• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LITURGI, EKARISTI, DAN HAL IKHWAL KAUM MUDA

B. Pengertian Ekaristi

Istilah Ekaristi berasal dari bahasa Yunani Eucharistia yang berarti puji Syukur. Eucharistia merupakan terjemahan Yunani untuk bahasa Yahudi birkat yang dalam perjamuan Yahudi merupakan doa puji syukur sekaligus permohonan atas karya penyelamatan Allah (Martasudjita, 2003: 269). Jadi Ekaristi dapat diartikan sebagai ungkapan syukur atas karya penyelamatan Allah yang terjadi

melalui perantaraan Yesus Kristus, maka dari itu dalam Perayaan Ekaristi harus menekankan segi isi dari apa yang hendak dirayakan, yaitu pujian dan syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam diri kita. Segala ungkapan syukur selalu kita tujukan kepada Allah karena pada dasarnya Dia sendirilah yang telah mengutus Putra-Nya untuk datang ke dunia guna menyelamatkan kita.

Kata Ekaristi itu sudah digunakan untuk menunjuk seluruh Perayaan Ekaristi pada tiga abad pertama sejarah Gereja, seperti terdapat dalam tulisan Didakhe, tulisan St. Ignatius dari Antiokhia, Yustinus martir dan Origenes. Namun sejak abad IV baik di Gereja Timur maupun di Gereja Barat, istilah Ekaristi mulai menghilang. Khususnya di Barat, istilah Ekaristi semakin disempitkan untuk menyebutkan santapan ekaristis atau komuni. Sejak abad IV tersebut istilah “kurban” (sacrificium) dan “persembahan” (oblatio) semakin populer digunakan untuk menunjuk seluruh perayaan dan menggantikan istilah Ekaristi. Tenggelamnya istilah Yunani eucharistia ini kiranya juga berkaitan dengan penggunaan bahasa Latin sejak abad III-IV dalam Liturgi Gereja. Baru pada abad XX, berkat pembaharuan liturgi dan teologi yang menggali kekayaan liturgi dan teologi Gereja abad-abad pertama, istilah Ekaristi kembali dipopulerkan dan kini praktis menjadi istilah paling lazim untuk menunjuk keseluruhan Perayaan Ekaristi. Tonggak penyebutan Ekaristi untuk seluruh Perayaan Ekaristi adalah Konsili Vatikan II, terutama melalui konstitusi liturgi Sacrosanctum Concillium yang memberi judul bab II dengan Misteri Ekaristi Suci. Sejak itulah istilah Perayaan Ekaristi menjadi istilah yang sangat populer dan lazim digunakan di seluruh Gereja (Martasudjita, 2005: 29).

Pada intinya istilah Ekaristi menunjuk dengan bagus isi dari apa yang hendak dirayakan dalam seluruh Perayaan Ekaristi tersebut. Kata Ekaristi mau mengungkapkan pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terjadi atau terlaksana melalui Yesus Kristus, sebagaimana berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus. Dengan pujian syukur itu, kaum muda diajak untuk mengenangkan dan menghadirkan misteri penebusan Kristus secara bersama-sama di dalam Gereja. Melihat bahwa Ekaristi merupakan suatu perayaan syukur, maka kaum muda yang hadir diharapkan juga sungguh ikut berpartisipasi secara penuh di dalam mengungkapkan rasa syukur atas keselamatan yang terjadi dalam dirinya.

Ungkapan syukur yang dapat dilakukan oleh kaum muda di dalam Perayaan Ekaristi misalnya: ikut menyanyikan kidung-kidung pujian, ikut berdoa secara bersama-sama, serta ikut mendengarkan dan meresapkan sabda Tuhan melalui bacaan Kitab Suci. Akan tetapi hal itu juga tidak bisa lepas dari situasi yang dibangun dalam Perayaan Ekaristi tersebut, dalam arti suasana jalannya Perayaan Ekaristi sebaiknya mampu membantu dan mendukung kaum muda untuk dapat mengungkapkan rasa syukurnya dengan penuh semangat dan kegembiraan. Oleh karena itu, paroki sebagai tempat untuk menyelenggarakan kegiatan Perayaan Ekaristi hendaknya mampu menciptakan iklim yang dapat mengkodisikan kaum muda agar mereka dapat merasa senang dan mempunyai kerinduan untuk ikut terlibat dalam kegiatan Ekaristi.

