)

Sejak diresmikannya gedung gereja tersebut, jumlah umat yang tinggal di Paroki Kidul Loji semakin lama semakin berkembang dengan pesat. Gereja yang

dulunya hanya memiliki kapasitas sebanyak 400 orang sekarang menjadi 1000 orang. Dari situ tampak bahwa Gereja Kidul Loji yang telah berdiri sekarang ini memang lebih luas dan megah dibandingkan dengan Gereja Kidul Loji yang ada pada zaman dulu. Kemegahan gedung gereja yang ada pada saat ini sangat tampak dari luar gedung, Begitu juga dengan keluasannya yang mampu memberikan kenyamanan bagi seluruh umat untuk duduk dengan tenang (tanpa harus berdesak-desakan) di dalam mengikuti proses jalannya Perayaan Ekaristi di gereja.

Melihat adanya kenyataan seperti apa yang telah diungkapkan di atas, tampak bahwa di dalam perkembangannya Paroki Kidul Loji memang mengalami jumlah umat yang semakin meningkat. Maka dari itu untuk mempermudah pendataan mengenai banyaknya umat yang ada, dicoba untuk mengelompokan jumlah umat yang tinggal di Paroki Kidul Loji kedalam 9 wilayah, yang kemudian masih dipecah lagi menjadi 22 lingkungan. Adapun jumlah wilayah atau lingkungan yang terdapat di Paroki Kidul Loji diantaranya yaitu:

WILAYAH I terdiri dari dua lingkungan, yaitu:

1. Lingkungan Ketandan

2. Lingkungan Ratmakan

WILAYAH II terdiri dari dua lingkungan, yaitu:

3. Lingkungan Sayidan I

Wilayah III terdiri dari lima lingkungan, yaitu:

5. Lingkungan Prawirodirjan I

6. Lingkungan Prawirodirjan II

7. Lingkungan Prawirodirjan III

8. Lingkungan Prawirodirjan IV

9. Lingkungan Prawirodirjan V

Wilayah IV terdiri dari dua lingkungan, yaitu:

10.Lingkungan Keparakan Lor I

11.Lingkungan Keparakan Lor II

Wilayah V terdiri dari dua lingkungan, yaitu:

12.Lingkungan Keparakan Kidul

13.Lingkungan Pujokusuman

Wilayah VI terdiri dari dua lingkungan, yaitu:

14.Lingkungan Dipowinatan I

15.Lingkungan Dipowinatan II

Wilayah VII terdiri dari tiga lingkungan, yaitu:

16.Lingkungan Suryometaraman

18.Lingkungan Kasatrian

Wilayah VIII terdiri dari dua lingkungan, yaitu:

19.Lingkungan Mangunegaran I

20.Lingkungan Mangunegaran II

Wilayah IX terdiri dari dua lingkungan, yaitu:

21.Lingkungan Yudonegaran

22.Lingkungan Notoprajan

Wilayah-wilayah yang telah disebutkan di atas juga masih dibatasi dengan daerah-daerah yang termasuk dalam paroki lain. Adapun batas-batas wilayah yang termasuk dalam Paroki Kidul Loji diantaranya yaitu:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Paroki Kumetiran dan Paroki Kotabaru

Sebelah Timur : berbatasan dengan Paroki Bintaran

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Paroki Pugeran

Sebelah Barat : berbatasan dengan Paroki Pugeran (Stasi Brayat Minulyo)

Umat yang tinggal di Paroki Kidul Loji memiliki mata pencaharian yang cukup beraneka ragam, misalnya: ada yang bekerja sebagai pegawai bank, ada yang bekerja di rumah sakit, ada yang menjadi guru, ada yang menjadi tukang jahit, ada yang menjadi tukang becak dan ada juga yang bekerja sebagai sopir. Akan tetapi dari sekian banyaknya lapangan pekerjaan yang ada, ternyata banyak juga umat katolik

yang mempunyai profesi sesuai dengan tempat tinggalnya, misalnya yang tinggal di lingkungan Ketandan (yang terkenal dengan daerah pertokoan yang menjual berbagai macam perhiasan dari emas) biasanya umat katolik yang tinggal disana juga bermata pencaharian sebagai penjual emas, kemudian yang tinggal di lingkungan Panembahan (yang terkenal dengan masakan khas Jogja, yaitu gudeg Jogja) biasanya umat katolik yang tinggal di daerah tersebut juga bermata pencaharian sebagai penjual gudeg, demikian juga dengan umat katolik yang tinggal di sepanjang jalan Kolonel Sugiyono sampai dengan jalan Brigjen Katamso (yang cukup ramai dengan toko-toko onderdil sepeda motor) biasanya mereka juga turut serta membuka toko dan bengkel sebagai mata pencaharian sehari-hari.