Disamping sebagai ungkapan syukur, Ekaristi juga merupakan pusat seluruh kehidupan umat kristen, sebab dalam Perayaan Ekaristi terletak puncak

karya Allah yang menguduskan dunia dan puncak karya manusia yang memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah dalam Roh kudus. Disamping itu Perayaan Ekaristi juga merupakan pengenangan akan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus yang terus dikenang sepanjang hidup. Dalam Ekaristi, Kristus hadir dalam diri manusia melalui rupa Roti dan Anggur yang disantap dan menyatu dalam diri manusia lewat komuni suci yang telah disambutnya.

Hal ini juga ditegaskan oleh Don Bosco da Cunha (wakil Ketua Komisi Liturgi KWI), dalam artikelnya yang terdapat dalam Majalah Liturgi sebagai berikut:

“Ekaristi merupakan sakramen paling utama, karena isi perayaannya adalah misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dalam rupa roti dan anggur.Singkatnya disebut misteri Paskah yang berarti misteri pembebasan kita dari belenggu dosa, misteri penyelamatan/penebusan” (Majalah Liturgi, 2005: 8).

Beliau juga menegaskan bahwa Ekaristi adalah puncak perjumpaan sekaligus merupakan sumber rahmat yang berlimpah. Jadi percuma kalau kaum muda mengadakan perjumpaan tanpa membawakan suatu hasil. Dari segi kaum muda yang menghadiri, Ekaristi dapat merupakan nada keluhan dari keterbatasan atau ungkapan perjumpaan akan Allah yang sungguh dirindukan dalam Perayaan Ekaristi. Sedangkan dari pihak Allah yang mengundang dan mengadakan perayaan ini pasti merupakan peluang sakramental untuk menganugerahkan rahmat cinta dan kebijaksanaan serta semangat hidup yang berlimpah ruah bagi para kaum muda dan seluruh umat beriman yang dikasihi-Nya.

Ekaristi juga bisa diartikan sebagai sumber dan puncak seluruh kehidupan kaum muda. Dalam perayaan Ekaristi itu semua kegiatan yang lain memperoleh

sumber rahmat dan kekuatannya dan sekaligus terarah atau mengalir kepadanya. Disamping itu kebersamaan dengan Allah dan sesama yang didambakan oleh setiap orang di dunia ini tampak dan terlaksana secara agung, meriah dan jelas. Ekaristi merupakan suatu perjamuan sakramental yang menjadi puncak acara seluruh orang kristiani. Disamping itu Ekaristi seharusnya juga menjadi suatu kebutuhan dan kerinduan dasar bagi kaum muda dan seluruh umat beriman, yakni roti dan anggur (makanan dan minuman rohani yang melambangkan Tubuh dan Darah Kristus). Tuan rumah yang mengundang adanya Perayaan Ekaristi ini adalah Yesus Kristus sendiri, sakramen kebersamaan dengan Allah yang menjadi kerinduan hidup bagi kaum muda dan seluruh umat beriman. Yesus Kristus bertindak sekaligus sebagai tuan rumah dan hidangannya, sehingga semua yang hadir (yaitu kaum muda dan seluruh umat beriman) dapat mengalami kebersamaan hidup yang penuh dan utuh dengan Allah dan sesamanya.