1. Situasi Jalannya Liturgi Perayaan Ekaristi yang Terjadi Di Paroki St.

Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta

Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji merupakan paroki yang memiliki kekhasan tersendiri di dalam menyelenggarakan kegiatan Perayaan Ekaristi dibandingkan dengan paroki-paroki lain yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Paroki Kidul Loji ini kegiatan Perayaan Ekaristi pada hari Minggu diselenggarakan selama lima kali, yaitu pada hari Sabtu sore pada pukul 17.30, hari Minggu pagi pada pukul 05.30 serta pukul 07.30 dan pada hari Minggu sore pada pukul 16.30 serta pukul 18.00. Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan tersebut biasanya dipimpin oleh salah seorang imam yang bertugas di Paroki Kidul Loji dan diikuti oleh semua umat yang tinggal di paroki tersebut.

Disamping Perayaan Ekaristi pada hari Minggu, di Paroki Kidul Loji juga mengadakan Perayaan Ekaristi di lingkungan dan juga Perayaan Ekaristi harian seperti halnya yang dilakukan di paroki-paroki lain. Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di lingkungan biasanya diadakan setiap satu bulan sekali dengan cara bergilir dimasing-masing lingkungan dan diikuti oleh semua umat yang tinggal di lingkungan tersebut. Sedangkan untuk Perayaan Ekaristi harian biasanya dilaksanakan setiap pagi hari di gereja pada pukul 05.30 sampai dengan pukul 06.00 dan diikuti oleh semua umat yang tinggal di Paroki Kidul Loji.

Perayaan Ekaristi harian yang dilaksanakan di Paroki Kidul Loji memang agak sedikit berbeda bila dibandingkan dengan Perayaan Ekaristi harian yang di laksanakan di paroki lain. Di paroki ini, minat umat untuk ikut terlibat di dalam Perayaan Ekaristi harian sangat kurang (paling-paling hanya para Suster OSF, Bruder FIC, anak-anak SMU Santa Maria dan beberapa umat). Sedangkan kalau di paroki lain, misalnya di Paroki Pugeran atau di Paroki Kotabaru biasanya banyak umat yang cukup antusias untuk mengikuti Perayaan Ekaristi tersebut.

Di dalam menyelenggarakan kegiatan Perayaan Ekaristi (baik dalam Perayaan Ekaristi harian maupun mingguan), Paroki Kidul Loji juga telah mengacu pada Tata Perayaan Ekaristi yang baru. Adapun urut-urutan jalannya Perayaan Ekaristi yang biasanya dilaksanakan di Paroki Kidul Loji adalah sebagai berikut:

a. Ritus Pembuka, meliputi: Perarakan Masuk (biasanya diiringi dengan lagu

pembuka), Tanda Salib, Salam, Pengantar, Tobat (biasanya dengan mendoakan Saya Mengaku), Tuhan Kasihanilah kami (untuk Minggu I awal

bulan biasanya diganti dengan lagu Percikilah Aku), Madah Kemuliaan dan Doa Pembuka.

b. Liturgi Sabda, meliputi : Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II (untuk

Perayaan Ekaristi pada hari Minggu yang pertama biasanya bacaan kedua ini ditiadakan), Bait Pengantar Injil (Alleluya), Bacaan Injil, Aklamasi sesudah Injil, Homili, Syahadat, Doa Umat, Kolekte dan Pengumuman.

c. Liturgi Ekaristi, meliputi : Persiapan Persembahan (biasanya diiringi dengan

lagu persiapan persembahan), persembahan, Doa Persiapan Persembahan, Prefasi, Kudus, Bapa Kami, Embolisme, Doa Damai (biasanya diteruskan dengan lagu salam damai), Anak Domba Allah, Pemecahan Roti, Penerimaan Tubuh dan Darah Kristus , Madah Pujian, Doa Sesudah Komuni.

d. Ritus Penutup, meliputi : Berkat dan Pengutusan, Perarakan Keluar

(biasanya diiringi dengan lagu penutup).

Tata Perayaan Ekaristi yang digunakan di Paroki Kidul Loji seperti yang telah diungkapkan di atas kurang lebih hampir sama dengan Tata Perayaan Ekaristi yang dilaksanakan di paroki-paroki lain, karena pada prinsipnya semua paroki yang berada di seluruh Indonesia mengacu pada Tata Perayaan Ekaristi yang baru. Akan tetapi untuk Perayaan Ekaristi pada hari Minggu sore pertama yang terjadi di Paroki Kidul Loji biasanya ada sedikit perubahan, yaitu bacaan kedua yang seringkali dibacakan dalam setiap Perayaan Ekaristi, pada hari Minggu sore yang pertama ini bacaan kedua tersebut biasanya ditiadakan (tidak dibacakan). Hal ini dilakukan supaya jarak (rentang waktu) yang cukup singkat antara Perayaan Ekaristi yang pertama dengan

Perayaan Ekaristi yang kedua tidak membuat umat saling bertabrakan di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.

Disamping itu jumlah umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi pada hari Minggu sore yang kedua biasanya juga lebih banyak dari pada yang pertama. Maka untuk menghindari adanya kemacetan di dalam gereja (karena umat yang mau keluar bersamaan dengan umat yang akan masuk dalam gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi), bacaan kedua pada Perayaan Ekaristi yang pertama tersebut biasanya ditiadakan (tidak dibacakan). Hal ini dilakukan supaya di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi, umat tidak saling berdesak-desakan sehingga suasana ketenangan masih dapat terjaga.

Suasana ketenangan di dalam mengikuti Perayaan Ekaristi yang terjadi di Paroki Kidul Loji memang sudah menjadi suatu kekhasan yang sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh seluruh umat sejak dulu. Hal ini terjadi karena kebiasaan untuk menjaga ketenangan di dalam gereja yang sejak dulu ditekankan oleh imam paroki ternyata memang sudah tertanam dalam diri umat. Disamping itu jumlah umat yang hadir dalam setiap Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan di Paroki Kidul Loji biasanya juga tidak sampai meluap seperti yang biasanya terjadi di Paroki Kotabaru (sampai banyak dari umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi dengan berdiri, bahkan ada juga yang sampai mengikuti kegiatan Perayaan Ekaristi tersebut di luar gereja). Maka dengan tidak meluapnya jumlah umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi tersebut, suasana ketenangan tetap dapat terjaga karena semua umat yang hadir dapat tertampung untuk duduk secara nyaman di dalam gereja.

Terciptanya suasana tenang yang terjadi di Paroki Kidul Loji tersebut memang sungguh-sungguh membantu umat untuk dapat masuk di dalam mengikuti seluruh proses jalannya Perayaan Ekaristi secara hening dan kusuk. Maka untuk melestarikan kebiasaan yang sudah baik ini, situasi tenang tersebut selalu dipertahankan supaya masih dapat terlaksana selama Perayaan Ekaristi berlangsung. Akan tetapi kondisi gedung gereja yang tidak dilengkapi dengan fasilitas kipas angin yang cukup memadai kadang-kadang membuat suasana gereja yang biasanya tenang menjadi agak gaduh. Banyak umat yang duduknya merasa tidak nyaman karena merasakan suhu udara yang cukup panas disaat mengikuti Perayaan Ekaristi, sehingga biasanya mereka terus mengkibas-kibaskan buku panduan Ekaristi supaya tidak merasa kepanasan.

Situasi seperti yang telah diungkapkan di atas hampir seringkali terjadi pada saat Perayaan Ekaristi berlangsung. Maka tidak mengherankan apabila konsentrasi umat di dalam mengikuti jalannya Perayaan Ekaristi menjadi terganggu, karena biasanya mereka terus sibuk untuk mengurus dirinya sendiri dengan mengkibas-kibas badannya supaya tidak merasa kepanasan.

Disamping suhu udara yang cukup panas, hal-hal lain yang kadang juga sering mengganggu jalannya Perayaan Ekaristi adalah sarana sound sistem yang kurang memadai. Peralatan sound sistem yang terdapat di Paroki Kidul Loji sebetulnya juga telah disediakan untuk mendukung jalannya Perayaan Ekaristi, namun sangat disayangkan karena ketika Perayaan Ekaristi berlangsung biasanya mikrofon yang ada pada bagian paduan suara sering tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi tidak

hanya sekali atau dua kali saja, tetapi hampir setiap kali Perayaan Ekaristi berlangsung banyak umat yang mengeluh karena lagu-lagu pujian yang dinyanyikan oleh penyanyi solis menjadi kurang jelas. Selain itu pemilihan lagu yang dinyanyikan oleh anggota paduan suara juga kurang bervariasi sehingga cenderung membosankan.