Dalam perayaan Ekaristi itu Yesus Kristus hadir dan bertindak bersama dengan Gereja, karena Kristus dan Gereja-Nya adalah subyek dan pelaksana Ekaristi. Maka dari itu, karena Gereja adalah subyek dan sekaligus pelaksana Ekaristi, secara tidak langsung Gereja mempunyai tugas untuk mempersiapkan secara sungguh-sungguh supaya perjumpaan penuh syukur tersebut dapat bermanfaat dalam kehidupan kaum muda dan seluruh umat beriman.

Misteri Ekaristi adalah misteri Tuhan yang menjadi makanan bagi umat manusia, agar manusia hidup dan bersekutu dengan Dia dan sesamanya. Dengan menjadi makanan (Ekaristi) Tuhan masuk ke seluruh kehidupan manusia sampai sedalam-dalamnya sebagaimana Tubuh (dan darah) Kristus yang dalam rupa roti

(dan anggur) itu masuk kedalam tubuh kita sesudah kita santap, masuk kelambung dan usus, di situ dicerna dan dibagikan keseluruh bagian tubuh oleh darah yang menjadi alat transportasinya. Tuhan masuk ke hidup manusia sedalam-dalamnya agar manusia bersatu dan bersama Dia dan berani berjuang dalam hidup sehari-hari berkat penyertaan-Nya yang merangkum dan meliputi semua itu (Martasudjita, 2003: 268)

Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II dalam artikelnya yang terdapat dalam Majalah Liturgi (2005:12), Ekaristi merupakan jawaban terhadap “kerinduan pada kehidupan sebagai Misteri Terang“. Ekaristi merupakan jawaban bagi hati manusia yang dibelenggu oleh dosa, manusia yang kehilangan arah dan kehabisan daya kehidupan karena berbagai cobaan penderitaan yang dialaminya. Bapa Suci juga menegaskan bahwa Ekaristi adalah “ misteri kehidupan”, karena mempunyai aspirasi yang lebih besar dari pada kehidupan itu sendiri. Ekaristi dirayakan dan dihormati sebagai kehidupan milenium baru, karena di dalam Ekaristi, Yesus memberikan diri-Nya sendiri sebagai roti kehidupan (Majalah Liturgi, 2005: 12).

Maka untuk menunjukan martabat dan keluhuran Ekaristi Gereja dari zaman ke zaman, baik kalau dalam Perayaan Ekaristi diberikan suatu perhatian khusus terhadap tata pelaksanaan dan hiasan-hiasan atau variasi-variasi baru yang sekiranya menarik bagi kaum muda. Namun semuanya itu juga tidak bisa lepas dari situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh kaum muda. Maka untuk menyesuaikan hal itu, sebaiknya di dalam penyusunan bentuk atau model Perayaan Ekaristi diadakan suatu pembaharuan-pembaharuan yang sesuai dengan

situasi hidup yang sedang dihadapi oleh kaum muda. Sehingga dengan adanya pembaharuan-pembaharuan tersebut, kaum muda diharapkan menjadi semakin antusias untuk mengikuti dan terlibat di dalamnya.

Dalam mengikuti kegiatan Perayaan Ekaristi, persiapan hati untuk menyambut kehadiran Tuhan dalam rupa Tubuh dan Darah Kristus juga perlu ada dalam diri kaum muda. Melalui kegiatan tersebut, kaum muda yang hadir turut menyiapkan sungguh-sungguh dan berusaha menghadirkan Tuhan dalam kegiatan yang akan mereka rayakan. Dalam Ekaristi sebetulnya yang terpenting adalah pengenangan akan peristiwa Yesus yang tersalib, wafat dan bangkit (yang di dalam Gereja difokuskan pada waktu Doa Syukur Agung), sehingga untuk bagian-bagian lain sebetulnya dapat disesuaikan dan dapat diadakan variasi-variasi yang sesuai dengan kebutuhan kaum muda. Dengan kata lain penekanan terhadap variasi-variasi pada Ekaristi itu sebetulnya sangat diperlukan untuk menghindari rasa jenuh/bosan dalam diri kaum muda.

Dokumen terkait