Kenyataan tersebut secara tidak langsung juga mengakibatkan jalannya Perayaan Ekaristi menjadi kurang semarak, karena disamping petugas koornya yang kurang jelas di dalam bernyanyi, sebagian besar dari umat yang hadir juga kurang berpartisipasi untuk ikut serta menyanyikan lagu-lagu pujian seperti yang dikidungkan oleh anggota paduan suara. Banyak umat yang cenderung hanya diam karena mereka merasa bahwa anggota paduan suara yang seharusnya menjadi panutan untuk dapat menyanyikan lagu dengan jelas dan mantap, dalam kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

Melihat situasi seperti yang telah diungkapkan di atas, tim liturgi yang ada di Paroki Kidul Loji memang tidak bisa semata-mata terus menyalahkan anggota paduan suara yang bertugas dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Akan tetapi, mau tidak mau mereka (tim liturgi paroki) memang harus mencoba untuk segera membenahi dan melengkapi peralatan sound sistem yang terdapat di dalam gedung gereja, supaya nantinya proses jalannya Perayaan Ekaristi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Disamping itu para pelayan liturgi yang bertugas dalam Perayaan Ekaristi beserta dengan organis yang berfungsi untuk mengiringi anggota paduan suara juga harus mulai ditertibkan, karena biasanya para petugas yang sudah dijadwalkan tersebut seringkali juga tidak hadir pada waktu Perayaan Ekaristi berlangsung.

Situasi jalannya Perayaan Ekaristi yang terjadi di Paroki Kidul Loji bila dilihat Secara keseluruhan memang sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi kadang-kadang ada beberapa hal teknis yang masih perlu diperbaiki, karena secara tidak langsung hal teknis tersebut ternyata juga dapat mengganggu situasi jalannya Perayaan Ekaristi. Adapun hal-hal teknis yang masih perlu diperbaiki untuk dapat menciptakan situasi Perayaan Ekaristi yang lebih hidup dan dapat diminati oleh kaum muda diantaranya adalah mengenai kelengkapan sarana kipas angin yang memadai untuk mengurangi suhu udara yang cukup panas di dalam gereja, kelengkapan sarana sound sistem yang dapat mendukung anggota paduan suara untuk dapat bernyanyi dengan mantap dan jelas, kreatifitas di dalam menyusun bentuk atau model susunan Perayaan Ekaristi yang lebih hidup dan yang paling penting adalah penertiban bagi para petugas liturgi supaya dapat bertugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

2. Gambaran Umum Kaum Muda yang Tinggal Di Paroki St. Fransiskus

Xaverius Kidul Loji Yogyakarta

Kaum muda atau yang biasa akrab disebut sebagai “mudika” memang mempunyai peranan yang cukup penting di dalam kehidupan menggereja. Hampir setiap gereja yang terdapat di seluruh Indonesia pasti memiliki sekelompok kaum muda yang biasanya mempunyai peranan sebagai penggerak atau tulang punggung gereja untuk semakin memajukan dan memperkembangkan gereja yang ada di parokinya. Disamping menjadi penggerak atau tulang punggung gereja, keberadaan

kaum muda di dalam kehidupan menggereja kadang juga cukup berpengaruh terhadap pembaharuan-pembaharuan yang kurang lebih dapat membawa gereja ke arah yang lebih baik. Dengan ide-ide yang berjiwa anak muda, kaum muda selalu mengajak gereja untuk semakin peka dan kritis di dalam menanggapi perkembangan zaman. Hal itu terbukti bahwa di dalam bidang liturgi pun kaum muda juga mencoba untuk memikirkan bentuk atau model Perayaan Ekaristi yang sesuai dengan perkembangan yang ada pada zaman sekarang. Maka tidak mengherankan lagi kalau pada akhir-akhir ini seringkali kita mendengar adanya istilah EKM atau “Ekaristi Kaum Muda” yang biasa diadakan di gereja.

Disamping dalam bidang liturgi, pemikiran-pemikiran yang dimiliki oleh kaum muda juga sering disalurkan ke dalam organisasi-organisasi di gereja yang secara tidak langsung juga ikut membantu gereja untuk semakin maju dan berkembang. Melalui latar belakang studi yang berbeda-beda serta dilandasi dengan bakat dan ketrampilan yang dimilikinya, kaum muda berkumpul di dalam satu wadah organisasi yang diselenggarakan di gereja untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang sering timbul diseputar gereja. Salah satu wadah organisasi yang sering menjadi ajang bagi kaum muda untuk berkumpul adalah organisasi mudika paroki. Dalam wadah ini kaum muda bertemu untuk saling bertukar pikiran dan menyatukan ide atau gagasan yang dimilikinya guna menghidupkan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam gereja.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh kaum muda untuk semakin mengembangkan gereja yang ada di parokinya memang cukup beraneka ragam. Salah

satu diantaranya adalah kegiatan untuk membuat majalah atau buletin gereja seperti yang telah dilakukan oleh kaum muda yang ada di Paroki Kidul Loji. Setiap satu bulan sekali, kaum muda yang ada di Paroki Kidul Loji ini mencoba untuk mencari data-data dan informasi yang sedang marak terjadi disekitar paroki dan masayarakat. Data-data yang telah diperoleh tersebut kemudian dikumpulkan, dibahas dan diolah menjadi suatu buletin atau majalah yang diberi nama Kanopi dan biasanya majalah tersebut diterbitkan setiap satu bulan sekali pada Minggu pertama dengan harga yang relatif murah, yaitu hanya seribu rupiah.

Disamping membuat majalah, kaum muda yang ada di Paroki Kidul Loji juga mempunyai kegiatan yang cukup beraneka ragam. Hal ini dilakukan karena para pengurus mudika paroki melihat bahwa kaum muda yang tinggal di paroki ini memang cukup lumayan (jika digabungkan antara mudika yang ada di lingkungan dengan mudika yang terdapat di paroki secara keseluruhan ada lima ratus orang). Maka untuk lebih memberdayakan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh kaum muda (baik kaum muda yang ada di paroki maupun kaum muda yang ada di lingkungan), para pengurus mudika paroki mempunyai inisiatif untuk merencanakan beraneka macam program kegiatan. Adapun program kegiatan yang sering dilaksanakan oleh kaum muda yang ada di Paroki Kidul Loji diantaranya yaitu:

a. Bidang Liturgi: Ziarah ke gua Maria, Doa Rosario pada bulan Mei dan

Oktober, Pendalaman Kitab Suci (dilaksanakan pada bulan September), kemping rohani, latihan koor bersama, Perayaan Ekaristi kaum muda

(biasanya dilaksanakan pada saat-saat tertentu saja, misalnya pada malam Tahun Baru, perayaan Tujuh Belasan, peringatan Sumpah Pemuda dsb).

b. Bidang Sosial: Bakti sosial di panti asuhan, sosialisasi program mudika

paroki pada tiap-tiap Lingkungan, keakraban antara mudika paroki dengan mudika lingkungan (biasanya dengan mengadakan acara week end), talk show mengenai permasalahan-permasalahan yang sedang marak dibahas (misalnya mengenai pergaulan bebas pada remaja, narkoba dsb).

c. Bidang Minat Bakat: pertandingan olah raga antar lingkungan atau yang

biasa disebut sebagai olimpieco mukiji (biasanya kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan Oktober), latihan visualisasi untuk perayaan paskah di gereja, pertandingan olah raga dengan kaum muda yang ada di paroki lain.

d. Bidang Dana Usaha: parkir bersama di gereja, bersama-sama mencari dana

untuk kegiatan mudika (misalnya dengan menjual koran, ngamen bersama, membersihkan salib di setiap lingkungan secara bersama-sama), membuat

kalender dan dijual kepada umat.

Seluruh program kerja yang telah direncanakan oleh pengurus mudika paroki tersebut secara umum memang sudah baik. Akan tetapi di dalam kenyataannya seringkali ada beberapa program yang tidak dapat terlaksana. Hal ini terjadi karena dukungan dan keterlibatan dari kaum muda yang ada di Paroki Kidul Loji sendiri sangat kurang. Dari lima ratus kaum muda yang ada di paroki ini, biasanya hanya sekitar seratus orang saja yang selalu aktif untuk terlibat di dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan. Banyak kaum muda di Paroki Kidul Loji yang hanya senang

mengikuti kegiatan yang sifatnya hanya bersenang-senang saja misalnya dalam acara rekreasi dan makan bersama. Maka ketika mereka mulai diajak untuk berkumpul dan berfikir bersama di dalam kegiatan yang dapat mengembangkan gereja, biasanya banyak dari antara mereka yang enggan untuk hadir dan terlibat.

Kevacuman kaum muda di dalam mengikuti berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan di Paroki kidul Loji ini memang menjadi suatu keprihatinan bersama, lebih-lebih bagi para pengurus mudika paroki sendiri. Banyak dari antara pengurus mudika paroki yang sangat menyayangkan mengapa kaum muda yang tinggal di Paroki Kidul Loji ini sangat susah untuk diajak maju dan berkembang. Berbagai macam cara sebetulnya juga telah ditempuh untuk dapat menggiatkan kaum muda agar mau terlibat secara aktif, namun di dalam kenyataannya seringkali mereka juga masih enggan untuk hadir dan terlibat di dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan. Hal ini memang menjadi suatu tantangan bagi paroki untuk dapat

Dokumen terkait